Jump to ratings and reviews
Rate this book
Rate this book
Setelah rahasia identitas Aelwen diungkap Rion, Vrey terombang-ambing di antara dua pilihan yang sama menyakitkannya. Memaafkan Aelwen, walaupun dusta yang telah ditumpuknya dan membuat hati Vrey terluka, atau menyerahkan seseorang yang telah menjadi sahabatnya selama tiga tahun kembali pada nasib yang membuat Aelwen melarikan diri dari masa lalunya.

Sementara itu, Valadin bertekad menuntaskan misinya, apa pun akibatnya. Dia harus menaklukkan Templia-Templia yang tersisa untuk mendapatkan Relik Elemental sambil terus berupaya menghindari kecurigaan bangsanya sendiri. Tapi semua itu tidak sebanding dengan kenyataan pahit yang menanti Valadin. Dia harus kembali berhadapan dengan Vrey untuk merebut kembali Relik Safir.

Kali selanjutnya, mereka harus memilih; mengenang masa lalu yang manis, atau saling bertarung demi masa depan yang diimpikan masing-masing. Kejar-mengejar dan pertarungan kedua belah pihak tak terelakkan lagi, KISAH mereka pun berlanjut...


Editor’s Note

- Lanjutan dari buku pertama, Ther Revelation.
- Ceritanya semakin menarik dengan begitu banyak rahasia yang terkuak satu per satu. Alurnya yang menarik dan membuat penasaran membuat cerita ini sulit diletakkan sebelum halaman terakhir

520 pages, Paperback

First published June 22, 2011

75 people are currently reading
1759 people want to read

About the author

Shienny M.S.

26 books281 followers
Story teller and fantasy scribbler.

Currently working as a lecturer and a writer. She has published her fantasy novel tetralogy Ther Melian. Which consist of: Ther Melian Revelation, Ther Melian Chronicle, Ther Melian Discord, Ther Melian Genesis She also wrote two other novels for the same series Anthology and Recollection

Writing is her passion since elementary school. She’ve been writing short comics/ stories and sending them to tabloid/ magazine since high-school.

Her first book Past Promise was published by Elex Media Komputindo. It was the first comic made by young female artist that was published in Indonesia at that time.

Her other works are: White Castle (2002) Love Flies (2003) Le Ciel (2004) Creating Comics Shoujo Manga Style (2004) Le Ciel The Journey Continues (2005) Love Junction (2006) Fake Angel (2006) and Drawing Tutorial for Beginner (2008)

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
422 (61%)
4 stars
165 (24%)
3 stars
66 (9%)
2 stars
18 (2%)
1 star
12 (1%)
Displaying 1 - 30 of 77 reviews
Profile Image for Ardani Subagio.
Author 2 books41 followers
January 1, 2012
Second book of Ther Melian series. Buku yang kubeli karena ending yang gantungnya ga nanggung2 di buku pertama. Dan sewaktu aku pertama baca buku ini, waktu baca bagian prolog, komentar pertamaku adalah:

Valadin. That. Girl. Is. Thirteen.

As if your previous sins isn't bad enough, now you're forcing me to add "pedophile" to my "Why-I-Don't-Like-You" list?

Buku kedua ini bisa dibilang buku terbaik dari seri Ther Melian yang udah aku baca. Konflik di buku ini mulai masuk ke konflik utama, karakter2 penting baru dikenalkan, dan tempo cerita mulai bergerak dengan kecepatan yang menyenangkan. All a good sign.

Walaupun begitu, bagian awal cerita memerlukan banyak suspension of disbelief untuk bisa dinikmati. Bagaimana Aelwen menyelamatkan mereka semua dari jatuh ke kawah gunung berapi. Bagaimana Rion mengangkat kedua perempuan itu menuruni gunung (apalagi mengingat salah satu dari "perempuan" itu sebenarnya....). Dll.

Aku juga sempat kecewa dengan penyelesaian quest jubah Nymph yang mendadak selesai begitu saja sewaktu Vrey pingsan. Seolah quest-nya Vrey ini sengaja digampangkan supaya dia lebih siap menghadapi konflik utama melawan "Dark Lord" Valadin. Sayang banget. Waktu quest-nya Valadin dijadiin konflik utama dari serial ini, quest-nya Vrey malah berakhir dengan begitu cepatnya.

Dan di buku ini, "Dark Lord" Valadin benar2 mengambil spotlight utama. Hampir keseluruhan buku ini adalah kisah tentang quest-nya, atau bagaimana tokoh utama lain bereaksi terhadap tindakannya itu. Vrey cuma mengambil sedikit peran dalam menentukan arah cerita, perannya berubah menjadi putri yang harus diselamatkan dan jadi rebutan dua "Pangeran".

Dan ngomong2, aku suka sama peran Valadin di buku ini. Terutama karena dia berpenampilan semakin mirip dengan job desc-nya sebagai "Dark Lord". Armor hitam dan pedang terkutuk yang haus darah? That really suits you, my Lord. Tapi kenapa, oh kenapa, Dark Lord kita ini harus jadi Dark Lord yang ababil? Hampir di seluruh buku perasaannya goyang2 kayak kapal di tengah badai waktu mikirin Vrey.

Ababilnya si Dark Lord ini terus berlanjut sampai ke pertempuran terakhir di buku ini. Dimana pada akhirnya, Vrey kicks Valadin's ass! And she kicks it hard!! Yeah!!! Harapanku di buku pertama terpenuhi!!

Satu lagi yang aku suka adalah, penulis bisa menyajikan twist dengan baik di sini. Beberapa mengejutkan dan tidak tertebak, sementara yang lain bisa dilihat twist-nya kalau memperhatikan alur cerita. Buku ini asik dibaca dan dapet nilai 3,5 bintang dari aku. Ratingnya harus aku genapin ke bawah karena ada beberapa hal yang aku kurang suka:

- Penulis terkadang salah sebut nama makhluk buatannya sendiri. Namely, gadya salah sebut jadi gajah beberapa kali.
- Beberapa adegan pertarungan yang bisa diskip dan ga terlalu kerasa pengaruhnya buat cerita.
- Putri Ascha. Dia putri bungsu dari pangeran dan putri kerajaan Lavanya. Tapi kenapa perannya kayanya besar banget buat berhubungan sama Granville + Tetua Elvar? Doesn't she have her older siblings for that? Ato mungkin karena dia satu2nya keluarga kerajaan yang jadi tokoh utama?
- Beberapa karakter, seperti raja Granville, terasa datar dan tidak terlalu dalam. Mungkin karena jam tampil yang juga ga banyak.
- Beberapa informasi terasa info dump. Terutama tentang senjata baru Karth dan sewaktu ujian di templia Hamadryad.
- Quote yang diulang satu kali teralu banyak. Just once is enough, my Dark Lord.
- Aku sebenarnya suka ujian dari Hamadryad, terutama karena penyelesaian yang out of the box dan bikin seluruh party dari kedua pihak kewalahan. Tapi kenapa di tengah mereka lagi kesulitan kaya gini, Vrey dkk harus ditolong sama Kamen Rider Decade (Aku cuma kebetulan lewat)? Aku lebih suka kalo mereka ada yang mati satu dua orang tapi berhasil nyelesein ujiannya sendiri.
- Si Decade ini ga kerasa ada tanda2 dia bakal muncul dalam cerita. Sekilas kerasa kalau dia muncul cuman buat nyelametin Vrey aja. Dan of course, salah satu plot twist juga dari penulis.
- Di pertempuran terakhir, Vrey kerasa kaya pake cheat MP. Dia udah kecapekan pake relic Hamadryad buat ngendaliin seluruh hutan, tapi masih punya cukup MP buat nerbangin Laruen + Karth dan ngehajar Valadin? A bit exaggerated.

Dan seperti buku pertama, buku kedua ini diakhiri dengan tanda2 satu orang bakal mati (though I doubt so). Aku menikmati membaca petualangan Valadin sampai sejauh ini. Looking forward for the next part.
Profile Image for Dewi Kirana.
Author 2 books20 followers
March 24, 2013
Begini nih kalau nunda-nunda bikin review. Jadinya malah lupa, catatan reviewnya hilang entah ke mana, dan akhirnya harus ngulang baca lagi dari awal >,<

Seperti halnya buku satu, penulisan di Chronicle ini masih sangat rapi dan mudah dibaca. Penggambaran adegan maupun emosinya tidak bertele-tele, tapi tersampaikan dengan baik. Kudos buat penulisnya :)

Namun sayangnya, seperti halnya di buku satu, plot cerita ala RPG-nya masih amat sangat kental, sampai-sampai membuat logika cerita ini jadi timpang.

Ketika Putri Ascha diculik Eizen, Laruen, dan Karth, dan dibawa menyusuri lorong bawah tanah, Desna mengambil kesimpulan kalau ketiga Elvar itu berencana menyerang istana Naian Mujdpir. Nah, ini logikanya bagus, karena lorong itu memang bisa digunakan untuk mengakses istana tersebut. Tapi sayangnya tindakan yang Desna ambil berikutnya tidak logis. Ia memutuskan untuk mengikuti lorong tersebut, lalu ketika lorongnya buntu, balik lagi ke atas, pergi ke istana, lalu masuk ke lorong lagi.

Menurutku ini tindakan nggak logis karena kalau aku yang jadi Desna, begitu tahu ada orang yang mencoba mengakses istana lewat jalan rahasia, yang pertama terpikir olehku adalah orang itu ingin masuk ke istana dengan diam-diam. Kenapa? Kalau mau menyerang secara langsung, biasanya pasti pakai pasukan dalam skala besar terus nyerang dari depan. Kalau pakai kerahasiaan seperti itu, hanya ada dua kemungkinan. Orang itu ingin menyabotase istana dari dalam sehingga istana jadi lemah dan lebih mudah diserang sama pasukan di luar. Atau orang itu berencana melakukan suatu pembunuhan di istana.

Yang manapun, kalau terjadi seperti itu, menurutku hal yang logis dilakukan adalah menjaga jalan masuk dan jalan keluar lorong rahasia tersebut dengan sepasukan prajurit. Jadi begitu orang itu muncul, bisa langsung ditangkap.

Tapi di cerita ini nggak gitu. Desna ikut masuk ke dalam lorong untuk mengejar orang-orang yang membawa Putri Ascha, padahal ada kemungkinan orang-orang itu bisa melukai sang Putri kalau Desna bahkan cuma muncul di hadapan mereka.

Jadilah aku merasa kalau cerita ini seperti game RPG, di mana ada NPC yang berkata "Kita harus masuk ke lorong!" dan detik berikutnya party tertransfer ke dalam dungeon (baca: lorong) dan harus melewatinya (sambil membunuhi momon-momon di sana) supaya bisa sampai ke lokasi game berikutnya.

Di dalam RPG, karena kita nggak dikasih pilihan lain, alur cerita ini masih bisa diterima. Tapi kalau dijabarkan dalam cerita, hal ini jadi nggak logis.

Tindakan Desna ini mungkin disengaja supaya ia dan Leighton bisa ikut masuk ke lorong, dan bisa sampai di Templia Undina. Sayangnya penjelasannya kurang logis, sehingga terus terang membuat kenikmatan membacaku berkurang drastis.


Ada juga beberapa aspek cerita yang menurutku masih harus diperbaiki:

1. Ateliya milik Putri Ascha, yang merupakan tempat penelitian alkimia, masa hanya diterangi lampu minyak remang-remang? Alkimia itu pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan presisi, kan? Salah takaran sedikit saja, dan BOOM! Tapi kok penerangannya kurang gitu?

