Jump to ratings and reviews
Rate this book

Pak Harto: The Untold Stories

Rate this book
"Piye to kok ora bisa ditulung (bagaimana sih kok tidak bisa ditolong)?" adalah pertanyaan Pak Harto ketika ia merasa limbung menghadapi kenyataan baru saja kehilangan belahan jiwanya, Ibu Tien Soeharto-istri tercinta yang puluhan tahun menemaninya mengarungi suka dan duka, istri yang selalu mengobarkan semangatnya, menuangkan kasih sayang, serta menguatkan hati.

Setetes air mata Pak Harto menandai kehilangan besar yang harus diikhlaskannya hari itu, disaksikan Profesor Dr. Satyanegara yang selanjutnya menjadi lebih sering menjaga kesehatan Pak Harto. Demikian pula perjalanan hidup Pak Harto sejak muda yang terekam dengan baik dalam ingatan keluarga besar, sesama kepala negara, para menteri, ajudan, serta orang-orang yang bekerja bersamanya, menjelaskan sisi-sisi lain karakter Pak Harto yang sangat jarang dipublikasikan, yang selama ini tersimpan sebagai the untold stories seorang Pak Harto.

Masih dalam kenangan mesra Pak Harto bersama Ibu Tien, Brigjen TNI (Purn) Eddie Nalapraya, yang berpangkat kapten ketika menjadi pengawal pribadi Pak Harto di tahun-tahun awal menjabat Presiden RI, pernah mendapat pesan jenaka dari Ibu Tien. Ibu Negara itu mengetuk-ngetuk jendela mobil sesaat sebelum Eddie berangkat mengawal Pak Harto memancing ke laut lepas, "Jangan memancing ikan yang berambut panjang ya...." Pesan canda buat sang pengawal itu membuat Pak Harto tersenyum mendengarnya.

Sementara Profesor Dr. Emil Salim, Menteri Lingkungan Hidup pada masa pemerintahan Pak Harto, menuturkan kisah yang mengharukan ketika sepasukan tentara disiapkan untuk menembaki serombongan gajah yang dilaporkan memorakporandakan kebun-kebun warga desa transmigrasi di Lampung. Rupanya hewan-hewan besar itu keluar dari hutan karena setiap enam bulan sekali mereka perlu berendam di laut untuk mendapatkan garam.

"Mendengar rencana itu, Pak Harto segera memerintahkan agar para tentara tidak menembaki kelompok gajah pada saat mereka pulang nanti, melainkan menggiringnya melalui jalan yang berbeda, dengan menggunakan peralatan yang bisa menghasilkan bunyi-bunyian seperti genderang dan terompet. Maka pada perjalanan kembali ke habitatnya di atas bukit, gajah-gajah itu tidak lagi menghancurkan kebun dan rumah di desa transmigrasi," cerita Pak Emil.

Ide sederhana Pak Harto ini berakhir tidak sederhana. "Setelah berhari-hari mengawal kawanan gajah pulang ke hutan tempat tinggalnya di atas bukit, beberapa tentara meneteskan air mata haru karena dapat merasakan terbitnya kasih sayang di hati mereka terhadap hewan-hewan itu. Presiden Soeharto lantas mengundang semua tentara yang bertugas dari yang berpangkat terendah ke rumahnya di Jalan Cendana. Dengan riang Pak Harto menyalami mereka satu per satu sebagai tanda terima kasih," cerita Pak Emil.

Buku ini memang sarat bermuatan kisah-kisah human interest sebagai bagian dari keseharian Pak Harto sejak muda hingga akhir hayatnya. Kisah tentang seekor burung beo di halaman belakang yang akhirnya menjadi salah bicara setelah Pak Harto berhenti dari jabatan presiden, isyarat dari alam semesta mengenai akan terjadinya suatu peristiwa duka terhadap diri Pak Harto melalui burung-burung camar yang merontokkan bulu-bulunya memenuhi geladak kapal pada saat Pak Harto sedang bermalam di tengah laut, bahkan kisah tentang rumor yang tidak bertanggung jawab di seputar wafatnya Ibu Tien Soeharto, semua terpapar gamblang apa adanya di dalam buku ini melalui penuturan 113 narasumber yang mengalami dari dekat berbagai peristiwa suka duka di sepanjang hidup Pak Harto.

604 pages, Paperback

First published June 1, 2011

85 people are currently reading
1390 people want to read

About the author

Donna Sita Indria

4 books4 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
167 (46%)
4 stars
95 (26%)
3 stars
62 (17%)
2 stars
24 (6%)
1 star
11 (3%)
Displaying 1 - 30 of 39 reviews
Profile Image for Annisa Anggiana.
282 reviews53 followers
November 7, 2011
“Pada akhirnya, sejarah akan menilai Soeharto secara adil. Beliau harus diberi tempat yang terhormat dalam sejarah Indonesia.” – Lee Kuan Yew

Apa yang terjadi di benak seorang saya ketika menonton Pak Harto mengundurkan diri? Saat itu saya baru saja masuk SMA. Bahkan ketika itu saya bisa merasakan para brutus, orang-orang Asal Bapak Senang (ABS), menusuk dari belakang. Mereka adalah orang-orang yang membuat saya mual hanya dengan memikirkannya. Setelah sebelumnya dengan mulut penuh madu mengatakan “Rakyat masih menginginkan bapak untuk memimpin Indonesia” dalam sekejap mereka bisa berbalik dan melemparkan semua kesalahan. What a looser. But that’s politic and that’s why i loathe it.

