Jump to ratings and reviews
Rate this book

Negeri Senja

Rate this book
Daftar Isi:

Prolog
Matahari Tidak Pernah Terbenam di Negeri Senja

Bagian 1
Penunggang Kuda dari Selatan
Peristiwa di Kedai
Penginapan Para Leluhur
Rumah Bordil di Padang Pasir
Perempuan dari Balik Cahaya

Bagian 2
Komplotan Pisau Belati
Usaha Pembunuhan Tirana
Tirana, Perempuan Penguasa yang Buta
Kaum Cendekiawan dalam Kegelapan
Suatu Ketika di pasar
Penangkapan Tokoh Perlawanan
Penjara
Gerakan Bawah Tanah
Proklamasi Partai Hitam

Bagian 3
Pengembara di tepi Sungai
Seorang Pembicara
Para Pelajar Sekolah Bebas
Mazhab Pasar Malam

Bagian 4
Kisah Cinta Tirana, Jika Memang Benar Adanya
Perempuang dengan Anting-anting di Puting Kiri
Perempuan dengan Rajah Ular yang Membelit Tubuhnya
Perempuan di Bawah Menara
Antara Alina dan Maneka

Bagian 5
Pemberontokan
Usaha Pembunuhan Tirana II
Pembantaian
Para Kekasih yang Terbunuh
Khotbah di Kuil Matahari

Epilog
Ketika Pengembara itu Pergi, Matahari Belum juga Terbenam di Negeri Senja

243 pages, Paperback

First published August 1, 2003

89 people are currently reading
1303 people want to read

About the author

Seno Gumira Ajidarma

63 books838 followers
Seno Gumira Ajidarma is a writer, photographer, and also a film critic. He writes short stories, novel, even comic book.

He has won numerous national and regional awards as a short-story writer. Also a journalist, he serves as editor of the popular weekly illustrated magazine Jakarta-Jakarta. His piece in this issue is an excerpt from his novel "Jazz, Parfum dan Insiden", published by Yayasan Bentang Budaya in 1996.

Mailing-list Seno Gumira fans:
http://groups.yahoo.com/group/senogum...

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
357 (32%)
4 stars
320 (29%)
3 stars
311 (28%)
2 stars
71 (6%)
1 star
26 (2%)
Displaying 1 - 30 of 111 reviews
Profile Image for Imam Rahmanto.
149 reviews8 followers
December 11, 2014
Saya cukup suka gaya bertuturnya. Namun, ada banyak penjelasan di dalam ceritanya yang agak mengambang. Pesan dalam cerita terkesan disampaikan tersirat, mungkin lebih ke ranah filosofis.

Bagi orang yang senang membaca cerita-cerita "nyata", kisah ini akan sangat membingungkan. Lebih membingungkan ketimbang cerita-cerita distopia. Bahkan, tokoh penceritanya sendiri bingung dengan kejadian yang dialaminya di negerj senja - negeri dengan matahari yang tak pernah tenggelam, hanya tertahan separuhnya di batas cakrawala.

Beberapa bagian menceritakan kejadian yang cukup menegangkan. Bagian lainnya justru meredakannya, dan cenderung membawa kembali pikiran kita "mengawang" pada pemikiran-pemikiran tersirat dari sang penulis sendiri.

Saya tidak terlalu suka cerita yang membuat kening berkerut lantaran berpikir dan membayangkan kejadian yang sama sekali sulit dibayangkan. Banyak hal yang tak bisa diukur di negeri senja. Pergantian siang dan malam, wajah orang-orang yang ditemui, kelebatan para "pendekar"nya, perempuan-perempuannya, hingga bagaimana kehidupannya yang sebenarnya. Seolah-olah cerita ini sengaja dibuat membingungkan.

Saya justru mereka-reka, kalau boleh, buku ini merupakan tafsiran kehidupan "tirani" penguasa pada zaman orde baru dulu. Mengingat buku ini diselesaikan tahun 1996.

Nampaknya saya butuh referensi bacaan lain dari SGA, biar bisa tahu apakah gaya penulisannya memang begini atau hanya berlaku untuk roman satu ini.
----------------------------------

"Kesedihan, ternyata, memang bukan sesuatu yang bisa ditinggalkan, karena kesedihan berada dalam diri kita." --hal.3

"Jika anak-anak tidak diberi pelajaran, mereka akan mengira kehidupan tertindas adalah suatu kewajaran." -- hal.69

"...karena dengan pikiran kita bisa menolak kekuasaan." --hal.70

"Seorang pengembara yang selalu menjelajah akan mempunyai cakrawala yang luas, hanya jika ia menjadikan penjelajahannya sebagai tujuan." --hal.119

"Betapapun indah suatu dunia, bukankah kita selalu ingin memperluas cakrawala?" --hal.121

"Kebebasan adalah suatu keadaan yang sudah berada di dalam diri setiap orang, dienjara atau merdeka. Kebebasan adalah sesuatu yang terus-menerus diperjuangkan, dalam gerak perjuangan itulah terletak kebebasannha yang tiada tertakar hanya oleh ukurannya, tiafa ternilai oleh berhasil dan tidaknya, tiada terhargai hanya oleh yang dicapainya." --hal.139

"...kekuasaan yang mengandalkan kejayaannya dalam pengekangan kebebasan orang lain adalah kekuasaan yang kerdil." --hal.139

"Jika tidak pandai berbicara dengan mulutnya, seseorang bisa bericara melalui tangannya. Jika tidak pandai berbahasa dengan kata-kata, seseorang bisa berbahasa dengan cara apa saja." --hal.143

"Cinta bagiku hanyalah suatu permainan sementara, jika tenggelam terlalu dalam, kita akan terluka - cinta adalah permainan untuk tidak terluka." --hal.166

"Mereka yang dikuasai cinta akan lebih mudah menderita dan terluka daripada mereka yang menguasainya; namun siapa pun harus melepaskan pikiran mampu menguasai cinta dan mempermainkannya,karena siapa pun begitu jumawa merasa bisa menguasai cinta justru akan terbakar dipermainkan cinta." --hal.176

"...di dunia orang dewasa, bukankah kita harus selalu berdamai dengan luka?" --hal.177

"Kalau manusia masih bisa tidak melibatkan Tuhan dalam kehidupannya, ia tetap harus bisa menghormati manusia sebagai bagian dari harkatnya, karena manusia hanya menjadi manusia ketika ia melakukan segala sesuatu dengan penuh martabat." --hal.211
Profile Image for cindy.
1,981 reviews156 followers
March 4, 2012
MATAHARI TIDAK PERNAH TERBENAM DI NEGERI SENJA

Senja seharusnya datang dan pergi. Senja seharusnya indah walau temaram. Senja seharusnya penuh kedamaian walau tak lama. Senja seharusnya.....

