Jump to ratings and reviews
Rate this book

Moga Bunda Disayang Allah

Rate this book
Jika seseorang buta, tapi dia masih bisa mendengar, maka dunia tidak terputus darinya.
Dia masih punya akses untuk belajar, juga berkomunikasi dengan orang lain, lewat telinganya.

Jika seseorang tuli, tapi dia masih bisa melihat, maka dunia juga tidak terputus darinya.
Dia masih punya akses belajar, juga berkomunikasi, lewat matanya.

Lantas bagaimana jika ada seseorang ditakdirkan buta, sekaligus tuli - pun juga bisu.
Bagaimana dia akan mengenal dunia?
Bagaimana dia akan tahu huruf, mengenal kata, belajar banyak hal. Bahkan bagaimana dia mengenal Ibunya sendiri?

Kisah ini tentang seorang anak perempuan yang menaklukkan semua kekurangan tersebut. Diangkat dari salah-satu kisah nyata yang mengharukan. Ditulis-kembali dari film-film terbaik sepanjang masa

297 pages, Paperback

First published January 1, 2006

234 people are currently reading
4686 people want to read

About the author

Tere Liye

72 books13.5k followers
Author from Indonesia.

"Jangan mau jadi kritikus buku, tapi TIDAK pernah menulis buku."

"1000 komentar yang kita buat di dunia maya, tidak akan membuat kita naik pangkat menjadi penulis buku. Mulailah menulis buku, jangan habiskan waktu jadi komentator, mulailah jadi pelaku."

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
2,576 (43%)
4 stars
1,951 (32%)
3 stars
1,104 (18%)
2 stars
234 (3%)
1 star
98 (1%)
Displaying 1 - 30 of 456 reviews
Profile Image for Azia.
243 reviews11 followers
October 14, 2009
Apa yang kau rasakan ketika terjaga dari tidur mendapati keadaan sekitar hitam kelam dan sunyi? Tak ada cahaya. Dan tak ada suara. Panik? Takut? Jengkel? Sesak? Atau marah? Bagi Melati, gadis kecil berusia 6 tahun, dia telah terbiasa dengan keadaan seperti itu. Sepanjang waktu yang dia jumpai hanya hitam, kosong dan sunyi. Hati ibu mana yang tak sedih melihat anak semata wayang mereka, buta, tuli, dan bisu.

Bunda tak putus-putusnya berdoa dan berusaha. Dokter-dokter ahli telah didatangkan dari ibukota dan luar negeri. Bukannya lebih baik, Melati menggigit jari salah seorang dokter nyaris putus. Melati memang tidak mudah untuk didekati. Ia tidak suka dipegang, karena ia bisa berang, meronta, dan mengamuk. Bunda tak putus-putusnya berdoa dan berusaha. Walau Melati mustahil untuk bisa mendengar atau melihat, Bunda berharap setidaknya Melati bisa mengenal Ayah, Bunda,dan Sang Pencipta. Bunda mempercayai firman-Nya : dibalik setiap kesulitan terdapat suatu kemudahan. 3 tahun telah berlalu, Bunda sabar menunggu datang keajaiban untuk putri kecil. Ia telah sampai pada titik asa.

Ada satu harapan yang bisa menolong Melati. Seorang pemuda yang mampu membaca perasaan dan pikiran anak-anak. Karang namanya. Namun, Karang sendiri butuh bantuan untuk berdamai dengan masa lalunya. Ia berubah dari idola anak-anak menjadi pemabuk dan ’makhluk kalong’ tak mempedulikan kehidupannya. Berantakan. Bau. Aroma alkohol bagaikan parfum tubuhnya. Penampakannya seram, rambut gondrong tak terurus dan mukanya brewokan. Hanya matanya sesekali menyiratkan keteduhan, itupun kalau tidak sedang mabuk. Transformasi Karang berakar pada kecelakaan tragis, tiga tahun lalu. Saat Melati jatuh terduduk tepat dengan terbaliknya perahu nelayan yang membawa Karang dan anak-anak taman bacaanya berwisata air. Dua belas anak. Delapan belas tidak. Kehilangan yang sungguh besar, saat Karang menyaksikan Qintan menghembuskan nafas terakhir. Bukan orang lain yang menyalahkan Karang karena telah lalai mengenai keselamatan orang lain. Tak ada yang lebih pedih, jika dirinya sendiri yang memvonis bersalah.

Terlepas dari sosok Karang yang pemabuk dan ’menyeramkan’. Bunda menaruh harapan Karang bisa menolong melati. Bunda tak gentar akan penolakan dan kekasaran Karang. Demi putri semata wayangnya. Karang bisa merasakan apa yang dirasakan Melati, walau ia tidak buta dan bisa mendengar. Sepi. Kosong. Ia memutuskan untuk menolong Melati, untuk mewujudkan janji yang lebih baik untuk gadis cilik berambut ikal ini.

Dunia Melati terbiasa dengan gelap dan sunyi. Ia tidak bisa mengetahui bedanya sendok dan garpu. Ia tidak mendengar rinai hujan bahkan petir sekalipun. Ia tidak pernah dengar ketika Bundanya memanggil ”sayang”. Aturan yang utama: jangan memegang Melati. Ia tak suka disentuh. Apabila seseorang lupa aturan tersebut, ia akan meronta, marah, dan berteriak marah, namun hanya sengau yang terlontar, ”BAA...MAAA”. tangan kecilnya akan menjangkau apa saja yang didekatnya. PRANG..Pecahlah sudah.

Perlu waktu seminggu untuk Melati menggunakan Sendok-Garpu. Itupun dilalui dengan tiga hari tidak makan. Merajuk. Dan berang seperti biasa. Perlu waktu seminggu lagi untuk Melati agar mengenal kursi dan duduk manis diatasnya. Prosesnya untuk mengenal amat berjalan lambat. Karang pun harus mencari cara, kunci yang tepat untuk Melati mengenal dunia. Pelajaran ketiga, tembikar. Sebelumnya, Melati suka sekali melempar keramik Ayahnya, mana ia tahu kalau harganya mahal atau bentuknya indah. Karang ingin mengajarkan tembikar ini bukan benda-untuk-dilempar. Setiap celengan ayam yang diberikan kepada Melati hanya berakhir di Sapu Ijuk dan Pengki Salamah, pembantu keluarga. Karang harus berlomba dengan waktu. Waktunya semakin singkat karena kepulangan Tuan HK, Ayah Melati, dari Jerman semakin dekat. Tuan HK telah mengusir Karang di hari keberangkatannya karena berani minum alkohol dirumahnya. Jadi, Tuan HK tidak tahu kalau Karang masih berada di rumahnya, masih mengajari Melati.

Karang pusing berusaha menemukan ’kunci’ komunikasi Melati. Disaat Melati tertidur, Karang mulai membuka hatinya, menceritakan Qintan, tarian Aurora. Karang kembali mendongeng biarpun Melati tidak mendengarnya. Ia mencium rambut Melati. Dengan sejuta voltase ,ia bisa merasakan. Sempurna. Karang bisa berpikir, melihat, mendengar, merasakan persis seperti Melati rasakan sekarang. Dia bisa melihat gelap itu. Dia menatap kosong. Hitam. Seperti berdiri sendirian di ruangan yang gelap total. Sebal. Mengkal. Frustasi dan kerinduan. Gadis kecil ini rindu. Rindu mengenal siapa saja. Ayah.Ibu.Teman. Bahkan ia rindu mengenal-Mu.

Time is out. Tuan HK pulang lebih cepat dari yang diketahui. Niat hati ingin membuat surprise keluarganya, justru dirinya yang terkejut. Anak muda itu masih berada di rumahnya, masih bersantap pagi di meja makannya! Tuan HK marah. Situasi di meja makan tegang. Semburan marah Tuan HK membuatnya tak memperhatikan perkembangan Melati. Melati telah makan dengan sendok-garpu dan tak mengacak-ngacak makanan seperti dulu. Tanpa disadari orang-orang, Melati melangkah keluar menuju taman. Ia disambut butir-butir air yang menyentuh lembut kulitnya. Dingin. Menyenangkan. Untuk pertama kalinya, ia tersenyum. Sementara seisi rumah sudah panik mencari gadis itu.