Melihat hujatan yang kejam dan euforia yang berlebihan, saya ketika itu berfikir, that’s not how you treat your former president. Very disrespectful. Sebagaimana tidak ada manusia yang sempurna, seorang pemimpin pun tidak ada yang sempurna.

Dari helicopter view agaknya dapat kita pahami bahwa perencaanaan dan eksekusi yang Pak Harto lakukan melalui Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) belum ada yang bisa menyamai. Beliau merencanakan dan beliau melaksanakan rencana itu.

Agak sulit mencari pemimpin yang bisa melaksanakan implementasi secara jitu dan tepat sasaran. Lebih banyak pemimpin yang sibuk menstabilkan kekuasaan daripada menstabilkan bangsa dan negara. Pembangunan infrastruktur, swasembada pangan, pengendalian penduduk melalui program KB, PKK dan Posyadu, diperhitungkannya Indonesia dalam percaturan Asia bahkan dunia, and i always wonder why we always win at Sea Games at Pak Harto era?

Buku ini sungguh akan membantu orang-orang untuk memahami, memahami Pak Harto dari sisi yang sama sekali lain dan mungkin tidak pernah terekspos kepada media. 113 tulisan dari 113 orang yang berbeda betul-betul berkisah tentang Pak Harto sebagai manusia biasa. Memang ada beberapa tulisan yang memang hanya menceritakan diri atau keberhasilan mereka sendiri, namun lebih banyak tulisan yang betul-betul menyentuh dan menceritakan Pak Harto sebagai pribadi.

“Ketika hujatan dan fitnah berdatangan, beliau hadapi semuanya dengan tabah dan sabar karena beliau yakin kepada Yang Maha Kuasa, ‘Gusti Allah mboten sare (Tuhan tidak tidur), sing becik ketitik, sing olo ketoro (yang baik akhirnya akan tampak, yang buruk akan terlihat)’, itu yang selalu beliau katakan.” – Siti Hutami Endang Adiningsih

Harus dipahami bahwa kadang sebagai seorang pemimpin, kita harus mengambil keputusan yang tepat untuk jangka panjang. Dan terkadang keputusan-keputusan tersebut bukan keputusan populer yang diinginkan oleh orang banyak. Dari apa yang saya pahami dari buku ini Pak Harto selalu berani untuk menempatkan dirinya di dalam posisi yang tidak populer demi kestabilan negara yang memang pondasi dari pelaksanaan pembangunan. Kalo negara terus-terusan tidak stabil, bagaimana pembangunan bisa dilaksanakan?

Ada beberapa tulisan yang sangat berkesan buat saya, salah satunya adalah tulisan Emil Salim tentang bagaimana pada suatu waktu Pak Harto memberikan perintah larangan menembak kawanan gajah di Palembang, Pak Harto malah memerintahkan para tentara untuk mengawal kawanan gajah kembali ke habitatnya dengan perangkat bunyi-bunyian.

“Tidak pernah sekalipun Pak Harto melemparkan kesalahan pada orang lain. Hanya orang besar yang dapat melakukan hal itu. Ketika jabatan Presiden RI tidak lagi beliau sandang, hujatan dan caci maki semakin ramai dan nyaring diteriakkan. Pak Harto diam dan tidak berusaha membela diri. Seluruh beban dipikulnya sendiri.” – Anindyati Sulasikin Murpratomo

“Setelah upacara selesai, saya mengantarkan Pak Harto ke mobil. Saya bilang, ‘Bapak kan masih dalam pemulihan kesehatan, tetapi kuat melalui seluruh acara tadi. Saya jadi ingin tahu dimana rahasianya. Apa jamunya Pak?’. Pak Harto berhenti sebelum masuk mobil. Disalaminya tangan saya dan ditatapnya wajah saya. Sejurus kemudian beliau berkata.’Tidak ada apa-apa. Rahasianya Cuma satu, ikhlas. Apapun yang kita hadapi, kita harus hadapi dengan ikhlas.”-Muhammad Alwi Dahlan.

Tulisan Fadli Zon memberikan pemahaman bahwa krisis moneter kala itu terjadi karena Global Capital Movement, dan sama sekali tidak bisa dihindari. Belum lagi karena diagnosis dan obat yang salah dari IMF. Sebenarnya ketika itu jika saja Pak Harto mau mempertahankan kekuasaannya dan mengadakan perlawanan, tentu ia sangat mampu. Namun sebagaimana yang beliau sampaikan kepada anak-anaknya di malam sebelum pengunduran diri, ketika empat belas menteri pilihannya mengundurkan diri dari kabinet :

“Karena keadaan sudah semakin kacau dan saya tidak mau terjadi pertumpahan darah antar sesama rakyat Indonesia, saya sudah memutuskan untuk mengundurkan diri dan berhenti dari jabatan saya sebagai presiden. Biarlah nanti sejarah yang akan membuktikan apa yang sudah Bapak dan Ibumu lakukan untuk negara dan bangsa ini.”

Ada satu kisah yang membuat saya sesenggukan. Kisah Munari Ari yang dulu adalah pengamen di jalanan yang setiap hari Pak Harto lewati di Jakarta. Alkisah Munari muda dan beberapa teman pengamennya ingin memberi hormat kepada iring-iringan mobil yang lewat. Kali pertama mereka berhasil melakukannya dengan mengecoh petugas pengamanan, walau akhirnya diusir. Namun setiap hari mereka melakukannya hingga lama kelamaan setiap melewati jalan itu iring-iringan kendaraan selalu memperlambat kecepatan. Suatu saat kaca hitam jendela belakang mobil RI 1 turun dan munculah senyuman khas Pak Harto.