Namun di Negeri Senja ini semuanya tidak seperti itu. Senja, walau memukau, ternyata menyembunyikan banyak konflik dan kesedihan. Dan di antara remang-remang senja, SGA menyisipkan banyak pemikiran. Tentang kekuasaan, kekerasan, pembunuhan dan teror. Tentang perlawanan, yang bukan dimulai dari gerakan, namun dari dicernanya ide tentang kebebasan, dari sejarah dan dari pembelajaran. Tentang cinta, para kekasih yang hilang dan semua kenangan yang ditinggalkan. Dan di akhir semua itu, tentang kekalahan dan kegetiran, dan kehidupan yang berjalan terus. Walau matahari masih enggan terbenam, di Negeri Senja.

***

Novel SGA pertama yang kubaca, dan langsung terpesona pada keindahan bahasa galaunya. Sebenarnya ingin memberi bintang 5 dan calon buku fav-ku, namun akhir kisah yang teramat sendu membuatku merasa seperti menjalani lamunan panjang yang terbuyarkan tiba-tiba dan hanya menyisakan sepercik kenangan sedih. Bintang 4 setengah.
Profile Image for Eka Fajar Suprayitno.
80 reviews
December 13, 2021
Senja. Sejak mengenalnya melalui "Sepotong Senja untuk Pacarku" aku mulai memperhatikan senja yang sesungguhnya. Memang, sebelumnya hanya sepintas saja melihat bahwa senja itu indah, apabila sedang indah. Indah dalam artian seperti yang digambarkan oleh Seno Gumira Ajidarma, "Semburat keemasan di langit lantas membakar kemerahan, berganti dengan ungu semakin gelap dan akhirnya digantikan kelam". Senja memberikan perasaan tersendiri, indah-menenangkan-membahagiakan-dan kehilangan. Senja memiliki arti tersendiri, kurasa, bagi masing-masing pasangan mata. Namun rasa yg diberikan, sepertinya, sama.

Negeri Senja yang memiliki "dunia sendiri" yang mana langit di Negeri Senja tak pernah berlalu, selamanya dalam keadaan remang, keemasan, dan matahari separuh tenggelam yang tak pernah bergerak lagi memberikan senja yang indah selamanya bagi pemburu senja. Apakah senja di Negeri Senja yang indah dan selalu indah itu memberikan kedamaian yang abadi? Tidak.

Dibalik keindahan keremangan senja terdapat sosok yang menggenggam dan merampas yang disebut kebebasan. Kebebasan sampai ke alam pikiran, dan alam roh.

Novel ini cukup membutuhkan waktu yang lama saya baca, karena imajinasi penulis yang sungguh liar. Perlu penyepahaman antara imajinasi penulis dengan alam berpikir saya. Dan mungkin bagi orang lain buku ini "terlalu aneh" karena fenomena yg terlalu diluar nalar dan mungkin agak berat.

Buku ini meninggalkan perasaan "sedih" yang sulit hilang. Setelah menjadi saksi perjalanan di Negeri Senja.
Profile Image for Wahyu Novian.
333 reviews46 followers
April 18, 2019
Saya tidak tahu juga sih harus berekspektasi apa tentang buku ini, cuma buku ini betul-betul di luar dugaan. Mungkin karena ini buku Seno Gumira Ajidarma pertama saya. Saya kira novel ini akan berlatar Indonesia dengan banyak kritik dan pesan sosial untuk pemerintahan dan kebangsaan seperti kebanyakan novel para sastrawan lain yang sering saya baca. Tapi buku ini malah novel fantasi. Dengan pembangunan dunia dan karakter yang utuh. Meski tetap filosofis.

Hal yang paling terasa saat membaca buku ini adalah perasaan sendu. Benar candaan warga twitter untuk anak indie, senja mungkin memang membangkitkan perasaan itu. Dan karena Negeri Senja tidak pernah memiliki malam, perasaan itu selalu menggantung di setiap sudut. Baik di kisah perjalanan sang pengembara, maupun tragedi para penduduk dan penguasanya.

Bagus sekali.
Profile Image for Agustina Pringganti.
6 reviews27 followers
February 3, 2016
“Aku membayangkan segala sesuatu yang mungkin dibayangkan, dari aroma parfum yang mengabdi kepada kepentingan tubuh dalam percintaan. Siapakah ia yang merasa bisa menggairahkan percintaan dengan segala aroma? Aku tidak melihat sesuatu dan hanya merasakan tubuhnya, aku tidak melihat tubuhnya dan hanya menghirup baunya; kemudian aku mendengar desahnya yang begitu basah, seperti lidah ombak yang terserap pasir, mendesah dan merintih…

Permainan cinta tidak selalu berhubungan dengan peristiwa cinta, bahkan kadangkala sama sekali tidak ada hubungannya. Permainan cinta kadang seperti sebuah pertempuran, siapa berhasil mengalahkan siapa; permainan cinta menjadi suatu perkelahian, dimana erang menjadi raungan dan lenguh menjadi auman binatang buas yang menerjang-nerjang. Permainan cinta terlalu sering berlangsung tanpa cinta, di mana tubuh menemukan bahasanya sendiri, dan cinta menguap entah kemana”


Saya sangat menyukai bagian ini. Dimana Seno berhasil menuturkan adegan permainan cinta yang puitis namun juga realis. Tanpa ada kata-kata menjijikkan layaknya novel stensilan murahan. Penggambaran mengenai bagaimana ia terlarut dalam sebuah adegan bercinta dan percintaan itu sendiri menggugah saya untuk berpikir. Tenang… bukan berpikir jorok melainkan berpikir ulang mengenai esensi permainan cinta itu sendiri. Bahwa, permainan cinta sekarang hanya sebuah label untuk menunjukkan betapa ‘having sex’ adalah sebuah cinta. Nyatanya, (kebanyakan) ‘having sex’ hanya sebuah permainan yang mengatasnamakan cinta.

