Hari itu aku mendapati diriku terkena kutukan Kafka. Aku telah terbangun dari mimpi buruk yang memenjaraku, ketika aku mendapati diriku sebagai seekor burung. Mulutku telah berubah menjadi paruh yang panjang dan runcing. Tanganku yang ditumbuhi bulu-bulu hitam tak lagi dapat mencengkeram sesuatu karena telah berubah menjadi sayap-sayap yang kokoh. Kakiku berbentuk aneh karena sepenuhnya telah menjadi kaki seekor burung. Mungkinkah aku adalah seorang pangeran yang telah dikutuk tukang sihir jahat sehingga aku mendapati diriku menjadi seekor burung. Bukan. Aku bukan pangeran dalam cerita dongeng yang dikutuk oleh seorang penyihir jahat. Aku, dan kau pasti tahu telah terkena kutukan Kafka. Aku yakin pasti ini kutukan Kafka.
For additional information on publishing your books on iPhone and iPad please visit www.AppsPublisher.com
Muhammad Alfan Alfian Mahyudin adalah dosen Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Nasional dan juga Direktur Riset The Akbar Tandjung Institute, Jakarta. Lahir di Klaten, Jawa Tengah, 15 Februari 1973. Menyelesaikan pendidikan SD dan SMP di Polanharjo, Klaten; SMA Negeri 4 Surakarta; S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang (1996), S2 Ilmu Politik Universitas Nasional (2005), S3 Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (2015).
Pernah aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), terakhir sebagai Ketua Umum Bakornas Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Bakornas LAPMI) PB HMI (1995-1997), Redaktur Eksekutif Jurnal Madani PB HMI (1998-2000). Ia juga pernah aktif di DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) periode 2002-2005 dan Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PP Muhammadiyah. Pada tahun 2000 mengikuti program ACYPL (American Council of Young Political Leaders) di Washington DC, Oklahoma dan Oregon City, AS.
Alfan pernah bekerja sebagai wartawan Majalah Properti Indonesia (1996-1998). Wartawan dan Dewan Redaksi Majalah Amanah (1998-2000); Staf Ahli Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (1998-2000); Staf Ahli Fraksi Golkar (2003- 2004), dan berbagai peneliti antara lain pada Komunitas untuk Transformasi Sosial (Katalis); Institute for Transformation Studies (Intrans), Institute of Democracy Indonesia, ACG Advisory Group, dan Gerakan Jalan Lurus (GJL).
Penulis menulis di pelbagai media massa antara lain di harian Kompas, Republika, Media Indonesia, Suara Pembaruan, Sinar Harapan, The Jakarta Post, Jawa Pos, Koran Tempo, Bisnis Indonesia, Seputar Indonesia, Pelita, Jurnal Nasional, Suara Merdeka, Kontan, dan sebagainya. Selain itu menjadi contributor dan editor berbagai buku, buku-buku karyanya sendiri antara lain Mahalnya Harga Demokrasi: Catatan atas Dinamika Politik Pasca Orde Baru, Naik dan Jatuhnya Abdurrahman Wahid (Jakarta, Intrans, 2001); Menjadi Pemimpin Politik, Perbincangan Kepemimpinan dan Kekuasaan (Jakarta, Gramedia, 2009); Demokrasi Pilihlah Aku (Malang, Intrans, 2009 dan 2012); Pemimpin yang Pelayan (Malang, Intrans, 2009); Kekuatan Pemimpin (Jakarta, Kubah Ilmu, 2012) dan Novel Akulah Beo! (Jakarta, Kubah Ilmu, 2012).
Menikah dengan Alfiasih pada 1998 dan dikaruniai dua orang anak, M. Alam Azizi dan Nur Izzah Ayuni. Kini tinggal di Jatibening, Pondok Gede, Bekasi. Kontak dengan penulis via email ke: malfanalfianm@yahoo.com.
This book felt so inconsistent. Some part were so good it felt much better than the Animal Farm (last third of the book). More persistent and straightforward, plus it is so engaging since it was realistically based on my country's situation. Some parts were so boring that it wanted to make you dnf the book. Corny jokes, cringey. I really got the premise but the dialogue among characters were timid it brought the points away from the room. If it was a 17th century's book i would understand but even in comparison with old books i didn't find it funny or amusing. Gave me the ick for trying so hard to be funny.
But seriously though, last part was a banger. Love it so much it carried the rating for the whole book. Very knowledgable and keen.
If you hate work based on a hard references i don't think you would like this book. It was not so original. It used so many, literally SO MANY raw elements from The Metamorphosis and Animal Farm especially that just being replaced by his own new characters and plots.