Betapa kagetnya ketika suatu hari Munari Ari dkk dipanggil untuk menyanyi di acara ulang tahun pernikahan Pak Harto dan Ibu Tien. Dari sana pintu rejeki terbuka untuknya.

“Terserah orang bilang apa saja mengenai Pak Harto. Bagi saya, budi baik Pak Harto tak terbalaskan. Saya adalah bukti nyata bahwa Pak Harto adalah pemimpin yang sangat memerhatikan rakyatnya dan suka mengangkat nasib orang kecil seperti saya.”-Munari Ari

Belum lagi kisah para saksi mata tentang bagaimana saling mencintainya Pak Harto dan Ibu Tien. Pasangan hebat yang membumi dan saling melengkapi. Dan betapa amat sangat kehilangannya Pak Harto ketika Ibu Tien meninggal dunia.

Buku ini sebaiknya dibaca oleh generasi muda saat ini. Agar dapat lebih menghargai sisi positif dari tokoh yang memang sudah banyak melakukan banyak tindakan nyata dalam membagun Indonesia. Agar dapat lebih memahami betapa sulit dan peliknya menjaga persatuan negara kita yang secara geografis dan budaya sangat beragam.

Dendam politis tidak akan membawa kita ke tempat yang lebih baik. Terlepas dari kekurangan yang banyak terjadi. Seperti yang dikemukakan Lee Kuan Yew, hendaknya kita menilai sejarah secara adil. Bukan hanya dari kacamata pemenang.

“Jika kamu memberi sesuatu, tulislah itu di pasir agak dapat terhapus, tetapi jika kamu diberi sesuatu pahatlah dibatu, agar selalu teringat.”- (alm) HM Soeharto
Profile Image for Lembusora.
60 reviews3 followers
July 7, 2012
Saya lahir tahun 90, sehingga tidak cukup mengenal orde baru...

tapi saya menyaksikan sendiri kengerian semasa Mei 98, dan itu adalah salah satu peristiwa yang tak akan mungkin saya lupakan...

Sudah banyak pemberitaan tentang Pak Harto, kebanyakan membahas negatifnya, tapi saya sendiri terusik dengan pernyataan sepupu, pakdhe, budhe, dan orang tua yang selalu bilang bahwa jamane Pak Harto luwih penak dan membaca buku ini memberi saya perspektif berbeda tentang beliau...

betul bahwa beliau banyak kekurangan, tapi di buku ini digambarkan bahwa kelebihan dan jasa Pak Harto buat negeri ini lebih banyak namun sayang sering luput dari perhatian publik...

jika membaca dengan teliti maka kita akan bisa tahu ada benang merah yang cukup jelas menggambarkan beberapa kekurangan Pak Harto yaitu nepotisme dan masa berkuasa yang kelewat lama...

yang menarik adalah poto halaman terakhir dimana banyak orang menunggu lewatnya jasad beliau di pinggir jalanan menuju Astana Giribangun, yang menunjukkan bahwa ia masih dicintai dan dihargai rakyatnya...

Selamat jalan Pak Harto
Profile Image for Alvina.
732 reviews122 followers
January 31, 2012
Bung Karno pernah berkata, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya.”
Pak Harto adalah Seorang Pahlawan. Itulah yang saya simpulkan dari keseluruhan membaca buku ini. Pak Harto sebagai seorang individu yang pernah memimpin Bangsa Indonesia dari keterpurukan setelah peristiwa G30S/PKI pernah membawa Indonesia menjadi salah satu Negara yang pembangunan dan kekuatan pangannya diakui oleh Dunia Internasional.


The Untold Stories ini menceritakan Pak Harto dari 113 orang yang pernah berinteraksi dengan beliau. Baik itu Perdana menteri dari Negara tetangga, para ajudan, saudara kandung Pak Harto, dokter pribadinya, pekerja seni sampai seorang pengamen juga bercerita di buku ini. Tun Mahathir bin Mohamad, Fidel Ramos, Des Alwi, Basofi Sudirman, Camelia Malik, Dorce Gamalama, Meutia Hatta dan Quraish Shihab adalah contoh para pencerita di buku ini.

Buku ini menceritakan banyak hal tentang pribadi dan sifat Pak Harto yang saya simpulkan adalah seorang pribadi yang tidak banyak bicara, sayang terhadap keluarga, murah senyum dan memiliki pandangan ke depan dalam membuat suatu kebijakan. Berbagai contoh kegiatan masyarakat juga dibangunnya dengan tujuan agar masyarakat Indonesia benar-benar berkembang dan menuju arah yang lebih baik. Sebut saja seperti PKK, Keluarga Berencana, SD Inpres, pembangunan jalan dan listrik yang mulai masuk desa adalah beberapa kegiatan yang sampai sekarang masih bermanfaat bagi Bangsa.

