Jump to ratings and reviews
Rate this book

Dilarang Mencintai Bunga-bunga: Kumpulan Cerpen

Rate this book
“Menangis adalah cara yang sesat untuk meredakan kesengsaraan. Kenapa tidak tersenyum, Cucu. Tersenyumlah. Bahkan, sesaat sebelum orang membunuhmu. Ketenangan jiwa dan keteguhan batin mengalahkan penderitaan. Mengalahkan, bahkan kematian….”

Sederhana tapi menghanyutkan, begitulah cerpen-cerpen karya Kuntowijoyo. Permasalahan sehari-hari yang diangkat membuat jalan ceritanya terasa ringan, tapi sarat makna.

Bertemakan kehidupan manusia yang dinamis, Kuntowijoyo mengedepankan sisi spiritualisme yang mengorek moral si tokoh utama. Salah satu cerpen yang dimuat dalam buku ini—Dilarang Mencintai Bunga-Bunga—berkisah mengenai keakraban seorang anak lelaki dengan tetangganya, sang kakek yang menemukan makna kedamaian dan keindahan hidup dalam bunga-bunga yang dirawatnya setiap hari. Dengan keapikan kata yang dirangkai, membawa cerpen ini menjadi pemenang pertama Sayembara Cerpen Majalah Sastra pada 1968.

Cerpen-cerpen karya Kuntowijoyo yang tak kalah menarik lainnya, terhimpun dalam buku ini dan kami persembahkan kembali bagi para pembaca yang merindukan kisah penuh kebijaksanaan yang mampu memberikan pelajaran kehidupan tanpa menggurui.

200 pages, Paperback

First published January 1, 1992

84 people are currently reading
1141 people want to read

About the author

Kuntowijoyo

51 books132 followers
Kuntowijoyo was born at Sanden, Bantul, Yogyakarta. He graduated from UGM as historian and received his post-graduated at American History by The University of Connecticut in year 1974, and gained his Ph.D. of history from Columbia University in year 1980.

His father was a puppet master (dalang) and he lived under deep religious and art circumstances. He easily fond of art and writings and became a good friend of Arifin C. Noer, Syu'bah Asa, Ikranegara, Chaerul Umam, and Salim Said.

His first work was "Kereta Api yang Berangkat Pagi Hari".

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
180 (33%)
4 stars
208 (39%)
3 stars
109 (20%)
2 stars
19 (3%)
1 star
17 (3%)
Displaying 1 - 30 of 82 reviews
Profile Image for Nanto.
702 reviews102 followers
January 30, 2008
Kumpulan Cerpen Pak Kunto ini adalah lanjutan perkenalan saya dengan pemikiran beliau. Pertama-tama yang saya kenal adalah dari artikel tentang perbandingan pragmatisme yang merupakan "filsafat amerika" yang salah satunya dipelopori oleh William James, dan pragmatisme di Indonesia yang dibawa antara lain oleh mafia berkley. Artikel yang saya baca di Kompas tahun 1995 ini cukup menarik, pragmatisme di Amerika berhasil sebagai sebuah reaksi atas kejumudan filsafat eropa kontinental dan empirisme britanika.

Sewaktu saya skripsi, ada sebuah tulisan yang mengamini bahwa kemunduran Inggris sebagai hegemon adalah ketidakmampuan Inggris menghubungkan antara pure science dengan applied science, sementara di saat yang sama amerika muncul dengan Ford yang malah menjadi isme dalam manajemen produksi massal. Fordisme adalah salah satu bentuk pragmatisme amerika yang menjadi salah satu pijakan bagi kebangkitan amerika sebagai hegemon di paruh kedua abad 20. tentunya ada faktor lain, namun pragmatisme itu pula yang membuat amerika mampu menembangkan konsep dual use technology. Bagaimana antara kedua sisi ilmu itu bisa saling mendukung. baik dalam research program (Lakatosian banget gak seh) maupun dalam hal pendanaan. Internet dan HP adalah salah duanya. Kalo soal Indonesia jangan tanya dulu yah...biar saya di LIPI saya mah baru lepel lieur cari sekolah hehehe

Ulasan perputaran lahir dan matinya peradaban ato bangsa ala Toynbee ato Ibnu Kholdun (hehehe yang pertama memang terasa meneruskan nafas yang terakhir dengan sedikit perbedaaan) ini kemudian juga dituliskan oleh Paul Kennedy, dalam Buku the rise and fall of the great powers (masih sodara tua Ken Edy bapaknya teman saya hihihi podo turunan Ken Angkrok, pelafalan menurut lidah tradisional bapak saya, pen).

Namun, bagaimana dengan pragmatisme ala Indonesia menurut tuturan pak Kuntowijoyo? Gagal tuh katanya! Kacian deh Indonesia. sayang detilnya saya agak lupa (sumpah ini gak ada pesan sponsor untuk main ke Litbang kompas buat cari itu artikel hehehe).

Gambarannya kurang lebih gini, STM adalah implementasi pragmatisme pendidikan di bidang teknik. Daripada kebanyakan melahirkan insinyur yang biasanya kenyang teori maka lulusan stm akan menjadi montir yang diharapkan lebih menguasai tacit knowledge bidang teknik ini. Namun, kian tahun, lulusan stm sudah lupa, bahwa mistar penggaris besi itu untuk mengukur bukan untuk ngemplang siswa sekolah lain. Al hasil proyek mengembangkan montir-montir ganteng gagal, malah menjadi lebih cocok jadi Ratih yang kadaluwarsa jaman 98-an dulu hehehe ini gambaran kabur plus bumbu dari saya.

