Tuhan, harap maklumi kami, manusia-manusia yang begitu banyak kegiatan. Kami benar-benar sibuk, sehingga kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk-Mu.
Tuhan, kami sangat sibuk. Jangankan berjamaah, bahkan munfarid pun kami tunda-tunda. Jangankan rawatib, zikir, berdoa, tahajud, bahkan kewajiban-Mu yang lima waktu saja sudah sangat memberatkan kami. Jangankan puasa Senin-Kamis, jangankan ayyaamul baith, jangankan puasa nabi Daud, bahkan puasa Ramadhan saja kami sering mengeluh.
Tuhan, maafkan kami, kebutuhan kami di dunia ini masih sangatlah banyak, sehingga kami sangat kesulitan menyisihkan sebagian harta untuk bekal kami di alam abadi-Mu. Jangankah sedekah, jangankan jariyah, bahkan mengeluarkan zakat yang wajib saja seringkali terlupa.
Tuhan, urusan-urusan dunia kami masih amatlah banyak. Jadwal kami masih amatlah padat. Kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk mencari bekal menghadap-Mu.
Kami masih belum bisa meluangkan waktu untuk khusyuk dalam rukuk, menyungkur sujud, menangis, mengiba, berdoa, dan mendekatkan jiwa sedekat mungkin dengan-Mu.
Tuhan, tolong, jangan dulu Engkau menyuruh Izrail untuk mengambil nyawa kami. Karena kami masih terlalu sibuk.
Judul : Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibuk Penulis : Ahmad Rifa’I Rif’an Penerbit : PT ELEX Media Komputindo Tahun terbit : 2011 Jumlah halaman : 338 + xi halaman Kota penerbit : Jakarta
Buku yang ditulis khusus sebagai renungan dan inspirasi spiritual orang kantoran ini terdiri atas 4 bab yang di mana pada masing-masing bab terdapat beberapa judul yang mengupas setiap permasalahan yang sering dialami manyoritas orang kantoran.
Keempat bab itu antara lain (1) Menata Hati, Membenahi Nurani. Pada bab ini pembaca akan diajak bercengkerama mengenai tauhid, nurani, takdir, taubat, sufi, syahadat, bersyukur, serta beberapa tema lainnya. (2) Rumahku, Surgaku. Pada bab ini penulis akan memberikan beberapa trik dan trip islam guna menciptakan keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah. Bab ini dimulai dengan pembahasan yang bertema ‘Standar Hidupku’. Tertulis sebuah sabda dari Rasulullah saw. “Tiga kunci bahagia para lelaki : istri yang shaleh, kendaraan yang canggih, rumah yang kondusif”. Dari pernyataan ini, seakan penulis ingin menunjukkan suatu rumus paten kehidupan terlebih dahulu sebelum penulis membahas lebih dalam. Dari sabda Rasulullah saw. tersebut, penulis menjelaskan bahwa jika ketiga kunci itu telah dalam genggaman seorang lelaki maka ia bisa menyebut baitii jannatii. (3) Memancarkan Cahaya Surga di Tempat Kerja. Pada Bab ini, pembaca akan diajak memaknai ulang seluruh aktivitas dalam profesi kita sebagai media penghambaan diri kepada dzat yang serba Maha dengan berbagai pembahasan yang bertemakan jihad, keajaiban assalamu’alaikum, kejujuran, makna embel-embel ¬pada nama, dan tema lainnya yang menyangkut bagaimana sikap kita mengemban amanat dalam profesi kita. (4) Memperkokoh Semangat dan Visi Hidup. Pada bab ini, penulis mencoba untuk menanamkan pohon motivasi bernafaskan islam guna meraih empat tangga kesuksesan. Dimana tangga yang terendah adalah dunia yang berisikan harta, tahkta, popularitas, intelektualitas, kreativitas, dan sejenisnya yang bersifat egosentris. Pada tangga kedua adalah kebahagiaan yang merupakan suasana damai dalam jiwa setiap insan. Tangga ketiga adalah hidup yang bermanfaat bagi manusia lain. Tangga keempat adalah tangga tertinggi, kesuksesan yang abadi yaitu ketika kita menginjakkan kaki pada pelatan surga.