Ketika krisis ekonomi tahun 1998, kepemimpinan Pak Harto sebagai Presiden harus disudahi karena banyak pihak yang memintanya. Fadli Zon dalam buku ini menceritakan bagaimana Direktur IMF belakangan memberikan pidato resmi yang mengatakan bahwa IMF lah yang membuat kondisi agar Suharto meletakkan jabatannya. Selain itu adanya asumsi negatif masyarakat terhadap pemerintahan Pak Harto juga karena para pejabat disekitar beliau yang memiliki prinsip Asal Bapak Senang, sehingga Pak Harto terhalangi untuk melihat realitas yang terjadi. (Yuddy Chrisnandi, hal.260)

Buku ini juga tidak hanya berserita tentang Pak Harto dari orang-orang yang pro dengannya. A.M. Fatwa adalah salah satu penyumbang cerita di buku ini. Ia yang pernah melawan rezim Orde Lama dan Orde Baru bahkan sampai dipenjara menyimpulkan bahwa “sesungguhnya kebijakan politik itu merupakan tanggung jawab bersama sebagai sebuah rezim”. (Hal. 273)

Pak Harto juga sangat mencintai Ibu Tien, seperti yang diceritakan Satyanegara (Hal. 564) bahwa ketika Ibu Tien meninggal, ia melihat Pak Harto meneteskan air mata saat bertanya mengapa istrinya tidak bisa ditolong.

Cerita dalam buku ini lebih mengingatkan pembaca bahwa Pak Harto benar telah berjasa bagi Bangsa Indonesia. Sepeti yang dikatakan Lee Kuan Yew (Hal.35) “Pada akhirnya, sejarah akan menilai Soeharto secara adil. Beliau harus diberi tempat yang terhormat dalam sejarah Indonesia.”
Profile Image for Aleetha.
486 reviews29 followers
January 16, 2012
"History is written by the victors"

Tidak banyak buku yang menarik perhatian saya hanya dengan membaca judulnya. Karena saya lebih cenderung memilih bacaan berdasarkan rekomendasi dari teman. Namun kata-kata The Untold Stories punya daya tarik yang sangat kuat. Saya penasaran dibuatnya.

Sebelumnya saya tidak pernah membaca satupun biografi tentang Presiden Indonesia yang kedua ataupun buku-buku yang berkaitan dengan kepemimpinan beliau. Jadi saya sangat berharap buku ini akan memberikan jawaban untuk beberapa pertanyaan yang sempat terlintas di benak. Mengenai kesimpangsiuran Supersemar, insiden Tanjung Priuk tahun 1984 silam, cerita dibalik banyaknya pelanggaran HAM yang terjadi selama pemerintahan pak Harto, ataupun hal-hal yang selama ini tidak pernah tertulis dalam buku sejarah dan tersimpan rapat dari publik.

Sayangnya, harapan saya terlalu tinggi. Karena buku setebal 604 halaman ini sama sekali tidak memberikan jawaban yang saya cari. Kecewa? tentu saja. Namun pada akhirnya saya hanya bisa tertawa. Sebagai pembaca, saya terlalu lugu. Kata Pengantar, Sekapur Sirih ataupun Catatan Editor yang berada ditempatkan di bagian awal, seharusnya sudah bisa membuka mata saya. Buku yang berisi tentang kenangan 113 narasumber bersama Pak Hartoditerbitkan tidak untuk menghilangkan rasa dahaga akan apa yang sebenarnya terjadi dengan sejarah bangsa ini.

Terlepas dari semua hal di atas, setidaknya dari buku yang terbagi menjadi delapan bab, saya bisa tahu sosok Pak Harto baik saat masih menjabat sebagai presiden ataupun setelah beliau mengundurkan diri tanggal 21 Mei 1998 lalu.

Jangan heran ketika nanti mendapati kalimat-kalimat yang seakan berulang. Karena banyak di antara mereka menyuarakan hal yang sama. Sebagai contoh pembawaan Pak Harto yang tegas dan berwibawa saat masih menjabat sebagai Presiden. Mereka juga bercerita tentang ekspresi wajah Pak Harto yang nyaris tak terbaca. Tidak jarang pula saya mendapati kekecewaan mereka terhadap orang - orang yang dulunya dekat dengan Pak Harto namun akhirnya menusuk dari belakang. Mereka juga menyayangkan cacian, fitnah dan hujatan yang dilontarkan kepada Pak Harto. Seakan-akan lupa bagaimana kerja keras Pak Harto selama bertahun-tahun. Sejarah berulang? Mungkin.

Tidak hanya dari keluarga, kerabat dekat, ajudan, sederetan menteri ataupun pemimpin-pemimpin negara lain, buku ini juga memuat penuturan tokoh-tokoh yang dulunya bersuara lantang mengkritisi kebijakan pemerintahan Pak Harto. Sebut saja lembaran yang memuat penurutan A.M Fatwa. Bagian yang juga cukup berkesan juga terdapat pada kisah yang diceritakan oleh Teguh Juwarno dan Fadli Zon. Sebagai orang - orang yang mengkritisi pemerintahan Pak Harto, ternyata mereka diterima dengan baik di keluarga Cendana. Dialog dengan orang nomor satu Indonesia saat itu pun berjalan dengan baik. Saya jadi bertanya-tanya mengapa hal yang sama tidak terjadi pada orang lain.