Interpretasinya bisa macam-macam. Misalnya, kekerasan yang mengatasnamakan agama dan Tuhan yang nyatanya hanyalah sebuah permainan oknum-oknum *******

Novel Negeri Senja sendiri sangat patut diacungi jempol. Novel yang saya rasa beraliran surealisme ini memainkan imajinasi kita akan sebuah negeri yang selalu senja, dengan kubah langit yang selalu dibaluri dengan semburat keremangan senja yang kemerahan-merahan. Berpadu dengan langit yang keunguan muram. Bercerita tentang seorang pengembara yang tak pernah kembali ke tempat yang sama.

Menginterpretasikan banyak hal. Kekejaman penguasa, manipulasi agama, waktu yang sulit untuk ditebak kecuali orang-orang yang semakin menua. Kekerasan menjadi sebuah kewajaran, dimana di setiap lorong dan sudut kota hampir setiap hari ditemukan mayat bergelimpangan dalam keadaan naas.

Kata cinta yang dihapuskan dari kamus dan tak pernah diperbincangkan di Negeri Senja. Keheningan, karena penduduk Negeri Senja jarang berbicara (atau takut berbicara). Ada juga sisi feminisme dalam cerita Negeri Senja, dimana penguasanya, Tirana, adalah seorang wanita buta yang telah berkuasa selama 200 tahun dengan kekejaman tiada tara. Malahan, pada akhir cerita ini orang-orang di Negeri Senja baik penduduk maupun pengembara dibantai habis-habisan. Hanya menyisakan beberapa orang yang berhasil sembunyi dibawah tumpukan mayat, menyisakan luka dan trauma mendalam. Negeri Senja hanya dilingkupi padang pasir yang terhampar luas. Karena, Guru Besar, mantan kekasih Tirana, tewas mengenaskan dibunuh oleh Gerakan Perlawanan di tiang gantungan dengan 12 pisau belati (kalau tdk salah) yang menancap ditubuhnya. Tirana, yang masih memiliki sisi sensitivitas yang tidak disadari oleh orang-orang bahwa wanita yang sakit hati bisa lebih kejam dari apapun .

Menunjukkan bahwa wanita bukanlah makhluk lemah, namun di sisi lain ia bisa menjadi sangat kejam. Membuka pikiran kita tentang apa yang terjadi di negeri kita sendiri dengan bercermin pada cerita Seno di Negeri Senja.

I recommend this novel to you all.
Profile Image for jessie.
167 reviews9 followers
December 15, 2015
Saya berusaha keras menyelesaikan buku ini. Dan hasilnya adalah Seno sukses bikin saya berpikir senja tak lagi indah. Setiap kali saya baca buku ini, tiba-tiba badan saya seperti ikutan pindah ke negeri senja. Merasakan panasnya negeri senja dimana matahari terkatung-katung di cakrawala. Tak lagi terbit, tak hendak tenggelam. Tiba-tiba kepala saya seperti terkena cahaya senja. Oranye. Dimana-mana oranye. Kalau saya lagi nggak tahan, saya tutup buku ini dan kembali ke dunia nyata.

Saya tidak menyangkal dan bahkan mengagumi fantasi Seno yang luar biasa dalam buku ini. Tapi sampai akhir buku saya masih belum juga mendapatkan jawaban. Siapakah pengembara? Siapakah Puan Tirana? Siapakah Alina? Siapakah Maneka? Mengapa Puan Tirana begitu berambisi menjadi pemimpin utama Negeri Senja? Tak ada yg berharga disitu. Hanya pasir belaka. Hanya keremangan belaka. Hanya langit oranye belaka. Apa yang ingin didapatkan Puan Tirana disitu?

Saya berharap di akhir saya bisa dapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terus ada di kepala saya saat membaca buku ini.

Sayang. Seperti pengembara itu, saya juga tersesat. Tak juga saya temukan apa yang saya cari. Konon, dan memang hanya konon, senja selalu hadir saat saya membaca buku ini. Matahari tak juga tenggelam saat saya selesaikan buku ini.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Ossy Firstan.
Author 2 books102 followers
July 5, 2022
Akibat listrik padam, Negeri Senja dapat kutuntaskan semalam dalam sekali tidur-tiduran setelah sebelumnya hanya membaca lima halaman awal dan terdistraksi berbagai hal yang kadang penting, kadang tidak. Tapi bukan soal itu yang ingin kuceritakan.

Setelah membaca Obrolan Sukab yang penuh humor satir dan bikin mikir "Kejadiaan apa ya, yang terjadi di tahun itu,?" Negeri Senja dibuka dengan kalimat-kalimat nan puitis dan muram rasanya. Tokoh "Aku" sebagai pengembara yang terus berjalan karena berpikir dengan mengembara dia bisa lari dari kesedihan dan kekosongan. Tapi sebenarnya ia pun masih menyayangi dua wanita dan kerap entah menulis surat atau mengirimkan sesuatu Alina dan Maneka (tanpa tahu sampai tidaknya paket itu tentunya).
Negeri Senja bercerita soal sebuah negeri yang konon senja terus, yang dalam cerita lain dari Sang Penulis dikisahkan sebagai negeri yang indah, tetapi ketika kita sampai di sana sungguh menyeramkan. Sudahlah ada Puan Tirani (yang tidak jelas Puan/Tuan sebenarnya) yang tiran, memimpin bertahun-tahun tanpa turun, yang bisa membaca pikiran rakyatnya (tentunya ini ngeri jika terjadi), dan mudahnya di negeri itu membunuh orang. Menyenangkan untuk dibaca, agak menyeramkan jika benar-benar ada, kendati mungkin beberapa situasi konon pernah terjadi di Indonesia. Banyak hal yang ada di kepalaku ketika membaca, tetapi semuanya sirna bersamaan dengan Si Pengembara yang berhasil keluar dari negeri senja.