Buku ini cocok dibaca oleh berbagai tingkatan usia. Walaupun sebagian besar membahas tentang masalah orang kantoran namun buku ini juga cocok dibaca oleh pelajar yang masih duduk di bangku Sekolah agar bisa lebih berhati-hati menentukan masa depan agar tidak sampai kehilangan arah semakin jauh dari Allah Azza Wa Jalla. Buku ini menggunakan bahasa sehari-hari, tidak berbelit-belit, serta contoh-contoh yang menarik sehingga memudahkan pembaca untuk memahami apa yang disampaikan penulis.
udah pengen baca buku ini dari tahun 2010 ketika seorang teman ngetag notes di facebook mengenai resensi buku ini .. tapi somehow entah lupa atau ngga punya uang pas inget sama buku ini.. hahahhaha jadi waktu ke toko buku gunung agung margo city depok, nemu ini.. ngga mikir dua kali, langsung ambil terus bayar ke kasir (^0^)/
jleb banget baca kata2 di buku ini :')
"Tuhan, maaf, kami orang-orang sibuk. Kami memang takut neraka tapi kami kesulitan mencari waktu untuk mengerjakan amalan yang dapat menjauhkan kami dari neraka-Mu. Kami memang berharap surga, tapi kami tak ada waktu untuk mencari bekal menuju surga-Mu"
hal penting yang hana pelajari dari buku ini adalah jangan malu meminta kepadaNya
sering kali kita merasa "aku terlalu banyak dosa dan maksiat, tidak pantas meminta kepada Allah yang Maha Suci."
penulis mengeningatkan bahwa ada makhluk yang paling sengsara di akhirat kelak, bahkan sejak pertama kali turun ke dunia sudah dijatuhi hukuman sebagai calon penghuni neraka, yaitu iblis
Ibnu 'Uyainah berkata "Janganlah kalian berhenti berdoa tatkala merasa berdosa sebab Allah telah mengabulkan doa hamba-Nya yang paling jahat sekalipun, yaitu tatkala iblis berdoa "Ya Alla, beri tangguhlah aku sampai waktu mereka dibangkitkan." (Q.S. Al-A'raf:14)
efek kejiwaan sang pendosa ada hukuman bagi para pendosa: pertama, dihukum di akhirat. Dalam islam disebut istidraj. Sengaja dibiarkan oleh Alla, sepuas-puasnaya. Ibarat mancing ikan, saat ikan baru menyentuh mata kail, kita biarakn dulu, kita ulur senarnya. Di dunia, pemaksiat dibiarkan dulu oleh Allah. Hingga di akhirat kelak, siksa yang begitu pedih siap menyambut
kedua, ditimpakan di dunia. ada kerterkaitan kasih sayang Allah dengan hukuman yang diterima pelaku dosa di dunia. Beberapa pelaku dosa yang ketahuan publik, merasa saat itu martabatnya telah jatuh serendah-rendahnya. Di titik terendah itu, ia merasa tidak unya harga diri lagi di hadapan manusia, Ia menjadi ornag yang terbuang dalam komunitasnya. Para pencaci bermunculan di hadapannya. Ia mencari sosok yang mau mendengarnya dan mau memperhatikannya sehingga ia tak punya lagi harapan lain kecuali mendekat sedekat mungkin kepada yang mau didekati yaitu Tuhan
"Ya Allah lindungi hamba, keluarga, teman-teman, saudara, saudara hamba agar tidak terjerumus dalam nista. Dan semoga engkau membuka pintu hidayah kepada mereka."
Wahn
Ketika Allah mencipta cinta, cinta pun dipagari oleh Allah dengan pagar indah dan pasti akan menyelamatkan. Pagar itu jelas, jangan melanggar yang dilarang.
menikah merupakan babak baru bagi individu muslim dalam membentuk keluarga islam yang siap menegakkan syariat agama ini, bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga terhdap pasangan hidup dan anak2nya. Cinta kepada lawan jenis tidak dilarang.
Kenalkan Saya, ULama Jangan pernah merasa tidak bisa berjuang untuk kemaslahatan umat dengan bidang ilmu yang Anda sandang.
Kesuksesan hidup sebenarnya adalah bagaimana kita senantiasa menjadi rahmat bagi sekitar kita
"Jangan dipikir kita mampu menolong anak yatim karena sunguh di hadapan Allah merekalah yang justru menjadi penolong kehidupan kita"
"Salam merupakan cara paling mudah mengikis kebencian, menggerusi kemarahan dan mencerahkan pergaulan."