Melati sudah didekat air mancur membuatnya basah terciprat air. Ia basah kuyup. Tapi ia tak peduli, ia tertawa riang. Bunda ingin menggendongnya ke dalam rumah, Melati bisa sakit. Karang melarangnya. Kejutan sejuta voltase kembali menghampirinya. Ia bisa merasakannya. Gelap itu mendadak berubah menjadi tarian sejuta aurora. Gadis cilik itu tergugu. Ia tidak pernah melihat cahaya. c-a-h-a-y-a. Tuhan memberikan keajaibannya. Telapak tangan Melati lah kuncinya. Syaraf-syaraf permukaan telapak tangan menjadi lebih sensitif, mata-telinga-mulut Melati.
“Baa…aa..aa” Melati bertanya.
“A-i-r” Karang gemetar menuliskan huruf-huruf itu di telapak tangan Melati
”Baa..a..aa”Melati mengerung pelan
Karang mendekatkan telapak tangan Melati ke mulutnya..ia berkata sekali lagi ”a-i-r”
Melati tersenyum riang. Rasa frustasi yang mengungkungnya sirna. Ia mengerti. Ia tahu. Inilah nama benda yang dingin dan menyenangkan: air.

Dengan cepat..ia belajar mengenali Ayah, Bunda, ’Pak Guru’ Karang. Tak putus-putusnya ia bertanya kepada Karang. Ia belajar sangat cepat..Mengenali dunia yang tak sehitam dan sekosong dulu.

Kisah Melati terinspirasi oleh Hellen Keller. Ia buta dan tuli. Keterbatasan fisik tidak menghalanginya menjadi aktivis dunia. Ia justru mampu melakukan banyak hal dibandingkan orang ’normal’ yang bisa melihat dan mendengar. Saya mengenal Hellen Keller dari quotenya: ”the best and most beautiful things in the world cannot be seen or even touched. They must be felt with the heart”. Kisahnya menginspirasi dunia. Dia menunjukkan keterbatasan fisik bukan berarti keterbatasan akal-pikiran.
Profile Image for Haryadi Yansyah.
Author 14 books62 followers
January 15, 2009
“Dia mencintai anak-anak, Ryan. Bukan! Bukan karena mereka terlihat menggemaskan, tetapi karena menyadari janji kehidupan yang lebih baik selalu tergenggam di tangan anak-anak..“ (Hal 234)

Bang Darwis kembali memakai anak-anak sebagai tokoh utama. Kali ini bernama Melati, yang secara fisik aku bayangkan tak jauh daripada Delisa. Namun, karena kecelakaan kecil disaat liburan pada usia tiga tahun, Melati harus menjadi buta, tuli dan bisu. Persis yang dialami Hellen Keller pada usia 2 tahun.

Melati adalah anak pengusaha kaya, sepasang suami istri, yang dari awal hingga akhir hanya disebut dengan nama Bunda dan Tuan HK. Bayangkan! Rumah mereka berada di atas bukit, yang dari sana bisa melihat pemandangan seluruh kota (antah berantah) dan laut. Pembantunya saja ada 9 orang (kalo gak salah). Salah satu yang paling setia bernama Salamah yang sudah mengabdi pada keluarga HK sejak berapa generasi diatasnya.

Di tempat lain, ada seorang pemuda yang menenggelamkan dirinya pada alkohol selama tiga tahun lamanya. Selalu bertingkah seenaknya, kasar, dan (seperti) tak berperasaan. Pemuda itu –Karang, ternyata menyimpan sebuah teraumah akan kecelakaan perahu yang menewaskan 8 anak didik taman bacaannya, terutama Qintan, bocah cerdas yang sangat disayangi. Semenjak kejadian itu, yang dikerjakan Karang hanya tidur sepanjang hari dan pergi mabuk ketika malam hari, begitu terus selama tiga tahun.

Takdir akhirnya mempertemukan Karang dan Melati. Bukan hal mudah mempertemukan mereka. Bunda Melati sampai harus datang dan memohon (jika tidak ingin dikatakan menyembah) pada Karang untuk mencoba membantu Melati. Ntah datang darimana perasaan itu, akhirnya Karang memutuskan untuk membantu Melati.

Cara Karang mendidik Melati yang sangat keras (lebih keras dari pada Mrs Sulivan mendidik Hellen Keller) ditentang oleh Tuan HK. Karang tidak segan-segan membentak (walau Melati tak mendengar), memukul, bersikap kasar, dan lain sebagainya. Melihat itu dan terlebih ketika mengetahui Karang seorang pemabuk, Tuan HK menjadi kian marah.

Dia mengusir Karang. Namun Bunda Melati memiliki satu keyakinan Karang bisa membantu Melati. Jadilah selama hampir satu bulan Karang tinggal dikediaman keluarga Tuan HK. Selama itu tuan HK bertugas ke Jerman untuk mengurusi bisnis keluarga mereka.

Kisah ini berakhir dengan bahagia. Melati akhirnya bisa melihat, walau tetap bisu. Menurutku, di tangan bang Darwis semua tipe ending bisa menjadi menarik. Andai berakhir menyedihkan, pembaca akan merasa itu masuk akal, karena menyembuhkan Melati memang hal yang sulit. Dan dengan berakhir bahagia seperti ini, pembaca akan mendapat kelegaan dari kehidupan Melati yang menyedihkan.

Tinggal bersama Melati pula akhirnya Karang bertemu kembali dengan kekasihnya, Kinasih, dan juga menemukan kembali hidupnya dulu, tanpa bayang-bayang teraumah. Buku yang luar biasa, walau rasanya sulit menemukan hubungan Melati dan Karang diwaktu sekarang. (Apalagi cara mendidik Karang yang sangat tak biasa).

Selamat buat Bang Darwis. Di tunggu karyanya yang lain. :)

“ Benarlah. Jika kalian sedang bersedih, jika kalian sedang terpagut masa lalu menyakitkan, penuh penyesalah seumur hidup, salah satu obatnya adalah dengan menyadari masih banyak orang lain yang lebih sedih dan mengalami kejadian lebih menyakitkan dibandingkan kalian. Masih banyak orang lain yang tidak lebih beruntung dibandingkan kita. Itu akan memberikan pengertian bahwa hidup ini belum berakhir. Itu akan membuat kita selalu meyakini : setiap makhluk berhak atas satu harapan“ (Hal 136)
Profile Image for Maya Sari.
16 reviews30 followers
October 1, 2007
Ini buku kedua Tere Liye yang saya baca. Pengen bikin review yang panjang =)

Ada banyak tokoh di dalam cerita ini:
Ada Bunda, yang begitu anggun, lemah, namun sekaligus juga tegar,
Ada Tuan HK (kira-kira HK itu singkatan dari apa ya??), suami Bunda yang merupakan seorang pekerja ulet, dan sangat sayang pada keluarganya,
Ada Ibu-Ibu Gendut (kira-kira namanya siapa ya? ), yang baiiiik banget !!,
Ada Salamah, yang slalu membuat ’rame’ suasana dengan kepolosan dan kepanikannya (siap-siap tersenyum dan tertawa kalau sampai pada bagian cerita yang ada Salamah-nya ),
Ada Mang Jeje, yang setiap hari slalu memotong rumput keluarga HK dan memelihara ayam kate berwarna putih,
Ada Kinasih, gadis yang berkerudung lembut (tokoh yang tidak penting tapi penting ),
Terakhir, 2 tokoh UTAMA dari cerita ini adalah.... (Pak Guru) KARANG dan MELATI.