Omong-omong, apa sebenarnya isi kotak yang dititipkan itu?
Profile Image for Haifa Afifah.
36 reviews1 follower
February 7, 2018
Sengaja aku membaca setiap cerita senja yang seno tulis. Termasuk negeri senja. Sebelumnya saya membaca cerpen cerpen dan trilogi alina. Dan saya kira sebenarnya seno menceritan negeri senja yang sama.

Tak pantas kiranya negeri senja ini dikatakan buku roman. Sebab yang aku lihat hanya pembunuhan dan kekejaman pemerintahan Tirana. Telah 200tahun Puan Tirana sang penguasa yang buta itu berkuasa.

Ia dapat membaca pikiran penduduk negeri senja, inilah yang disadari pengembara ketika memasuki negeri senja. Penduduk negeri senja hidup dalam ketakuan Tirana.

Tirana akan mengutus pengawal kembar untuk membunuh penduduk yang berfikir menentang kekuasaannya. Selain itu, entah bagaimana caranya, Tirana juga mampu mengikat roh roh dari jasad yang telah mati.
Negeri senja adalah negeri yang selalu dalan keadaan senja, sebab matahari tersangkut di cakrawala, dan tak pernah terbenam selama lama nya.

Dua kali rencana pembunuhan Tirana oleh kaum pemberontak, tapi Tirana seperti bayangan hitam yang berjalan perlahan.

Banyak misteri yang tak terungkap dari negeri senja, sebab cerita ini hanya ditumis oleh seorang mengembara yang tak ingin mengetahui banyak tentang rahasia negeri senja.

Kiranya pembaca tidak puas, atau kesal, mending buat cerita bualan saja untuk mengada ada sejarah negeri senja.

#negerisenja #senogumiraajidarna #sga #oneweekonebook #seminggusebuku #recomendedbook
Profile Image for Amelia.
21 reviews2 followers
October 27, 2025
Hal yang membuat buku ini menjadi penting untuk dibaca oleh genereasi muda karena berhubungan dan relevan dengan negara Indonesia adalah;

1. Gejolak mental dalam karakter utama (Kesedihan, kergauan, dan apatisme yang mendominasi) sama seperti masyarakat Indonesia yang masih ragu akan bersuara atau beraksi.

2. Sistem pemerintahan yang pernah dialami Indonesia tentang membungkan suara masyarakat yang ingin memberikan gagasan karena kurangannya pemimpin dalam memaksimalkan kesejahteraan.

3. Apakah pemimpin yang memiliki kekuatan melahirkan pemerintahan yang kuat?

Masih banyak yang dibahas dalam buku ini walaupun jalan ceritanya terkadang melenceng ke arah filusufis jadi sebagai pembaca harus benar-benar mendalami tulisan sanh penulis supaya arah yang dituju tertampak jelas dan bisa nyaman dibaca.

(Jujur saya terus membolak-balikan apa yang sudah saya baca agar arah tulisannya bisa saya pahami)

Menurut saya karya dari tulisan Seno Gumira Ajidarma ini perlu diberikan apresiasi dan harus diperhatikan karena tulisan beliau yang memiliki pemaknaan yang mendalam bisa memberikan efek meditasi pada pikiran dan hati.
Profile Image for Askell.
81 reviews68 followers
February 6, 2019
Kedua kali baca, ada nuansa yang tetap sama ketika membaca Negeri Senja—nuansa yang begitu familiar, subtil namun hampir-hampir asing untuk dibahasakan, seperti perasaan romantik, terasing, kerinduan akan sesuatu yang indah namun disaat bersamaan realitas hidup yang penuh penderitaan dan luka menghantam sensitivitas dan idealisme, mereka yang kita sebut pengembara ini.

Buat saya yang begitu apik, adalah bagaimana penulis menempatkan kemanusiaan dalam kehidupan sosial-politik dan relasi kekuasaan di dalam masyarakatnya. Kehidupan sosial-politik masa ini seperti sebuah topik yang hitam-putih, objektif, rasional..segala mampu terjelaskan dengan teori ini dan itu, semua begitu pasti. Sementara Negeri Senja, lewat kacamata seorang pengembara yang terasing meneropong kehidupan bermasyarakat dengan subjektivitasnya dalam melihat, tak ada yang pasti, semua serba remang-remang, seperti kehidupan di Negeri Senja sendiri. Penulis berusaha mengembalikan topik bernegara dan bermasyarakat dalam bingkai kemanusiaan; dalam segala kehidupan sosial-politik dan perubahan yang menyertainya terdapat manusia-manusia sebagai individu yang merasa. Terlalu sering kekuasaan yang menyeleweng mengakibatkan luka kemanusiaan yang kadang tak mampu ditanggung. Namun kadang dalam kehidupan yang sarat luka dan penderitaan seperti ini, kehidupan akan berlanjut dan sejarah akan melupakan manusia-manusia yang dirundung luka ini. Rasanya begitu kecil kita dalam kehidupan, dan tak ada cara terbaik menjalani hidup ini selain mengalir bersama alurnya, kemanapun kita hendak dibawanya.
Profile Image for Teguh.
Author 10 books335 followers
October 26, 2015
Aku suka sekali buku ini. Seno menyeret pembaca pada sebuah negeri yang tidak kita ketahui lokasi geografis, tidak disebut dalam peta, dan hanya ditemukan oleh tokoh AKU karena pengembaraan dan menuruti penutur-penutur yang juga berasal dari pengembara.

NEGERI SENJA! Negeri yang selalu diselubungi magenta senja, matahari tidak pernah melorot tenggelam, dan ternyata keindahan senja yang terus menerus justru menjemukan dan menawarkan kengerian. Dikisahkan kemiskinan, otoritas, penindasan, atau bahkan seorang pemimpin Puan Tirana yang buta begitu kejam.

Meski tidak dieksplisitkan, sangat kentara SGA sedang mengkritisi orde baru. Apalagi saat dikisahkan keruntuhan rezim Puan Tirana, dengan pemberontakan, penguasaan menara (yang menurutku adalah gedung MPR DPR) dan penjarahan.

lengkapnya bisa diklik di sini https://alterteguh.wordpress.com/2015...