Kembali ke persoalan mencintai bunga-bunga. Kumpulan cerpen yang judulnya merupakan pemenang lomba Hadiah Pertama Sayembara Menulis Cerpen di Majalah Sastra (1968) ini ada kaitannya antara pragmatisme versus kejumudan filsafat kontinental. Kisah seorang anak yang awalnya takut melewati sebuah rumah. Namun kemudian si penghuni rumah itu adalah seorang tua yang bijak. Bergaul akrablah ia dengan si pak tua nan pandhito itu. Laun tapi pasti terceraplah "kebijakan" pak tua tersebut. Melalui dialog bersama pak tua di tengah kebun bunga. Si anak kini telah pandai, bahkan untuk menasihati bapaknya yang montir. Pak montir resah dan gelisah karena si anak dianggap so' tuwir. Ditengah kesengitan, si pak montir melarang si anak untuk ngelmu ke si pak pandhito. Disuruhnya si anak untuk berpeluh dan bergelimang oli. Kegalakan si bapak monthir berbuah. si anak menjadi montir ganteng (si anak kiranya co dan bukan keluarga azhari. kalo enggak, jadinya teuteup...monthir-monthir cantik). Jauh lebih baik dari proyek stm itu kalee. Si anak pun menyadari pesan lain pak monthir, untuk menjadi pandhito perlu bermandi keringat dan oli dulu. Kalo dalam bahasa Mangkunegoro I dalam Wedhatama itu (yang lebih phenomenologis dari pada klenik dalam interpretasi saya), "ngelmu kui ngelakoni kanthi laku".

Pendapat lain yang mencoba mengaitkan cerpen "dilarang mencintai bunga-bunga" ini dengan sejarah pribadi dari Kuntowijoyo sendiri. Saya kutipkan di sini satu alinea dari artikel "Transendentalitas Karya-karya Kuntowijoyo", Hasta Indriyana yang dimuat Republika 13 Maret 2005:

"Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-bunga, misalnya, berkisah tentang seorang tua, seorang anak yang mencintai bunga-bunga, dan seorang bapak yang melarang anaknya mendekati bunga-bunga. Pengalaman pribadinya yang berhubungan dengan cerpen tersebut adalah tentang pekerja keras, berpindah- pindah, dan laki-laki pecinta bunga. Pekerja keras adalah tetangga Kuntowijoyo, seorang Jepang setelah Jepang kalah lalu menikahi perempuan tetangganya. Berpindah-pindah merupakan pengalaman keluarganya karena orang tua Kuntowijoyo pegawai di Perusahaan Negara Garam. Sedangkan pecinta bunga adalah teman kuliah tingkat pertama yang di kamarnya selalu terdapat kembang warna-warni."1

Bagi saya pribadi, endapan buku ini yang kemudian mengilhami di tengah kejumudan bacaan tentang teori dan methodlogi penelitian. Setelah sidang sarjana, di tengah buaian sepoi angin Jatinangor, maturlah saya sama dosen pembimbing saya yang telah rido membimbing saya sekian tahun dengan hanya berhonor 50 rebu itu, "pak saya gak jadi insinyur dulu yah, saya jadi monthir dulu deh!" Lupa saya jawaban beliau, yang saya ingat...BUKU INI SAPA YANG PINJEM YAA!!!! kok leungit sejak dari Bandung. Belinya susah neh, nemu gak sengaja di Palasari.

Kanggo Pak Kunto matur sembah nuwun dongengnya, Kanggo RMT semoga saya bisa jadi insinyur yah! Bosen jadi monthir hehehe

1. http://www.republika.co.id/koran_deta...
Profile Image for Teguh.
Author 10 books335 followers
June 23, 2016
Sepertinya cerpen-cerpen Kuntowijoyo selalu menghanyutkan pembaca. Seperti sedang makan kue lapis legit, berlapis-lapis tapi satu padu dan enak. Setidaknya ada beberapa alasan yang saya temukan. Pertama cerpen-cerpen Kuntowijoyo selalu mengajak pembaca merenung. Katanya cerpen (merujuk pada puisi) ada yang tidak hanya berhenti di tekstual antara cerpen itu sendiri dan pembaca di ruang bacanya masing-masing. Dan cerpen Kuntowijoyo selalu memaksa kita merenung. Kedua Kuntowijoyo pada masa itu tidak hendak bergenit-genit dengan bahasa dan metafora, kecuali memang memakai simbolisasi yg tepat. Ketiga, kelengkapan profesi Kuntowijoyo sebagai sastrawan, sejarawan, dan antropolog yang paham betul budaya Jawa menjadikan cerpen-cerpennya sangat komplit.

Cerpen yang dijadikan judul Dilarang Mencintai Bunga-bunga mengungkapkan bagaimana orang Jawa dan orang pada umumnya menyikapi anak laki-laki dan apa arti kehidupan. Bunga yang dipergunakan simbol untuk mengungkapkan bahwa laki-laki bukan hanya bertugas mencari bunga (red: uang) belaka. Tapi mencari bunga di dalam jembangan yang membuat ketenangan. Dan ending Kuntowijoyo selalu, antah barantah.

Cerpen Samurai lebih kejam dalam menyikapi hubungan laki-laki dan perempuan. Laki-laki selalu ingin di atas, dipatuhi oleh perempuannya, yaitu istrinya. Sebaliknya perempuan justru menyikapinya dengan perasaan. Akibtanya sebilah Samurai yang dipajang di kamar menjadi simbol suami yang harus patuh pada istrinya.

cerpen Segenggam Tanah Kuburan membuka ingatan pada cerpen Kuntowijoyo yang lain berjudul Anjing-anjing Menyerbu Kuburan. Tapi anjing si tokoh dalam cerpen Segenggam Tanah Kuburan tidak dipergunakan sebagai simbolisasi hayawaniyah dan manusiawi. Tapi sebagai anjing yang sesungguhnya. Ya Kuntowijoyo memakai ending twist.

Cerpen Serikat Laki-laki Tua dan Sepotong Kayu untuk Tuhan dua cerpen yang jenaka luar biasa.

selalu salut dengan karya-karya beliau.
Profile Image for Rahman seblat.
24 reviews2 followers
September 18, 2008
seorang lelaki tak boleh menangis. tak boleh halus. tak boleh mencintai bunga. lelaki harus jantan. meraung2kan motor. berlepotan oli bla..bla.. sebuah gugatan yang manis terhadap eksistensi laki-laki.
Profile Image for Ria.
113 reviews
June 21, 2012
Pertama, saya melirik buku ini karena judulnya menarik. Yang kedua, berhubung penasaran maka seperti teman saya bilang, "tak ada kayu ebook pun jadi". Yah jadilah tengah malam buta saat sedang lelah dan ingin sedikit petuah saya mendonlot buku ini dan langsung membacanya.