Pada bab-bab awal dari kisah ini, saya cukup larut dengan rasa keterpurukan yang dialami Karang dan –secara tidak langsung – juga dirasakan oleh Melati. Melati, seorang anak kecil, yang tak bisa melihat, tak bisa mendengar, sekaligus tak bisa berkomunikasi dengan orang lain. Yang tidak tahu apa-pun, karena yang bisa ia lihat adalah gelap dan yang bisa ia dengar hanyalah sunyi.. Dan Karang, pemuda yang sudah ‘menyerah’ dengan kehidupan, yang tidak lagi mempunyai mimpi dan harapan..

Lalu, bukankah ketika 2 orang bertemu, pasti salah satu dari keduanya (atau bahkan kedua-duanya sekaligus ) akan mendapat manfaat dari yang lainnya? Hingga takdir-pun mempertemukan kedua orang itu...
Membaca kisah ini, awalnya yang saya temukan adalah rasa-rasa keputus-asaan.. Kemudian, dengan adanya usaha yang keras, tak pantang menyerah, dan kekuatan do’a, semuanya lalu berubah sesuai dengan IMPIAN ! ..

“Baaa, maaa.... Baa... Maa... ” (artinya: Moga Bunda disayang Allah...)
Profile Image for Michiyo 'jia' Fujiwara.
428 reviews
July 8, 2012
Terima kasih ya Allah! Terima kasih.. Mungkin kami tidak akan pernah mengerti dimana letak keadilan-Mu dalam hidup. Karena mungkin kami terlalu bebal untuk mengerti. Terlalu ‘bodoh’. Tapi kami tahu satu hal, malam ini kami meyakini satu hal, Engkau sungguh bermurah hati.. Engkau sungguh pemurah.. atas segala hidup dan kehidupan.

Lihatlah kanak-kanak berumur 6 tahun tahu, kanak-kanak yang buta, tuli, sekaligus bisu itu. Kanak-kanak yang seolah dunia terputus darinya, baru saja mengatakan kalimat indah itu!

“ Moga Bunda disayang Allah..”

Cerita yang diilhami oleh Hellen Adam Keller.

“ Moga Ayah juga disayang Allah..”

Orangtua bagaimanapun keadaannya, akan slalu sayang dan menerima keadaan anak-anaknya, seperti yang pernah mereka katakan kepadaku:

“ Kesedihanmu adalah kesedihan kami juga, kebahagiaanmu (kami percaya) suatu saat pasti akan kamu raih, percayalah nak!.. akan menjadi kebahagiaan kami juga..”

:’(

Semoga nanti aku bisa seperti mereka ketika menjadi orangtua.. suatu saat nanti..
Profile Image for Liliyah.
102 reviews19 followers
December 4, 2008
Melati, gadis kecil yang hampir "sempurna" terputus dari dunia karena cacat fisiknya : buta, tuli dan hampir bisu maka hanya HITAM-GELAP dunia yg dikenalnya. Melati tak pernah mengerti apa itu bunyi, apa itu cahaya bahkan tak pernah tahu apa arti "Bunda"?. semua aktivitas yg dilakukannya hanya berdasarkan insting, hampir seperti hewan yg belajar mengenal lingkungannya. Perjuangan Bunda bersama Karang (Pak guru) nyaris menguras habis kesabaran, ketabahan demi membawa Melati keluar dari kegelapan dunia.

Fiuhh...novel yang sangat menyentuh, membangunkan diri dari kealpaan akan rasa syukur pada setiap inci kesempurnaan yang telah Dia anugerahkan pada kita yang tergolong manusia normal dan sehat.



Profile Image for Amanda Vivi Imawati.
11 reviews75 followers
June 22, 2012
"Gelap! Melati hanya melihat gelap. Hitam. Kosong. Tak ada warna....
Senyap! Melati hanya mendengar senyap. Sepi. Sendiri. Tak ada nada...."


Pernah tidak kalian membayangkan bagaimana frustasinya diisolasi dari kehidupan? Kalian hanya bisa merasakan, tanpa bisa mengenali apa yang kalian rasakan. Yang kalian punya hanyalah isi pikiran yang membuncah. Rasa ingin tahu yang terkungkung. Kalian hanya bisa marah dan gemas. Ini apa, sih? Kursi? Apa itu kursi? Untuk apa? Untuk duduk? Duduk itu seperti apa?

Kalian tahu, aku suka hujan, aku suka memandangi butiran bening seperti kristal itu. Aku suka mendengar gemericiknya, menenangkan. Apalagi jika hujan turun di malam hari, pasti akan menambah nyenyak tidur. Tapi, pernahkah kalian mengenal seseorang yang menyukai hujan padahal melihatnya saja tak pernah? Menyukai hujan padahal mendengar gemericiknya saja belum? Tentu kalian akan bertanya, lantas apa yang membuatnya menyukai hujan?

Novel ini akan mengenalkan kalian padanya. Membuat kalian mengerti makna hidup dan kehidupan. Novel ini membuat kita belajar dari kanak-kanak bernama Melati yang berjuang mengenal dunia dan isinya meski tembok takdir begitu besar menghadangnya. Tembok ini memang begitu besar. Tidak mungkin dipindahkan, kecuali dihancurkan sekalian.

Membaca setiap kalimatnya membuat aku berpikir sejenak. Menutup telinga dan mataku. Tapi tetap ada sedikit cahaya, ada sedikit suara. Andai saja melati bisa, sedikit. Kalian juga akan belajar dari Karang. Belajar kalau setiap orang memiliki kesempatan layaknya melempar bola ke dinding, 100% pasti kena. Kalian akan belajar dari seorang ibu yang tak pernah lelah mencarikan keajaiban untuk putrinya.

Banyak kalimat aku tulis ulang besar-besar. Aku tempel di kamarku. Semangat hidup. Perjuangan. Kesabaran. Rasa cukup. Segala yang sering aku lupakan diingatkan kembali oleh novel ini. Moga Bunda Disayang Allah, novel yang membuat kita berpikir ketika bahkan setelah membacanya. Novel yang akan dibaca lagi saat otak kita mulai bebal, mulai menyalahkan takdir dan kehilangan kepercayaan pada kemudahan setelah kesulitan. Banyak nilai-nilai kehidupan yang tersimpan. Setiap kejadian bahkan menyiratkan pelajaran untuk kita. Aku sampai membaca setiap lembarnya dengan tidak sabar, meski sesekali berhenti, membayangkan, merasakan, mengelap air mata yang basah di pipiku.

Bila kalian kehilangan penglihatan kalian, kalian masih bisa belajar dari apa yang kalian dengar. Jika kalian kehilangan pendengaran kalian, kalian masih bisa belajar pada apa yang dilihat. Lalu, bila kalian harus kehilangan penglihatan sekaligus pendengaran, apa yang akan kalian lakukan? Bagiku, itu sungguh menyakitkan. Menyakitkan karena tidak bisa menatap wajah Bapak dan Ibu. Tidak bisa mendengar bahkan setiap kalimat yang selalu sama setiap harinya, "Kami menyayangimu, Nak. Bersabarlah. Teruslah berusaha. Kamu harus punya keinginan yang kuat."

Oya, kurang rasanya bila aku sejak tadi bicara nilai kehidupan, tapi tidak membagikannya. Baiklah, kawan. Berikut beberapa nilai yang kutemukan, sisanya kalian carilah dengan membaca novel ini, ya! Jangan menyesal bila lembarannya habis padahal kalian belum puas.

Hal yang paling menyakitkan di dunia bukan ketika orang lain ramai menyalahkan diri kalian. Tapi saat kalian menyalahkan diri sendiri.

Ada yang utuh memiliki seluruh panca inderanya, tapi tak sekejap pun peduli dan bersyukur.

20 tahun dari sekarang, kita akan lebih menyesal atas hal-hal yang tidak pernah kita lakukan, bukan atas hal-hal yang pernah kita lakukan meski itu sebuah kesalahan.