Puluhan foto Pak Harto yang dilampirkan dalam setiap bab adalah bagian yang paling saya sukai dari buku yang harganya cukup mahal ini.

~~~

Typonya banyak banget dan nyaris ada di setiap bab >.<
Profile Image for Marina.
2,035 reviews359 followers
August 14, 2016
** Books 210 - 2016 **

3,8 of 5 stars!

"...dalam hidup ini, perbuatan baik dan buruk akan mengikuti sampai ajal. Jika niatnya baik, seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan. Mungkin ada akibat kurang baik, tetapi kalau mayoritas rakyat mendapatkan manfaatnya, tindakan itu tak perlu diragukan" - H.M Soeharto kepada Sukardi Rinakti


Bisa dikatakan saya tidak merasakan kejadian tahun 1998 karena saya baru kembali ke negeri ini di saat tahun 1999 tetapi adik dan ayah saya merasakan dimana penjarahan dan kerusuhan dimana-mana yang membuat mereka sedikit trauma untuk keluar rumah.

Jujur di kepala saya ketika mendengar nama "Presiden Soeharto" image yang saya tangkap kebebasan berpendapat dicekal sebegitu rupa, banyak orang yang vokal tiba-tiba raib dan menghilang tanpa jejak (Apa kabar Wiji Tukul?), Korupsi marak bermarajalela dan selain itu propaganda film G30S yang selalu dicecoki kepada generasi penerus bangsa. Image orde baru di mata saya identik dengan "ketakutan dan kecemasan" Tetapi membaca buku ini lewat dari testimoni orang-orang dan tokoh negara yang pernah mengenal beliau saya bisa mulai menerima bahwa ada sisi baik beliau yang tidak kita ketahui sebelumnya.

Ahh saya tersentuh ketika beliau memerintahkan untuk jangan menembaki gajah yang melintasi area perkebunan yang dibangun pemerintah malah disuru ada iring-iringan untuk gajah tersebut. Selain itu sikap kesederhanaan yang banyak diceritakan dibuku ini membuat saya tersenyum simpul. Oh ya ternyata beliau pun blusukan jauh ke daerah jawa barat, jawa tengah dan jawa timur dengan minim pengawalan untuk mengetahui secara real kondisi rakyat bagaimana. Saya juga kagum dengan beliau yang konsisten berpidato dengan berbahasa indonesia meski di forum internasional padahal beliau piawai dalam berbahasa inggris. Kesuksesan beliau dalam program Repelita dan pembangunan didalam pertanian sangat patut diacungkan jempol. Gilaaa Kapan lagi kita bisa menjadi negeri swasembada pangan? :')

Terimakasih Perpustakaan Kemendikbud atas peminjaman bukunya
Profile Image for Fanda Kutubuku.
437 reviews126 followers
January 14, 2012
Harga 300 ribu memang layak untuk buku ini. Sebuah buku yang akan menghuni rak koleksi sepanjang masa. Berisi penuturan 113 narasumber mengenai kesan pribadi mereka tentang Pak Harto.

Yang paling menarik, pendapat para kepala negara ASEAN. Jadi rindu ketika Indonesia menjadi Macan Asia, yang disegani bukan hanya negara2 ASEAn, tapi juga negara2 lain. Mungkin pendapat Pak Mahathir Mohamad ada benarnya juga, bahwa IMF memang sengaja ditempatkan di negara kita untuk menjatuhkan Pak Harto...

Bagaimana pun juga, lewat buku ini kita bisa mengenal Pak Harto lebih dekat, dari cerita keluarga, para ajudan, menteri, anak buah, sampai tukang cukur. Kesimpulan dari semuanya, Pak Harto pemimpin yang disiplin, selaras antara kata dan perbuatan, dan selalu memikirkan kepentingan bangsa, terutama rakyat kecil. Kukira Pak Harto memang layak digelari pahlawan bangsa, karena semua pengabdiannya yang total untuk membangun bangsa sebesar ini!

Review lengkap: http://bukufanda.blogspot.com/2012/01...

Profile Image for Rachel Yuska.
Author 9 books245 followers
September 11, 2018
Testimonial tentang Pak Harto yang disampaikan oleh pemimpin negara tetangga, pejabat, serta rekan juga entertainer yang pernah berhubungan dengan beliau
Banyak cerita menarik, lucu dan seru, tapi kurang greget. Baca pengantarnya saja sudah panjang. Jadi, untuk yang penasaran tentang 'what really happened' ga bakal nemu di buku ini.
But, still, he is our Bapak Pembangunan.
Profile Image for Aini.
60 reviews6 followers
October 24, 2012
Sepenggal Sipnosis :
-Piye to kok ora bisa ditulung (bangaimana sih kok tidak bisa ditolong)? adalah pertanyaan Pak Harto ketika ia merasa limbung menghadapi kenyataan baru saja kehilangan belahan jiwanya, Ibu Tien Soeharto - istri tercinta yang puluhan tahun menemaninya mengarungi suka duka, istri yang selalu mengobarkan semangatnya., menuangkan kasih sayang,serta menguatkan hati.


Akhirnya saya membeli dan membaca buku ini.
Entahlah semenjak mendengar dari salah satu stasiun radio yang mengulas tentang sipnosis atau isi buku (lupa) saya langsung pingin beli,tapi sayang sekali,waktu mendengar harga bukunya, Rp.300 000... Sebagus apapun buku itu,saya belum sanggup atau belum rela untuk membeli,meskipun buku itu bagus dan begitu saya harapkan.
Beberapa waktu sampai saya bilang sama diri sendiri,kalau harganya cuma Rp.100 000 ga pakai mikir,nih buku pasti saya beli,dan saya akan menanti diskon 70% atau 50 %lah.
