Jump to ratings and reviews
Rate this book

Pagi dan Hal-Hal yang Dipungut Kembali

Rate this book
Pagi terkadang punya melankolinya sendiri: saat sejuk yang menandai bahwa istirahat, seperti nikmat, hanya sebuah jeda.

Banyak hal tentang pagi yang ternyata tak sekadar penanda waktu. Banyak kisah yang bisa dituturkan dari sebuah pagi. Tentang kemuning, tentang harapan, burung-burung yang terus sibuk tanpa harus memilih sikap, multiplisitas yang tak tepermanai, dan tentang repetisi yang juga kelahiran kembali.

Semua kisah tentang pagi ini dihimpun dari sekian banyak tweet Goenawan Mohamad yang setiap pagi menyapa follower-nya di ruang Twitter. Selalu ada pesan di setiap ucapan selamat pagi dari Goenawan Mohamad. Pesan yang tidak mendikte karena tidak tersampaikan secara langsung, tapi memancing pembaca untuk sejenak diam merasakan pagi dan hidup yang telah dan akan dijalani.

Bersama dengan tulisan-tulisan Goenawan Mohamad tentang pagi, buku ini memang sepenuhnya epigram. Ada syair, peribahasa, dan ungkapan-ungkapan pendek yang padat, penuh kearifan, penuh gagasan, dan disisipi peristiwa-peristiwa yang kemudian diakhiri dengan pernyataan yang sering merupakan paradoks atau sindiran.

Buku ini merupakan saripati dari pemikiran dan tulisan-tulisan Goenawan Mohamad yang terserak di berbagai media cetak seperti buku dan majalah. Setiap bagian tulisannya akan bisa kita jadikan kutipan harian bagi hidup yang akan dijalani.

200 pages, Paperback

First published July 28, 2011

9 people are currently reading
172 people want to read

About the author

Goenawan Mohamad

110 books506 followers
Ia seorang jurnalis dan sastrawan yang kritis dan berwawasan luas. Tanpa lelah, ia memperjuangkan kebebasan berbicara dan berpikir melalui berbagai tulisan dan organisasi yang didirikan-nya. Tulisannya banyak mengangkat tema HAM, agama, demokrasi, korupsi, dan sebagainya. Seminggu sekali menulis kolom “Catatan Pinggir” di Majalah Tempo.

Pendiri dan mantan Pemimpin Redaksi Majalah Berita Tempo kelahiran Karangasem Batang, Pekalongan, Jawa Tengah, 29 Juli 1941, ini pada masa mudanya lebih dikenal sebagai seorang penyair. Ia ikut menandatangani Manifesto Kebudayaan 1964 yang mengakibatkannya dilarang menulis di berbagai media umum.

Ia juga pernah menjadi Nieman fellow di Universitas Harvard dan menerima penghargaan Louis Lyons Award untuk kategori Consience in Journalism dari Nieman Foundation, 1997. Secara teratur, selain menulis kolom Catatan Pinggir, ia juga menulis kolom untuk harian Mainichi Shimbun (Tokyo).

Ia menulis sejak berusia 17 tahun, dan dua tahun kemudian menerjemahkan puisi penyair wanita Amerika, Emily Dickinson. Sejak di kelas VI SD, ia mengaku menyenangi acara puisi siaran RRI. Kemudian, kakaknya yang dokter (Kartono Mohamad, mantan Ketua Umum PB IDI) ketika itu berlangganan majalah Kisah, asuhan H.B. Jassin. “Mbakyu saya juga ada yang menulis, entah di harian apa, di zaman Jepang,” tutur Goenawan.

Pada 1971, Goenawan bersama rekan-rekannya mendirikan Majalah Mingguan Tempo, sebuah majalah yang mengusung karakter jurnalisme majalah Time. Di sana ia banyak menulis kolom tentang agenda-agenda politik di Indonesia. Jiwa kritisnya membawanya untuk mengkritik rezim Soeharto yang pada waktu itu menekan pertumbuhan demokrasi di Indonesia. Tempo dianggap sebagai oposisi yang merugikan kepentingan pemerintah sehingga dihentikan penerbitannya pada 1994.