Begitu membaca cerpen pertama, rasanya saya tidak merasa salah pilih untuk membaca buku ini. Dilarang Mencintai Bunga-bunga. Awalnya karakter kakek keramat dalam cerita ini mengingatkan saya pada tokoh Boo Radley dalam buku To Kill A MockingBird. Tokoh kakek yang aneh, yang tidka pernah keluar dari rumah, membuat orang-orang (lagi2) berprasangka ini itu sebelum mengenal dengan jelas siapa dia. Padahan setelah mengenalnya, seperti yang diceritakan Buyung, ternyata kakek itu sangat ramah, bijak, dan mencintai bunga2.

"...Hidup adalah permainan layang-layang. Setiap orang suka pada layang. Setiap orang suka hidup. Tidak seorang pun lebih suka mati. Layang-layang bisa putus. engkau bisa sedih. Engkau bisa sengsara. Tapi engkau akan terus memainkan layang-layang. Tetapi engkau akan terus mengharap hidup. Katakanlah, hidup itu permainan..."

Pertanyaannya, bisakah kita tetap mencintai bunga-bunga (lambang kedamaian dan kebersihan jiwa), merawatnya. Sementara dalam saat yang sama tangan ini juga haru dipakai untuk bekerja (lambang kegiatan yang bersifat duniawi) ?

Cerpen favorit? Pastinya cerpen pertama. Lalu, cerpen berjudu; Anjing, dan Gerobak Itu Berhenti Di Depan Rumah, memberikan kesan tersendiri bagi saya. Dari masalah bertetangga, masalah sepele sehari-hari, terjebak prasangka dan kedangkalan terhadap suatu pemahaman, membuat kumpulan cerpen ini jadi tambah menarik buat saya. Melihat sisi kehidupan yang biasa kita jalani dari jendela yang berbeda. Dari jendela rumah tetangga mungkin ^_^.

Banyak pesan yang disampaikan dalam buku ini dengan cara yang unik. Tidak membuat saya sebagai pembacanya merasa di ceramahi atau digurui.

Apalagi ya? Ini dulu saja, masih ada niat membaca buku ini untuk kedua kali. Otak saya yang tak seberapa dan sedang kelelahan ini masih berusaha mencerna hal lain yang mungkin bisa dapatkan dalam buku ini.

Kamis malam dan bunga-bunga (yg pasti bukan bunga sajen) ^_^
Profile Image for mahatmanto.
545 reviews38 followers
July 2, 2008
saya menerima buku ini dari nanto, yang mengirim langsyung dari batavia.
saya pernah membaca cerpen yang dijadikan judul buku ini, dan belum membaca yang lainnya. dan tadi subuh, saya selesaikan satu darinya: kayu untuk tuhan.
kisah ini kristen banget.
begitu cocok dengan pemahaman kami orang kristen mengenai "persembahan" kepada tuhan: apa yang diberikan oleh tangan kanan jangan diketahui tangan kiri. artinya, kalau memberi sesuatu untuk kepentingan tuhan [dalam cerpen ini digambarkan seorang tua yang ingin menyumbang pada pembangunan sebuah surau] jangan berhitung-hitung, jangan pula berniat agar diketahui anggota jamaah.
pergulatan untuk menjalani ajaran inilah yang menggenangi sekujur cerpen ini. ketakutan [pada amarah istri] dan keberanian [utk bertanggungjawab], kebimbangan dan keikhlasan dirinci dengan baik.
juga,
cara mengakhiri kisah ini pun dirancang agar membuat kejutan pada pembacanya.
ini bagus sekali, saya bersyukur boleh membaca cerpen yang menguatkan iman kristiani kami, padahal ditulis oleh seorang muslim saleh.
Profile Image for Tsunn.
235 reviews6 followers
April 13, 2021
Ada hal-hal yang ternyata saya rindukan. Ada hal-hal yang mulai saya anggap wajar dan mulai saya abaikan. Membaca buku ini seolah membuka mata saya lagi atas hal-hal yang saya abaikan, atas stereotipe yang tanpa sadar mulai saya aminii.
Profile Image for gieb.
222 reviews77 followers
January 2, 2008

salah satu maestro cerpen indonesia.
Profile Image for Nisrina.
48 reviews14 followers
January 24, 2018
Mengawali 2018 dengan membaca kumpulan cerpen Kuntowijoyo. Setelah sekian lama tidak bertemu dengan sastra, saya merasa kewalahan dan kelelahan membacanya. Kisah yang ditawarkan menarik, terutama pada judul: Kayu untuk Tuhan.
Profile Image for Alfath F. R..
231 reviews4 followers
May 5, 2017
Sebelum saya menuliskan review ini, saya sempat melihat-lihat bagaimana pembaca lain menuliskan reviewnya. Ada yang terlihat sangat menguasai bidang sastra dan mengikuti karya penulisnya, tapi tidak sedikit juga yang sekedar menuliskan sebatas kesan setelah membaca kumpulan cerpen ini. Tentu saja, saya ikut rombongan kedua, rombongan yang mampu menuliskan kesan saja hehehe. Kemudian bagian yang saya sukai dari keseluruhan cerpen adalah penggunaan sudut pandang lelaki. Menurut saya, penulis berhasil menuliskan detil tindakan dan pemikiran bagaimana para lelaki kebanyakan. Paling tidak, cukup menggambarkan para lelaki yang saya kenal. Apalagi penulisnya juga lelaki. Shahih.

Hampir semua cerpen mempunyai pola: keyakinan menggebu terhadap suatu prinsip di awal cerita, lalu diikuti beberapa kejadian yang mampu memancing penyadaran diri di akhir. Sesuatu yang mewakili deskripsi ".... kisah penuh kebijaksanaan yang mampu memberikan pelajaran kehidupan tanpa menggurui" di bagian cover belakang buku ini. Memang bagi sebagian pembaca, cerita yang disajikan bersifat sederhana dan sering terjadi dalam kejadian sehari-hari. Namun menurut saya, justru dari cerita sederhana itulah yang seringkali menggambarkan apa yang pernah dipopulerkan Leonardo da Vinci, "simplicity is the ultimate sophistication".