2. Sewaktu di dalam Templia Undina, satu-satunya sumber cahaya di sana adalah sebuah anting biru. Anting biru itu kemudian digambarkan tenggelam sampai menghilang, jadi harusnya ruangan itu jadi gelap. Tapi Eizen dan Karth digambarkan masih bisa melihat Ular Biru yang kemudian muncul dengan jelas, bahkan sampai bisa melihatnya warna biru sisiknya, yang berarti masih ada sumber cahaya lain di ruangan itu. Pertanyaannya, sumber cahaya yang mana?

Lain ceritanya kalau Ular Biru itu sendiri sisiknya memancarkan cahaya, sehingga ketika makhluk itu muncul Eizen dan Karth masih bisa melihat dengan jelas, ya.

Tapi aku agak lupa juga sih. Elvar itu bisa melihat dalam kegelapan nggak ya?

3. Waktu bertempur lawan Ular Biru, Karth bisa dengan sesuka hati melemparkan pisaunya kesana kemari walaupun lagi di dalam air. Memangnya nggak ada yang namanya hambatan air, ya? Coba aja ngelemparin barang di dalam air waktu lagi berenang. Lajunya pasti nggak akan secepat di udara, dan nyaris mustahi pisau yang dilemparkan dalam air punya kekuatan dan kecepatan yang cukup untuk menancap.

4. Sewaktu melawan Laruen dengan menggunakan pisau, Putri Ascha sempat berseru, "Jangan meremehkanku. Aku tahu bagaimana menggunakan pedang, Desna sudah mengajariku dengan baik!" Aduh, Mbak, bertarung pakai pisau itu sama sekali beda dengan pakai pedang, tahu. Jago pakai pedang belum tentu jago pakai pisau.

5. Waktu Leighton menemui Valadin di luar Menara Albinia, saat itu sudah malam, bahkan dini hari. Valadin tidak membawa penerangan apa pun, begitu juga Leighton (wajar sih, kalau iya mereka malah gampang ketahuan sama penjaga!). Yang nggak wajar adalah saat itu dengan santainya Leighton menggelar denah dan mulai mengamatinya bareng Valadin. Haloo, itu gimana caranya Leighton bisa melihat dalam gelap? Bahkan dengan bantuan bulan purnama pun belum tentu denahnya kelihatan jelas.

6. Rumah peristirahatan bangsawan di tepi danau yang Vrey dkk datangi kok bisa kosong dan lama nggak terurus sampai berdebu, ya? Padahal menurutku, pondok peristirahatan bangsawan itu seharusnya dirawat pelayan yang memastikan rumah itu selalu siap dipakai sewaktu-waktu, kalau-kalau bangsawan yang memilikinya tiba-tiba pengen ke sana. Jadi nggak mungkin sampai berdebu apalagi kosong. Di dunia nyata aja orang biasa yang punya villa pasti nyewa pembantu buat ngejaga dan ngerawat villa itu.

Kecuali kalau bangsawan yang punya rumah itu udah meninggal, ya. Tapi biasanya rumah itu lantas diwariskan ke penerusnya, kan? Dan pelayannya si penerus ini yang gantian menjaga dan merawatnya, kan? Jadi nggak mungkin kosong dong?

7. Adegan klimaks di tepi danau itu juga kurang logis buatku.

8. Waktu bertemu Hamadryad, si Hama itu bilang, "Kulihat kalian sudah mendapatkan Relik milik Voltress, Vulcanus, dan Undina." Lah, saat itu kan Relik Voltress ada di tangan Vrey? Dari mana Hamadryad tahu kalau para Elvar itu udah ngedapetinnya? Kecuali kalau para Aether itu berkomunikasi dengan cara khusus yang bisa membuat mereka "melihat" kalau ada salah satu dari mereka yang udah memberikan Reliknya pada seseorang.


Penulisan dialog di buku ini juga masih harus diperbaiki, terutama dialog formalnya. Katanya Desna dan Putri Ascha berdialog formal kalau ada orang lain, tapi kok masih pakai aku-kamu waktu Putri Ascha berteriak dari dalam Ateliya supaya membiarkan Leighton dkk masuk? Penggunaan kata "saya" juga masih sering kecampur-campur sama aku. Beberapa contohnya:

Hal. 183
Leighton menggeleng. "Saya tidak bisa kembali setelah apa yang terjadi di sini," Dia menunjuk ke arah Laruen yang bersimpuh di atas tanah sambil memeluk seonggok benda hangus. "Mereka musuhku juga."

Di halaman yang sama, Putri Ascha sebelumnya menyebut dirinya "saya" ketika berbicara dengan Leighton, tapi lalu menjawab "Kurasa tempat itu bernama 'Templia'" sewaktu ditanya Leighton di halaman berikutnya.

Hal. 254 (Valadin)
Tolong antarkan tamu kita ke ruangan ini, tapi jangan sebutkan nama saya kepadanya. Dan jangan sampai Leidz Ellanesse mengetahuinya. Kamu tahu bagaimana sikap partnerku terhadap Manusia."


Juga masih ada beberapa kalimat yang terbaca aneh dalam bahasa Indonesia, karena seperti terjemahan langsung dari bahasa Inggris.

Hal. 42
Rion bangkit. "Kurasa Vrey sudah cukup dingin sekarang."
(Cukup dingin? Emangnya kulkas? Cukup tenang kali)

Hal. 252
Penantian tanpa kabar ini membunuhnya.
(Mungkin lebih tepat kalau "Penantian tanpa kabar ini menyiksanya.", atau "Penantian tanpa kabar ini seakan bisa membunuhnya.")


Terakhir, aku nggak tahu ada yang udah menanyakan ini atau belum. Valadin itu kan harusnya berkulit gelap, coklat bronze gimana gitu. Kok di sampul depannya kulitnya putih ya?!


Sekian reviewku. Jujur tadinya aku mau ngasih dua bintang. Tapi karena toh aku cukup menikmati ceritanya, jadi kukasih tiga bintang deh :)
Profile Image for Magdalena Amanda.
Author 2 books32 followers
September 13, 2011
Hmm, susah mau memulai review dari mana nih. :-?

Oke, mungkin mulai dari cerita dulu saja.

Perkembangan ceritanya, menurut saya lumayan oke. Udah mulai terlihat benturan2 kepentingan sana sini, plot yang tadinya terpisah menjadi dua plot paralel menyatu dengan poin2 alasan yg logis. It's a good thing. Pergerakan ceritanya sendiri mulus serta luwes, keliatan lah penulisnya jelas maunya cerita dibawa ke mana. Ada bau2 twist yang lumayan kental mulai tercium di sini. :D Great, jadi ada sesuatu yang dinantikan untuk buku ketiganya.

Oke. Komentar terbanyak sebenarnya ada di bagian karakter.

Saya mendapati (baik dari baca maupun dari sedikit interaksi dgn penulisnya via Twitter atau di forum) penulis TM ini punya rasa cinta atas karakter2nya. Itu seharusnya hal pertama yang dimiliki seorang penulis atas karakter2nya, menurut saya pribadi. Karakter cerita yg diciptakan hny utk jd boneka yg "berakting" dlm cerita itu tidak memiliki jiwa dan karakteristiknya tdk seberapa dalam. Di TM, saya tdk menemukan karakter seperti itu. Pujian utk sang penulis. :D

Akan te-ta-pi! *sfx dan gaya ngomong ala infotainment lebay* Gak lantas gak berkekurangan, para karakter ini.

Salah satu yg plg hobi saya gunjingkan dgn rekan saya adalah (saya tag spoiler aja utk keamanan)

Alasannya?

Oke, itu keluhan terbesar sudah diutarakan, jadi lanjut.

Karena, seperti yg saya bilang tadi, sang penulis pny rasa cinta pada karakter2nya, kadang kala rupanya beliau jadi gak tega menyakiti karakternya terlalu jauh. Salah satu contoh plg kentara adalah saat dalam pertarungan. Pertarungan antar karakter seringkali di-set supaya kedua kubu dpt lmyn saling mengimbangi (pdhl kalo saya boleh jujur sih, kubu Valadin cs kalo komplit anggotanya dlm beberapa aspek lbh unggul drpd kubu Vrey). Lalu saat pertarungan melawan Ular Biru, sbnrnya sih saya bertanya2 apa di dalam air seorang elvar sekalipun dapat bergerak sebebas dan secepat yg dilakukan Karth dan Eizen? :-? Krn ada kan yg namanya hambatan fluida di dalam air.

Karakter2 di sini rata2 pny sifat2 yg scr distinctive membuatnya unik serta mudah dibedakan. That's another good point. Sayangnya, saya mendapati gaya bercerita penulis kurang mendukung pendalaman yg terfokus pada satu karakter. Beliau memutuskan untuk mencoba mendalami karakter2nya secara adil (maksudnya semua kebagian) dengan porsi yang kira2 sesuai alih2 memfokuskan diri hanya pada beberapa karakter utama saja. Efek sampingnya, para karakter ini masih terasa seperti lakon2 yg ditempeli daftar sifat. Pembaca tidak dpt benar2 mendalami sifat2nya seperti apa. Well, ini keputusan penulis, jadi ini semua pure berlabelkan "IMHO" alias "In My Humble Opinion".

Yg krg saya sukai, ada bbrp karakter yg sifat ekstremnya dipicu oleh sesuatu yg di saya tidak terasa sebagai motivasi yang kuat. Contohnya terutama sekali Laruen. Damn. Saya sampe memvonis saya benci Laruen. :| Tapi kalau itu yg diharapkan penulis (bahwa Laruen dibenci pembaca), sukses berat dong di lain pihak. :))

Motivasi yg mendasari Laruen menjadi menyebalkan mnrt saya kurang kuat. Atau kalau sebenarnya dirasa cukup kuat, itu kurang sampai di saya. Akhirnya, Laruen jd terasa menyebalkan dan terlalu "buta" dlm bertindak.

Lainnya tentang karakter, saya sbg seseorang yg lmyn gemar bermain game (tp tdk mengklaim diri sbg gamer) merasa para tokoh di TM ini scr tdk lsg diklasifikasikan menjadi kelas2 atau job ala game RPG. Kira2 begini kalo mnrt saya:

Vrey - thief
Rion - ranger/archer
Laruen - ranger/archer/beastmaster
Leighton - paladin/knight
Ashca - alchemyst
Ellenese - white mage/priestess
Eizen - wizard
Karth - assassin
Valadin - paladin/dark knight (*poke penulisnya* ini pasti gara2 fangirl-ism thdp Cecil FF IV)
Izahra - Dragoon knight (*poke penulisnya* ini pasti gara2 fangirl-ism thdp Kain FF IV)

Itu semua nggak akan seberapa kentara di mata pembaca non-gamer, tp kalo saya boleh nyeletuk sih, klasifikasi semacam ini kadang kala bisa berakhir mengekang.

Rawr. Kira2 itu komentar dari saya. Overall, saya menikmati membaca buku ini dari awal sampai akhir. Flow ceritanya enak, gaya bahasanya nggak ketinggian di standar saya, ukuran tulisan dan layout pas. Jd saya hrs ngomong apa lagi? :D Kasih aja skornya pake bintang langsung.

Hehe.
Profile Image for Lila Cyclist.
853 reviews71 followers
December 20, 2011
Zhiinggg…..

Jarang2 saya membaca buku kedua sebuah tetralogy right after the first book. Bisa jadi ada beberapa alasan kenapa saya tidak membutuhkan break. Yang pertama tentu karena ini adalah buku pinjeman yang diantri beberapa teman saya. Yang kedua, karena bukunya cukup tebal dan minggu depan saya akan terbang untuk liburan, dan tidak mungkin membawa buku setebal ini. Yang ketiga ending dari buku pertama yang membuat saya penasaran untuk segera melanjutkan buku keduanya. Halah, baiklah, whatever the reason is, let me start a glance review of the second book of Ther Melian, Chronicles.