Goenawan Mohamad kemudian mendirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), asosiasi jurnalis independen pertama di Indonesia. Ia juga turut mendirikan Institut Studi Arus Informasi (ISAI) yang bekerja mendokumentasikan kekerasan terhadap dunia pers Indonesia. ISAI juga memberikan pelatihan bagi para jurnalis tentang bagaimana membuat surat kabar yang profesional dan berbobot. Goenawan juga melakukan reorientasi terhadap majalah mingguan D&R, dari tabloid menjadi majalah politik.

Ketika Majalah Tempo kembali terbit setelah Pak Harto diturunkan pada 1998, berbagai perubahan dilakukan seperti perubahan jumlah halaman namun tetap mempertahankan mutunya. Tidak lama kemudian, Tempo memperluas usahanya dengan menerbitkan surat kabar harian bernama Koran Tempo.

Setelah terbit beberapa tahun, Koran Tempo menuai masalah. Pertengahan bulan Mei 2004, Pengadilan Negeri Jakarta Timur menghukum Goenawan Mohamad dan Koran Tempo untuk meminta maaf kepada Tomy Winata, (17/5/2004). Pernyataan Goenawan yang dimuat Koran Tempo pada 12-13 Maret 2003 dinilai telah melakukan pencemaran nama baik bos Arta Graha itu.

Goenawan yang biasa dipanggil Goen, mempelajari psikologi di Universitas Indonesia, mempelajari ilmu politik di Belgia dan menjadi Nieman Fellow di Harvard University, Amerika Serikat. Goenawan menikah dengan Widarti Djajadisastra dan memiliki dua anak.

Selama kurang lebih 30 tahun menekuni dunia pers, Goenawan menghasilkan berbagai karya yang sudah diterbitkan di antaranya kumpulan puisi dalam Parikesit (1969) dan Interlude (1971), yang diterjemahkan ke bahasa Belanda, Inggris, Jepang, dan Prancis. Sebagian eseinya terhimpun dalam Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972), Seks, Sastra, dan Kita (1980), dan Catatan Pinggir (1982).

Hingga kini, Goenawan Mohamad banyak menghadiri konferensi baik sebagai pembicara, narasumber maupun peserta. Salah satunya, ia mengikuti konferensi yang diadakan di Gedung Putih pada 2001 dimana Bill Clinton dan Madeleine Albright menjadi tuan rumah.

(from tokohindonesia.com)

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
19 (15%)
4 stars
50 (40%)
3 stars
44 (35%)
2 stars
11 (8%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 21 of 21 reviews
Profile Image for Indah Threez Lestari.
13.4k reviews270 followers
August 4, 2011
800th - 2011

Wow, tak terasa sudah mendekati target baca buku nonkomik tahun ini.

Meski bukunya tipis, isinya kumpulan epigram, dan font-nya besar-besar, waktu yang kuhabiskan untuk membaca buku ini terhitung lama dibandingkan bila membaca buku tipis lainnya. Karena setiap membaca satu epigram aku perlu waktu untuk merenungi, mengartikan makna kalimat bersayap, untuk kemudian tersenyum dan tertawa, atau malah menghabiskan waktu untuk menyampaikan kembali ke teman epigram yang dirasa menarik untuk di-share.

Sangat banyak yang bisa dikutip dan diulang dari buku ini, tapi cukuplah kucantumkan satu yang terkait hobiku membaca buku :

Buku mengisi jam-jam kita yang kosong dengan percakapan yang mungkin tak akan pernah selesai, tapi membuat kita tahu: kita hanyalah penafsir tanda-tanda, di mana kebenaran menerakan jejaknya. Itu sebabnya kata pertama yang menakjubkan adalah: "BACALAH".

Sama seperti jawaban yang biasa kuberikan bila ada yang bertanya "Kenapa sih suka banget membaca?": "Karena ayat pertama yang diturunkan Allah Swt kepada Rasulullah Muhammad saw adalah 'Bacalah'."
Profile Image for Riski Oktavian.
460 reviews
August 24, 2024
Aku pinjam ini di perpustakaan kampus dan pas banget ketika aku baca, isinya amat sangat menggambarkan kondisi Indonesia akhir-akhir ini, a.k.a. berita mengenai Putusan MK yang sangat menggemparkan itu.

