What do you think?
Rate this book


224 pages, Paperback
Published March 1, 2023
❝Al, jangan terlalu percaya sama orang. Nanti lo yang sakit akhirnya.❞
—Page 9
❝Menikah bukan hanya tentang hidup bersama orang yang dicintai. Namun, harus siap berkompromi. Seumur hidup.❞
—Page 21
❝Yup. Badan istri lo, ya hak dia. Kalau ternyata dia nggak mau punya anak, nggak bisa dipaksa. Sekarang banyak banget yang debat soal itu. Seakan-akan punya anak itu prestasi, nggak punya anak berarti aib, padahal masih banyak orang tua yang nggak becus ngurusin. Nggak siap tanggung jawab. Akhirnya cuma memperpanjang luka, diwariskan turun-temurun kayak lingkaran setan.❞
—Page 38
❝Kadang, kita lupa buat menyayangi diri sendiri karena terlalu fokus sama orang lain.
kita sering luput untuk menyayangi diri sendiri, padahal diri sendirilah yang paling membutuhkan.
Bagaimana bisa membahagiakan orang lain jika diri sendiri tidak bahagia? Dan, membahagiakan diri sendiri bisa dimulai dengan self-love.❞
—Page 49
❝Namun, tidak ada yang mudah ketika sudah berhubungan dengan ketakutan. Apa yang dirasakan Tiani tidak konyol. Perasaannya valid dan nyata. Mungkin hanya dia yang merasakan, karenanya tidak ada yang bisa paham, dan aku tidak akan memaksa. Satu yang pasti, aku tahu semua ini berat untuknya.
Ketakutan itu hanya bisa diatasi oleh dirinya sendiri. Aku atau siapa pun tidak berhak memaksa. Sampai Tiani memutuskan untuk berjuang demi kebahagiaannya, yang bisa kulakukan hanya menemaninya.❞
—Page 105
❝Nggak peduli apa kata orang, jangan menyalahkan diri sendiri terlalu lama.
Setiap manusia pasti pernah ngelakuin kesalahan. Karena di hari kita berhenti bikin kesalahan, berarti kita berhenti hidup.
Dan, Alara, you deserve so much better.❞
—Page 147
❝Tapi mungkin lo nggak harus punya passion buat melengkapi hidup lo. Mungkin ... lo cuma perlu menerima dan memaafkan diri lo sendiri. Hidup sambil terus-terusan lari dari kenyataan itu bikin capek, Al.❞
—Page 165
❝Aku tidak akan menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang menyesaki kepalaku sekarang, tetapi aku tahu satu hal: aku tidak baik-baik saja. Dan, aku harus berhenti memaksa diriku untuk merasa baik-baik saja.
Tiani benar, terus-menerus lari dari masalah itu melelahkan. Namun, memaafkan diriku sendiri terlalu sulit dilakukan. Aku sangat marah kepada diriku sendiri yang salah mengambil keputusan hingga terbelit kekacauan sejauh ini. Aku telah salah menilai. Aku tidak bisa memercayai penilaianku lagi.❞
—Page 167
❝Kurasa, tidak masalah hidup tanpa passion. Selama aku tahu apa yang ingin kulakukan, lalu berusaha melakukannya dengan benar, itu sudah cukup untukku. Terlebih, kini aku mengenal diriku lebih dalam daripada sebelumnya. Aku berani menetapkan batas lalu menyuarakannya, serta berhasil memercayai penilaianku lagi. Progres yang sangat besar, menurutku.❞
—Page 206
"Nggak peduli apa kata orang, jangan menyalahkan diri sendiri terlalu lama. Setiap manusia pasti pernah ngelakuin kesalahan. Karena di hari kita berhenti bikin kesalahan, berarti kita berhenti hidup."