AKU SUKA!!
Profile Image for Happy Dwi Wardhana.
244 reviews38 followers
December 9, 2020
Mungkin karena saya baru menamatkan Nagabumi I: Jurus Tanpa Bentuk, jadi membaca Negeri Senja jadi tidak terasa begitu istimewa. Saya seperti membaca tulisan Pendekar Tanpa Nama sepanjang buku.

Deskripsi tentang senja pun diulang-ulang. Saya sampai melewati tiap adanya paragraf tentang senja.

Tapi yang menarik adalah roman ini sindiran keras atas rezim otoriter. Negeri yang rakyatnya sengsara, tetapi penguasanya tak acuh. Lembaga agama pun ikut berebut kuasa. Sayup-sayup perjuangan bawah tanah dan pemikiran cendikia diawasi ketat oleh rezim penguasa.

Barangkali saya akan menanggapinya beda sebelum saya membaca Nagabumi terlebih dahulu.
Profile Image for Ariska Anggraini.
50 reviews3 followers
September 11, 2014
Baiklah, saya akan memasukan negeri senja sebagai daftar tempat yang akan saya kunjungi untuk traveling di hari libur nanti. Saya akan berkunjung ke rumah bordil di padang pasir dan berfoto bersama dengan penunggang kuda dari negeri selatan. Juga saya tak akan lupa menikmati matahari yang tak pernah terbenam di negeri senja itu
Profile Image for Eva.
Author 24 books121 followers
September 12, 2014
Sudah lama sekali bacanya. Buku Seno yang paling saya sukai. Menyihir.
Saya merasa benar-benar dibawa ke Negeri Senja yang eksotis, memabukan, sekaligus mencekam.
Profile Image for Bangquito.
76 reviews25 followers
February 12, 2018
Negeri Senja bukan yang terbaik dari SGA. Negeri tirani yang dikuasai oleh puan Tirana terasa seperti eksplorasi tarian diksi yang penuh fantasi. Kata-kata yang berulang dan citra yang berputar, membuat saya sulit menentukan mana bagian terbaik dari novel ini. Pendeknya, tarian dan monolog itu kadang menimbulkan citra monoton atau mengulur, sehingga saya cenderung lupa. Jika dipersingkat, Negeri Senja dapat dipadatkan menjadi sebuah cerpen: Seorang pengembara menyaksikan kehidupan negeri senja yang menyedihkan, tetapi menyimpan pergumulan yang haru di dalamnya. Seingat saya, pendekatan retorik ini memang bambu runcing SGA dalam berbagai cerpennya, tetapi ternyata sukar betah dibaca dalam skala novel.

Namun, Negeri Senja memang bukan laporan jitu. SGA mengembangkan dongeng Negeri Senja dengan sabar dan teliti. Sebagai permulaan, Senja merupakan ruang liminal antara siang dan malam, ia menjadi latar yang efektif untuk menyimbolkan suatu "ruang tunggu". Negeri yang statis dalam cengkraman seorang penguasa, tidak bergerak selama 200 tahun. Walaupun tidak dijelaskan kapan senja mulai mengekal, kita dipaksa mengerti konsep senja sebagai "hal yang harus diterima begitu saja" sebagai penanda tiran yang pertama dan utama. Tema distopia yang disembunyikan dalam bentuk senja, yang umumnya diromantisasi habis-habisan di novel lain, sudah menjadi awal yang memukau dalam dongeng ini.

Kedua, terlepas dari kedekatannya dengan pengalaman kolektif Indonesia dan rezim orba, novel Negeri Senja masih relevan dengan tragedi tirani di belahan dunia manapun dan kapanpun. Jika tirani boleh disepakati sesuai hemat teman saya; sebagai suatu kondisi dimana kekuasaan dipegang oleh satu penguasa dzalim, maka Negeri Senja berhasil merangkum ide tersebut dalam bentuk dongeng yang berjarak. Jauh di fakta, tetapi dekat dimengerti.

Kekuatan roman Negeri Senja terletak pada pengolahan dunianya. Hampir seluruh objek narasi berpotensi menjadi bahan interpretasi. Misalnya kemampuan Tirana dalam mencacah roh, dapat diartikan sebagai usaha pengebirian terhadap ide/pemikiran yang dikandung seseorang. Menara negeri yang menjulang, dekat dengan ilustrasi Tower of Babel yang merupakan kumpulan dosa manusia di bumi, dan dipenuhi oleh para pendosa yang sebetulnya tidak paham penuh atas kesalahannya. Sayangnya, Plot utama dalam Negeri Senja kurang mengandalkan perangakat-perangkat tersebut. Misalnya pertemuan dengan wanita-wanita kemudian dicukupkan dalam refleksi akhir tentang bentuk cinta yang sementara dan abadi. Sementara penjara menjual lambang kuasa mistis dari puan Tirana.

Menyimpulkan, plot Negeri Senja tetap setia terhadap premis pertamanya, bahwa tidak ada yang berubah di dalamnya. Segala keterlibatan sang pengembara terbatas pada monolog dirinya dan peran yang tanggung. Sang Pengembara bertambah sadar, tetapi sebagai penyimak tidak menyumbang perubahan yang siginfikan terhadap cerita. keganjilan-keganjilan cerita cenderung ditutupi oleh tangan-tangan Tuhan misalnya berupa kehadiran seseorang. Perangkat yang hebat kurang dimanfaatkan. Struktur yang biasanya ditemui dalam cerita berupa pengembagan karakter hingga klimaks yang resolutif, tidak mencapai efek yang diinginkan. Negeri senja terasa belum genap seperti cerpen-cerpen Seno yang memang menerbitkan pertanyaan daripada jawaban.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Dindatps.
12 reviews
February 2, 2022
Judul Buku: Negeri Senja
Penulis: Seno Gumira Ajidarma
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun Terbit: Cetakan kelima, Februari 2021
Tebal Buku: xx + 227 halaman

"Bahagia artinya percintaan yang lengkap dengan kepedihannya--di dunia orang dewasa, bukankah kita harus selalu berdamai dengan luka?" (hlm. 177)

Tidak bisa dibayangkan, bagaimana bila matahari senja tertahan di cakrawala, sehingga langit berwarna jingga kemerahan setiap saat. Namun itulah keadaan Negeri Senja, matahari tak pernah tenggelam dan terbit di sana. Waktu akan selalu senja.