Meskipun buku ini bisa kubilang adalah kumpulan quotes (karena memang sebenarnya itu yang ditujukan pada awalnya dari penulisnya), tapi isi dari masing-masing quotes ini sangat menampar dan masih relate dengan kita sampai saat ini. Padahal sebagian besarnya justru membahas hal politik.

Meskipun memang di tengah-tengah pembahasannya sempat meluber dan mulai masuk ke ranah "sastra" alias bahasa yang mulai sedikit metaforik, namun buku ini semacam ada pola-nya gitu dalam menceritakan alurnya.

Bisa dibilang ini adalah salah satu hidden gem yang aku temukan di perpustakaan kampus...

3,8 stars.
Profile Image for hllreka.
122 reviews7 followers
July 12, 2022
Ketimbang puisi kayaknya saya lebih cocok membaca prosa pendek, epigram atau ungkapan^^ pendek seperti yg dituliskan Bapak Goenawan ini. Sehimpun epigram, ada pesan tersimpan disetiap ucapan. Seringkali juga saya temukan berupa sindiran yg membuat saya tertawa getir.


Ada yang merasa kuat karena menghimpun, menguasai, memiliki. Ada yang merasa kuat (dan bahagia) karena melepas, merelakan dan membebaskan.



Hujan (bulan Juni atau bulan lain) tak akan menghapus kebohongan. Hujan hanya membubarkan kumpul-kumpul.



Pagi: gerimis bisa menyejukkan, hujan bisa mengancam, dan harapan bisa setengah meyakinkan.

Profile Image for Muhammad Khoirul Wafa.
47 reviews
June 10, 2020
"Dunia tak ditakdirkan jadi surga. Tapi kita bisa berkata kepadanya dengan puisi Sapardi: 'Aku mencintaimu dengan cara yang sederhana.'"

"Hujan (bulan Juni atau bulan lain) tak akan menghapus kebohongan. Hujan hanya membubarkan kumpul-kumpul."

"Selamat pagi. Hidup itu seperti donat. Yang optimis melihat bagiannya yang renyah. Yang pesimis: hanya lubangnya. Yang cuek: langsung memakannya."

"Pesimis: 'Mencari kabar baik tentang Indonesia seperti cari jarum dalam tumpukan jerami.'
Optimis: 'Yang penting ada jarum dalam tumpukan itu.'"

(Goenawan Mohamad)
Profile Image for Shendi C.
Author 1 book
January 2, 2020
Kumpulan Epigram yang di kolektif kan dari tulisan tulisan GM di Twitter, seperti biasa tulisan GM tidak pernah mentah, ada tulisan yang beberapa kali di baca kembali, karena membaca buku ini seperti melihat pandangan GM mengenai kehidupan, karena pembahasannya bukan hanya tentang diri saja, ada politik, budaya dan lainnya.
Profile Image for Nindya Chitra.
Author 1 book21 followers
May 6, 2019
Tadinya mau kasih 3.
Tapi saya nggak mau tutup mata.
3.5
Di sini beliau masih idealis sekali.
Ndak tau deh, sekarang.
Profile Image for NA.
52 reviews102 followers
October 23, 2011
buku kedua yang saya jelajahi setelah ‘Tuhan dan Hal-Hal yang Tak Selesai’ milik Goenawan Mohamad. buku ini sendiri lebih kepemikirin ‘sederhana’ milik GM yang sering kali muncul di linimasa saya, hanya kali ini saya menemukannya dalam bentuk buku.

menarik. saya memanglah salah satu pengagum GM, walau seringkali bertentangan dengan pemikiran-pemikiran yang dimilikinya. saya sendiri tidak terlalu mengerti apa itu sastra, atau filsafat sesungguhnya. tapi buku ini memancing hasrat saya untuk memutar otak lebih keras, sama seperti waktu memahami tentang Fisika Plasma.