Entah beberapa waktu sesudahnya keinginan itu seperti menghilang dari pikiran saya,tapi tiba tiba,saya lihat tumpukan buku ini di Gramedia Manado tempat saya tinggal kini,tanpa pikir saya langsung mengambil dan hanya berniat membaca sipnosisnya saja,kaget... harganya cuma Rp. 102 000 ,ga salah nih? Saya langsung bbm bos,minta tolong belikan di Jakarta saja ,biar lebih murah,tapi...di Jakarta malah masih 300 000.
Hari berikutanya saya kembali ke Gramedia lagi,tanpa pikir panjang saya langsung beli bukunya,dan kebetulan otak saya lagi prima,saya langsung baca ini buku,yang sebelumnya terinstrupsi beberapa herlequin...

Saya tidak paham dengan politik,tapi kalau boleh jujur dari hati, saya mengidolakan sosok Pak Harto,dan waktu tragedi Mei saya pun merasakan begitu syok melihat liputan di tivi, meskipun saya tidak begitu memahami apa yang terjadi,tapi sesudahnya saya sukses menangis membaca beberapa novel tentang tragedi Mei (fakta di balut fiksi), tapi saya tetap tidak bisa membenci sosok Pak Harto yang di klaim bersalah.
Saya orang kampung dan yang saya tahu,era atau jaman Pak Harto saya merasakan hidup yang damai,masyarakat kecil merasakan betapa makmurnya (cuma yang saya lihat lo,karena masa itu saya masih terlalu kecil untuk memahami segala sesuatu ) ... Entahlah kalau di ibukota seperti apa.

Membaca kisah Pak Harto membuat saya berfikir,dan berkata dalam hati,apa pun yang terjadi,beliau adalah pahlawan dimata saya.

Meskipun di buku ini hanya dikisahkan yang baik baiknya saja,tidak masalah bagi saya,saya lebih senang mengenang sosok Pak Harto yang baik baik saja,dan saya jadi bisa mengingat sosok Ibu Tien yang sudah buram dalam pikiran saya...foto foto yang bertebaran yang menampilkan sosok Pak Harto membuat saya tersenyum dan terkelitik untuk berkomentar secara spontan.
Saya tidak menyesal membeli buku ini ,dan saya merasa senang bisa mengenang sosok Pak Harto yang penuh senyum ,welas asih dan sangat sangat ngayomin... dari dulu sampai beliau wafat,senyumnya itu loh,bikin wow .
Profile Image for Sancaka.
95 reviews13 followers
August 22, 2011
saya lahir di era pak harto.saya ikut mencicipi produk2 untuk rakyat pada masa pemerintahannya macam posyandu, puskesmas, susu dan bubur kacangijo gratis, pendidikan dasar-menengah yang murah, penataran P4 yang membosankan, serta program repelita dan GBHN untuk memacu bangsa indonesia menuju era lepaslandas secara murni dan konsekuen. saya juga mulai turut mengkritik pemerintahan orba saat mulai 'melek demokrasi' pas panas2nya insiden penyerbuan kantor pdi 27 juli 1996. cuma saya tak ikut demo 1998 soalnya lagi ebtanas...
Profile Image for Michael.
6 reviews1 follower
January 16, 2013
great book .. "tiny bitty history" tentang pak harto yang ga pernah di ketahuin,sumber informasi nya ga main main dari lee kuan yew sampai ajudan pak harto ... yang berharap buku mengenai sisi buruk pak harto,harus di kubur dalam dalam .. namanya juga buku tribut
Profile Image for Shindy Yulia Salsabila.
13 reviews16 followers
September 7, 2012
Tidak akan ada anak muda Indonesia yang membenci sosok Pak Harto kalau mereka semua membaca buku ini. Buku, yang uniknya di banyak sub-bab, ditulis sendiri oleh mereka yang sebelumnya sangat anti Pak Harto.
Profile Image for Agra M Khaliwa.
9 reviews1 follower
October 20, 2018
Generasi ini menilai tokoh dari sebuah isu
Generasi ini membenci tokoh karena satu buah kasus
Generasi ini menilai bukan dari mata tapi dari telinga

Pada akhirnya, pak harto memiliki peran sebagai kenangan besar untuk para penikmatnya. Banyak sekali kontroversi yang timbul saat dan pasca rezim presiden kedua. Banyak yang rindu namun lebih banyak lagi yang mengutuk

Buku ini hadir sebagai alih pandang generasi pasca reformasi dalam melihat pak harto sebagai Manusia Indonesia sejati yang dihadirkan melalui kesederhanaan beliau.
Profile Image for Alvin Qobulsyah.
75 reviews1 follower
July 15, 2020
"And even, there was a rumour that Marine was hiding under the yacht while Pak Harto going fishing on helping the fish caught the bait!"
.
Have been re-reading this for the third time, the actual figure of the smiling general is still mysterious.
.
But the "rigid" disciplines, hard working commitment and the ability of taking notes and sincere listening to others is the common perceptions from this hundreds inner circle testimonials.
Profile Image for Indra Priana.
20 reviews
February 3, 2020
Sekalipun pak Harto sebagai tokoh nasional yaitu sebagai mantan presiden yang "diturunkan" rakyatnya sendiri, mengesankan bahwa beliau gagal memimpin negeri ini di akhir masa jabatannya selama 3 dekade. Tetap saja beliau ini adalah sosok suami, bapak dan teman bagi orang terdekat beliau dan dalam buku ini menceritakan sifat humanis pak Harto dibalik kepemimpinan beliau yg dikenal otoriter.
2 reviews
March 18, 2018
Good book
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Sony Sanjaya.
244 reviews
November 3, 2018