Dalam proses kepergian, lazimnya yang pergi selalu lebih ringan dibandingkan yang ditinggalkan. Lebih ringan untuk melupakan. Yang pergi akan menemui tempat baru, kehidupan-kehidupan baru, yang pelan tapi pasti semua itu akan mengisi dan menggantikan kenangan lama. Sementara yang ditinggalkan tetap berkutat dengan segala kenangan itu.
Profile Image for lila AP.
2 reviews1 follower
Want to read
April 21, 2013
Judul buku : Moga Bunda Disayang Allah
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Cetakan : ke-5
Tebal : v+247 hlm; 20.5 ×13.5
Resensi :
Buku ini menceritakan kisah tentang seorang anak yang bernama Melati. Dia adalah anak yang terpandang di daerahnya. Orang tuanya, tuan dan nyonya HK begitu menyayanginya. Namun kebahagiaan mereka tidak lama kemudian pupus ketika anak kesayangannya tersebut mengalami kecelakaan yang mengakibatkan ia menderita buta dan juga tuli total sebelum anak itu sempat mengenal benda, mengenal dunia, mengenal kata-kata bahkan belum sempat mengenal penciptanya. Doa dan harapan terus dipanjatkan oleh kedua orang tuanya, segala macam pengobatan telah dicoba untuk menolong anak kesayangannya. Tak hanya itu, pengasuh anak maupun psikolog anak yang digaji untuk mendekati dan berkomunikasi dengan Melati pun sudah banyak yang menyerah dengan Melati. Hingga akhirnya ia pun dipertemukan dengan Pak guru karang.
Karang adalah seorang pemuda biasa, tetapi ia memiliki jiwa sosial yang besar kepada anak-anak. Dalam buku ini diceritakan bahwa sosok karang ikut merasakan perasaan anak-anak yang berdiri di depannya. Namun, saat ia bertemu dengan Melati ia mengalami kesulitan yang dikarenakan masa lalunya yang begitu menyakitkan. Kecelakaan yang dialaminya beberapa tahun silam yang menewaskan 18 anak didiknya termasuk Qintan, anak kesayangannya. Kejadian tersebut membuatnya sangat terpukul hingga mengubah dirinya menjadi pemabuk, keluar di malam hari serta mengurung diri di kos milik Ibu Gendut dari pagi hingga sore hari.
Dengan permohonan Nyonya HK serta bujukan Ibu Gendut , Karang dapat menghiraukan rasa kesulitan itu menjadi semangat kembali berusaha menemukan bagaimana cara agar Melati dapat mengenal segala yang belum ia kenal. Dan dengan kesabaran Karang dalam menghadapi Melati, akhirnya Allah memberikan mukjizat-Nya. Melati dapat mengenal dunianya melalui dua telapak tagannya dan Karang juga berubah menjadi Karang yang dulu dan ia juga sudah mengikhlaskan masa lalunya serta kembali menyayangi anak-anak.
Buku ini menyuguhkan perjuangan hidup yang tidak mudah untuk dialami oleh anak-anak. Baik itu Karang yang yatim piatu maupun Melati dengan segala kekurangannya. Namun ada satu kesamaan antara mereka, anak-anak selalu punya janji masa depan yang lebih baik. Penulis berulang kali mengungkapkan kalimat yang mengingatkan pembaca untuk bersabar dan bersyukur “Hidup ini adil, sungguh Allah Maha Adil, kitalah yang terlalu bebal sehingga tidak tahu dimana letak keadilan-Nya, namun bukan berarti Allah tidak adil”. Namun, pemilihan ukuran front yang kecil-kecil dan pemberian spasi yang terbilang rapat membuat pembaca menjadi tidak luas dalam berpikir serta membuat pembaca cepat lelah saat membaca.



Profile Image for Deary Hoesin.
13 reviews4 followers
August 20, 2013
the first tere liye's book i read (now i am currently reading "kau, aku, dan sepucuk angpau merah")... namanya memang Tere Liye, taken from Indian i guess, means love or affection. tetapi di buku ini ia sukses menjadi penulis yang kejamnya keterlaluan, "mentakdirkan" gadis kecil cantik menjadi cacat, kompleks.. bisu, tuli, buta! begitu pula saat ia menyuratkan takdir bunda di buku ini. I hate him for the destiny he wrote for them! but, that's the power of being a writer, that you could turn the world upside down, as you like it :) and that's also his success : playing with the emotion of his readers. tuturan kata-katanya berhasil mengajak (saya) sedikit banyak paham kebingungan dan emosi seorang gadis kecil yang hidup tanpa bisa mendengar, melihat maupun berbicara. dunianya kosong tetapi tidak pula bisa disebut kosong. paham bagaimana seorang bunda, being in between of accepting reality, hopeless yet hopefull at the same time. saya juga benci pemuda yang dipanggil Karang, dengan cara-caranya yang menurut saya keterlaluan, mengajarkan Melati mengenal sekitarnya Melati yang tanpa penglihatan, pendengaran dan kemampuan untuk berbicara. but at last he got my symphaty. and Tere Liye got my thumbs up ! a very nice read!
Profile Image for Yazlina Saduri.
1,546 reviews41 followers
August 27, 2025
Menggamit emosi di lekuk yang paling dalam. Karang Si Nestapa kembali bertemu diri sendiri yang hilang ditenggelami kecewa, patah hati, rasa bersalah. Karang tumpas lalu menghumban terus kemahuan untuk hidup sebagai manusia, kerana tidak berjaya menyelamatkan Qintan dan 12 kanak-kanak lain dari mati lemas. Berbulan-bulan Karang memabukkan diri, membius emosi,persetan semuanya. Karang hanya mahu tidur, mabuk, mati.

Manusiawi Karang diselamatkan Melati, yang buta dan tuli. Asas Iman kita dengan Allah apa? Bahawa susah senang getir ria semuanya dengan izinNya. Pasti tidak dijadikan dengan sia-sia. Setiap detik yang dilalui dengan ketabahan, dengan percaya, dengan Syukur pasti akan dibalas setara malah lebih lagi, jika tidak di dunia fana ini, di akhirat nanti.

Pasti kawan-kawan, terlalu mudah berkata. Yang mengalaminya saja faham, betapa sakit tidak terperi jika satu-satunya anak yang ditatang seperti Intan permata tiba-tiba dikatakan buta, tuli, dunianya gelap, dunianya sepi. Makannya seperti haiwan. Berpuluh pakar ditemui tanpa ada yang bisa mengubati. Malah anak 6 tahun itu, yang tidak mampu mengawal tindakan, sering mengamuk, melontar segala barang, menggigit, mencederakan sesiapa di Sekitarnya, disarankan di sumbat di rumah sakit Jiwa.

Very powerful read. Bacalah kawan-kawan.
Profile Image for Miyuke.
192 reviews2 followers
March 1, 2023
Naskah nukilan Sdr. Tere Liye tidak pernah mengecewakan.

Mengisahkan seorang lelaki yang memikul bebanan hidup atas satu peristiwa yang berlaku, terpaksa berhadapan dengan pengharapan seorang ibu untuk membantu anaknya Melati yang disahkan buta dan tuli selepas satu tragedi.

Naskah ini mengajar untuk meletakkan pengharapan sepenuhnya kepada Yang Maha Esa saat kesulitan menyapa di samping mengerjakan usaha-usaha yang perlu tanpa mengenal lelah dan putus asa. Naskah ini juga meletakkan ibu-ibu sebagai watak utama yang doanya sentiasa tidak terhijab.

NOTA :

Naskah ini diadaptasi daripada kisah Helen Keller seorang yang juga buta dan tuli dalam kehidupannya.

Naskah ini juga telah diangkat ke layar perak menerusi tajuk Hope God Loves You, Mom (masih boleh ditonton menerusi Netflix ketika ulasan ni dibuat).

Edisi yang dibaca juga berbeza daripada edisi ini.

Permohonan teah dibuat kepada pihak Goodreads Librarian pada 20 Nov 2022 untuk pertambahan edisi dan pengemaskinian kulit novel.