buku ini berisikan pemikiran-pemikiran singkat milik GM, yang menceritakan tentang pagi hari, Tuhan, Agama, Indonesia, dan banyak hal lainnya. seperti yang telah saya katakan, kapasitas otak saya tidak terlalu cerdas hingga betul-betul memahami isi kepala GM, tapi saya cukup banyak belajar setelah membaca buku ini, karena sekali lagi, otak menjadi reaktif. apalagi hal-hal yang berhubungan dengan ketuhanan dan agama Islam. GM yang merupakan salah satu penggiat JIL, tentulah memiliki banyak sudut pandang yang berbeda dengan saya, tapi bukankah perbedaan malah menjadi hal yang menarik untuk ditelusuri.

buku ini saya kasih 3/5, karena saya butuh kerja keras untuk menghabiskan. hahaha
Profile Image for Nura.
1,056 reviews30 followers
February 21, 2014
Pagi, bagian awal dari hari
Suatu waktu yang sering kita lalui
dalam ketergesaan tanpa kita sadari

Dan dalam sekejap pagi pun pergi,
membiarkan siang datang mengganti
membuat kita merindu dalam hati
Namun pagi berjanji akan datang lagi
Esok hari

Meskipun dia tak lagi sama seperti hari ini

***

Salah satu epigram yang gw suka

#Sisa gelap, sisa hujan, sisa subuh. Juga sisa hari yang hanya bisa setengah terduga. (p.112)

Profile Image for Hanny.
52 reviews
September 18, 2011
Mungkin kelihatannya terlalu subjektif, tapi pagi, politik, dan revolusi bukanlah hal yang saya sukai. Karena itu, saya 'hanya' suka buku ini, tidak ada perasaan terpukau atau apa. Sisanya sastra dan bahasa, lalu common sense.

Terserah orang mau bilang pikiran saya ini kekanak-kanakan atau bahkan delusional.
Profile Image for Narvendina.
32 reviews32 followers
January 8, 2012
karya seperti ini membuat manusia, kita, ataupun saya pribadi berfikir akan sesuatu yang tidak ada jawabnya. penulis seperti mengajak pembacanya untuk mau berfikir tentang hal-hal kecil yg kadang terlewatkan. memikirkan pagi, disaat nyawa kembali terkumpul, dimana muncul harapan akan hari baru yang dimulai dari sesuatu bernama 'pagi'.
Profile Image for Romdhona Prianto.
5 reviews
May 31, 2013
Epigram Goenawan Mohamad tentang pagi. Berbagai pemaknaan soal pagi, dari mulai kicauan burung, sampai pada suara tukang roti yang mengawali hari.
Pesan-pesannya singkat, tapi memiliki pemaknaan yang panjang dan mendalam, seperti pagi itu sendiri.
Satu lagi buku yang cocok untuk menemani melewati pagi yang tenang :)
59 reviews
October 31, 2013
Menghabiskan buku ini dalam sekali lahap. Namun, renungan akan arti sebuah pagi masih tersisa di benak ini. Sangat suka dengan cara penulis mengartikan pagi. Dalam buku ini juga membahas beberapa hal tentang pluralisme dan agama yang kini kerap dijadikan kedok untuk membenci. Ya, kita manusia memang suka berkhianat terhadap pagi yang penuh kasih.
Profile Image for Nonna.
137 reviews2 followers
May 3, 2018
Buku ini layaknya embun pagi hari sisa hujan semalam yang menempel di jendela kamar,sejuk. Layaknya celoteh burung2 yang bertengger di kabel listrik depan kamar, berisik yang menyejukkan hati..

Buku yang mengingatkan kembali ritual pagi yang selama ini tidak disadari..
Profile Image for Jiwa Rasa.
407 reviews59 followers
December 11, 2011
Himpunan kicauan twitter Goenawan Muhammad yang telah dibukukan.
Profile Image for Fahrul Khakim.
Author 9 books97 followers
April 24, 2015
Campuran puisi dan esai singkat yang menarik, menebarkan harapan, dan kesenjanangan bernegara. Menarik untuk perenungan tetapi masih kurang utuh.
32 reviews3 followers
April 13, 2016
Epigram yg mengrefleksikan diri dari pak Gun. Kebanyakan tweet tweetnya dikutip disini.
Displaying 1 - 21 of 21 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.