Chronicles dibuka dengan kisah kasih lama antara Vrey dan Valadin. Owh, ternyata begitu ya kisah mereka dulu. Terus terang, saya masih ngga jelas apa sebenarnya perasaan mereka berdua, terutama perasaan Valadin terhadap Very, terutama dengan kehadiran Laruen, Vrey’s twin sister. Akan tetapi, baiklah, biar nanti buku ke empat yang akan menentukan nasib perasaan mereka berdua hahaha…

Di buku kedua ini juga terungkap siapa sosok Aelwen sebenarnya. Kweren deh twist di bagian ini. Saya jadi inget beberapa Mandarin movies silat jadul, dandanan bisa menipu penampilan seseorang hahaha… Selain itu, perjalanan mencari Relik2 lain di Templia2 lain juga cukup seru. Susah banget menggambarkan mencari Relik Aquamarine. Jika saja buku ini nantinya dibuat versi film, waaahh, jangan berharap dengan sineas local deh. Daripada rusak penggarapannya, biar saja serunya tetap tergambar di imajinasi pembacanya hahaaha…

Selain sosok baru Aelwen, ada beberapa kenyataan baru bagi Vrey mengenai masa lalunya, tentang saudara kembarannya, orangtuanya, perasaannya pada dua pria berbeda, dan yang penting angan2nya memiliki Jubah Nymph tercapai. Horeee.. kenapa saya juga jadi excited begini ya? Serasa ada orang lain yang juga punya jubah sakti selain Invisibility Cloak-nya Harry Potter. Hahaha… saya juga suka bagian irony di bagian menjelang akhir novel ketika Leighton harus bekerja sama dengan Valadin untuk membebaskan Vrey yang ditawan di penjara seram sekelas Azkaban, eh, Alcatraz… sebenci apapun Leighton pada Valadin, tapi akal realistisnya mengatakan hanya dengan bantuan Valadin, Vrey bisa bebas. Sweet. Jebakan Leighton untuk Valadin seusai menolong Vrey juga kwereenn…. Sudahlah, saya ngga mau jadi spoiler disini.

Well, no matter what other people say about the book, terutama yang negative things, saya mau acungi jempol buat penulisnya untuk imaginasinya yang sangat seru, meski di awal membaca, saya cukup skeptical untuk penulis genre fantasy karya anak bangsa. Semoga teman saya segera memberi saya pinjaman Discord-nya hahaha
Profile Image for Andry Chang.
Author 55 books37 followers
October 4, 2011
Sang Musafir Kembali Dalam Aliran Kisah

“Ini adalah sesuatu yang harus kulakukan! Apa kamu punya sesuatu yang seperti ini? Sesuatu yang harus kamu dapatkan apa pun akibatnya!”

Wah, wah, kalau sampai begitu, ini pasti sesuatu banget! Yah, mungkin kalimat di atas dimaksudkan sebagai kunci pemicu konflik yang berkembang dalam cerita yang sudah terbit sampai buku kedua ini, mencetak rekor sekuel tercepat terbit dalam jagad Fiksi Fantasi di Indonesia.

Bagi Sang Musafir, justru catch-phrase ini malah menguatkan teorinya bahwa prinsip di buku satu: “Untuk dapat yang diharapkan harus kehilangan sesuatu yang berharga” Walau tak selalu berlaku untuk seluruh dunia jelas berlaku khususnya pada Valadin. Jelas di sini ia adalah seorang Elvar di pihak “kebenaran” yang punya cita-cita dan tujuan yang “mulia”, tapi dijalankan dengan cara yang salah karena memang dikondisikan hanya itulah satu-satunya pilihan. Tindakannya yang “menghalalkan segala cara” itulah yang menimbulkan konflik bercabang-cabang, menjebaknya dalam satu jalan tanpa jalan kembali yang tak dapat dipastikan keberhasilannya. Ini adalah the battle between GOOD and GOOD – atau “good guys gone bad”.

Nah, jadilah Vadis Sang Musafir, Dewa Jagad Everna kembali mengunjungi Benua Ther Melian. Bukan semata-mata kunjungan kerja ke dunia ciptaan rekannya, Dewi Calista tapi lebih karena penasaran.Ya, penasaran karena nasib Vrey yang menggantung di buku satu, Revelation dan isu-isu penambahan dan pengurangan tokoh dalam episode ini.

Benar juga, isu itu memang jadi kenyataan. Penambahan serta pengurangannya terjadi dengan cara yang “aneh”. Fans salah satu tokoh dari delapan tokoh awal TM siap-siaplah patah hati, dan bertambah pula tokoh-tokoh sentral baru yang entah bisa membuat simpati atau merinding ngeri – sekaligus mengundang fan base baru karena rata-rata mereka semua digambarkan tampan dan cantik.

Bagai bayangan tak kasat mata, Sang Musafir menjelajah lebih jauh peta Ther Melian yang makin luas, ke Kerajaan Lavanya. Di daerah inilah terjadi bentrokan kepentingan yang dahsyat antara pihak yang ingin merebut kekuatan para Aether, yang kali ini giliran Undina dan Hamadryad dan pihak yang berusaha mempertahankan kedamaian dan status quo.

Pertarungan-pertarungan dahsyat yang jelas RPGlicious digelar, siasat, taktik dan intrik licikpun digunakan, dua pihak saling menjebak dan memanfaatkan segala cara, saling menikam dari belakang. Fokus konflik cerita ini juga menyangkut cinta segitiga dan kebencian mendarah-daging yang malah dimanfaatkan sebagai taktik jebakan dan dengan hasil-hasil yang sungguh membuat Sang Musafir tak hentinya tercengang. Sangat berwarna-warni dan layak disimak.

Tapi ingat, Sang Dewi Calista ternyata tetap konsisten dengan prinsip “keabu-abuan” yang mengatasi prinsip “baik mutlak” dan “jahat mutlak” yang walhasil akan menghasilkan lebih banyak lagi kejutan dan konflik yang makin rumit dan runyam di seri selanjutnya nanti: Discord. Sang Musafir memperkirakan, “Discord” akan “hancur-hancuran”, yang berarti tokoh-tokoh akan lebih sering berganti dan ada pihak ketiga yang akan muncul dan memancing di air keruh.

Selama perjalanan Sang Musafir sebagai “wartawan antar dunia” di seluruh episode ini, porsi terbesar cerita adalah seputar sepak-terjang Leighton, tokoh “baru tapi lama” (lho?) yang adu cerdik dengan Valadin yang jadi “lawan main”-nya. Salah satu Tetua kaum Elvar, Lourd Haldara juga kebagian peran yang lebih besar, aktif mencegah “bencana terselubung” yang membayangi Benua Ther Melian.

Selain itu, lakon juga makin ramai dengan munculnya tokoh-tokoh baru yang kebagian peran di panggung utama. Mereka adalah:

1. Desna – Pengawal pribadi Putri Ashca dari Kerajaan Lavanya. Ia dari ras Draeg yang bertubuh kecil seperti anak-anak, namun dengan ketegasan dan semangat yang berapi-api.

2. Ashca - Putri Kerajaan Lavanya, seorang ahli alkimia yang banyak akal. Senjata ala alkimianya unik, dan ia punya sumber daya yang berlebih yang bisa dimanfaatkan untuk membantu pihak pemegang status quo. Mungkin setelah seri Ther Melian selesai ia akan ikut ajang “Miss Ther Melian”, bersaing ketat dengan Ellanese.

3. Izahra – Seorang Agwyn, Gardian Elvar dengan ilmu tombak yang dahsyat. Sang Musafir sempat mengira bahwa tampangnya akan sangat macho dengan otot-otot kekar dan rambut yang berdiri menantang langit, tapi ternyata wajahnya dibuat sedikit feminin dan (lagi-lagi) ekstra tampang. Permintaan para fans, mungkin?

4. Reuven – Seorang Rahval (Penyair) Elvar yang muncul setelah bertahun-tahun menghilang. Mungkin belum bisa dikategorikan pemeran utama di episode ini, namun diramalkan ia akan banyak sekali berperan di buku tiga. Tingkah-lakunya misterius dan tampaknya ia punya pemikiran yang unik dan solusi yang tepat untuk konflik yang kompleks ini.

So, once again, you have been warned. Siapkan persediaan hot chocolate dan choco chip cookies banyak-banyak, duduk tenang senyaman mungkin sebelum baca buku ini karena keasyikan ala RPGlicious-nya akan me-massage adrenalin serta perasaan kita. From the beautiful mind of the Calista, Goddess of Ther Melian a.k.a. Shienny M.S. herself.

Leighton… Si figur penyeimbang yang cerdas, sayang sedikit kurang hati-hati dan kurang pengalaman. Will there be tomorrow?

Resensi oleh:
Musafir dari Everna (http://fantasindo.blogspot.com)
Profile Image for Afifah.
409 reviews17 followers
March 31, 2019
Dari segi cerita masih tetep seru, bahkan lebih seru dari buku sebelumnya. Tapi dari segi nama dan gaya penulisan, sayangnya masih sulit buatku menikmatinya.

3.5 dari 5 bintang.
Profile Image for cindy.
1,981 reviews156 followers
August 22, 2011
Lanjutan kisah Ther Melian yang makin menggigit. Jika di buku 1, karakter-karakternya yang kompleks membuat saya gak rela melepaskan buku ini sebelum tuntas (bahkan masih tetep gak rela walau sudah di halaman terakhir), maka di buku 2 ini, bukan hanya karakterisasi, tetapi juga ditambah puntiran-puntiran kisah yang makin ruwet. Satu di antaranya adalah hubungan antara Vrey dan Laruen, ditambah lagi Reuven yang muncul di akhir kisah. Yang lain, misalnya kisah Aelwen-Leighton, sedikit "maksa" tapi tetap menarik. Ada pula Putri Ascha tampaknya menjanjikan adanya puntiran-puntiran lain di buku selanjutnya.

Leighton yang muncul tiba-tiba sebagai Pangeran Granville, sedikit meragukan. Apakah mungkin Vrey menjalani kehidupan bersama selama bertahun-tahun tanpa sedikitpun menuai kecurigaan. Tidak pernah kelepasan omongan atau tersandung tindakan yang tidak sepatutnya (dan coba bayangkan seperti apa suara Leighton sebenarnya ya??!?). Tapi setelah kemunculannya, Leighton benar-benar bersikap selayaknya seorang pangeran. Cerdik, penuh perhitungan, pandai berstrategi dan lumayan hebat dalam bertempur. Lawan yang cukup seimbang untuk Valadin. Sayangnya, sisi kisah segitiga Leighton-Vrey-Valadin ini kurang tergali justru di saat yang paling sensitif, setelah Vrey diselamatkan dari menara, apa iya, Leighton bisa memainkan tipuannya dengan sedemikian dingin sampai-sampai tidak sempat punya perasaan apapun melihat hubungan Vrey-Valadin.

Valadin sendiri tampaknya juga mengalami keanehannya sendiri. Di awal kisah, dia meminta Laruen untuk menghadapi Vrey, lalu di tengah-tengah dia membantu Leighton menyelamatkan Vrey, dan kemudian (bahkan setelah "dikhianati" Vrey) Valadin melarang siapapun menyakiti Vrey. WTH. Selain itu, tindakan-tindakan Valadin, khususnya di akhir kisah, tampaknya sudah tak termaafkan lagi. Valadin telah benar-benar dibutakan ambisinya. Absolut power corrupt absolutely! Benarkan Valadin masih bertempur untuk kejayaan kaum Elvar, atau untuk dirinya sendiri?