'Dilarang mencintai bunga-bunga' menjadi cerita pembuka yang mengingatkan atas sterotype bagaimana lelaki harus bertindak dan bergaul. Bunga sebagai simbol yang hanya cocok digeluti perempuan dan kakek yang mencintai kedamaian, agaknya perlu dijauhi oleh sang anak agar berperilaku sesuai harapan sang ayah. Kalau jaman sekarang --dimana ilmu parenting sering digembar-gemborkan -- perilaku sang ayah mampu membuat kita menilai, bahwa ayah dalam cerita adalah orang tua yang gagal. Hanya membentak, membaluri tangan anak dengan oli, tanpa memberi contoh dengan layak, merupakan sosok yang tidak meyakinkan untuk mendidik seorang anak. Khas, tipikal ayah otoriter pada era ketika penulis menyusun cerita ini. Bahkan tidak menutup kemungkinan, di jaman sekarang masih ada. Tentu saja, sikap sang anak yang bergaul dengan kakek dalam hal mencari ketenangan batin itu tidak luput dari perhatian saya. Jujur saja, bukan hal yang tidak mungkin anak berusia sekolah dasar bersikap 'nuek-i' (bersikap seperti orang tua) dan 'negesi' (tegas seperti orang dewasa yang mempunyai prinsip, tidak kekanakkan), tapi tetap menunjukkan ketakutan atas dominasi orangtua. Beberapa anak seperti ini memang enak diajak ngobrol tanpa bertele-tele, sikap yang biasa ditunjukkan oleh anak-anak cerdas, anak-anak yang mampu berkomunikasi dengan orang dewasa. Hingga akhirnya, sang anak ini masih memikirkan bagaimana seharusnya hidup ini. Oh berat sekali, mengingat kedamaian sang kakek tapi juga menyadari bahwa ia masihlah anak orang tuanya. Memang kenyataan tak selalu seindah harapan.

Beberapa cerita lain rupanya bernuansa mistis dan mampu membuat merinding; 'Segenggam tanah kuburan' dan 'Mengail ikan di sungai'. Bila pembaca pernah menjadi korban 'sirep' para maling, atau sekedar meyakini bahwa kejadian ini benar adanya, maka jangan lewatkan cerita berjudul 'Segenggam tanah kuburan'. Meskipun kita bukan dukun, cerita ini cukup mengingatkan bahwa di atas langit masih ada langit. Demikian juga 'mengail ikan di sungai', mengusung tema tentang paham tahayul yang masih digenggam erat oleh beberapa penganut agama Islam. Sesuatu yang mengingatkan bahwa pada akhirnya kita semua akan mati bukan? Lalu, apa keuntungan dari mempercayai sesuatu yang bersifat tahayul? Lebih-lebih bila tahayul dijadikan seorang tetua untuk melindungi daerah memancingnya dalam cerita 'Ikan-ikan dalam sendang'.

Beberapa cerita yang lain juga sarat akan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip atau dugaan yang belum tentu benar. Cerita 'Anjing' menyuguhkan kenyataan yang melenceng dari prasangka. Lalu ada 'Samurai' yang cukup mewakili bagaimana upaya sang suami ingin 'ditakuti' sang istri walaupun berakhir gagal. Tidak lupa, 'Serikat laki-laki tua' mengingatkan kita bahwa kebebasan itu sebenarnya tidak ada. Bahkan sekedar niat bersedekah pun tak luput dari rencana lain Sang Pencipta dapat kita baca di bagian 'Sepotong Kayu untuk Tuhan'. Jangankan bersedekah, sekedar menasihati saja pada akhirnya bisa menjadi sia-sia dalam cerita 'Gerobak berhenti di muka rumah'. Terakhir, segala pandangan merendahkan terhadap sesama perlu dilenyapkan akan nampak pada cerita yang berjudul 'Burung kecil di pohon'.

Keseluruhan, saya menyukai cerita-cerita yang ada di dalam buku ini. :)


Profile Image for Roos.
391 reviews
June 15, 2008
Buku kecil, tidak begitu tebal tapi sarat pelajaran hidup.
Berisi 10 Cerpen dari Kuntowijoyo. Seharusnya bisa cepat selesai, tapi karena sebelum baca, aku baca review dari beberapa teman jadinya agak sedikit bingung juga, kok tidak seperti yang kubayangkan yah...
Atau mungkin diriku yang terlalu praktis dan simple dalam menanggapi isi cerpen-cerpen didalam buku ini.

Oke dari 10 Cerpen aku ambil beberapa judul yang ternyata sangat dekat atau menyentuh nostalgiku terhadap orang tua atau lebih tepatnya Eyang Kakung dirumah, karena cerpen-cerpen ini banyak menyuguhkah petuah dari orang tua terhadap anak ataupun pelajaran hidup berumah-tangga dan bersosialisasi dengan tetangga.

Dilarang mencintai Bunga-bunga.
Dicerita pendek ini, seorang Bapak ingin menunjukkan wibawanya sebagai lelaki yang berani dan kuat terhadap anak laki-lakinya. Bapak ini terkejut saat mendapati anak laki satu-satunya pulang kerumah menbawa bunga, dia sangat marah terhadap anaknya karena dia beranggapan bahwa bunga itu arti kelemahan ( layu ). Tapi hebatnya dari cerpen ini adalah, Pelajaran yang didapat dari Anak laki-laki ini saat dia menemukan keberanian dan kekuatannya sejak bertemu dengan kakek tetangga sebelah rumahnya yang mengajarkan kebalikan dari apa yang diajarkan Bapaknya, yaitu mengenai Kelembutan, Ketenangan dan Keindahan justru dengan mencintai bunga-bunga...ehmmm. Kadang pelajaran hidup kita dapatkan tidak selalu dari orangtua, tapi dari lingkungan dan orang-orang disekeliling kita, yang bikin salut adalah bagaimana seorang anak kecil bisa mengambil intisari hidupnya dari menggabungkan pelajaran dari Bapak dan Kakek Tetangganya, yaitu Keberanian dan kekuatannya dengan bekerja keras, tapi dia juga masih bisa menyikapi hidup dengan penuh Kelembutan, ketenangan dan keindahan dengan tetap mencintai bunga-bunga.

Anjing
Agak tertipu juga dengan cerita yang satu ini, kupikir Anjing disini adalah Anjing jadi-jadian, habis kelakuannya yang sedikit misterius,menggonggongnya hanya malam hari dan mengganggu orang bercinta saja...tapi ternyata anjing ini adalah anjing yang baik, memang hidup bertetangga selalu menghadirkan prasangka...dan ternyata prasangka itu tidak selalu benar..*halah*...