Kebanyakan orang berhenti mencoba dan mengubur mimpi mereka ketika menghadapi tembok tebal Jika kita lunak pada kehidupan maka kehidupan akan keras pada kita, tapi jika kita keras pada kehidupan, maka kehidupan akan lunak pada kita.
puasa melatih manusia untuk senantiasa menyadari kehadiran Tuhan dalam setiap detik hidupnya
membiasakan diri untuk selalu berpuasa kan mempersempit ruang kita untuk bermaksiat
lelah itu nikmat. lelahnya muslim bisa menjadikannya dekat kepada RabbNya
paling jleb pas baca selama ini kita sering salah memaknai ibadah kita kepada Tuhan. Bahkan tidak sedikit menganggap perintah Tuhan hanya merepotkan misalnya shalat
subuh? kesiangan zuhur? kerepotan asar? di perjalanan magrib? kecapean isya? ketiduran T.T
selama ini kita belum menjadikan shalat sebagai kebutuhan hidup
Mengingatkan seseorang tidak harus dengan cara yang frontal, mungkin ini yang diniatkan oleh sang penulis. Saat membaca bab demi bab di buku ini, tiba-tiba saya merasa malu berapa banyak alasan yang saya lontarkan demi membenarkan tindakan-tindakan yang selama ini saya lakukan di mata Tuhan.
Buku ini saya rekomendasikan untuk semua kalangan. Jadi, silakan menikmati buku ini dan mendapat pencerahan :)
"Tuhan,maaf,kami orang2 sibuk. Kami memang takut neraka,tetapi kami kesulitan mencari waktu untuk mengerjakan amalan yang dapat menjauhkan kami dari neraka-Mu.Kami memang berharap surga, tapi kami hampir tak ada waktu untuk mencari bekal menuju surga-Mu"
Buku ini sangat cocok buat orang2 yg pagi2 harus keluar rumah untuk beramal dan pulang di sorenya, yang hidupnya dikejar oleh deadline dan tugas2. Buku ini mengajarkan bahwa sesibuk apapun kita, jagan lupa hak Allah pada kita, banyak sekali terbukti bahwa orang2 yg sukses ternyata adalah mereka yg taat beragama :)
Dengan bahasa yg mudah dicerna, dan dengan font dan pagenya yg berwarna, you will enjoy reading it!
"Tuhan, harap maklumi kami, manusia-manusia yang begitu banyak kegiatan. Kami benar-benar sibuk, sehingga kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk-Mu. Tuhan, kami sangat sibuk. Jangankan berjamaah, bahkan munfarid pun kami tunda-tunda. Jangankan rawatib, zikir, berdoa, tahajud, bahkan kewajiban-Mu yang lima waktu saja sudah sangat memberatkan kami. Jangankan puasa Senin-Kamis, jangankan ayyaamul baith, jangankan puasa Nabi Daud, bahkan puasa Ramadhan saja kami sering mengeluh."
Pas baca judulnya muka udah serasa ditampar nih, jujur... Terus pas baca halaman demi halaman rasanya kayak ditampar bolak balik kanan kiri :v Heheh sorry kalo agak lebay yah, tapi emang bener ni buku isinya nohok banget :v
Kata-katanya sederhana dan modifikasi gaya bahasa jaman sekarang, tapi gak merubah maksud ataupun pesan yang ingin disampaikan. Ini buku karya Ahmad Rifa'i Rif'an pertama yang saya punya, buku pertama yang akhirnya buat saya suka sama buku-bukunya yang lain. Recommended banget :)
buku Ahmad Rifai Rifan yg pertama x saya miliki , saya jatuh cinta dgn tulisan* nya. Byk hal yg sya dpt dri buku ini. Terimakasih atas buku yg menginspirasi saya :-)
🍂Maaf, Tuhan, Kami sedang sibuk. Pertama baca judulnya, aku langsung ngerasa jleb banget. Jadi auto keinget kesibukan apa aja sih yang selama ini menyibukkan kita? Kebaikan dan ibadahkah? Atau maksiat-kah?
🏜 Mengangkat tema dan fenomena yang jamak ditemui di masyarakat, Mas Rifai sukses menyentil batin dan hati kita untuk mulai berpikir tentang apa yang kita lakukan selama di dunia. Terutama bagian pertama dari buku ini, Menata Hati Membenahi Nurani, yang memiliki satu judul kecil yang sama dengan judul bukunya. Bagian itu diletakkan di awal seolah Mas Rifai memang sejak awal sudah memaksa kita terhenyak dan terpaksa menyadari untuk apa eksistensi kita selama ini.