Jadi di akhir buku ini sudah 4 relik yang berhasil diambil oleh 4 orang berbeda. Relik Safir oleh Eizen, Relik Rubi oleh Valadin, Relik Aquamarine oleh Karth dan Relik Emerald oleh Vrey. Hmmm....masih 3 lagi ya.

Satu lagi pertanyaan. Jika untuk melawan panas saat mendaki gua di gunung Ash diperlukan amulet Vulcanus, saat amulet-amulet Vrey, Aelwen dan Rion telah diminta oleh Valadin, mengapa Vrey dkk masih bisa bertahan di gua tsb, bahkan saat jatuh sedemikian dekat dengan kolam magma?

*****

Pertamanya sih berniat memberi bintang 3 aja, mengingat -biasanya- sequel2 itu tidak sebagus cerita awalnya. Tapi apa mau dikata, bintangnya aku kurangi setengah saat tahu Vrey masih hidup (tuh kan, bener....), minus satu point waktu karakter Leighton muncul (wkwkwk...), lalu bertambah setengah saat Leighton "mengajak" Valadin menyelamatkan Vrey (hmmm, tahu kapan jadi lawan kapan jadi teman), plus satu point lagi saat Leighton sedemikian cerdiknya menjebak Valadin (haha... kena kau Valdy :p )...... lalu nambah DUA point lagi saat Vrey bilang, "MANUSIA BRENGSEK ITU TEMANKU!" (plok...plok...plok.... yeeyyy....tepuk tangan buat Vrey). So, dengan berat hati saya benar-benar harus memberi point 5 bintang untuk kisah ini.


Profile Image for Feby.
Author 3 books19 followers
October 8, 2011
Humm... ada alasan kenapa aku menunda membaca Ther Melian 2 ini walaupun bukunya sudah di tangan. Karena...!!
(oke, silahkan baca repiu di bawah ini)
-----------------------------------------------------

Singkatnya, sesuai prediksi saya setelah selesai membaca dibandingkan dengan buku sebelumnya, kisah dalam Chronicle ini berkembang cukup pesat. Wangi-wangi RPG ala Final Fantasy, serial Tales, dsb, masih terasa walaupun sudah banyak berkurang dari sebelumnya. Eits! Tetapi menurutku tetap saja rasa RPG bukan suatu kekurangan kok, hanya aroma. Heheh....

Saya udah sempat nebak tepat sasaran untuk beberapa rahasia yang diungkapkan penulisnya. Seperti hubungan Vrey dan Agak typical. Tetapi sempat meleset dikit soal Aelwen. wkwkwk (sampe sekarang masih kerasa geli tiap kali ingat bagian itu, akibat ilustrasi-ilustrasi tokoh yang bersangkutan sebelumnya.)

Namun demikian, saya sempat beberapa kali mengernyitkan dahi membaca narasi dan dialog di beberapa bagian. Narasi agak-agak kaku di beberapa tempat dan kontras dengan perkembangan cerita. Maksudnya gini. Saya merasakan nuansa happy go lala dalam Ther Melian. Nyantai, asyik, semuanya gembira. Kaya baca komik yang penuh akan bishie. (bingung jelasinnya gimana. tapi pokoknya gitu deh) Tetapi di sisi lain, ceritanya sendiri di beberapa bagian sama sekali nggak happy go lala. Contoh,

Lalu. Dialog banyak yang errr... kerasa sekali ini penjelasan selipan dari penulis. Mungkin kuberi contoh aja biar lebih jelas.


Selain itu, karakterisasi. Nggak banyak deh komentar saya soal ini. Semua karakter yang disuguhkan sangat mudah dikenali dan mudah disayangi. Terutama Leighton. Sepertinya Chronicle benar-benar membuat Leighton lebih bersinar (saia hampir ikutan jadi bishie freak gara-gara dia.. aaa~ >o<)
---------------------------------------------------------------------

Oke, sekian repiu saya. Sekarang udah ngerti kan kenapa saya menunda baca TM 2?
Karena udah pasti bakalan nagih gih gih! Aaaaaaa~~ >o<
Profile Image for Shiki.
215 reviews34 followers
October 8, 2011
Yeah, setidaknya yang terburuk terhindarkan di buku satu.
Buku dua ini, jauh lebih bagus ketimbang buku pertama kalau saya boleh jujur. Setidaknya saya jadi tahu Valadin ternyata tidak selamanya BODOH (Maaf bagi seluruh fans Valadin, tapi saya benci cowok macam dia). Yah, dulu, dia cukup oke. Sekarang sih lain masalah, deh.

Dan saya masih tetap kesulitan menyukai karakter yang lain, karena begitu 'hidup' dan secara kebetulan sifat mereka bukan tipe saya semua.
Tentang kejutannya, harus diakui itu MEMANG mengejutkan. Walaupun saya bertanya-tanya, kok bisa nggak ketahuan selama bertahun-tahun.

ETA:
Satu hal yang sangat tidak memuaskan saya di sini;
TIDAK ADA PENONTON DALAM PENYIKSAAN!
Yang ada hanyalah yang di- dan me-!
Kenapa oh kenapa pengarang meloloskan fakta penting ini...!!

Dan sekarang, harapan saya, Valadin biar jadi bujang lapuk aja deh. Vrey kasih ke Lei-chan.
Mudah-mudahan doa sebelum puasa ini terkabul! AMIIIN!!
Profile Image for Ren Puspita.
1,474 reviews1,016 followers
May 8, 2012
Review Kumplit :Ren's Little Corner

Bagoooossss!!
Bagusss BUANGET ini endingnya lagi - lagi cliffhanger #hammer.
Strategi yang kembali diterapkan Shienny, setelah di Revelation. Cuma ini jauh lebih kejam cliffhangernya :)).
Untung gw udah punya lanjutannya yang Discord sama Genesis. (ditandatangani btw :d), jadi ga terlalu penasaran :))
Sebenarnya udah baca sih dua itu, tapi diskip2 =)). Cuma buat liat illustrasinya Shienny yang saya acungi, buat salah satu (mantan?) komikus Indonesia, dia menunjukkan kelasnya.
Baca lanjutannya setelah perjalanan dinas ke Palembang.

Jangan ngaku penggemar fantasy kalau belum baca ini.
Dan shame on you, kalau anda orang Indonesia, tapi lebih memuja - muja fantasy luar negeri tanpa mau meluangkan waktu membaca karya anak negeri sendiri [-(
Profile Image for Yola NY.
253 reviews
July 29, 2011
OH!!
aku harus kasih 5 bintang!


terlalu banyak yang bikin aku tercengang, kaget, penasaran, deg-degan, ama gemes.

aarrggh,, kok?? bisa-bisanya?? jadi,, itu yg selama ini dirahasiain sama Aelwen???

ups! mgkin di buku 2 nih, namanya udah gak itu lagi :D


ada tokoh-tokoh baru juga di buku ini. trus Valadin dkk udah berhasil ngumpulin 2 ashter lagi. (yang 1 lagi jadi milih Vrey) hah! trnyta bakat nyanyi Vrey ada gunanya juga :D

dan ada aksi nyelamatin Vrey dari menara penjara. Valadin ikutan nolong juga. tapi sayangnya, Valadin udah terlalu jauh berbuat hal yang jahat gini. semakin banyak dia membunuh orang, semakin kecewa aku :(
makanya, aku lebih suka Leighton di buku ini. haah, pas akhirnya dia nyadarin perasaannya, eh malah ada kejadian kayak gitu..

pliss Leighton, bertahanlah! T_T
Profile Image for Zehel.
19 reviews3 followers
March 13, 2012
KLISE. Itu kesan saya pada buku kedua ini.
Tapi, klise terkadang bisa jadi sangat bagus, tergantung kemasan.
Ada beberapa hal yang terkesan tidak mungkin, seperti bahwa Aelwen ternyata laki-laki, PANGERAN pula. Dan sudah pasti, suka pada Vrey. Laki-laki, berotot pula, dan tidak pernah ketahuan? Tidak merasa apapun padahal sekamar dengan gadis yang disukai? Well, dia memang pangeran dalam dongeng.
Tapi sekali lagi, inilah yang menjadikan fantasi klise itu menarik. Siapa butuh nalar dunia nyata 100%.

Saya menyadari satu hal;
Valadin dan rombongan selalu dapat keberuntungan besar. Apa ini berarti dia akan SANGAT SIAL di akhir?
Profile Image for Booksaurus.
14 reviews
September 17, 2011
Buku ini lebih bersih dari typos dan lebih enak dibaca dari buku pertama.

Point of view masih tetep distant (lihat review saya over Revelation), tapi di beberapa tempat udah lebih baik. Saya lebih bisa bersimpati dengan Vrey, Valadin, atau Leighton.

Sebenernya saya sebel juga sih ama love triangle, tapi hal seperti ini memang cukup memberi tension pada buku dan mengundang rasa penasaran, jadi sah-sah aja lah.

Cerita di Templia Undina bener-bener ngga seru, saya berasa kayak lagi baca summary doang. Sebaliknya perjuangan di Templia Hamadryad (bener ngga yah tulisnya) lebih keren.
Profile Image for arin.
102 reviews
September 28, 2011
Okay intinya baca novel ini serasa makan bertie bott's every flavor beans. Kenapa? Karna ada kejutan di tiap isinya yang selalu bikin penasaran. Tapi menurut saya bab 14 tuh horror abis sampe tangan saya gatel banget pengin skip aja ke bab berikutnya, saya itu orangnya ga tegaan kalo baca/nonton tentang penyiksaan, penjara atau yang semacam itulah pokoknya ngeri aja liatnya -_-
Profile Image for Mycale.
3 reviews1 follower
June 25, 2011
Tamat dalam waktu kurang dr 24 jam XD

@page 34 gw curiga bakal ada adegan" hay kali ini

untunglah itu gk prnah terjadi

thumb up bwt cerita pembukanya.
Profile Image for Lina.
290 reviews24 followers
January 16, 2013
Sinopsis :

Bagaimana nasib Vrey dan kawan-kawan pasca jatuh dari ketinggian tebing di gunung Ash?
Bagaimana misi Valadin dalam mengumpulkan relik-relik elemental lainnya setelah relik Safir dan Ruby ?
Apa sebenarnya rahasia mati-matian yang berusaha ditutupi Aelwen? Bagaimana Aelwen bisa menjadi Eldynn ?
Apa sebenarnya hubungan masa lalu Vrey dan Valadin?

Kesan saya :
Yah, saya terpaksa membuat sinopsis berupa pertanyaan atau point-point yang ada dalam buku sebelumnya, karena bila saya buat sinopsisnya secara ikhtisar, maka yang ada saya akan membuat masakan sop-iler. Karena cerita dalam buku ini sangat linear, setiap bab membawa bagian cerita bab lainnya dan pada dasarnya cerita dalam TM ini sangat berkesinambuangan antara buku satu ke buku berikutnya, makanya endingnya pasti selalu cliffhanger dan cerita dalam buku lanjutannya merupakan jawaban atas misteri-misteri atau pertanyaan-pertanyaan di buku sebelumnya.

Tapi yang pasti buku 2 ini jauh lebih baik daripada buku pertama, karena konflik sudah mulai terlihat jelas, dan tidak ada lagi misi personal macam membuat jubah nymph. Seperti dalam review saya atas Revelation yang ceritanya lebih mirip prolog, maka dalam Chronicle, kita diajak memasuki konflik yang sebenarnya.