20 tahun setelah 98, pada akhirnya pak harto tetap bapak bangsa, pemimpin besar. Tidak tergantikan dan Tidak ada yg dapat menyamai beliau.
1 review
Read
October 15, 2020
Mantap
This entire review has been hidden because of spoilers.
8 reviews
October 24, 2013
Buku ini merupakan rangkuman dari pengalaman orang-orang terdekat pak harto mulai dari pemimpin negara tetangga, anak-anak beliau, ajudan, hingga tukang cukurnya. Banyak kisah2 unik terkuak disini yang mencerminkan kenegarawanan pak harto yang dikenal tegas sekaligus penggambaran beliau sebagai manusia biasa yang peduli pada keluarga dan orang-orang terdekatnya.
Terlepas dari kontroversi tentang kepemimpinan pak harto yang katanya otoriter, ternyata beliau dikenal sebagai pribadi yang ramah, murah senyum, dan suka bercanda. Filosofi2 hidupnya banyak yang dapat dijadikan contoh sekaligus panutan bagi generasi sekarang. Beliau selalu pandai menganalisis, pandai mendengar, dan pandai melihat keadaan. Pak Harto mengajarkan perlunya keseimbangan alam dalam pembangunan, suatu hal yang banyak dilupakan oleh pemimpin2 sekarang. Pak harto mengajarkan pentingnya menghargai jasa2 pahlawan (mikul dhuwul mendhem jero).
Beberapa kebiasaan pak harto yang menarik diantaranya adalah dia selalu memikirkan apa yang telah dilakukan hari itu dan apa yang akan dilakukan di hari berikutnya setiap sebelum tidur. Hal sederhana yang sebenarnya banyak dilakukan oleh orang2 besar. Pak harto selalu menekankan untuk selalu belajar dan berubah untuk dapat maju. Sedikit orang yang tahu bahwa pak harto jago bahasa Inggris lho...beliau selalu bangga pada budaya sendiri, tapi tidak lupa belajar budaya bangsa lain.
Di beberapa halaman disebutkan bahwa di Indonesia banyak pemimpin yang pintar, tapi sedikit sekali yang berani mengambil keputusan. Setidaknya hal itu yang saya pelajari dari pemimpin2 masa kini yang tidak saya temui pada sosok pak harto.
Kenyataannya kesederhanaan beliau sebagai seorang presiden tidak diragukan lagi terlihat dari cerita2 di buku ini; rumah beliau terlalu sederhana untuk seorang presiden, beliau sebenarnya tidak suka dikawal jika sedang berkendara, beliau suka sekali makanan2 ndeso seperti baceman, gudeg, tiwul, sayur tempe, sambel teri, bahkan pop mie.
Yang menyenangkan dari membaca buku ini adalah banyak sekali foto2 yang jarang terlihat tentang keseharian pak harto koleksi dari orang2 dekatnya. Sayang sekali buku ini terlalu tebal dan mahal untuk dimiliki :D
Miss your smile, General...(piye...kepenak jamanku tho?? :D)
Profile Image for Yuu Sasih.
Author 6 books46 followers
December 17, 2012
Satu buku lagi yang numpang baca di Gramedia tadi. banyak amat ya buku yang numpang baca. maaf, Gramedia!

Sebagai anak yang dibesarkan di kalangan keluarga militer, wajarlah kalau saya tumbuh dengan segala yang memuja Pak Harto, mulai dari kakek sampai orangtua saya sendiri. Berusaha mengambil sikap rasional melihat peristiwa Mei 1998 (yang waktu itu saya masih SD), saya membaca cukup banyak buku anti-Soeharto, yang sepertinya ada di mana-mana beberapa tahun pasca 1998. Namun, masuk era Presiden SBY, secara perlahan buku-buku yang berisi tentang kebaikan-kebaikan Pak Harto pun mulai bermunculan, terutama sejak 2010 kemarin. Puncaknya, tadi saya lihat di rak buku Gramedia ada sekitar 3-4 buku yang menyatakan bahwa Indonsia kembali 'merindukan Pak Harto'.

Honestly, melihat itu, dan membaca buku ini, saya tersentuh. Terlepas dari banyaknya masalah yang tertimbun di akhir-akhir masa pemerintahannya, Pak Harto tetaplah seorang Bapak Pembangunan yang membawa Indonesia terkenal di kancah internasional. Istilahnya, kalau Pak Karno adalah arsitek bangsa, maka Pak Harto adalah teknik sipil bangsa, yang turun ke lapangan dan membangun pondasi bangsa. Lalu saat masa reformasi pondasi itu dihancurkan dan ditata ulang. Semoga penataan ulangnya tidak lebih buruk daripada pondasi yang sebelumnya dihancurkan.

Mengenai buku ini sendiri, lebih banyak foto-fotonya dibanding teks. hehe. Teksnya sebagian besar cuma petikan-petikan dialog. Tapi dari fotonya jadi ingat kalau saya suka Pak Harto karena, uhuk, ganteng. #dor
Profile Image for Raina Lie.
149 reviews20 followers
March 10, 2013
Pertama kali liat versi hard-cover-nya. Dan langsung pengen, apalagi liat gambar covernya serasa begitu menyentuh. Tapi batal setelah liat harganya. Pas jalan2 lagi kebetulan liat versi soft-cover-nya yang harganya terbilang wajar, dan ada sampelnya! Kubolak-balik, kubaca beberapa baris, rasanya pengen nangis. Jangan tanya kenapa. Pengen aja. Jadi, kuputuskan buat beli aja.

Setelah beli, masukin dulu ke goodreads, masuk daftar 'to-read'. Terus ngeliat ada temen (Ally) yang uda review. Baca review Ally jadi menitikkan air mata lagi. Ada apa dengan gue dan pak Harto, heh? ^^; gak ada, harusnya. Baiklah, nanti ditambah kalau sudah kubaca bukunya. (Aneh, belum baca bukunya tapi udah mereview ahahaha)