🌱 Bahasannya nggak muluk-muluk, karena isi buku ini adalah gambaran aktivitas kebanyakan kita sehari-hari. Dengan bahasa yang sederhana dan nggak menggurui, diperkuat dengan referensi yang luar biasa mumpuni. Semua aspek rasanya tak ingin dilewatkan oleh Mas Rifai untuk menggambarkan betapa sibuknya Manusia di dunia ini.
🤯 Manusia itu sibuk! Iya, di rumah saja perannya beragam, kerjaannya banyak, tuntutannya numpuk. Menjadi ibu, istri, ayah, suami, anak, menantu, mungkin nanti mertua. Sebagai tetangga, sebagai adik atau kakak. Ketika keluar rumah manusia lebih sibuk lagi, sebagai karyawan, sebagai bos, sebagai pedagang, sebagai guru, sebagai akuntan, sebagai dokter, dll. Dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi. Masalah hati, pekerjaan, nafkah, hubungan sosial. Luar biasa, manusia itu sibuk sekali!
Jadi, maaf, Tuhan, kalau kami belum bisa memberi banyak waktu untuk hak-hak ibadah kami kepada-Mu. JLEB!😭
Padahal, Ibnu Athaillah pernah berkata, "Menunda beramal salih guna menantikan kesempatan yang lebih luang termasuk tanda kebodohan diri."
🗨Iya, kebodohan diri. Padahal apalah kita jika dibading Allah yang Maha Sibuk. Allah, tiada tuhan selain Dia, yang maha hidup kekal lagi terus mengurus makhlukNya, tidak mengantuk dan tidak tidur (Q.S Al Baqarah 255).
Kita ini cuma sok sibuk, lalu lupa bahwa harusnya, kita sibuk mengumpul bekal untuk kehidupan abadi.
Perasaan berasa dicampur aduk setiap melihat daftar menu di masing-masing bagian. Kayak mulai menyiapkan diri, aduh apa lagi ya yang bakal disentil Mas Rifai di bagian ini? Kayaknya memang lengkap banget, dan bener-bener layak dibaca siapa saja, terutama yang sampai sekarang merasa terlalu sibuk untuk memperbanyak amal akhirat. (Kayak aku😭)
Bagian yang bikin aku nangis tersedu-sedu ada di slide 8 yang aku tandai tag orange. Ketika Mas Rifai membahas tentang 'Kontribusi, Tak Sekadar Prestasi'. Saat aku memang sedang mempertanyakan apa ya yang bisa kubanggakan pada diri sendiri tentang aktivitasku saat ini, tentang apakah salah ketika aku tak bisa berkarya sebanyak dulu saat sendiri dan memilih lini-lini yang sepi, bergerak dalam sunyi, melebur dalam aktivitas jamai yang redup dari apa yang tampak di hadapan orang lain. Kadang merasa insecure, merasa sedikit tidak beruntung, menghilangkan syukur. Dan membaca bagian itu, seolah Allah memberi petunjuk lewat tulisan Mas Rifai. Menjawab semua kegelisahan, menjawab semua kegundahan. Memberi efek menenangkan, dan candu untuk berkarya, mengabdi, semata-mata untuk Allah dan akhirat nanti. 😭😭😭😭😭
Serius, baca buku ini lamaaaa banget. Ada kayaknya sekitar 6 atau 7 hari. Tapi mudah-mudahan, efek meresapnya lebih dalam, memacu take action, mensyukuri apa yang ada, dan melakukan yang bisa. Aaaaah, ya Allah. Maaf, kalau selama ini aku sok sibuk😭😭😭
Baca buku ini di saat kondisi iman lagi anjlok-anjloknya rasanya kayak dihakimi. Penulis memaksa saya untuk mengaku dosa tentang banyak hal. Memaksa saya untuk menerima ternyata saya nggak tau apa-apa. Kalau pun ada hal yang saya tau, entah gimana, seolah dipatahkan; seolah dipaksa mengerti sisi lain pengamatan. Beberapa bagian dari buku ini lumayan bikin saya nggak nyaman. Atau seenggaknya, sempat bikin saya nggak mau baca buku ini sampai akhir. Tapi kemudian saya ingat, baca buku itu bukan untuk dijadikan pembenaran atas hal-hal yang sudah kita yakini. Ada kalanya, bahkan barangkali lebih baik, kalau pandangan kita dikonfrontasi. Dilawan. Diberikan bukti-bukti yang menegasikan. Bukan untuk dibunuh; bukan untuk dikecilkan, tapi untuk pada akhirnya membuahkan pemikiran yang lebih utuh, dengan dasar-dasar yang lebih menyeluruh. Saya sempat skeptis sama buku ini. Saya pikir, paling isinya