Selain itu karakter development juga bagus, di buku pertama saya masih belum terlalu menyukai Vrey dan lebih melihat dirinya sebagai gadis egois. Namun lambat laun khususnya dalam bebearapa bagian akhir bab, saya mulai melihat kualitas Vrey sebagai tokoh utama atau heroine dalam buku ini. Bagaimana dengan karakter lain ?

Valadin : Sama seperti sebelumnya, saya masih tidak bisa menyukai Valadin, mungkin karena standar ganda yang ada pada dirinya. Tidak peduli seganteng dan se-hot apa Valadin digambarkan ada beberapa personality Valadin yang membuat saya off. Apakah itu yang berkaitan dengan perasaan labilnya terhadap Vrey maupun tindakan dia yang menjadi tuan tebas dahulu, bicara belakangan. O ya Valadin ada ganti job class, kalau dalam buku pertama dia adalah Eldynn (Paladin) tapi karena udah jatuh dalam dosa maka berubah jadi Avenger (saya pakai istilah job class dalam game Brigandine, salah satu game RPG taktik favorit saya) biasanya kalau Paladin eh Eldynn itu lebih kuat dalam hal defense maka Avenger lebih kuat dalam hal attack dan sepertinya aturan ini juga diterapkan dalam cerita ini.

Ellanese sang healer/Priestess Vestal : Tidak ada pengembangan berarti dalam karakternya, bagi saya Ellanese tipikal gambaran wanita bangsawan yang angkuh dan pendengki.

Karth sang Assassin Shazin : Salah satu karakter dengan personality paling kalem dan tenang. Saya suka Karth sejak buku pertama, di buku kedua saya tetap suka Karth meskipun job class nya cenderung antihero, tapi sifatnya cenderung netral dalam melihat situasi dan Karth tidak akan membunuh bila tidak terpaksa.

Laruen sang Pemanah : Oke, sejujurnya secara attitude, Laruen cukup oke bagi saya karena dia bukan tipe pengeluh. Tapi saya tidak suka dengan tindakan dan pemahamannya yang cenderung dangkal atau mungkin istilahnya "blind faith"?

Eizen sang Magus : Saya benarnya suka dengan karakter Eizen yang apa adanya atau isitilahnya to the point dan cenderung antihero, namun di buku Chronicle ini, saya mendapat gambaran kalau Eizen sepertinya akan diarahkan menjadi villain. Membunuh civilian dan warga tak berdosa bagi saya adalah kekejian besar, bahkan dalam buku fantasy saya tidak suka bila civilian hanyalah dianggap sebagai NPC objek semata yang tidak penting. Di Harry Potter pun penyihir yang melakukan kekejian terhadap muggle mendapat hukuman berat

Lalu kelompok Vrey :

Vrey sang pencuri : Seperti yang saya sebutkan di paragraf atas, Vrey ada perkembangan karakter di bab-bab akhir (redeeming quality), tapi ada satu sifat jeleknya kalau udah ngambek, yaitu keras kepala.

Rion sang Ranger : Perannya tidak banyak di Chronicle, namun seperti gambaran di buku sebelumnya, walau mata duitan tapi Rion bisa diandalkan dan setia kawan.

Untuk Aelwen, saya sarankan untuk tidak mengklik spoiler di bawah bila anda belum membacanya, karena Aelwen adalah salah satu cerita dan fokus utama buku ini.


Dan tentu saja ada beberapa tambahan karakter baru, tapi saya tidak akan membahasnya lebih lanjut karena bisa-bisa saya menyalin 1 bab penuh dari dalam buku.

Hanya saja ada beberapa yang saya rasa agak kurang dari cerita, seperti :
- Quest jubah Nymph yang langsung selesai seketika, padahal cari bahan-bahannya kan sulit.
- Valadin dkk vs Penjaga Templia, lokasi sudah menarik, hanya saja saat boss battle saya lebih tertarik membaca catfight antara Laruen vs Putri Ascha. Mungkin karena saya berpikir, toh meskipun cuma berdua pasti pada akhirnya relik elemental tetap berhasil didapat, dengan kata lain predictable. Untung saja tidak semua relik didapat dengan boss battle karena quest Hamadryad adalah salah satu quest Templia yang unik dan seru saat dibaca, cuma agak disayangkan keseruannya berkurang saat tiba-tiba seorang bard Rahval datang tanpa diundang dan pergi tanpa dijemput yang tiba-tiba langsung membantu para karakter mengatasi ujian templia Hamadryad, padahal bakal lebih asyik kalau para karakter bermain tebak-tebakan dan spekulasi untuk mengatasi ujian tersebut.
- Cacat dalam rencana, saat Vrey dkk memutuskan untuk melaporkan tindakan kriminal Valadin kepada Raja Granvillle hanya dengan bekal surat dan emblem, padahal resikonya sangat tinggi, saya pribadi meskipun dipinjamkan undangan orang lain untuk bertemu presiden, saya ragu bila itu tidak langsung ditujukan untuk saya karena alih-alih disambut yang ada saya bisa dianggap pembohong dan mengambil undangan milik orang lain. Tapi sudahlah, anggap saja mereka sedang terdesak dan tidak punya pilihan.

Tapi banyak juga bagian yang membuat saya tersenyum, misal Aelwen yang smart-ass saat menghadapi Valadin di hutan. Yang pasti element populer dalam trend YA akhir-akhir ini juga ada dibuku ini yaitu 1 cewe ditaksir 2 cowo . Lalu drama opera sabun the evil twin dan tentu saja ilustrasi ala manganya yang selalu bikin saya iri dengan kemampuan menggambar penulis.

Anyway, overall this is good book & although the story isn't something new but the story is really enjoyable, I read it only 2 days & quite curious when the ending is cliffhanger, but luckily I already have bought Discord and Genesis. If you want to read fantasy but afraid the story is too heavy, you can read this book. If you are gamer or ex gamer (like me) and your favorite genre of games is RPG, I recommend this book to you.
Profile Image for Sulis Peri Hutan.
1,056 reviews297 followers
June 1, 2015
read more: http://www.kubikelromance.com/2012/05...

Ini adalah sesuatu yang harus kulakukan! Apa kamu memiliki sesuatu yang seperti ini? Sesuatu yang harus kamu dapatkan, apa pun akibatnya?
Ending buku pertama sangat sangat menggantung sehingga menjadikan saya langsung melahap seri keduanya (untung udah ada :p). Di buku pertama diceritakan Valadin sudah mendapatkan bros bertahta permata berwarna indigo, permata itu memancarkan percikan cahaya perak bagaikan kilat. Di dalamnya, terukir Rune yang melambangkan halilintar, yab, Aether pertama yang mereka dapatkan adalah Voltres, Sang Aether Kilat. Untuk mendapatkan Aether kedua yang berada di gunung Ash, Valadin harus mempunyai amulet agar bisa bertahan di tempat yang sangat panas tersebut, sayangnya amulet itu sudah dicuri orang, dan di gua tersebut Valadin harus melawan orang yang pernah berarti di hidupnya demi mendapatkan amulet tersebut, dia harus melawan Vrey.

Valadin mendapatkan Aether kedua dengan ganjaran dia harus kehilangan Vrey, Eizen membuat Vrey, Aelwen dan Rion terjatuh di dasar jurang karena sihirnya. Sial bagi nasip Vrey dkk, tapi walaupun sangat merasa kehilangan Vrey, Valadin berhasil mendapatkan sebuah cicin, cincin emas bertahtakan sebutir batu Rubi yang menyala bagaikan api, Aether kedua adalah Vulcanus, Sang Aether Api. Tapi, Aether pertama yang sudah mereka dapatkan ternyata hilang!

Berkat sihir pelindung Aelwen, mereka bertiga selamat dari maut, dan mereka harus melarikan diri dari kejaran para Elvar. Rion merasa curiga dengan kekuatan Aelwen dan idenditas dia sebenarnya, tanpa sepengetahuan Aelwen, Rion menyelidikinya. Vrey sangat marah ketika tahu siapa sebenarnya Aelwen, yang sebenarnya adalah Pangeran Leighton Tanddeus Granville, pewaris tahkta kerajaan Granville yang menghilang tiga tahun yang lalu. Vrey sangat terluka dengan kebenaran ini, dia merasa dikhianati oleh temannya sendiri. Tapi, mau tidak mau Vrey harus menerima kehadiran Leighton, karena hanya dialah yang bisa membantu. Mereka sadar kalau para Elvar akan mengejar mereka, Vrey setuju dengan rencana Rion yang akan mengawal mereka sampai ke Istana Laguna Biru, menjelaskan segalanya kepada Raja Granville atas apa yang akan dilakukan para Elvar supaya ayah Leighton berembuk dengan Para Tetua Elvar atas hukuman apa yang pantas bagi mereka.

Untuk kembali ke Granville, mereka membutuhkan transportasi yang tidak membutuhkan waktu yang lama, mereka mencarinya di Kerajaan Lavannya. Untungnya Leighton mengenal baik salah satu putri Ratu Lavanya, Putri Ashca Shela Lavanya yang sangat dilindungi oleh pengawalnya, seorang Bangsa Draeg, Desna. Sayangnya, sebelum mereka berhasil menumpangi kapal udara, mereka di serang oleh Karth dan Lauren! Leighton harus berpisah dengan Vrey dan Rion, dia harus membantu Desna melawan para Elvar tersebut.






Kelompok Valadin terpecah, Karth, Eizen dan Lauren pergi ke Kota Lavanya demi melanjutkan misi mereka. Sedangkan Valadin dan Ellanese pergi ke Granville untuk mengembalikan amulet dan mencegat Vrey dkk sebelum mengadu ke Lord Haldara.

Eizen memporakporandakan Kota Lavanya, bukan itu saja, dia juga menculik Putri Ascha, karena dia adalah satu dari sedikit orang yang tahu jalan rahasia bawah tanah untuk menuju Naian Mujdpir, Istana Kerajaan Lavanya, tempat di mana Templia Undina berada. Tidak mudah untuk mendapatkan Relik Elemental yang berupa sebuah anting yang bertahtakan permata berbentuk tetesan air berwarna biru jernih, Sang Aether Air, mereka harus melawan Sang Ular Biru atau Blue Serpent, Sang penjaga Templia Undina.



Lalu bagaimana nasip Vrey? ternyata dia dan Rion dipenjara di Menara Albina, sebuah benteng dan dijaga ketat oleh ratusan penjaga. Raja Granville tidak percaya begitu saja dengan cerita mereka walaupun sudah membawa surat dari Leighton, perbuatannya mencuri amulet dan membakar Rylith Lamire tidak bisa dimaafkan. Kali ini, Leighton membutuhkan Valadin untuk membebaskan Vrey. Loh, loh, kok Leighton tiba-tiba muncul? Leighton kembali ke Granville dengan bantuan kapal udara, Kamala, milik Putri Ascha. Putri Ascha dan Desna ikut ke Granveille, dia tidak bisa diam melihat kerajaannya dihancurkan oleh bangsa Elvar, dia ingin ikut menjelaskan kebenaran pada pimpinan tertinggi bangsa Elvar agar Valadin dkk dihukum seberat-beratnya.

Karena tidak ingin kehilangan Vrey sekali lagi, dia pun menyanggupi permintaan Leighton dengan syarat dia harus menyerahkan Relik Safir yang dicuri Vrey. Valadin sangat geram sekali ketika mengetahui Vrey disiksa dipenjara tersebut. Vrey harus menghindar dari gigitan Amphyvena. Dan Vrey sangat terkejut ketika Valadin datang menolongnya.