UPDATE :

Pengemaskinian kulit novel telah dibuat oleh pihak Goodreads Librarian pada 01 Mac 2023. Thank you Ms. Karen.
Profile Image for Ririn.
9 reviews1 follower
June 11, 2008
belom baca...kayaknya enak...
ada jual di gramedia gak ya?

udah baca...
buku ni gak sebagus Hafalan Shalat Delisa emang, tp tetep ada hikmah yang bisa dipetik...
"Semua yang tercipta ini adalah adil, walaupun belum tentu kita dapat melihat bukti dari keadilan itu"
Ngeliat Melati, jadi ngerasa diri ini jadi rendah banget. Melati yg buta dan tuli(sekaligus bisu) bisa ngucapin kata-kata itu "Moga Bunda disayang Allah" (tentunya dengan cara dia berbicara,kan bisu...) Dia bisa ikhlas mencintai Bundanya karena Allah, padahal dengan segala keterbatasannya..
Hmmm... Rin mikirin apa selama ini? Parah...
Profile Image for Sharulnizam Yusof.
Author 1 book95 followers
March 8, 2018
Ada ketikanya, ayat-ayat Tere Liye membuatkan mata panas dan air bertakung. Ada masanya menjadi khayal, kata-katanya puitis sekali.

Cerita yang diinspirasikan dari kejadian sebenar ini menjadi bukti bahawa keajaiban itu wujud. Kisah Melati (atau Hellen Keller) yang kembali menjadi "manusia" setelah bertemu dengan insan yang ada "sentuhan magis" dengan kanak-kanak.

Ceritanya baik saja. Cuma agak berulang-ulang dalam menceritakan hal kecacatan Melati. "Turning point" Karang dari seorang pemabuk kemudian terus bersemangat (selepas menjadi pemabuk berat selama tiga tahun), juga menimbulkan persoalan.
Profile Image for Suzie Mohamad.
15 reviews
April 21, 2019
Hidup ini harus ada rasa dendam..dendam untuk keluar dari rasa yang tidak baik...hidup ini jangan kata tidak pada perubahan..rasa nyaman itu tidak baik untuk potensi diri..hidup ini jangan ada rasa takut pada ketakutan yang mungkin sekali tidak akan berlaku..rasa takut buat manusia rasa nyaman dengan apa yang ada..rasa nyaman dan bersyukur dua perkara berbeda..buku ini membuka luas siling-siling fikiran aku..masih banyak 'tidak' dan 'takut' ada dalam diri ini..moga bisa aku lenyapkan kata-kata itu dari kotak hati dan digantikan dengan yang lebih baik..
5 reviews3 followers
February 23, 2013
Hal. 91
"Anakku.... Suamiku dulu pernah bilang, dua puluh tahun dari sekarang, kita akan menyesal atas hal-hal yang tidak pernah yang tidak pernah kita lakukan, bukan atas hal-hal yang pernah kita lakukan meski itu sebuah kesalahan.... "

Hal. 140
"Ibu, rasa nyaman selalu membuat orang-orang sulit berubah. Celakanya, kami seringkali tidak tahu kalau kami sudah terjebak oleh perasaan nyaman itu. Padahal di luar sana, di tengah hujan deras, petir, guntur, janji kehidupan yang lebih baik boleh jadi sedang menanti. Kami justru tetap bertahan di pondok reot dengan atap rumbia yang tampias di mana-mana, merasa nyaman, selalu mencari alasan untuk berkata tidak atas perubahan, selalu berkata 'tidak'."

"Ibu, rasa takut juga selalu membuat orang-orang sulit berubah. Celakanya, kami sering sekali tidak tahu kalau hampir semua yang kami takuti hanyalah sesuatu yang bahkan tidak pernah terjadi. Kami hanya gentar oleh sesuatu yang boleh jadi ada, boleh jadi tidak. Hanya mereka-reka, lantas meguntai ketakutan itu, bahkan kami tega menciptakan sendiri rasa takut itu, menjadikannya tameng untuk tidak mau berubah."

Hal. 145
"Ibu, bagi musafir setelah melalui perjalanan jauh melelahkan, penuh sakit, sendiri, dan sesak, sebuah pemberhentian kecil selalu menjadi oase sejuk pelepas dahaga. Setelah keseharian yang penat, rutinitas yang menjemukan, sebuah kabar gembira kecil selalu selalu menjadi selingan yang menyenangkan. Juga setelah semua penderitaan, semua rasa putus-asa melewati lorong panjang nan gelap, sebuah titik cahaya, sekecil apapun nyalanya, selalu menjadi kabar baik. Janji-janji perubahan."

"Padahal, itu selalu terjadi pada kami. Pemberhentain kecil. Kabar gembira. Titik Cahaya. Setiap hari kami menemuinya. Masalahnya kami selalu lalai mengenalinya, kecuali itu benar-benar kejadian luar-biasa. Atau jangan-jangan kami terlalu bebal untuk menyadarinya, mengetahui pernak-pernik kehidupan selalu dipenuhi oleh janji perubahan."

"Ibu, kami juga lalai untuk mengerti, terkadang setelah pemberhentian kecil menyenangkan itu, justru jalananmenikung, penuh jurang dan onak telah siap menunggu. Terkadang setelah selingan yang menyenangkan itu, beban dan rutinitas menjemukan semakin menyebalkan. Terkadang setelah titik cahaya kecil itu, gelap-gulita sempurna siap mengungkung... membuat semuanya semakin terasa sesak, sakit, dan penuh putus asa."

Hal. 197
"Dalam proses kepergian, lazimnya yang pergi selalu lebih ringan dibandingkan yang ditinggalkan. Lebih ringan untuk melupakan.... Yang pergi akan menemui tempat-tempat baru, kenalan-kenalan baru, kehidupan-kehidupan baru, yang pelan tapi pasti semua itu akan mengisi dan menggantikan kenangan lama. Sementara yang ditinggalkan lazimnya tetap berkutat dengan kenangan itu lazimnya tetap berkutat dengan segala kenangan itu...."
Profile Image for Chaniago.
104 reviews16 followers
September 17, 2010
Moga Bunda Disayang Allah memberikan pemahaman kepada saya tentang makna lain dari kesetiaan. Kesetian bukanlah pasrah. Kesetiaan bukanlah diam tanpa usaha. Tapi kesetiaan adalah ketika kita merasa cukup dengan apa yang dimiliki, terus berusaha untuk berbuat baik dengan tulus ikhlas dan selalu berbagi manfaat dengan sesama.

Moga Bunda Disayang Allah mengingatkan saya pada suatu pepatah:

"Ahaoka bi iti, bi iti pounama". Artinya kecil tapi bermakna.

Semoga kita bisa menjadi manusia bermakna meski dengan hal-hal kecil yang kita lakukan. Seperti Karang yang menjadi alat perubahan bagi Melati.
Profile Image for Rin.
233 reviews28 followers
February 22, 2017
Buku ini bagus kok, sungguh. Tulisannya khas Tere Liye, enak dibaca dan ngalir.
Cuma saya adalah fan Helen Keller, dan saya rasa, kisahnya yang sudah diceritakan oleh orang yang mengalami sendiri dengan retelling itu jauh ya.
Dan menurut saya kisah hidup orang itu sacred ya, bukan fairy tale yang bebas di retelling sama siapa aja. Kehidupan orang ya cuma milik dia dan Tuhannya kan.
Saya heran aja kenapa Tere Liye berpikir untuk retell ini, seakan nggak ada ide lain. Also there's issues with copyright. Apakah penulis minta izin sama ahli waris Helen Keller buat nulis ini? Saya rasa nggak.
Buku ini bagus, cuma saya rasa nggak layak disukai.
Profile Image for Indrew ......
11 reviews1 follower
January 11, 2010
Buku yang diadaptasi dari kisah nyata...

gadis kecil buta, tuli dan bisu...mencari hakikat hidup dan cara mengenal dunia...