Bukan hanya itu, negeri senja juga tidak terdapat dalam peta, tidak ada yang tahu pasti di mana keberadaannya, hanya para pengembara yang diperjalankan ke sana yang tahu. Tidak ada buku sejarah yang mampu dibaca, tiada jam yang menunjukkan kapan siang dan malam.

Tokoh 'Aku' dalam buku ini berusaha mengisahkan perjalanannya selama ia berada di negeri senja. Sedikit percakapan, yang ada hanya bayang-bayang manusia tanpa wajah yang jelas. Ditambah dengan kekuatan sang Tirana, kemampuannya membaca pikiran di bawah cahaya senja, membuat tidak ada satupun rakyat yang berani menentang. Berbagai siasat pula telah diupayakan orang-orang tersembunyi untuk mencoba menghabisi Tirana si perempuan penguasa yang buta itu, tapi semua bentuk penyerangan gagal. Kaum fakir, pengawal kembar, rajawali muda, dan komplotan pisau belati menambah ketegangan di negeri senja. Ditambah lagi dengan kemunculan sekumpulan orang pendiri "pasar malam" di seberang sungai, yang memunculkan konflik tersendiri.

Membaca novel ini menjadi pengalaman menarik. Terasa seperti kisah fiksi fantasi penuh nuansa Timur Tengah namun dengan pembawaan fantasi Eropa. Unik dan menantang, namun juga roman. Terbaca jelas pada cover buku ini, genre yang bertuliskan roman. Awalnya kupikir berisi kisah-kisah semacam Aladin & Jasmine atau Laila & Majnun. Sebab buku ini asal kubeli saja tanpa tahu sedikitpun tentang sinopsisnya. Namun semuanya di luar dugaan, tapi sama sekali tidak mengecewakan, justru luar biasa apiknya.

Kisah ini tetap ada nuansa romannya, tapi tidak mendominasi. Hanya saja ada dua tokoh wanita yang masih menjadi pertanyaan besar dalam diriku sebagai pembaca, ialah tokoh bernama Alina dan Maneka. Nama yang cantik, secantik penggambaran penulis untuk keduanya. Bahkan kau tidak akan pernah tahu siapa nama si tokoh 'Aku'. Sama dengan orang-orang negeri senja, misterius.

Dan pesan tersirat yang dapat kuambil ialah, bahwasanya balas dendam tidak akan mampu menyelesaikan masalah dan melunasi rasa kekecewaan. Namun sebenarnya masalah dapat diselesaikan dengan cara yang lebih menyenangkan dan damai.
Profile Image for yunda..
66 reviews3 followers
December 17, 2021
Sebenernya, bagus. Lama-lama ikutan kesel sama si Tirani yang semaunya sendiri. Berkuasa 200 tahun, tidak mengizinkan perlawanan (artinya, tidak mau dikritik), senggol dikit bacok, senggol dikit bacok.

Menyelesaikan buku ini tidak berarti aku akhirnya bisa mengetahui tentang Negeri Senja, tetapi malah semakin bertanya-tanya karena memang se-misterius itu. Apalagi, dengan sudut pandang orang pertama, yaitu si "aku" yang notabene seorang pengembara yang lata yang jelas-jelas bukan penduduk Negeri Senja. Tidak bisa disalahkan juga, karena memang, novel ini lebih seperti catatan perjalanan si pengembara. Minusnya, jadi minim informasi dan cenderung "ngawang". Paling banter, kita cuma bisa memastikan bahwa Negeri Senja adalah negeri yang nggak ada di peta, penuh lorong gelap, dan suasana senja yang "terpaku" di sana, alias tidak ada siang-malam. Terlebih, karakter tokoh-tokoh di sekitar tertutup semua karena merasa terancam oleh tabiat senggol bacok dan kemampuan Tirani menerawang pikiran orang lewat cahaya senja, walau bukan Tirana yang membunuh langsung, melainkan para Pengawal Kembar, utusan Tirana.

Selain itu, yang rasanya harus kukritisi adalah kecepatan alurnya yang tidak setimpang sama isi bukunya. Alurnya tergolong sangat lambat jika dibandingkan dengan isi cerita yang begitu-begitu saja, berputar di cahaya senja dan penduduk bertudung hitam yang hampir tidak bisa diajak bicara secara lisan. Barulah setelah setengah buku, perjalanan mulai menunjukkan konflik dan keseruannya. Inilah alasan mengapa aku menghabiskan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya.

Meski begitu, dari sini aku paham bahwa segala sesuatu tidak selalu harus dikatakan secara langsung. Ada sebuah istilah bernama peka, pengertian, dan pemahaman yang bisa membantu menyelesaikan itu semua. Mungkin kita bisa mempelajarinya dengan melihat kebiasaan atau gelagat orang tersebut. Buktinya, meski di Negeri senja gelagat orang hampir sulit dibaca, tapi sang pengembara masih bisa merasakan cinta dari perempuan-perempuan yang ia temui.
Profile Image for Rayya.
31 reviews8 followers
April 14, 2022
"tangis itu tidak terdengar cengeng, seperti yang meminta perhatian dan menunjuk-nujukan diri sedang sedih, sama sekali tidak, tangis itu memang seperti penjelmaan kembali kesedihan, duka nestapa yang sudah sepantasnya ditangiskan, bukan karena tidak tahan atas penderitaan melainkan karena tangisan yang seperti itu adalah bahasa yang paling mungkin dari luka kemanusiaan. Tangis itu lirih sekali sebetulnya, tidak seperti ingin didengar. Itu sebuah tangis tertahan-tahan, dari sebuah derita yang ditinggalkan"

Pertama-tama, tulisan diatas adalah paragraf paling indah sejauh yang saya baca. Indah bukan karena sekedar kata-katanya yang jarang dipakai, tapi indah sebab tulisan itu begitu detail dalam menggambarkan sebuah tangisan sedih yang pilu, tanpa terkesan lebay ataupun belagak puitis. Tulisan itu bukanlah satu-satunya paragraf indah dalam buku ini, ada banyak tulisan lain yang sebenarnya hanya menjelaskan satu hal sederhana namun disajikan begitu mendalam dan indah.