Apakah menolong Vrey ini merupakan jebakan dari Leighton? Petualangan mereka tidak berhenti sampai disitu saja, karena ada satu lagi Aether yang dicari Valadin di buku ini yaitu Aether Hamadryad. Kali ini tantangannya lebih sulit, untuk mendapatkan sebuah mahkota yang dililit oleh tangkai hijau yang lentur, sekelilingnya ditumbuhi bunga-bunga anggrek berwarna ungu dan putih, tepat ditengah-tengah mahkotanya terdapat sebuah permata bercahaya hijau cemerlang seperti batu emerald, mereka harus mampu meredakan kemarahan hutan, ya, kali ini tidak ada penjaga Templia Hamydryad.

Kalau Vrey mendapatkan sekutu Putri Ascha dan Desna, kali ini Valadin mendapatkan sekutu juga, seorang Gardian, Izahra. Valadin juga mendapatkan pengganti pedang Schalantir, yaitu pedang Zward Eldrich dimana pedang tersebut akan meningkatkan kekuatan pamaikanya, bahkan membuatnya mampu menggunakan sihir, walaupun dia bukan seorang Mangus. Pedang tersebut juga mempunyai aura gelap, menjadikan pemakainya tidak berperasaan. Kita akan menemui sosok Valadin yang berbeda di sini.



Tidak banyak komentar yang akan saya berikan di sini, karena tidak jauh beda dengan komentar saya di buku pertama, kali ini saya akan memberikan jempol Gajah! Di buku kedua ini kita akan mendapatkan jawaban dari teka teki di buku pertama, hubungan antara Vrey dan Valadin, masa lalu mereka. Selain itu, banyak sekali kejutan yang mewarnai buku ini, dimulai dari identitas asli Aelwen, rahasia Lauren, bahkan tokoh baru yang bermunculan. Konfliknya juga semakin seru, bagian pencarian Aether tetap tidak bisa dilewatkan.
Bagian favorit saya adalah ketika Vrey dan Valadin menikmati matahari senja, saya akan berikan cuplikannya :)
"Aku tahu satu hal yang membuat matahari terbenam ini terlihat lebih indah," kata Valadin.
Vrey menganggat sebelah alisnya. "Apa itu?"
"Kalau kamu duduk di sebelahku dan menikmatinya bersamaku," jawab Valadin.
Gombal banget :))
Oh ya, Valadin juga mendapatkan saingan nih soal hati Vrey, si Leighton.
Satu kekurangan buku ini, sama seperti kekurangan buku pertama, ENDING-nya ngantung banget, huhuhu, kali ini saya tidak bisa langsung melahap seri ketiga karena tidak punya lanjutannya *pecah celengan*.
Bagi pecinta fantasy pokoknya rugi kalau tidak mencoba membaca seri Ther Melian.

4 sayap untuk Hutan Kabut.
Profile Image for Alvina.
732 reviews122 followers
May 22, 2012
Masih ingat donk perjalanan Valadin dan teman-temannya dalam menemukan Relik Elemental? Juga bagaimana kisah Vrey dan kawan-kawannya yang terluka parah?

Nah, sebelum membahas itu, ada baiknya saya mengulas sedikit “Chronicle Vrey dan Valadin” yang ada di bagian awal buku ini. Buat saya (semoga demikian juga dengan pembaca lainnya), satu bab paling awal ini sangat membantu dalam memberikan kejelasan mengenai hubungan antara Vrey dan Valadin bertahun-tahun silam.

Saat itu Vrey tertangkap basah oleh Valadin karena memasang jebakan di Hutan Telssier. Ternyata wajah Vrey mengingatkan Valadin akan seorang kawan lamanya yang hilang, yaitu Lord Reuven. Dari Valadin juga kemudian Vrey tahu cerita tentang orang tuanya. Ayahnya Lord Reuven adalah seorang Elvar, dan Ibunya yang bernama Lyra adalah seorang manusia. Semenjakk kematian Lyra, Reuven menghilang dan diperkirakan bunuh diri karena kehilangan kekasih sejati hatinya. Hal itu yang menjadikan Vrey selama ini hanya diurus oleh Kakeknya tanpa ada berita apa-apa tentang orang tuanya.

Pertemanan Vrey dan Valadin berlanjut hingga akhirnya Valadin mengajak Vrey tinggal di Kota Falthemnar, kota para Elvar. Tapi ternyata Vrey merasa tidak cocok tinggal di kota itu, sampai suatu ketika ia melarikan diri meski Valadin memergokinya. Valadin yang mencoba membujuk Vrey untuk tetap bertahan di Falthemnar ternyata gagal melawan keras kepalanya Vrey.

”Aku berusaha berubah untuk membahagiakanmu. Tapi aku hanya menipu diriku sendiri, aku nggak akan pernah bisa menjadi seperti yang kamu harapkan. ” –Vrey ~ Hal. Xliii

Nah itu kisah singkat Vrey dan Valadin pada awal pertemuan mereka. Sekarang kita kembali ke cerita lanjutan di buku kedua, ya..

Vrey, dan teman-temannya berhasil selamat dari apa yang mereka alami di Gunung Ash. Setelah dirawat dan menyembuhkan luka-luka, mereka berencana akan pergi ke Istana Laguna Biru di Granville untuk memulangkan Pangeran hilang yang telah ditemukan kembali. Dengan itu Vrey dan Rion berharap Sang Pangeran (yang bernama Leighton Thaddeus Granville) bisa membantu mereka menyelesaikan masalah yang ada, karena dengan gelarnya tentu Leighton lebih berkuasa daripada mereka. Awalnya Leighton enggan, tetapi karena ia sadar betapa besar bahaya yang mengancam mereka, maka ia mengiyakan ’tuntutan’ dari Vrey dan Rion. Tapi perjalanan mereka masih panjang, masih harus menuju Kota Yamuna dan mendapatkan Kapal Udara untuk mengantar mereka ke Granville. Sudah begitu, sesampainya di Yamuna, semua kapal udara telah berangkat dan tak akan ada yang pergi lagi sebelum Festival di Kota itu selesai diadakan, kecuali satu kapal udara milik keluarga Kerajaan Lavanya. Beruntung Leighton memiliki kenalan seorang Putri kerajaan tersebut.

Putri Ascha Shela Lavanya adalah seorang alkemis yang sangat pintar dan juga cantik. Ia bersedia membantu Vrey, Leighton dan Rion dengan memberikan surat ijin supaya mereka diperbolehkan naik ke Kapal Udara Kerajaan. Tapi di tengah perjalanan menuju kanal, mereka diserang oleh Karth dan Laruen. Yang lebih parah, ada ledakan yang berasal dari tempat kerja Putri Ascha.

Karena peristiwa inilah, kemudian Vrey dan kawan-kawannya berpisah. Ia dan Rion membawa emblem (tanda pengenal Istana) milik Leighton bersama surat ijin dari Putri Ascha untuk segera berangkat ke Granville. Sedangkan Leighton dan Desna, orang kepercayaan Putri Ascha kembali ke tempat kerja Putri untuk menyelamatkannya. Ledakan besar itu terjadi berkali-kali di beberap tempat berbeda, Putri Ascha menghilang dan diiringi kesadaran yang lambat, Desna menyadari bahwa orang-orang yang menculik Putri pasti karena ingin menemukan jalan ke tempat Naian Mujdpir, tempat paling rahasia di bawah Istana.

Sementara itu Valadin dan Ellanese yang menunggu kabar keberhasilan timnya dalam mengambil Relik Aquamarine makin tak sabar. Tak ada yang mengabarinya apakah mereka sukses atau gagal dalam misi tersebut? Lalu apakah Vrey berhasil sampai di Granville dan mendapatkan pertolongan dari Raja?

Sebuah Chronicle ~ kisah yang sangat apik. Bahkan saya jauh lebih puas membaca buku ini daripada buku seri pertama. Di buku kedua ini, alurnya lebih cepat, kejutannya lebih banyak dan tentu saja, ending cerita yang bikin penasaran setengah pingsan. Typo masih ada meski sudah jauh berkurang daripada buku Revelation. Gambar-gambar tokoh di dalam buku juga turut menghidupkan cerita di tiap babnya.

Dari awal saya bersyukur karena penulis membeberkan kisah awal tentang Vrey dan Valadin, meski sejujurnya saya masih nggak menemukan apa yang sebenarnya membuat Valadin jatuh hati dengan Vrey. (mungkin penulis menciptakan Valadin ini tipe cowok yang berpendapat : Cinta nggak butuh alasan) :p

Awalnya saya sempat kecewa dengan tokoh Vrey yang ’berubah’ karena bersama Valadin. Aduh, udah cocok sama Leighton, kenapa harus diganggu Valadin sih.. *kesel sambil gemes sendiri. Tapi toh akhirnya dia kembali menjadi Vrey yang keras kepala dan setia kawan, bahkan rela menyakiti Valadin demi menyelamatkan teman-temannya.

Yah, singkat kata... empat bintang untuk buku ini. Dan ....

Saya harus punya buku ketiga dan keempatnya!!
123 reviews14 followers
December 12, 2012
Previously on Ther Melian...

Di Revelation, kita tahu bahwa Valadin dan kawan-kawannya berusaha mencari dan mengumpulkan tujuh Relik Elemental demi mengembalikan kejayaan bangsa Elvar, walaupun demi itu, ia harus membunuh orang lain. Vrey dan kawan-kawannya, di sisi lain, sedang mencari bahan untuk membuat Jubah Nymph yang didambakannya. Melalui serangkaian kejadian, takdir mempertemukan kedua kelompok ini dan pertempuran pun tak bisa terelakkan.

Di akhir buku pertama (yang bikin penasaran itu), Valadin berhasil mendapatkan Relik Api dari Templia Vulcanus, tapi ternyata Relik Safir yang telah ia miliki sebelumnya dicuri oleh Vrey dkk ketika kedua kelompok ini bertemu. Ia mengutus dua rekannya mengejar dan mengambil kembali Relik Safir.

Di sisi lain, setelah pertarungannya dengan Valadin dan kawan-kawannya, Vrey diyakini mati karena terjatuh dari jurang. Tapi benarkan dia mati?

Chronicle

Chronicle, seperti Revelation, dibuka dengan semacam prolog. Kali ini isinya flashback kejadian beberapa tahun yang lalu ketika Vrey dan Valadin bertemu kali pertama dan Valadin mengajak Vrey tinggal di kota kaum Elvar. Vrey ternyata adalah putri dari Elvar sahabat Valadin. Setelah beberapa lama, ternyata Vrey tidak kerasan tinggal di kota itu dan memilih kembali ke tempatnya yang sebelumnya.

Cerita kemudian berlanjut ke beberapa saat setelah ending Revelation. Vrey ternyata tidak mati. Ia berhasil diselamatkan oleh sihir yang dirapal Aelwen, sahabat yang selama ini menemani dalam perjalanan mencari Jubah Nymph. Hal ini menyebabkannya mempertanyakan jati diri Aelwen, karena tidak semua orang bisa merapal sihir.

Dua rekan Valadin yang diutus untuk mengejar Vrey dkk dan mengambil kembali Relik Safir tidak berhasil menjalankan tugasnya. Mereka mendapati Vrey dkk berhasil selamat dan kabur terlebih dahulu.