Setelah baca bukunya... berasa banget sih, mana yang menulis dengan tulus dari hati, mana yang sekadar basa-basi. Berasa beda, bacanya. Tapi ini buku bagus banget, sumpah. Gak salah beli. Bukan berarti lantas jadi mengagung-agungkan Pak Harto banget ya, tapi kalo ke aku sendiri, jadi lebih berniat lihat dari segala sisi, dan lebih berminat ngulik sejarah bangsa ini. hihihi..
Profile Image for Septika.
62 reviews13 followers
January 2, 2012
Dari hasil ngobrol-ngobrol sepanjang perjalanan pulang kerja dari Karawang ke Bekasi, akhirnya tahu kalau si Pak Bos punya buku ini. Yippi! tentu harus segera dipinjam :D

Seperti bisa ditebak sebelumnya, kisah di buku ini hampir semuanya menyanjung2 dan mengutarakan kebaikan Pak Harto, yang diceritakan oleh orang2 terdekat beliau, tapi buku ini tetap bisa dinikmati kok :)

Yang bikin tidak/kurang nikmat adalah ukuran bukunya yg besar & berat sehingga kurang nyaman saat membaca. Buku ini ga bisa cuma dipegang dengan tangan (berat banget dijamin sebelum 5 menit tangan anda akan pegal) jadi harus ditaruh di meja/lantai/bantal dll. So...ga bisa dibawa baca sambil tiduran huhuu

Ada 1 lagi yg bikin kurang nikmat,,,harganya booo....muahaaalll untuk ukuran kantong saya hiks :( jadi CUMI -cuma minjem- deh wakakakaks
Profile Image for Rotua Damanik.
140 reviews6 followers
September 19, 2016
Awalnya saya pikir buku ini sebuah biografi. Namun ternyata ia adalah buku berisi kumpulan cerita orang-orang yang pernah dekat dengan Pak Harto yang jarang diketahui khalayak umum. Saya banyak menemukan cerita tentang sisi lain Pak Harto dalam buku ini. Sisi humanis seorang presiden yang selama ini bagi kebanyakan orang adalah seseorang yang otoriter bahkan tak jarang dicap diktator. Meskipun di beberapa cerita ada kesan Pak Harto terlalu diagung-agungkan oleh narasumber, secara keseluruhan buku ini berhasil meluruhkan rasa benci terhadap Pak Harto. Sebagai sebuah bangsa yang besar mungkin sudah selayaknya kita mempertimbangkan kembali pandangan yang kita miliki selama ini terhadap Pak Harto. Toh beliau juga tetap seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan.
Profile Image for Maia Giani.
25 reviews
January 19, 2014
inspirative one! enormously a human "leader" being.. buku ini bikin kita jadi open minded banget sama hal2 yang belum valid adanya tapi terkadang kita sering "iya" kan tanpa disaring dulu, mungkin pak harto bisa dibilang godfather nya indonesia kali ya hahaha, buat you you yang brainwashed by issues tentang pak harto, better read this first before scream out your judgy opinions.. entah objektif atau subjektif nih buku, yaaa see around people, what the heck is happening to our country nowadays? well in the end, the truly truth soon will be revealed :) :) 9.4/10!
Profile Image for Didiet.
21 reviews
July 30, 2013
Dibalik kediktatorannya dalam pola kepemimpinan Sang "Smilling General" Soeharto, yang mampu membawa Negara Indonesia menjadi salah satu Macan Asia yang dikagumi negara-negara tetangga, Beliau memiliki sisi kepribadian yang menarik dimata orang-orang terdekatnya (baca: anak buah).

walau terkesan buku ini melebih-lebihkan sikap dan sifat seorang Soeharto-karena sebagian besar berdasarkan pendapat pribadi, namum sisi lain dari negarawan yang memimpin Indonesia selama 32 tahun tsb tetap menarik untuk disimak.
Profile Image for Mushima Hawani.
2 reviews
November 19, 2013
Oke, harapan saya ketika membaca buku ini, seharusnya tercermin di bukunya: Untold Story. Jadi, yang ingin saya baca adalah tentang Soeharto.

Memang ada cerita-cerita tentang Pak Harto-nya. Tapi lama kelamaan buku ini malah berkisah tentang si "Pencerita". Bagaimana mereka berusaha membersihkan nama mereka sendiri, mereka menyatakan bahwa mereka bukan tipe ABS (Asal Bapak Senang), dsb. Sorry to say, buku ini hanya saya baca sekali kemudian saya simpan di lemari buku tanpa pernah saya buka lagi.
Profile Image for Christina Tety.
9 reviews
September 6, 2013
bagaimanapun juga beliau juga manusia yang punya hati dan rasa....dan yg pasti jasanya ngak bisa di ingkari....kalau pun dia bisa bertahan sampai 32 tahun , ya karena yg lain ngak bisa lebih kuat dari beliau....beliau memang yg terbaik di jaman nya....
Profile Image for Hilalliyah Aspihani.
24 reviews1 follower
January 3, 2014
GREAT BOOK

Melihat Pak Harto sebagai manusia biasa.
Jujur beberapa kali saya terharu ketika membaca buku ini, banyak hal-hal yang membuat saya berpikir "Oooo benar juga yaa.." "Ooo ternyata begitu.."

Membaca buku ini akan menimbulkan perspektif yang berbeda untuk Pak Harto

Profile Image for Achmad Lutfi.
167 reviews5 followers
March 6, 2016
Seperti judulnya, buku ini sangat informatif untuk kita mengenal sosok Soeharto lewat sisi yang lain, melalui testimoni para tokoh yang pernah dan dekat dengan mantan presiden ke-2 ini. Hanya saja agak terasa membosankan.
Displaying 1 - 30 of 39 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.