Astagfirullah, saya yang diberi semua kelengkapan dalam indera dan kelebihan dalam berfikir...

tetapi masih sering mengingkari nikmat-Nya.

buku yang menampar saya, membuat saya menangis..memohon ampun...
telah mempertanyakan keadilan-Nya...

belajar merasa cukup....
mengutip kata2 penulis...

"kebahagian adalah kesetiaan, setia dalam merasa cukup, setia untuk berbagi"


Profile Image for nurhafizah.
40 reviews
February 4, 2017
first time baca karya Tere Liye. MashaAllah, such a good book. recommended :) you should read weiii. tulisan yang indah, subhanallah
Profile Image for Alusmitai.
17 reviews1 follower
October 24, 2022
Membaca naskah ini ketika hari hujan adalah satu kesilapan! Ya, satu kesilapan kerana pipi ini basah bukan kerana hujan tetapi kerana air mata yg banjir mengenangkan nasib Melati. Dunia Melati gelap dan sepi. Tidak terbayang juga trauma yang dialami Karang.
….. setelah selesai bacaan, hanya satu potongan kalimah Allah yg berlegar-legar di dalam kepala saya “Nikmat tuhan manakah yang kamu dustakan?”

Profile Image for Muspitta.
53 reviews
August 31, 2013
Profile Image for Zully Azizan.
330 reviews8 followers
June 22, 2022
Aku tak tau berapa kali aku tergugu gugu menangis waktu membaca cerita ini.

Cerita ini terinspirasi dari kisah benar. Kisah yang benar benar menyentuh hati.

Malas nak ulas panjang, sebab masih mood sedu sedan.
Profile Image for Gege.
63 reviews17 followers
October 17, 2017
Mengajarkan tentang bagaimana harapan dan kesabaran dapat menembus dinding rintangan dan bagaimana sebenarnya bahwa tidak ada ketidakadilan dari Tuhan
Profile Image for Rezita  Siregar.
2 reviews
April 19, 2014
Baginya hidup hanya gelap, hitam, tanpa warna. Baginya hidup hanya senyap, kosong, tanpa suara. Adalah Melati, putri tunggal pasangan Bunda HK dan Tuan HK, keluarga terkaya dan tersohor di kotanya. Melati, siapapun yang belum mengenalnya pastilah akan menatapnya gemas, ingin sekali mencubit pipi tembamnya, tapi tidak ketika tahu bagaimana perangai Melati sejak peristiwa tiga tahun lalu itu. Melati sempurna terputus dengan dunia, tidak bisa melihat indahnya dunia apalagi mendengar sekitarnya, semua terasa gelap dan tak bersuara. Melati suka marah-marah dan sulit dikendalikan. Kebahagiaan keluarga HK seketika musnah sudah.
Tetapi Bunda tidak pantang menyerah, selalu bersimpuh di sepertiga malam di mana janji-janji itu ia percaya akan benar-benar jadi kenyataan. Suatu saat Janji-Mu pasti akan tiba. Bukankah Engkau sendiri yang menggurat kalimat itu dalam kitab suci? Sungguh! Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. (h. 38) Entah karena firasat apa, Bunda gigih sekali ingin Karang menjadi guru bagi buah hatinya, Melati. Tapi getaran itu benar-benar ada, percaya bahwa Karang mampu mewujudkan semua mimpi-mimpi bahagia itu.
Karang, pria yang sejak tiga tahun lalu bebas tadi tuduhan pembunuh. Bukan perkara tuduhan tersebut, terlebih siapapun tahu bahwa Karang tidak pernah bersalah akan meninggalnya 18 anak yang dibawanya bermain menaiki perahu ke tengah laut. Sungguh, Karang adalah pria yang tangannya lembut akan kasih sayang, pendiri belasan taman bacaan dan sangat mencintai anak-anak, terlebih anak-anak jalanan yang tak lagi memiliki orangtua. Mungkin karena begitulah nasibnya dahulu sebelum diasuh oleh ayah dan ibunya sekarang.
Tuan HK, melihat perangai Karang yang tak memiliki sopan santun, tidak memiliki tata krama yang baik, seketika tidak mengizinkan Karang untuk menjadi guru bagi Melati. Namun lagi-lagi karena firasat dan keyakinan Bunda pada Karang yang membuat Bunda tetap bertahan, terus memohon pada Tuan HK agar mengizinkannya tinggal beberapa minggu untuk menjadi guru bagi Melati.
Di dalam novel Tere Liye kali ini, banyak sekali teka-teki yang harus dipecahkan sendiri oleh para pembacanya. Sedari awal, pembaca tidak akan menemukan apa hubungan Karang dengan keluarga HK, kenapa pula Bunda bersikeras agar Karang menjadi guru bagi Melati? Hanya dengan kurun waktu 21 hari, apakah Melati akan bisa melakukan banyak hal setelah Karang mengajarinya ini itu? Sama halnya dengan judul novel ini “Moga Bunda Disayang Allah” Kalau di novel-novel lain kita bisa menebak jalan cerita lewat judulnya, maka jangan harap pada novel ini, kesesuaian judul dalam novel ini hanya akan ditemukan di akhir cerita. Namun itu tidak menjadi masalah, perjalanan Melati mengenal dunia-nya lah yang telah membuat novel ini mendapat gelar Best Seller dan diangkat ke layar kaca. Haru, geram sekaligus terhanyut.
Ada Kinasih, dokter muda yang memendam rasa pada Karang. Saling mengenal di taman bacaan yang mereka rintis sedari awal. Sejak Karang menghilang, kemudian dipertemukan takdir dengan keterbatasan yang ditakdirkan pada Melati. Bagaimana akhir kisah Karang dan Kinasih? Tentunya berakhir sesuai janji-janji itu, seperti janji-janji yang dipercaya Bunda, Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Lambat laun janji-janji itu benar-benar dirasakan oleh Karang, masa lalu yang membuatnya terpuruk bertahun-tahun, janji-janji itu benar-benar terwujud pada mereka yang mempercayainya.
Percaya soal keajaiban, buku ini membuat seluruh manusia semakin percaya bahwa Tuhan tidak pernah tidur, tidak pernah menelantarkan umatnya, tidak pernah memberikan cobaan dari batas kemampuan umatnya. Sesulit apapun masa-masa sulit, kita tetap punya Tuhan, dan Tuhan tidak pernah mengingkari janji-janjinya. Tetaplah optimis akan semua keterbatasan yang kita miliki, karena Melati saja yang tidak bisa melihat dan tidak bisa mendengar, akhirnya bisa merasakan indahnya dunia lewat semangat dan dukungan orang-orang sekitarnya.
Peresensi: Rezita Agnesia Siregar, Mahasiswa Jurusan Hukum Perdata Keluarga di IAIN Sumatera Utara
Profile Image for Latifatul Khusniyah.
2 reviews2 followers
April 24, 2013
Judul: Moga Bunda Disayang Allah
Penulis : Tere Liye
Jumlah Halaman : 247
Penerbit : Republika
Tahun Terbit : 2007

Setelah sukses dengan novelnya yang berjudul "Hafalan Shalat Delisha", kini Tere Liye kembali sukses menorehkan karyanya yang berjudul "Moga Bunda Disayang Allah". Novel ini menceritakan tentang Melati, seorang gadis kecil berusia 6 tahun yang buta, tuli, yang secara tidak langsung dia juga bisu. Cerita ini bermula ketika kening Melati terkena lemparan 'freebase' saat kelurganya sedang berlibur di sebuah pantai. Keadaan ini yang membuat Melati terputus dengan dunianya, hal ini berakibat pada psikologi Melati yang menjadi lebih tempramental.

Perjuangan Melati dimulai saat Bundanya menemukan seorang guru yang bernama Karang. Karang dalam novel ini diceritakan sebagai seorang pemuda yatimpiatu, dia merupakan seorang yang sangat menyayangi anak-anak. Dengan sentuhannya dia dapat membuat anak-anak merasa nyaman.