Kedua-dua cerita buku ini sangat detail dalam membangun dunianya sendiri, begitu nyata hingga kita mudah membayangkan segala bentuk, rupa dan rasa di dalam negri senja. Namun meskipun begitu detail dan nyata, kesan misterius dari negri senja tetap ada, kesan yang mungkin membuat kita berimajinasi lebih jauh dan liar lagi persoalan apa yang ada dan akan ada di negri yang mataharinya tidak pernah tenggelam ini.
Profile Image for Sunarko KasmiRa.
288 reviews6 followers
August 2, 2022
Sebuah roman yang bercerita tentang sepenggal pengalaman hidup seorang musafir papa disebuah negara ditengah padang pasir yang punya waktu senja abadi berlokasi di anta berantah yang koordinatnya tidak akan ditemukan di peta dunia karena dengan maksud tertentu oleh penguasanya sang Puan Tirani memang seolah sengaja dihilangkan dari peradaban dan pengetahuan khalayak ramai.

Tidak seperti fiksi pada umumnya yang dibuat mengalir seturut konflik yang dimunculkan pada setiap tokoh. Roman ini dibuat seperti serangkaian reportase yang ditujukan kepada 2 wanita kecintaan dari si tokoh "aku" yaitu Alina & Maneka yang dirinya sendiripun tidak pernah tahu kemana nasib akan menuntunnya untuk berjumpa lagi atau tidak sama sekali. Meskipun dibuat seperti konsep reportase, satu dan lain bagian masih sangat runut dan mudah untuk dinikmati alur ceritanya karena dibuat dengan sangat luwes. Penulis seolah hanya tidak mau berlama lama membuang waktu untuk menceritakan yang tidak begitu esensi.

Selain konsep, hal lain yang menjadikan roman ini worth it untuk dibaca adalah bagaimana kepiawaian penulis dalam memilih diksi sehingga gambaran dalam setiap scene atau konflik sungguh nyata seperti kita turut ada bersama para tokoh. Selanjutnya adalah terkait dengan konsistensi dari alur cerita yang selalu dipenuhi dengan kejutan - kejutan yang tidak selalu luar biasa namun cukup mampu untuk menahan pembaca untuk tidak berhenti.

Sy rasa penulis tidak perlu diragukan lagi kualitasnya, selebihnya hanyalah selera dari para pembaca yang akan menentukan bagus dan tidaknya roman ini.
Profile Image for Iccang.
64 reviews1 follower
September 10, 2024
Dengan drama politisnya, novel ini berulang kali memberikan interpretasi terhadap senja selain sebuah keindahan, yaitu situasi remang dan samar. Berkisah tentang seorang pengembara di Negeri Senja, sebuah negeri yang dihiasi senja sepanjang waktu, sebuah negeri dimana samar-samar adalah satu-satunya kejelasan--sebuah negeri di mana tidak ada sesuatu pun boleh dianggap pasti. Negeri Senja pada cerita ini merupakan sebuah alegori relativisme yang terkesan sureal namun dapat diresapi seperti pada kutipan berikut.

"Aku tahu tidak ada yang bisa begitu saja dipercaya di Negeri Senja, apalagi hanya dengan melihat dan mendengarnya. Keadaan senja yang selalu memberikan keremangan dan kekelaman tidak bisa dianggap pemandangan yang sebenarnya, sehingga aku tidak tahu bagaimana segala sesuatu yang kulihat harus ditafsirkan. Keremangan dan kekelaman menjadi bagian tiada terpisahkan dari segala keadaan, tidak ada sesuatu yang cukup jelas untuk mencapai sesuatu keadaan yang bisa dipastikan." -- Hal. 109

"Kebenaran selamanya merupakan sesuatu yang muskil--seperti terang yang bukan kenyataan, tetapi dalam gelap yang tak bisa memberi penglihatan, tiada kepastian yang bisa dipegang. Namun rupanya yang dibutuhkan banyak orang adalah keyakinan, dan dalam keyakinan itu penalaran lebih sering disingkirkan." -- Hal. 131
Profile Image for Eko Setyo Wacono.
83 reviews8 followers
June 7, 2018
senja, dengan beragam keindahan dan kemisteriusan dalam balutan lembut cahayanya yang remang-remang. saya rasa cerita dalam novel ini adalah semacam alegori, bahwa keindahan bukan hanya terletak pada apa yang dapat kita lihat, namun juga cerita maupun pengalaman-pengalaman yang ada di baliknya. SGA menggambarkan sebuah negeri dimana matahari selalu berada di batas cakrawala, hendak tenggelam namun juga tak kunjung tenggelam, pemandangan indah bagi tokoh pengembara "musafir lata" yang memang selalu memburu senja, tapi juga merupakan pemandangan muram bagi penduduk negeri senja itu sendiri. dibumbui dengan intrik2 penggulingan kekuasaan, kerumitan sebuah kisah cinta, hingga adegan aksi laiknya cerita persilatan, novel ini menjadi salah satu karya sastra Indonesia yang sangat layak untuk dibaca. tentu, masih dengan "Alina" dan "Maneka", dan saya pikir tokoh "aku" dalam cerita ini tak lain adalah "sukab". really worth reading.
Profile Image for Wahyudha.
444 reviews1 follower
May 16, 2021
Seorang Musafir mengembara agar bisa menghilangkan kesedihannya. Sampai musafir lata tiba di negeri senja yang tak ada di peta. Di negeri senja ia menemukan keindahan sekaligus kengerian. Tak jauh beda dengan negeri lain. Bedanya hanya matahari di negeri senja tak pernah mau tenggelam.
Sang Musafir untuk kali pertamanya bisa tinggal lebih lama di sebuah negeri. Yang tak ada dalam Peta. Apakah karena kedaan negeri yang selalu senja atau kah keadaan masyarakat dan budayanya?
Musafir mencari kebenarannya sendri.