cuma kalimat-kalimat klise yang sudah terlalu sering saya dengar yang intinya satu: kembalilah kepada-Nya. Tapi ternyata saya salah. Meski garis besarnya adalah sama, topik yang diangkat pun amat dekat dengan keseharian, tapi buku ini lain. Ia memberikan saya sensasi berbeda yang baru. Sesuatu yang belum pernah saya dengar, lihat, atau rasakan sebelumnya. Meski di bab-bab awal sempat 'berjuang' karena belum merasa klik dengan gaya penulisan mas penulis, saya berakhir dapat dengan mudah menikmati lebih dari seratus halaman dalam sehari pada halaman-halaman terakhir. Hormat saya setinggi-tingginya pada penulis. Atas kepeduliannya yang terasa murni. Atas semangat hidupnya yang tak dibuat-buat.
buku yang dari judulnya saya tertarik.begitu tertampar bukan dari judulnya saja? berisikan kegiatan sehari-hari yang terus kita jumpai, masalah kecil yang sering kita abaikan. hal yang menarik bagi saya adalah begitu indah makna assalamualaikum yang dijelaskan penulis, namun tanpa kita sadari kebiasan sapa tersebut memudar dan berganti dengan kata selamat pagi, dll. penjelasan penulis yang diperkuat dengan hadis dan ayat al-quran membuat kita memahami lebih dalam apa itu islam. buku ini mengingatkan saya bahwa tidak semua harta yang kita miliki adalah kebahagian. gelar dan jabatan tinggi bukan berarti ladang pahala untuk kita. pekerjaan apapun semua diberkahi allah. tak selamanya kemewahan menandakan kesuksesan. semua yang kita miliki hari ini hanyalah sementara. tidak kah kita sadari jabatan tertinggi kita adalah penisiun? sedangkan gelar tertinggi kita adalah almarhum? buku ini diperuntukan untuk mereka yang sudah bekerja. bagi saya yang masih pelajar kadang kurang related sama contoh yang diberikan penulis. namun, hal itu tak jadi masalah toh nanti kita juga akan bekerja. dan bisa jadi pengingat untuk kita sekarang dan nanti. semoga kita jauh dari sifat sombong dan selalu rendah hati terhadap sesama.
Ternyata buku ini ga cuma membahas tentang 'kesibukan manusia' atau terbuai nya manusia karena dunia, tapi juga hal-hal lain yang permasalahannya dekat sekali dengan kehidupan sehari-hari. Dan yang paling penting buku ini cocok di baca baik saat iman lagi naik apalagi terutama saat iman lagi down, bener-bener jeleber. Banyak pembahasan-pembasahan yang bikin tertampar. Ekspekstasi setelah baca buku ini bakalan jadi lebih slow down menjalani hidup, but otherwise, ternyata setelah baca buku ini makin terpacu untuk produktif loh. Produktif untuk mengejar bekal akhirat lebih tepatnya. Tapi ada satu hal yang disayangkan dari salah satu pembasahan di bab tersebut (hlm. 299) menceritakan Marie Curie remuk dilindas bulldozer israel saat menjadi relawan pembela Palestine? o.o Padahal kita semua tau kalau Marie Curie meninggal karena leukimia. Despite of that aku kasi 5 bintang deh karena selain perkara itu pembahasan lainnya benar-benar bagus dan berfaedah sekali.
It's a good read and enlightening, hence I give it 3.5/5.
Honestly speaking, I'm a moslem and my knowledge and imaan are not that high but I'm currently trying to understand and practice Islam better. Again, I'm just a horribly limited person trying to learn my religion now, so I don't think my judgement is right at all. But I find myself disagree at some points with this book, and maybe that is because I'm lacking in knowledge about Islam and my thought is still filled with my philosophy related to dunya. Other than those points in which I disagree with, I'm glad that I read this book. It becomes a slap-in-the-face as it gives me a reminder on how I should do better in practicing my religion. I learn some other things from this good, and it's an easy read with entertaining anecdotes.