Serikat Laki-laki Tua
Ini yang lucu, beberapa laki-laki tua membicarakan topi dan kesehatan, keindahan dan tinjauan dari segi ekonomi...mau tahu lucunya? Baca sendiri yah...hahahahaha...tetapi beberapa dialog disini mengingatkan saya pada Eyang Kakung saya. Ada juga kata-kata yang bagus: Aku anak Alam dilahirkan telanjang. Demi, aku pendukung kemerdekaan dan kebebasan. Apakah kalian telah dengan sadar berbuat kejahatan dengan mencoba menbuahkan pikiran untuk mengubah hidup yang plural menjadi satu warna saja? Ini Tirani! Otoriter! Bagiku, kebebasan adalah nilai tertinggi yang harus diperjuangkan. Sejarah adalah perjuangan untuk kemerdekaan. Kalian mau meruntuhkan hasil perjuangan manusia berabad-abad itu!

Ikan-ikan dalam Sendang
Ingat cerita waktu tinggal di pinggiran kota Solo tepatnya disuatu desa yang mempunyai sendang atau kedung dengan Pohon Trembesi besar disekelilingnya...kata orang-orang yang tinggal didesa itu SEndang itu Angker, banyak orang tenggelam dan hilang disitu...dan karena waktu itu kita adalah warga pendatang yang tidak mengenal kata angker,ya sudah berenang dan bermain-main aja...hehehe.

Jadi panjang yah review ini...tapi Buku ini Bagus, seharusnya seperti ini Cerita Pendek itu...tidak melulu roman picisan tapi sarat pelajaran hidup.
Profile Image for Ariel Seraphino.
Author 1 book52 followers
February 15, 2017
Membaca cerita pendek salah satu maestro penulis Indonesia selalu menarik entah mengapa belakangan saya lg senang baca karya penulis-penulis senior. Ya tujuannya utk belajar menulis tentu saja.
Dilarang Mencintai Bunga-bunga penuh dengan pesan-pesan tersirat yang jika dibaca lagi masih sangat relevan dgn keadaan negara sekarang. Pandangan penulis tentang stereotype pria dan wanita dalam kelas sosial jg disinggung berkali-kali dalam cerita. Yang paling bikin santai adalah krn penulis mengangat hal-hal sederhana dalam rumah tangga dan kehidupan sebagai latar belakang cerita-ceritanya. mulai dari kisah anak-anak yg sangat takut sekaligus patuh pada ayahnya suami yg hormat sekaligus tunduk pada istrinya dan berbagai sikap dan perilaku suami-istri dalam berkeluarga yg penuh dinamika dari yg sepele sampai jadi serius. Cerita pendek yg dibuat penulis memang tidak pendek-pendek amat tetapi saya perlahan bisa mengikuti ritme penulis dlm membangun kisahnya. Diurai satu-satu secara perlahan hingga kita tak bisa menebak-nebak hasil akhirnya.

Dari sinilah saya jadi suka membaca ulang karya-karya lama penulis senior indonesia. Rasanya kok dari yg sederhana itu saja begitu banyak yg kita luput untuk amati dan sampaikan pada orang banyak.
Profile Image for Diana.
60 reviews13 followers
August 9, 2016
Seperti bunga-bunga, kisah-kisah yang dihadirkan dalam buku ini sederhana. Jalinan kata dan intensitas yang dihadirkan indah, diam-diam menghanyutkan, membawa kita ke dunia pedesaan yang ramah, tenang, tapi penuh kasak-kusuk kecil. Kuntowijoyo berhasil menampilkan dialog-dialog yang sering berkecamuk dalam diri kita, serta persoalan remeh-temeh (tapi sering menyulut pertengkaran) dalam kehidupan rumah tangga dan bertetangga.
Ilustrasi cover-nya cantik, pun pemilihan tipografi dan font yang digunakan. Namun, saya rasa ukuran font-nya terlalu besar, sehingga ukuran buku terlihat jauh lebih besar. Di satu sisi memang jadi terasa ringan dibaca, tetapi harusnya bisa jadi buku yang handy dan ciamik untuk dibawa-bawa.
Profile Image for Dion Yulianto.
Author 24 books196 followers
June 15, 2019
Cerpen-cerpen Kuntowijoyo khas dengan narasinya yang panjang dan minim dialog. Kita seperti membaca sebuah teks kuliah tentang kemasyarakatan (terutama di Jawa). Tetapi, ajaibnya, narasi itu enak sekali diikuti. Bahkan bagi pembaca yang berlatar belakang budaya Jawa pedesaan, Anda akan menemukan banyak sekali korelasi antara apa yang dipaparkan penulis dengan apa yang dulu mungkin pernah dilihat atau dirasakan.

Saya setuju sama beberapa pembaca kumcer ini, cerpen paling berkesan selain cerpen yang menjadi judul kumcer ini adalah cerpen "Gerobak itu Berhenti di Depan Rumah." Terima kasih Kuntowijoyo, saya belajar banyak hal tentang arif dan membumi lewat buku indah ini,
Profile Image for Fitri Eka.
28 reviews2 followers
April 22, 2021
Karena Tuhan menciptakan manusia dengan hak untuk mencintai. Apapun. Siapapun.
Menurutku, kisah pendek yang sangat berkesan dalam kumcer ini justru bukan kisah utamanya. Namun kedua kisah ini:
1. Sepotong Kayu untuk Tuhan
2. Gerobak itu Berhenti di Muka Rumah

Kedua kisah yang begitu indah menceritakan bagaimana proses mencintai... pun bagaimana proses mengikhlaskan :)

Selamat membaca, kau takkan kecewa.
Profile Image for Wirotomo Nofamilyname.
380 reviews51 followers
April 12, 2015

Buku ke-24 yang selesai dibaca pada tahun 2015.

Cuma satu kata: "luar biasa". Eh itu dua kata ya? :-)

Buat saya, ini kumcer terbaik ke-2 dari seluruh kumcer indonesia yang pernah saya baca (no. 1 nya "Robohnya Surau Kami"). Sulit mengatakan apa bedanya dengan kumcer yang lain. Ya anda harus membacanya untuk merasakan bedanya.