Setelah menyelidiki, akhirnya Vrey mengetahui jati diri Aelwen yang sebenarnya. Aelwen ternyata adalah orang dari kerajaan Granville yang kabur dan menyamar. Ia murka. Ia merasa tidak mendapatkan kepercayaan Aelwen padahal selama ini dia memercayakan rahasianya pada gadis tersebut. Setelah beberapa saat, Vrey mempunyai ide untuk menyelesaikan masalah yang menyangkut Valadin dan kehancuran yang akibatkan demi tujuan mereka--yang Vrey juga ikut andil di dalamnya. Vrey dan Rion, rekannya yang lain, akan membawa Aelwen kembali ke kerajaan dan menceritakan yang sebenarnya kepada Raja Granville agar mereka dapat menghentikan kerusakan yang diakibarkan misi Valadin dkk.

Valadin dkk melanjutkan misi mereka untuk mengambil kembali Relik Safir dari Vrey dan mendapatkan Relik Elemental yang lain.

Dibantu oleh Ashca, alkemis yang sekaligus putri kerajaan tempat Vrey dkk saat ini berada, Vrey dkk berangkat ke pusat kerajaan Granville untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya, sambil menghindari kejaran kelompok Valadin.

Dan kisah petualangan mereka dimulai kembali...

Komentar

Saya suka buku kedua seri Ther Melian ini. Buku pertama cukup bagus tapi saya belum benar-benar bisa masuk ke ceritanya. Di buku kedua ini saya bisa masuk ke ceritanya. Dan saya suka. Ini mungkin saya karena sudah kenal dengan setting, tokoh-tokoh, istilah-istilah, mekanisme sihir, dan plot ceritanya, dan karena saya memang suka cerita yang ber-setting di kerajaan.

Ternyata susah juga untuk memilih pihak di seri ini. Biasanya di buku-buku yang saya baca, secara otomatis saya memilih pihak pahlawan yang melawan evil villain. Tapi karena di seri ini tidak ada evil villain, jadinya rada susah memilih pihak yang didukung. Vrey memang tokoh sentral di seri ini tapi dia bukan tokoh yang benar-benar tanpa dosa. Sementara Valadin, walaupun dia rela menggunakan kekerasan dan menyebabkan kehancuran demi mencapai tujuannya, dia melakukan itu demi misi yang mulia. Ditambah lagi Valadin didampingi rekan-rekan yang keren dan sakti dengan kemampuannya masing-masing, menyebabkan agak susah membenci pihak ini :D

Ada satu hal yang agak mengganjal di buku ini. Waktu Aelwen ditahan oleh Raja Granville, di situ tidak dijelaskan apakah ada pengawal yang menjaganya atau tidak. Ia dengan mudahnya diselamatkan oleh pengawal Putri Ashca. Rada aneh juga kalau misalnya dia "dipenjara" tapi ujung-ujungnya tidak dijaga.

Seperti buku pertama, Chronicle ditutup dengan sebuah cliffhanger. Dan ini menyebalkan. Karena Chronicle berhasil membuat saya ingin membaca (dan mengoleksi) buku ketiga dan keempat seri Ther Melian dan setelah membaca baris terakhir Chronicle, saya tidak sedang memegang buku lanjutannya: Discord dan Genesis.

Oh iya, di buku ini masih ada beberapa conlang terutama untuk mantra-mantra sihir yang dirapal. Dan tentunya conlang tersebut masih konsisten dengan buku sebelumnya. Ada glosariumnya juga. Jempol untuk ini.

Empat bintang untuk Ther Melian #2: Chronicle :D
Profile Image for Sabrina Zee.
Author 6 books30 followers
March 29, 2012
Berlanjut dari buku pertamanya... Valadin merasa bersalah karena telah membunuh teman-teman sebangsanya demi mendapatkan kekuatan Aether yang diinginkannya. Ia bahkan mengorbankan Vrey, gadis yang dicintainya.

Di akhir buku pertama Vrey, Aelwen, dan Rion terkena sihir Eizen dan jatuh ke jurang magma. Mati? Jelas tidak mungkin. Masa di buku pertama tokoh utamanya sudah mati? Dengan bantuan sihir Aelwen, mereka berhasil selamat.

Saya sangat suka dengan tokoh Aelwen dan ternyata rahasia yang disimpannya membuat saya kaget, sekaget-kagetnya. Sudah pasti saya dukung tokoh unik ini sampai akhir. Hahaha...

Vrey yang merasa marah telah ditipu oleh Aelwen memanfaatkan posisi Aelwen sebagai anggota kerajaan untuk memulihkan nama buruk mereka. Vrey mau dibersihkan dari segala tuduhan pencurian. Hanya sayangnya, di tengah perjalanan mereka masih harus bertemu dengan Valadin dan teman-temannya yang ingin mendapatkan Relik Safir yang sempat dicuri Vrey sewaktu di gua magma.

Di buku ini, tokoh Leighton yang paling ditonjolkan. Bukan Vrey. Kelihatan sekali kalau Vrey bakal berakhir dengan si pangeran ganteng ini walau Vrey masih bimbang karena selama enam tahun ini ia hanya mencintai Valadin. Tapi si Leighton sangat memperhatikan Vrey dan selalu mendukung gadis itu, tidak seperti Valadin yang masih mengutamakan kejayaan bangsanya. Jadi, Vrey tampaknya mulai berpindah hati nih.

Petulangan terus berlanjut. Pengkhianatan dan penipuan mewarnai perjalanan mereka. Bahkan akhir buku kedua ini membuat saya bengong. Tampaknya penulis senang sekali membunuh tokoh utamanya.

Oke. Untuk buku kedua ini, konflik terasa jauh lebih banyak. Kejutan dan perjalanan para tokoh lebih menarik diikuti dari buku pertama. Mungkin karena buku pertama banyak perkenalan, sementara di buku ini semuanya berjalan dengan lancar tanpa perlu banyak penjelasan lagi.

Karakter Valadin semakin kuat dan saya sangat mengerti mengapa ia mati-matian mempertahankan ambisinya sekalipun ia bakal dibenci bangsanya sendiri. Memang buku ini ditujukan untuk memperlihatkan kalau tidak ada tokoh yang jahat atau baik sekali. Semuanya berada di daerah abu-abu. Dan tokoh Valadin ini salah satunya. Di satu sisi, ia membunuh banyak orang demi mencapai tujuannya. Tapi tujuannya adalah menyelamatkan bangsanya sendiri. Ia siap menerima konsekuensi perbuatannya. Sampai akhir pun ia masih tetap berpegang pada prinsipnya sendiri. Dan ini membuat saya suka dengan sifatnya. Berapa banyak orang yang bisa berpegang teguh pada prinsipnya saat semua orang menentangnya? Bahkan Vrey, orang yang paling berarti baginya saja menentangnya.

Tokoh-tokoh lain mulai tampak kekuatannya. Dalam hal karakterisasi, saya cukup puas dengan penjelasannya. Sekalipun beberapa tokoh cukup sulit dibedakan. Yah, terlalu banyak tokoh memang selalu bisa membuat kebingungan seperti itu.

Untuk gaya penulisan... kekakuan yang saya rasakan di buku pertama sudah mulai berkurang. Tapi tetap saja. Saya masih bisa merasakan beberapa dialog yang kurang enak dibaca. Yah, itu bukan masalah besar. Yang penting tujuan dan maksud cerita sudah disampaikan penulis dengan baik.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Rhea.
263 reviews73 followers
May 22, 2012
Waktu awal dapet hadiah dari Elex kirain cuman buku #1 aja yang gratisan, ternyata buku #2 juga nyangkut dikirim juga... hahaha *tertawa kegirangan*

3.5 bintang.

Buku #2 ini cerita lebih menonjolkan sisi Leighton, kalau penulis menginginkan pembaca untuk jatuh cinta sama Leighton, kurasa penulis telah sukses melakukannya.

Buku ini jauh lebih seru dari buku pertamanya. Penulis sukses membuat alur cerita yang naik turun membuat hati berdebar-debar. Bahkan beberapa bab tidak mudah ditebak, meskipun ada beberapa pertarungan yang membosankan yang bila tidak diceritakan pun tidak menjadi masalah menurutku.

Dan sempat terkaget-kaget ketika rahasia Aelwen terungkap, yang sebenarnya pengen jedotin kepala ke tembok. Yah, kalau kamu sudah membaca buku ini pasti tau alasannya. Gimana caranya rahasia yang signifikan itu bisa disembunyikan selama 3 tahun. Masa sih Vrey gak pernah curiga sama sekali, apalagi mereka kan sekamar.

Aku kurang suka dengan Valadin yang kelihatannya labil. Dan tingkah laku putri Ascha waktu diculik. Halo!!, kok jadi berasa putri Ascha ini seperti teman si penculik, sempat-sempatnya mejelaskan lorong-lorongnya, padahal kan dia lagi diculik.

Prolog cerita sedikit membuat aku mengernyitkan dahi, bagaimana tidak, Valadin yang umurnya sudah ratusan tahun kok bisa-bisanya gitu suka sama anak yang baru umur 13 tahun. 13 tahun loh, dan Valadin masih memendam cintanya bahkan setelah 6 tahun berlalu.

Jubah nymph yang tiba-tiba jadi sedikit membuat kecewa hati, meskipun dijelaskan bahwa Aelwenlah yang mencari orang untuk membatu membuatnya , tapi mengetahui tiba-tiba jadi jubah, berasa seperti main sulap saja.

Bab 20. Woow, disaat semua menghadapi jalan buntu, tiba-tiba saja, kebetulan ada Elvar yang datang menolong, kebetulan juga Elvar itu adalah ayah Vrey, yang kebetulan juga Laruen kembaran Vrey juga ada di situ. Banyak sekali kebetulannya. Btw, Vrey dan Laruen itu kembar identik bukan? Dari deskripsinya sih bukan? CMIWW.
Dan woow lagi, ketika Vrey sudah kehabisan tenaga ketika memanggil kekuatan Aether Hamadryad untuk membantu melepaskan teman-temannya dan ternyata dia masih punya tenaga cadangan untuk memanggil kekuatan Aether lagi.

Sebel banget sama Laruen, heran deh, soalnya alasan membenci Vrey itu sangat kurang logis saja.

Dan, istilah kemenangan selalu berada di pihak yang benar, mungkin ini berlaku di buku ini. Bagaimana tidak, kalau dilihat kekuatan Valadin dkk lebih-lebih dari si Vrey dkk, tapi sepertinya Vrey dkk ada aja caranya buat menang.

Setidaknya di buku ini kalimatnya lebih enak di baca dari pada buku sebelumnya. masih banyak typo yang bertebaran, tapi dibanding buku #1, typo sedikit berkurang.

Dan endingnya lagi-lagi, membuat aku ingin melemparkan buku ini.
Ehtapi, pengalaman dari buku sebelumnya kelihatannya lakonnya gak bakalan mati deh.