May God bless the writer for writing such an eye-opener book.
Bismillah Kesan saya membaca buku ini sangat sederhana Kesederhanaan buku ini mampu menyentil nurani saya sebagai pembaca Alurnya yang ringan sangat saya sukai Begitu pula dengan beberapa kisah yang sering kita dengar pada masa kecil, mengingatkan kita bahwa kita mengetahui hal itu, tetapi seiring berjalannya waktu kita melupakan kisah tersebut. Dengan buku ini, kisah-kisah lampau hadir kembali dengan suguhan yang sederhana Mampu mengingatkan pembaca bagaimana menata kembali hubungan kita dengan Allah SWT dan hubungan kepada sesama manusia
Membaca buku ini menjadi pengingat yang kadang santun, kadang membuat tertohok. Berpondasikan ayat-ayat suci Alquran, hadits, dan penelitian-penelitian ilmiah membuat acap kali menganggukkan kepala. Mengingatkan tentang konsep agama Islam dalam setiap lini kehidupan, agar tidak tenggelam. Sibuk banget, sampai lupa Tuhan? Hidup untuk apa? Cari apa?
Membaca buku ini juga menjadi pemantik, karena beberapa hal yang dituliskan masih harus aku cari tahu lebih detailnya. Meski terkadang, gaya penulisannya kurang mudah dipahami. Mungkin akunya yang harus belajar lebih lagi (?).
Pemilihan kata dalam buku ini sangat2 efektif dan disampaikan dengan lugas dan ngena' banget. Dibagi menjadi setiap part2 yang nggak ngebosenin jika dibaca tiap part-nya. Juga ada rangkaian kisah menarik yg bisa dijadikan hikmah buat pembacanya. Menyentuh hati & menyegarkan Ruhani. It's a nice book!
Buku ini mungkin sebenarnya ditujukan khusus untuk Karyawan. Untuk urutan isi bukunya sendiri sudah runtun, dimulai dari bagaimana diri sendiri kemudian dibahas mengenai pasangan bekerja atau rumah tangga, tempat kerja sampai ke pensiun. Kata-kata yang dipillih pun ringan dan dapat dipahami dengan baik. Pemahaman mengenai bahwa sebagai orang kantor pun dapat menjadi profesi jihadnya sendiri. :)
Santun bahasa penulis. Tetapi sentiasa masuk hati.
1. Buat kerja sehabis baik 2. Jangan terima amanah jika tidak mampu 3. Tingkatkan credibility dengan berpuasa 4. Jaga hubungan di tempat kerja 5. Rancang masa depan
Buku yang bagus. Bener2 buku yg enak dibaca untuk saya. Banyak hal yg penulis tulis yg sesuai dengan keadaan sehari2 saya. Yg pasti penulis sangat luwes saat menyampaikan betapa berartinya Tuhan dan agama dalam kehidupan tanpa ada unsur menggurui. Saya sangat suka.
This entire review has been hidden because of spoilers.
baca buku ini berasa dikepret karena emang kadang kita masih so-so'an lupa kalau sesungguhnya kita lah yang butuh Allah.. abis baca buku ini langsung bikin mutabaah amalan menjelang ramadhan, tapi agak ngeraguin diri sendiri, karena emang bener.. maaf ya Allah, hambaMu suka sok sibuk gak jelas :(
Ditengah kesibukan kegiatan dunia, buku ini membuatku menyelami ruh spiritualitas yang hampir saja terabaikan.
Bisa nangis senangis nangisnya si pas dapat poin di buku ini, terlebih bagi aku yang belum sepenuhnya sadar bahwa apa yang ada di hidup ini sebenarnya hanya untuk beribadah kepadaNya
Aslinya aku udah baca buku ini sejak 4 atau 5 tahun yang lalu (kalau ga salah 🙂). Dulu rasanya aku sukaaa banget buku ini. Tapi tiba-tiba sekarang waktu aku re-read malah kesannya biasa-biasa aja. Bukan jelek apa gimana sih, cuma kesan spesial yang dulu kurasakan soal buku ini sekarang hilang.