Gituuu....
Profile Image for August A.P..
535 reviews38 followers
Read
October 24, 2016
Oh well, I don't give any stars to this one, just cause I just read the first story yet.
And... not quite my taste. Well, I know that is good, such a motivation and life advice from it... but that kind of book really is not my taste.
Sorry Kuntowijoyo-san, I may not finished this and may not fan of literature Indonesia.
Yes, shame on me. Shame on my cow. But not my family.
Profile Image for Febi.
4 reviews3 followers
November 29, 2008
ditulis oleh seorang maestro. kira2 begini :

bagian serunya ketika si anak laki2 melindungi bunga2nya. tentang caranya dan tentang pertanyaannya sekitar mengapa "laki2 dilarang mencintai bunga2"

:p
Profile Image for Ega Abdi  Satrio.
21 reviews41 followers
November 16, 2019
Narasinya yang panjang dan minimnya dialog bisa bikin lelah membacanya, tapi setelah selesai kisah-kisah ini sunggu membuat perasaan tentram. Sepotong Kayu untuk Tuhan mungkin cerita yang paling saya sukai.
41 reviews
July 24, 2007
One of the best Indonesian short stories book.
Profile Image for Qonita .
306 reviews100 followers
October 13, 2020
Wah parah sih, gelo. Paling ga habis pikir sama serikat laki-laki tua, barangkali satir terpadat yg pernah aku baca, banyak banget yg bisa diinterpretasi dan semua poinnya kena banget. Rekomen!
Profile Image for N.  Jay.
241 reviews9 followers
August 16, 2023
Pak Kuntowijoyo gak habis-habisnya membuat kagum dengan karyanya, dari novelnya yg pernah saya baca, Mantra Penjinak Ular, yg kemudian saya teruskan pembacaan karyanya melalui kumpullan cerpen berjudul Dilarang Mencintai Bunga-Bunga, judul yg sempat saya cari-cari hingga harus menuju gudang bukunya penerbit Mizan di daerah sekitar Lenteng Agung.

Di kumpullan ini, Pak Kuntowijoyo membicarakan manusia melalui perwakilan tiap cerpen beserta persinggungan akan karakternya pada konteksnya dalam kehidupan sehari-hari yg secara tidak langsung ikut menyentil dan mengkritik.

Ambil saja dari cerpen pembuka yg juga judul kumpullan ini, tentang mengapa seorang lelaki apakah harus selalu terlihat garang, keras, dan tak boleh lembek untuk hal-hal yg bersifat sentimentil entah sekadar menangis, dan hal ini juga mengacu pada praktik pada umumnya yg diajarkan para ayah pada anak laki-lakinya untuk menjadi pekerja keras.

Ada pun hal lain yg dibahas pada beberapa cerpennya mengingatkan saya pada salah satu cerita di kumpullan Orang-Orang Bloomington tentang menaruh prasangka, maupun menuduh seseorang secara tidak pasti apakah itu benar atau tidak, dan di cerpen-cerpen itu pun rasanya bakal masih relevan untuk kondisi masa sekarang yg makin sulit dengan adanya media sosial maupun orang-orang yg kadang asal menggiring opini terhadap suatu kejadian.

Praktik keagamaan pun adalah hal lain yg ikut disoroti di sini, soal mengapa seseorang merasa harus merasa paling beriman dan mengutuk orang lain yg tidak begitu patuh beribadah saat sudah waktunya di luar kesibukan yg dilakukannya. Dan juga, tentang mengharapkan pahala dari sumbangan untuk pembangunan yg ternyata dengan niat menyombongkan diri dengan embel-embel yg kelewat berlebihan sebagai hamba Tuhan, cukup menggelitik membaca yg satu ini dan merasa cukup ironis karena pada praktiknya masih ada yg seperti itu meski tak selalu tersorot.

Dan, sebelum dulu ada kehebohan soal hal viral seperti mukjizat yg ganjil seperti batu ajaib dan sebagainya, Pak Kunto sudah menuliskannya melalui Mengail Ikan di Sungai, dan menggambarkan betapa manusia bisa semakin aneh ketika bersinggungan dengan hal tersebut tanpa bisa mempertanyakan kebenaran melalui akalnya.

Dan jangan lupakan bahwa Pak Kunto membahas soal maskulinitas yg terlalu diagungkan dalam sebuah rumah tangga ketika seorang suami tidak suka pada istrinya tidak memperlihatkan ciri istri yg menurut sekali dan takut seolah dia hamba sahaya namun kemudian berbalik menjadi hal tak terduga di ujung cerita.

Secara keseluruhan, Pak Kunto piawai memainkan penulisan tiap cerpen yg menelisik jauh ke dalam alam sadar manusianya yg kadang membuat heran dengan turut serta menyelipkan pesan untuk dimaknai kembali oleh pembaca.
Profile Image for Fathiyah Azizah.
104 reviews34 followers
April 26, 2019
Dilarang Mencintai Bunga-Bunga adalah buku kumpulan cerpen yang mengangkat hal-hal sederhana, permasalahan hidup dewasa ini. Menguak hal-hal tersembunyi dari benak manusia. Dikisahkan dengan bahasa yang mudah dipahami, alur yang runut, dan akhir yang mengesankan.

.

.

.

Ada 10 cerpen;

Dilarang Mencintai Bunga-Bunga. Mengangkat tema patriarki dan stereotip gender. Dikisahkan, ada seorang anak laki-laki yang sangat penasaran terhadap kakek, tetangga rumahnya yang tak pernah terlihat, hingga suatu ketika mereka bersua. Anak kecil itu pun diajaknya ke rumah, mengobrol sambil menikmati bebungaan yang ada di rumah kakek tersebut. Anak kecil tersebut merasakan kedamaian lewat perbincangan dengan kakek. Namun, berhadapan dengan ayahnya, runtuhlah kedamaiannya. Ayahnya menanmkan bahwa lelaki harus begini dan begitu. "Tanganku Bengkak. Aku terus bekerja, takut pada Ayah. Sore hari Ayah menyuruhku berhenti. Ibu menyambutku dengan ramah" (26). Ada kesan penolakan pada diri anak kecil itu. Ayahnya memang terlalu kaku dan diktator. "Malam hari aku pergi tidur dengan kenangan-kenangan di kepala. Kakek ketenangan jiwa-kebun bunga, Ayah kerja-bengkel, Ibu mengaji-masjid. Terasa aku harus memutuskan sesuatu. Sampai jauh malam aku baru akan tertidur. Bagaimanapun, aku adalah anak ayah dan ibuku" (28)

Anjing. Tentang Prasangka. Terheran-heran aku dibuatnya.