Meskipun ada kekurangan di sana sini, buku ini tetap membuat penasaran setengah mati. Dan gara-gara penasaran, terpaksa dah beli buku 3 sama 4 nya...pffff...
Profile Image for Meilisa Budianto.
2 reviews2 followers
July 2, 2011
Revelation is Intro...
Chronicle is SOMETHING....


masih ingat saat semalaman baca Chronicle pas setelah launchingnya... walau hanya ditemani cahaya BB dan lampu dim (jangan ditiru yah) saya sama sekali tidak bosan atau merasa ngantuk malam itu. berkali-kali saya mengucapkan "awwwww" "oooohhhh" "nooooooo....." dan yang paling sering "AAAAAA sial sial!!!!!" dan berbagai ekspresi lainnya.

menginjak buku ke dua Thermelian tentunya kita sudah dihadapkan dengan berbagai twist yang lebih dalam. hubungan Vrey dengan Laruen dan dengan Reuven, lalu masalah identitas A dan L, tapi yang paling membuat saya tertarik di buku kedua ini adalah mood swings Valadin yang sanagt sering terjadi. Saat saya membaca, di buku kedua ini Valadin terasa lebih kejam namun juga masih baik. rasanya berbeda sekali degan Valadin di buku pertama tapi juga membuat Valdy lebih menarik, membuat saya sulit menebak bagaimana tindakan Valadin di buku selanjutnya. dan membuat saya berpikir "dengan kondisi seperti ini, apakah Valadin masih berniat menggunakan kekuatan para aether untuk tujuan baik atau tidak??".

yah jujur saya sangat kagum dengan cara mbak/ce/sensei Shienny dalam menuangkan twist nya satu persatu. hampir semuanya sangatlah tidak bisa ditebak di buku kedua ini (kecuali satu, Aelwen.) dan membuat saya ingin membaca lanjutannya dan saya berharap akan ada sekuel-sekual unutk cerita-cerita karakternya yang lain :)

poin plus dari novel ini adalah ilustrasinya. Revelation dan Chronicle menghadirkan ilustrasi-ilusrasi yang sangat rapi dan membuat kami lebih mengenal dunia Terra itu sendiri. belum lagi informasi sejarah kebudayaan Thermelian yang membuat saya ingin sekali mundur ke rbuan tahun lalu di saat benua itu masih penuh dengan Elvar.

jika dilihat dari segi penulisan, author mendapatkan ancungan jempol dari saya karena gaya penulisannya mudah dipahami dan sangat enjoyable untuk dibaca. Temponya juga mengalir dengan baik dan perasaan setiap karakter juga tepat pada saatnya. kasus typo sendiri pun bisa dibilang nyaris tidak ada.


satu lagi hal yang sebenarnya secara pribadi membuat saya sangat menikmati membaca Thermelian lebih dari sekali. Thermelian memberi saya banyak pelajaran-pelajaran berarti dalam bidang creative writing itu sendiri. "jangan pernah takut untuk mengeluarkan ide segila apapaun, ide-ide semacam itulah yang membuat cerita bisa berjalan dan dinikmati banyak orang",hanyalah salah satu pelajaran yang saya tarik dari kedua buku ini. Masih banyak lagi nilai-nilai dan quote-quote penting yang bisa menjadi referensi yang bagus jika kita ingin melihat lebih dalam lagi.

so...? it's not a loss to buy and read this book over and over

And what's next?
What is Discord?
well, kita (mau tidak mau) kayaknya harus nunggu sampai september nih...
Profile Image for Anindita.
4 reviews20 followers
January 16, 2013
3.5 bintang lagi (skrg pake bahasa indonesia, lelah pake bahasa bukan ibu nih..)

cerita oke, karakter oke, g bisa dibilang amazing, tapi bisa memaksa saya mengesampingkan tugas2 di dpn mata slama 2 hr berturut2 *ap emg saya males aj y? --"

jd, overall: OKE :)

yg agak kurang oke menurut saya adalah penulisannya yg terlalu "terus terang"(?). terutama pada karakterisasi..dan romance..
terlalu obvious rasanya, saya merasa seperti terlalu banyak diberi tahu dan tidak diberi ruang untuk menyelami kisahnya sendiri, hasilnya malah jd kurang terasa, terutama pada percakapan2 ataupun kata hati. misalnya: perasaan valadin ke vrey --> yg sedikit lebay mnrt saya, dan mskipun masalalunya terjelaskan di bag awal buku, tetap tidak terasa ada yg istimewa dalam hub mereka kecuali bpk vrey itu sahabat valadin. sdh. trs knp jg dy jatuh cinta pada gadis 13thn? momen istimewanya apa? atau mksdnya sayang sebagai adik?apa anak (kan anak temannya gt..)? kok rasanya bukan ya..mnrt saya yg dimksd penulis itu rasa cinta laki2 ke perempuan.. apa kita harus menelan bulat2 rasa cinta tak berdasar ini karena dia yah..sdh terlanjur cinta..yg terbukti dari kata hatinya di sepanjang buku 1 dan 2?

kalau perasaan vrey ke valadin sih masih masuk lah..sbagai anak ilang di hutan, valadin adalah yg pertama kali berbaik hati padanya..dan mengenalkan dia akan asal usulnya,, --> jadi kagum --> jadi suka.

dan persaingan valadin vs leighton nya..agak kurang gmaanaa gt..cinta segitiganya manaa....mungkin di vol2 selanjutnya ya..si leighton kan baru muncul, masih pemanasan..hohoho..

dan misalnya kalau mau bilang seseorang itu cerdas, atau berhati dingin, ya cukup 1 kali saja dibilangnya, sisanya biar percakapan2 dan komentar2 cerdas dan saling menusuk saja yg mewakili penguatan karakternya; tidak perlu dibilang berulang dia cerdas, tapi prasaan biasa aj tuh cara bicaranya, ga beda jauh dengan temannya yg tidak dikarakterkan dalam iq diatas rata2..; atau orang (elvar) yg dibilang sangat tua dan bijaksana, tapi tidak ada perbedaan yg terlalu kentara dg elvar yg lebih muda, bahkan manusia, terutama dalam hal kekuatan, masa' iya mirip2..

yaah..tapi, kembali pada komen diatass sekali, sebenarnya karakterisasi sdh oke, dan semua karakter ditonjolkan secara merata, dan kalau ke"terus terang"an itu agak dikurangi, dan dimunculkan lebih implisit, sehingga saya bisa menyimpulkan sendiri (daripada diberitahu), akan lebih nikmat dan puas rasanya.

tapiii..ini bagus.aksinya masuk.karakternya likable.ceritanya tdk lurus2 amat. ada twist. dan pace nya enak diikuti.dan semoga endingnya bagus.

selamat datang indonesia di dunia fantasy.

atau, mungkin saya yg telat; selamat datang saya di dunia fantasy indonesia. :D
Profile Image for Biondy.
Author 9 books234 followers
May 14, 2012
"Chronicle" merupakan kelanjutan dari seri pertama "Ther Melian: Revelation". Di buku kedua ini, petualangan maju ke kondisi setelah Vrey and the geng selamat dari serangan Valadin dkk.

Di awal buku sudah muncul kejutan tentang sosok salah satu karakter mayor yang kalau di sinetron-sinetron pasti sudah penuh dengan adegan zoom bolak-balik antara karakter itu dan teman-temannya.

Ceritanya masih seputar Valadin dkk yang berusaha mengumpulkan Relik Elemental. Setelah memperoleh relik api dan petir, mereka maju dan mengincar relik air dan pohon. Dalam usahanya, mereka kembali bentrok dengan grup Vrey dan pertarungan pecah di sana-sini.

Di buku ini bertaburan ledakan, perkelahian, twist pada alur, serta orang yang terluka dan pingsan. So far still so good. Ada beberapa dialog yang agak "cheesy" seperti:

Valadin: "Aku tahu satu hal yang akan membuat matahari terbenam ini terlihat lebih indah."
Vrey: "Apa itu?"
Valadin: "Kalau kamu duduk di sebelahku dan menikmatinya bersamaku." (hal. 299)
Gue: .....
Sejak kapan Valadin jadi Casanova begitu?

Di buku ini saya merasa ada sedikit sindrom "His Dark Material". Sindrom yang saya temukan setelah membaca trilogi Om Phillip Pullman. Sindrom ini membuat tokoh female fatale pada cerita jadi lemah dan terlalu lovestruck. Vrey terasa agak mundur ke belakang kali ini dan panggung utama menjadi milik Aelwen (alias si Leighton), atau memang sengaja diberikan pada Leighton oleh si pengarang yah?

Secara keseluruhan, plusnya adalah sudah tidak ada typo seperti di buku 1 dan alur yang memerangkap pembaca. Minusnya adalah: karakternya agak terasa kurang gimana gitu. Vrey agak kurang swag-nya, Valadin agak playboy mode on. Yah, mari kita lihat mereka akan jadi seperti apa di buku ke-3 nanti.
Profile Image for Stefanie Sugia.
731 reviews178 followers
July 2, 2012
WARNING: Review ini mungkin mengandung spoiler; terutama bagi yang belum membaca buku pertama. Tapi aku mengusahakan spoiler sesedikit mungkin :)
------------------------------------------------------------------------------------------------------



Review selengkapnya di:
http://thebookielooker.blogspot.com/2...
Profile Image for Kristy Tjong.
Author 1 book9 followers
February 28, 2012
*lagi-lagi sengaja cuma ngopas review sepotong2 doang*

Cerita TM Chronicle benar-benar langsung melanjutkan ending menggantung yang disajikan oleh buku prekuelnya. Vrey sebagai pemeran utama (tentu saja) lolos dari maut. Tapi sayangnya rombongan Vrey masih belum bisa bernapas lega, lantaran mereka masih diburu oleh Karth dan Laruen. Dalam keadaan babak belur karena pertarungan sebelumnya, mereka pergi sejauh mungkin dari jangkauan para pengejar.

Di tengah Vrey yang galau memikirkan Valadin, tiba-tiba Rion mengungkap sebuah rahasia besar menyangkut Aelwen padanya. Shock akan hal itu, Vrey akhirnya melabrak Aelwen; yang membuat hubungan mereka memburuk. Pasangan suami-istri Vrey-Aelwen pun bubar jalan sudah.

Buat review versi lengkapnya, silakan kunjungi blog saya
http://1001rancauan.wordpress.com/201...
20 reviews1 follower
March 5, 2012

Buku kedua Thermelian : chronicle saya selesaikan secepat buku pertamanya. FYI total waktu saya membaca thermelian adalah 5 hari. Entah karena ceritanya kelewat ga njlimet sehingga harus bolak balik halaman atau memang sangking penasarannya saya sama endingnya. Dan Buku kedua memberikan sedikit banyak perspektif pada saya tentang bagaimana sebenernya kisah Thermelian ini. Fokus yang tadinya hanya pada pada perjalanan Very dan Valadin meluas. Kita dibawa untuk tahu apa sebenarnya yang terjadi antara Very dan Valadin. Dan harus diakui saya termasuk fans Alwaen dan ga nyangka akhirnya tidak bisa mellihatnya lagi hampir di semua bagian dibuku ketiga :P.
Profile Image for Risti Irawan.
18 reviews2 followers
November 16, 2013
Buku ke-2 ini lebih bagus daripada buku pertama.
Ceritanya berkembang kreatif, lebih banyak hal2 yang tak terduga.

Contohnya, dari awal sudah menduga bahwa Aelwen pasti ada pangkat penting, (dan benarnya ia adalah pewaris tahta)
tapi tidak menduga bahwa ia . . . .

Hubungan antara karakter pun semakin bikin gemes,
terutama Valadin yang menjelma jadi "hottest villain" *masuk ke fansclub-nya Valadin*.
meski ada karakter yang tidak berkembang seperti seharusnya (Laruen).

Perkembangan misi mencari relik pun menjadi lebih menarik,
elemen2 yang digambarkan lebih hidup dan greget.

Langsung lanjuuuut baca buku ke-3!
Profile Image for Da.
219 reviews12 followers
October 28, 2021
Sepertinya sudah mulai masuk ke konflik utamanya ya? Ditambah beberapa karakter yang rasanya penting juga muncul

The storylines is pretty good, tapi ada beberapa detail yang 'terlupakan' dan jadinya malah ngebuat kepikiran selama baca

Endingnya ngegantung, bukan tipe "ngegantungnya buku" yang bisa ditolerir. Lebih ke kayak drakor yang digantung dan rasanya pengen langsung lanjut ke episode selanjutnya. Well idk if it's a good thing or not, for some reason it is a good thing, but for another reason it's not
Displaying 1 - 30 of 77 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.