SGA bisa saja membangun cerita tentang dunia yang tak pernah ada. Keindahan kata dalam mencipta suasana senja sungguh nyata. Sampe2 berpikir kalau ada matahari yang tak terbenam akan jadi apa yaaa? Akan kah selalu rawan.

Tak lupa SGA memasukan isu sosial perihal kekuasaan, kepercayaan, dan rakyat. Awalnya saya mengira ini novel akan romantis tapi rupanya tidak karena tetap ada pembunuhan atau pembersihan manusia.
Profile Image for Eva Novia Fitri.
163 reviews1 follower
February 21, 2023
Seorang pengembara menemukan sebuah negeri dimana selamanya senja karena matahari
tersangkut di cakrawala tidak pernah bisa tenggelam. Meski dibalik keindahannya banyak hal
gelap dan pahit, ada sesuatu yang membuat dia bertahan tinggal lebih lama dibanding negeri- negeri lain.
Penuh monolog dengan narasi indah bahkan saat melukiskan adegan2 kekerasan, bab bab awal yang terasa mengambang, gak nusuk, dan muter2 penuh pengulangan kemudian terbayar lunas dengan tempo yang tiba2 intens dan mengalir deras di pertengahan hingga akhir. Diksi ala SGA seperti menemukan ruh-nya saat mengisahkan keindahan sekaligus kepedihan asmara. Beberapa bab sampai baca ulang saking dalamnya tersentuh.
Meski ini roman, sulit tidak curiga bahwa ini adalah sindiran dan gambaran pahit tentang
pemerintah kalau penulisnya adalah SGA. Karenanya sambil membaca, suka autorun
menghubung2kan SGA sedang men-satire siapa dan kejadian apa. Kalau mau cocoklagi bisa cek di era siapa SGA menulis buku ini.
Profile Image for Vaneissya Purwanto.
24 reviews
January 7, 2021
Pada akhirnya selesai juga membaca buku ini. Buku ini kudapat setelah direkomendasikan oleh sebuah website. Buku ini adalah buku kedua Seno yang kubaca yang juga bertemakan senja. Seno memang sukses menyajikan senja yang indah dan tak terlupakan dalam buku-bukunya.

Buku ini menurut hematku datar, mengambang, dan yah datar begitu saja. Jujur saja, aku sangat berjuang untuk menyelesaikan buku ini, berharap terdapat kejutan di akhir cerita. Cerita sang pengembara memang hanya seperti memotret beberapa waktu perjalanannya di Negeri Senja. Mungkin ada beberapa makna implisit dan filosofis yang kudapat setelah membaca buku ini. Makna yang dapat aku ambil adalah dimungkinkan Negeri Senja adalah orde baru dengan segala ketidakbebasan warganya untuk bersuara dan berpendapat karena bisa saja ada yang mendengar dan menghilang dalam bayang-bayang gelap senja.
Profile Image for Prams' Shelf.
14 reviews
November 26, 2024
Seno Gumira Ajidarma dan kemagisannya dalam mengolah senja menjadi suatu hal yang gak biasa. Premis awal menarik sekali, benar-benar terbawa masuk ke dunia distopia yang bikin enggan kita untuk membayangkan kalau harus hidup di sana: demokrasi mati, kebebasan terenggut, dan dihantui kekuasaan otoriter. Well, buku ini bener-bener tentang suatu negeri distopia yang dibalut keindahan senja sehingga orang lupa tengah dianiaya kekuasaan. Cukup bisa dipadankan dengan kondisi negeri kita di mana kebebasan terkadang dikukung demi segelintir pihak yang haus kekuasaan. Sayang sekali endingnya antiklimaks, seperti digantung begitu saja. [SMALL SPOILER] Banyak hal yang gak tertuntaskan di endingnya, termasuk rahasia mengapa senja gak bisa tenggelam di Negeri Senja dan hubungannya dengan Kotak Senja yang dititipkan para fakir. Well, buku ini tetap menyenangkan untuk dibaca 🌇🌆
Profile Image for Saji.
96 reviews5 followers
October 4, 2021
Buku SGA pertama yang saya baca itu Kitab Omong Kosong. Sejak baca buku itu, saya suka dg gaya berceritanya, dan saya putuskan beli buku ini. Negeri Senja punya kesamaan dengan Kitab Kosong, seperti pengembaraan, makna perjalanan, makna kata, tokoh yang punya rajah, ada Maneka juga di sini, dan beberapa pernyataan dari sudut pandangnya bahwa kemampuan berceritanya terbatas.
Saat membacanya, kadang saya tenggelam di negeri senja, tapi juga pikiran-pikiran tokoh "aku." Padahal, tokoh "aku" itu sendiri kurang diceritakan, bahkan namanya nggak disebut. Dideskripsikan dia adalah seorang pengembara yang hatinya selalu bersedih. Dua orang yang sangat ia cintai yakni Alina dan Maneka, yang sering ada di pikirannya.
Profile Image for Reyvan Adryan.
31 reviews8 followers
June 13, 2024
Melanjutkan baca lagi setelah beberapa tahun lalu baru setengah progressnya

Saya suka untaian kata katanya sangat indah dan menunjukan duka dan kebingungan dari tokoh pencerita. Narasi dan deskripsi tentang negeri senja ini sangat jelas dan membuat pembaca membayangkan berada di negeri yg indah dimana matahari tidak pernah tenggelam tapi keaadaan yang berbanding terbalik dengan keindahannya

Pengen kasih bintang 5 tapi ada beberapa hal yg masih mengganjal, contoh nya tentang benda misterius kotak senja yang di ceritakan berulang kali membuat penasaran sekali apa benda itu, namun sampai akhir tidak terpuaskan rasa penasarannya karena tidak dijelaskan. Serta saat Tirana membantai semua kota sampai yang jauh2 namun kenapa pasar malam tidak ikut terkena murka nya Tirana?

Overall sangat enjoy dengan buku ini, bakal coba utk baca buku SGA yang lain
This entire review has been hidden because of spoilers.
Displaying 1 - 30 of 111 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.