Segenggam tanah kuburan. 

Samurai. Berkisah tentang sepasang suami istri, yang mana suaminya memiliki prinsip kolot, dimana dia harus diakui sebagai lelaki. Sang suami ini bertindak tanduk "aneh". Kisah yang paling mengesankan buatku setelah cerpen pertama. 

Serikat Laki-laki Tua. "Apakah kalian telah sadar berbuat kejam dengan mencoba membuahkan pikiran, termasuk mengubah hidup yang plural menjadi satu warna saja? Ini tirani! Otoriter! Bagiku, kebebasan adalah nilai tertinggi yang harus diperjuangkan." 139. "Cara yang meruntuhkan peradaban manusia semacam ini telah lama dipraktikan oleh pemerintah absolut, tiran, fasis dan komunis sepanjang abad." 140. "Penindasan yang sempurna ialah yang dilakukan orang atas nama kemerdekaan." 142. Cerpen ini Berkisah tentang Perkumpulan veteran. 

Sepotong Kayu Untuk Tuhan. Belajar arti keIkhlasan dan keridhoan.

Gerobak Itu berhenti di Muka Rumah. Lagi-lagi tentang prasangka, dan Jaga Image.

Ikan-ikan Dalam Sendang. Dibalik takhayul ada sesuatu hal yang disembunyikan.

Mengail Ikan di Sungai. Kepercayaan pada hal keramat, menafikan kedukaan dibaliknya.

Burung Kecil Bersarang di Pohon. Merasa lebih baik daripada yang lain, hingga berani menghakimi. Lewat burung kecil, lelaki tua itu tersadarkan.
Profile Image for Fionna Christabella.
46 reviews2 followers
July 10, 2021
*📖 Review Buku 📖*

📗 *Judul :* _Dilarang Mencintai Bunga - Bunga_
🖊️ *Penulis:* Kuntowijoyo
🖨️ *Penerbit :* Pustaka Firdaus
📆 *Tahun :* Cetakan I, 1992
📚 *Tebal :* 200 halaman
🛡️ *ISBN:* 979-541-025-3
🧕 *Reviewer :* *Fionna Christabella*

🌾☘️🏵🌾☘️🏵🌾☘️🏵

"_Hidup adalah permainan layang-layang. Setiap orang suka layang - layang. Setiap orang suka hidup. Tidak seorang pun lebih suka mati. Layang - layang bisa putus. Engkau bisa sedih. Engkau bisa sengsara. Tetapi engkau akan tetap memainkan layang-layang. Tetapi engkau akan tetap mengharap hidup. Katakanlah, hidup itu permainan. Tersenyumlah!"_ (hal. 5)

Kumpulan cerpen _Dilarang Mencintai Bunga - bunga_ (DMBB) adalah buku kedua karya Kuntowijoyo yang saya baca setelah sebelumnya saya sempat mencicipi (belum selesai dibaca 🤭) karya Kunto lainnya yaitu _Kotbah Diatas Bukit_ (KDB) . Seperti pengalaman membaca buku KDB yang novel membaca kumcernya pun tidaklah mudah dipahami, persoalan bukan terletak pada bahasa atau ide cerita tapi pada amanat cerita yang ingin disampaikan penulis serta alur cerita yang dominan lambat serta diulang - ulang. Selain itu, sebagian besar akhir cerita seringkali tidak tertebak karena dibuat mengambang atau tidak ada jawaban pasti dari tokoh utama ceita.

Kumcer DMBB berisi 10 cerpen yaitu, "Dilarang Mencintai Bunga - bunga," "Anjing," "Segenggam Tanah Kuburan," "Samurai," "Serikat laki - laki tua," "Sepotong kayu untuk Tuhan," "Gerobak itu berhenti di Muka Rumah," "Mengail Ikan di Sungai," "Ikan - Ikan dalam Sendang," "Burung Kecil bersarang di Pohon."

Seringkali ide cerita yang disampaikan berlatar hal - hal sederhana seperti judul DMBB yang berkisah tentang anak lelaki yang dipanggil Buyung. Ia berkawan karib dengan kakek tetangga rumahnya yang dianggap aneh dan misterius meski pada awalnya Buyung merasa ketakutan saat pertama kali bertemu sang kakek. Kakek tua sangat menyukai bunga - bunga, ia menggambarkan bahwa hidup yang dikelilingi bunga - bunga adalah hidup yang mencerminkan ketenangan jiwa dan keteguhan batin. Akan tetapi persahabatan tersebut bukan tanpa halangan. Ayah Buyung tak suka anaknya berkawan erat dengan sang kakek. Ia mengganggap lelaki haruslah berotot, bekerja keras, sehingga lelaki yang tertarik dengan bunga - bunga adalah lelaki lemah. Ditengah kegalauan tentang orang - orang disekitarnya, sebelum lelap tidur Buyung mengibaratkan kakek ketenangan jiwa - kebun bunga, ayah kerja -bengkel, ibu mengaji - mesjid. Sampai jauh malam dan akhirnya terlelap, Buyung tak juga memutuskan mana yang lebih baik.

🍂🌾☘️🍂🌾☘️🍂🌾☘️
Profile Image for Yuliana Martha Tresia.
66 reviews19 followers
January 23, 2021
Secara pribadi, saya sangat terkesan dengan cerita pendek Samurai dalam buku kumpulan cerita pendek karya Kuntowijoyo ini: cara beliau untuk ‘mengejek’ (jika boleh mengutip istilah Bernard Batubara, yang menulis pengantar untuk buku ini) perspektif lelaki yang sangat patriarkhis, begitu mengherankan saya dan harus diapresiasi. Seperti sarkastik, yang tentu perlu dimaknai dengan hati-hati agar tak sesat pikir.


“Lelaki tak bisa kalah dengan perempuan. Aku akan membuktikan itu dengan kemampuanku. Harus. Perempuan membutuhkan perlindungan laki-laki dan bukan sebaliknya. Perempuan apapun dia tetap perempuan. Perempuan itu, mau tak mau, makhluk yang lemah.”

“Pulang di rumah aku menghadiahi kecerdikan istriku dengan beberapa tamparan, sudah itu ciuman. Tidak, jangan beri komentar apapun tentang kelakuanku, itu urusanku.”