Tentu sulit bagi Melati untuk belajar dengan seorang yang masih berada dalam bayang-bayang masalaunya. Karang pernah mengalami sebuah kecelakaan di laut yang menewaskan 18 anak-anak dari taman bacanya termasuk Qintan murid kesayangannya. Perasaan bersalah inilah yang membuatnya menjadi benar-benar hancur. Karang menjadi seorang yang lebih senang mengurung diri dalam kamar dan menjadi pemabuk serta sering keluar malam.

Namun dengan do'a dari Bunda melati yang tak pernah berhenti dan kerja keras serta kesabaran dari Karang, Melati kembali dapat merasakan dunianya kembali. Melaui telapak tangannya Melati akhirnya dapat berkomunikasi dengan keadaan di sekitarnya. Tidak hanya Melati yang kemabali dapat merasakan dunianya, namun Karang juga dapat bangkit dari keterpurukannya.

Kelebihan : Novel ini sungguh menggugah jiwa pembacanya agar senantiasa bersyukur atas karunia yang telah di limpahkan Allah kepada kita. Tere Liye dapat menceritakan tokoh Melati, Bunda, dan Karang dengan karakter yang begitu kuat, sehgingga dalam novel ini seperti terdapat 3 tokoh utama yang mempunyai peran masing-masing.
Namun selain kelebihan di atas novel ini juga memiliki beberapa kekurangan, di antaranya:
dalam novel ini penulis menggunakan bahasa sehari-hari yang tidak baku, dan penulis dalam penggambaran tempat terjadinya cerita juga kurang di perjelas.
Profile Image for Shadiq.
55 reviews1 follower
March 20, 2024
Wah, Karya Tere Liye ternyata emang nagih ya..hehehe. Tetap seperti 2 buku Tere Liye yang saya baca sebelumnya, sangat menguras emosi, bisa bikin melek sampe larut sambil menatap langit-langit kamar dan begitu terasa hidup apalagi untuk karya yang ini diambil dan terinspirasi dari kisah nyata Hellen Keller seorang wanita buta dan tuli yang menjadi penulis, aktivis dunia dan dosen yang banyak melakukan hal-hal luar biasa dibandingkan orang-orang normal pada umumnya.

Diawali perasaan yang engap langsung kebawa kesuasana yang kalo kamu menarik nafas dalam-dalam tapi oksigen yang kehirup begitu sedikit, gelap, sunyi, kosong dan seperti ketiadaan batas kapan akan berakhirnya bahkan rasanya sudah mendekati pada titik keputusasaan yang akut karena seperti tiada setitik pun cahaya harapan itu akan hadir. Begitu menyakitkan. Rendah, pada titik terendah yang terus mengubur dan melunturkan setiap kali harapan itu dibangun. Tembok. Buntu. Tidak ada celah sama sekali. Coba kamu bayangkan, otakmu seakan dipaksa berhenti bekerja, tidak ada jalan keluarnya. Mungkin bagi orang yang berhenti ber-ikhtiar ia akan hidup penuh dengan perasaan mengutuk, mencaci maki dan menuntut ddengan berjuta kekecewaan sekaligus penyesalan yang juga tiada henti dan akhirnya. Kegilaan yang luar biasa.
Namun tidak yang dilakukan oleh Bunda Melati yang selalu yakin dengan harapan itu, penerimaan, mengubah apa yang ia bisa lakukan dan sisa yang tak bisa diubah ia serahkan pada-Nya karena itulah kekuasaan-Nya. Akhirnya jawaban setiap kesusahan ada kemudahan pun ia temukan. Cahaya harapan itu setitik demi setitik perlahan menyatu, awalnya pudar dan akhirnya berkilau cerah dan terang. Sesak di dada perlahan berkurang, oksigen itu perlahan penuh mengisi paru-paru pada setiap tarikan nafasnya. Tangis itu beriring senyum bahagia. Air mata bahagia yang lama dirindukan itupun menetes. Haahhh...Saya begitu terhanyut, hanyut dan terbenam sekali ketika membaca setiap paragraf pada buku ini. Senyum, menangis, bahagia, tertawa dan sedih keluar alami begitu saja. ^_^

Konsep penerimaan yang luar biasa terasa begitu dekat, optimistis yang menembus batasannya menurutku, itulah kenapa Tuhan melarang berputus asa dari setiap rahmat-Nya, ada jawabannya diujung setiap usahamu. Cahaya itu akan datang. Konsep penyatuan dan keterhubungan semesta itu berpadu dan menyatu serta mengkristal menangkap gelombang frekuensi yang di doakan berpilin menuju singgasanaNya, menyajikan menu dari bentuk penghambaan yang murni untuk dirahmati oleh-Nya. Apa yang tidak mungkin bagin-Nya ^_^

Pada akhirnya, kesejatian akan makna kehidupan pun ia temukan. Bentuk keadilan-Nya tidak dapat dimengerti oleh hamba yang selalu mempertanyakan, yang terlalu bodoh untuk mengerti, apalagi mengaku-ngaku tau maksud-Nya sendiri. Ahhh...begitu lemah untuk memahami jalan dan pilihan-Nya.

Terima kasih Tere Liye, anda selalu berhasil mengaduk emosi, menyuguhkan kisah untuk menjadi refleksi rasional dunia dan semesta. Menunduk untuk merenungkannya. ^_^

Kutipan:
"Hal yang paling menyakitkan di dunia bukanlah ketika orang lain ramai menyalahkan diri kalian. Tetapi saat kalian menyalahkan diri sendiri..."
"Dua puluh tahun dari sekarang, kita akan lebih menyesal atas hal-hal yang tidak pernah kita lakukan, bukan atas hal-hal yang pernah kita lakukan meski itu sebuah kesalahan…”
"Hidup ini paradoks, Tuan...Terkadang paradoks itu lucu sekali, terkadang paradoks itu amat menjijikkan. Tapi lebih banyak lagi paradoks itu sama sekali tidak bisa kita mengerti..."
"Tahukah Tuan hal yang paling menyedihkan di dunia ini? Bukan! Bukan seseorang yang cacat, memiliki keterbatasan fisik, bukan itu! Melainkan seseorang yang sehat, normal, sesempurna fisiknya, tapi justru memiliki keterbatasan akal pikiran. Bebal. Bodoh.”
"Satu hari lagi berlalu-tidak perduli kita suka atau tidak dengan hari itu"
"Ibu, rasa nyaman selalu membuat orang-orang sulit berubah. Celakanya, kami sering kali tidak tahu kalau kami sudah terjebak oleh perasaan nyaman itu... Padahal di luar sana, di tengah hujan deras, petir, guntur, janji kehidupan yang lebih baik boleh jadi sedang menanti. Kami justru tetap bertahan di pondok reot dengan atap rumbia yang tampias di mana-mana, merasa nyaman, selalu mencari alasan untuk berkata tidak atas perubahan, selalu berkata 'tidak'..."
"Ibu, rasa takut juga selalu membuat orang-orang sulit berubah. Celakanya, kami sering kali tidak tahu kalau hampir semua yang kami takuti hanyalah sesuatu yang bahkan tidak pernah terjadi... Kami hanya gentar oleh sesuatu yang boleh jadi ada, boleh jadi tidak. Hanya mereka-reka, lantas menguntai ketakutan itu, bahkan kami tega menciptakan sendiri rasa takut itu, menjadikannya tameng untuk tidak mau berubah.”
"Begitulah kehidupan ini, kau tidak pernah berhak bertanya atas takdir. Kita mengenal kehidupan, kebebasan memilih, kebebasan berkeinginan, diajarkan langsung oleh-Nya, tapi ironisnya justru tidak ada kata kebebasan, tidak ada kesempatan memilih dengan takdir milik-Nya. Kau tidak berhak protes. Tidak sama sekali..."
"Setiap kali kau protes, maka seseorang akan mengingatkan bahwa Tuhan Maha Adil...Ya, Maha adil. Karena kita terlalu bebal, maka kitalah yang tidak tahu di mana letak keadilan-Nya, tidak tahu apa maksud-Nya...Kalau kita tidak pernah mengerti, itu jelas karena kita terlalu tolol, bukan berarti tidak adil. Tuhan selalu benar..."
“Benarlah. Jika kalian sedang bersedih, jika kalian sedang terpagut masa lalu menyakitkan, penuh penyesalah seumur hidup, salah satu obatnya adalah dengan menyadari masih banyak orang lain yang lebih sedih dan mengalami kejadian lebih menyakitkan dibandingkan kalian. Masih banyak orang lain yang tidak lebih beruntung dibandingkan kita. Itu akan memberikan pengertian bahwa hidup ini belum berakhir. Itu akan membuat kita selalu meyakini : setiap makhluk berhak atas satu harapan.”
“Tapi tahukah kalian, ada yang bisa membuat kalian bertingkah lebih kelakuan seorang ‘pemabuk’: berpikir. Proses berpikir yang hebat, apa yang kalian pikirkan tak kunjung menemukan kesimpulan.”
"Janji kehidupan yang lebih baik selalu tergenggam di tangan kanak-kanak"
“Gadis kecil itu benar sekali.. mengapa dunia diciptakan dengan penuh perbedaan. Yang satu dilebihkan dari yang lain... ada yang bisa melihat. Bisa mendengar, ada juga yang tidak. Ada yang cerdas, ada yang tidak. Apakah semua itu adil? Apakah takdir itu adil? Padahal bukankah semua pembeda itu hanyalah semu. Tidak hakiki. Ketika sang waktu menghabisi segalanya, bukankah semua manusia sama...”
"Ada yang utuh memiliki seluruh panca inderanya, tapi tak sekejap pun peduli dan bersyukur."
“Mengapa manusia bangga sekali dengan perbedaan. Kasta. Kemuliaan. Yang 1 lebih hebat, lebih dihargai, lebih segalanya, sementara yang lain tidak..”
"Apakah hidup ini adil? Ya, hidup ini selalu adil. Kamilah yg terlalu bebal, terlalu bodoh untuk mengerti.”
"Terima kasih ya Allah! Terima kasih.. Mungkin kami tidak akan pernah mengerti dimana letak keadilan-Mu dalam hidup. Karena mungkin kami terlalu bebal untuk mengerti. Terlalu ‘bodoh’. Tapi kami tahu satu hal, malam ini kami meyakini satu hal, Engkau sungguh bermurah hati.. Engkau sungguh pemurah.. atas segala hidup dan kehidupan."
Profile Image for Qayiem Razali.
886 reviews84 followers
November 19, 2020
[138-2020]