“Dan, laki-laki yang tak bisa menundukkan perempuan, tak usahlah dia kawin. Dia boleh mendorong gerbong, atau meniup trompet, atau memegang-megang tangkai bendera, tetapi dengan cara perempuan. Itu lebih sulit. Segera akan datang waktunya ketika terbukti bahwa aku laki-laki yang sebenarnya. Apa boleh buat, itulah kemauanku. Sependapatkah engkau denganku?”


—Kuntowijoyo, dalam cerita pendek Samurai


Cerita pendek Samurai ini adalah salah satu cerita pendek yang sangat menarik—khususnya karena Kuntowijoyo berhasil menuliskannya dalam perspektif laki-laki sebagai tokoh utama cerita, dengan maksud menyindir atau mengkritisi. Sekali lagi, mengherankan sekaligus mengesankan. Termasuk pula, akhir ceritanya.
Profile Image for Meta Morfillah.
664 reviews23 followers
March 15, 2024
Judul: Dilarang mencintai bunga-bunga
Penulis: Kuntowijoyo
Penerbit: Noura books
Dimensi: perkiraan 200-an hlm, cetakan 2016, (cerpen tahun 1992, edisi digital di ipusnas)
ISBN: 9786023850242

Berisi 10 cerpen dengan rata-rata 20 halaman, buku ini mengisahkan tentang keadaan masyarakat pedesaan dengan segala hierarki status dan keimanannya. Mengajak kita berpikir atas kritik sosial yang masih relevan hingga saat ini. Meski buku ini sudah terbit sejak tahun 1992.

Dengan plot twist dan sedikit unsur klenik/kepercayaan menjadikan cerita menarik dan tak terduga. Seperti di cerpen berjudul "Anjing", "Serikat laki-laki tua", "Gerobak itu berhenti di muka rumah", dan "Mengail ikan di sungai". Lalu ada pula kritik tentang keimanan manusia seperti di cerpen "Sepotong kayu untuk Tuhan" dan "Burung kecil bersarang di pohon".

Aura mistis dari klenik yang dipercayai terdapat di beberapa cerpen seperti "Segenggam tanah kuburan" dan "Ikan-ikan dalam sendang". Sisanya menyoroti kritik sosial atas stigma/generalisir suatu peran seperti dalam cerpen "Dilarang mencintai bunga-bunga" yang menggambarkan bahwa lelaki haruslah bekerja kasar dan tak boleh lembut seperti wanita. Ada juga tentang isu patriarki bahwa suami harus bisa menaklukkan istri dan istri tidak boleh lebih pintar dari suami seperti dalam cerpen "Samurai".

Gaya bahasa yang digunakan cukup puitis khas sastra lama, hingga beberapa kata tidak familiar dan membuat saya mencari tahu yang menambah kosakata baru bagi saya.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

Meta Morfillah

#1hari1tulisan #resensibuku #reviewbuku #bacabuku #dilarangmencintaibungabunga #kuntowijoyo #kumcer #kumpulancerpen #cerpen
Profile Image for jeeayore.
63 reviews12 followers
October 21, 2025
Awalnya aku kira kumcer ini hanya akan menenangkan, seperti secangkir teh kampung saat senja. Tapi setiap judul ternyata adalah pisau kecil yang membelah ujub hati satu per satu. Kuntowijoyo menulis kisah orang-orang kecil dan benda-benda sederhana—bunga yang dipetik, anjing yang diusir, kayu yang hanyut, gerobak yang berderit, burung yang terkurung—tanpa perang, tanpa revolusi, hanya kehidupan biasa. Namun justru dari keseharian itulah ia menelusuri anatomi jiwa manusia: iman, kesombongan, dan cinta yang disembunyikan di balik kata “ikhlas.” Setiap cerpen adalah cermin kecil yang memantulkan wajah kita sendiri—tentang manusia yang ingin suci, tapi lupa bagaimana menjadi manusia. Ia menulis bukan untuk menegur, tapi untuk mengingatkan bahwa yang kita sebut “ibadah” mungkin hanya ritual dari rasa takut, dan yang kita sebut “dosa” bisa jadi justru tindakan paling manusiawi.

Sebagai seorang pemikir Muhammadiyah, Kuntowijoyo menulis dari semangat rasionalisme Islam yang menentang tahayul, khurafat, dan mitos yang dianggap membutakan logika iman. Ia hidup di masa ketika pencerahan berarti menjauh dari hal-hal gaib, mengganti keyakinan magis dengan disiplin moral dan ilmu pengetahuan. Namun dalam upayanya membersihkan iman dari mitos, tanpa sadar juga menciptakan mitos baru: mitos moral modern yang menyanjung rasionalitas, tapi kehilangan kelembutan spiritualitas. Dibalik semangat purifikasi tersimpan kegelisahan: bagaimana manusia bisa menjadi terlalu suci hingga lupa berempati. Dan jika dulu mitos dianggap penghambat kemajuan, kini kita tahu bahwa mitos juga adalah pengetahuan ekologis dan etis masyarakat adat, cara mereka menjaga keseimbangan dengan alam dan harmoni sosial. Maka yang perlu dibersihkan bukan mitosnya, melainkan cara kita memandangnya.
Profile Image for Bunga Mawar.
1,355 reviews43 followers
June 28, 2017
Akhirnya ku menemukanmu. Buku kumpulan cerpen, tampaknya yg paling terkenal dari karya2 Pak Kuntowijoyo. Bisa jadi karena judulnya ada kata "cinta" dan "bunga", cenderung terbaca sebagai karya romantis, hehee...

Seperti karya Umar Kayam, sesama budayawan UGM, cerita2 Pak Kunto terlihat dekat dan berurusan dgn dunia saya: akar budaya Jawa, tinggal di perkotaan, dan pengalaman bersinggungan dgn kehidupan kampus (oke, saya maksa utk hal yg belakangan).

Ada rasa nostalgia, prihatin, atau terharu saat membaca kumcer ini. Tapi tetap saja saya butuh lebih dari dua minggu untuk menyelesaikan semua cerita ini. Mungkin minat baca saya kemarin banyak tergeser oleh minat mencari resep kue2 kering utk hari raya. Secara keseluruhan saya bisa kasih bintang 3,6 karena buat saya tak semenghibur Hampir Sebuah Subversi.
Displaying 1 - 30 of 82 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.