#MogaBondaDisayangAllah #TereLiye

Gitulah tengah hujan dekat luar rumah, baca pula novel Tere Liye ini, mencurah-curah air mata turun. 😂😂😂 Tak boleh tahan betul dengan cerita Bonda dan Melati.

Tak siapa menginginkan anak yang dilahirkan cacat. Lebih malang, bila kecacatan itu terjadi secara tidak sengaja. Bonda berusaha memastikan Melati sembuh. Namun usahanya hampa, sehinggalah dia mengenal Karang, lelaki yang penuh misteri. Benarkah Karang mampu menyembuhkan Melati?

Aduh, 'banjir' saya setiap kali tiba babak Bonda dan Melati. Tabahnya dia melayan tingkah si anak. Paling terkesan semestinya saat Melati mengenal hujan, yang membawa dia mengenal dunia yang sebenar. Kesimpulannya, buat pembaca yang menginginkan kelainan, novel Moga Bonda Disayang Allah ini antara karya yang boleh dipilih. Saya tak pasti di mana boleh dapatkan lagi naskhah ini memandangkan novel ini tidak sengaja dibeli semasa BBW sale baru-baru ini.
Profile Image for Zahwa az-Zahra.
131 reviews21 followers
October 13, 2010
mungkin agak sulit kalau harus mendeskripsikan tentang bagaimana bunda memandikan melati, menggantikan bajunya, dan hal-hal yang terlihat remeh temeh tapi penting. tapi kekurangan itu yang membuat saya agak-agak sulit menyatu dengan cerita ini. hoho..

saya juga agak bingung dengan si Karang. agak2 ngerasa kontradiksi aja antara semangatnya bersama anak-anak dengan hobi minum2-nya. saya pikir setelah tinggal di rumah bunda dia udah gak minum2 lagi..

ini novel tere yang ketiga yang saya baca. secara penulisan kelihatan banget kalo masih agak2 kasar. bukunya udah lama terbit juga kan yaa? (saya aja yang kuper, baru baca sekarang :p). tapi ada sesuatu yang khas yang saya suka dari gaya tere bercerita. mengalir. dan pintar membuat hubungan antar tokoh. akhirnya saya benar-benar larut dalam buku ini meski baru berasa hampir di akhir cerita. tapi tetap keren lah..
Profile Image for Lya Herlyanti.
1 review
February 10, 2012
Wow,
ini adalah buku pertama dari Tere Liye (Darwis) yang saya baca. Itupun karena rekomendasi seorang teman yang juga kesengsem sama buku+sinetron di SCT* yang diangkat dari novel beliau ini (yang awalnya saya kira perempuan, maaf :D).

Penokohannya per karakter benar-benar terasa! That's two thumbs up! Sepertinya beliau memang pendongeng seperti Karang. Suddenly I love that name.
Pemilihan nama per karakter sangat cocok. Keputusan untuk tetap tidak me"reveal" nama Tuan HK + Ibu Gendut juga mantap. Entah kenapa membuat saya membayangkan film bersetting China ala Jet Li :).

In short, I enjoy reading this book!
Thank you untuk mengajak ku (kami) untuk menyelami kehidupan yang lain + mengajak untuk lebih bersyukur (walau mungkin Anda tidak bermaksud seperti menggurui). Keep writing, Pak!
Profile Image for Shorih Kholid.
15 reviews4 followers
November 13, 2012
Meskipun penggemar buku2 Tere Liye, awalnya saya tak tertarik sama sekali dengan buku ini. COvernya seakan menggambarkan isi bukunya adalah untuk anak-anak. Ya, saya berpikir ceritanya memang ditujukan untuk anak-anak. Pas ada pameran buku, dan kebetulan sedang diskon, saya pikir tak ada salahnya membeli buku tersebut. Apalagi keuangan sedang sehat.

Ternyata, isinya juga luar biasa. Saya belajar banyak untuk memahami anak-anak yang punya kebutuhan khusu. Sya juga belajar untuk menghargai seseorang yang dari luarnya terlihat tidak baik--seperti yang ditampakkan oleh tokoh Karang. Ia kuat dan tegar, sekuat karang. Ia punya keistimewaan dan kemampuan berbeda yang tak dimiliki oleh banyak orang.

Tere Liye telah memberikan pelajaran berbeda lewat buku "Moga Bunda Disayang Allah". Saran saya, kalau diterbitkan ulang, covernya dibuat lebih elegan dan menarik. OK.
Profile Image for Tenink EndangMart.
67 reviews7 followers
December 17, 2009
Tokoh Karang emosi nya kuat sekali...
Karang dan Melati pada dasarnya mereka menghadapi masalah yang sama.

Satu hal yang pasti : segala sesuatu nya akan menjadi mudah kala Allah telah menunjukan jalanNya... dan tentu itu bukanlah suatu perkara yang sulit bagiNya apabila Dia menhendakiNya...

Seperti hal nya saat Melati mulai mengerti apa arti "air" ketika telapak tangannya menyentuh percikan air mancur dan hujan, dan pada saat yang sama Karang mulai memahami bagaimana cara mengajari Melati berkomunikasi dengan dunia luar.

Satu lagi buku yang mengajarkan bahwa jangan pernah berhenti untuk bermimpi karena mimpi dan harapan adalah hak setiap anak manusia... :-)
Displaying 1 - 30 of 456 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.