Quando Joan e Bob decidem acolher em sua casa um rapazinho que lhes bate à porta, mal sabem eles os sarilhos em que se vão meter. Roger é à primeira vista um rapaz igual aos outros, apenas com uma ligeira diferença: está convencido de que outrora foi um rato, ou pior, uma ratazana. Em pouco tempo, espalha-se a notícia de que há um rapaz-ratazana a viver na cidade e aí... bem, aí é que Roger estará mesmo em maus lençóis! Se quiseres descobrir se Roger foi mesmo um rato, então não percas este livro e diverte-te com as suas aventuras hilariantes.
Sir Philip Nicholas Outram Pullman is an English writer. His books include the fantasy trilogy His Dark Materials and The Good Man Jesus and the Scoundrel Christ, a fictionalised biography of Jesus. In 2008, The Times named Pullman one of the "50 greatest British writers since 1945". In a 2004 BBC poll, he was named the eleventh most influential person in British culture. He was knighted in the 2019 New Year Honours for services to literature. Northern Lights, the first volume in His Dark Materials, won the 1995 Carnegie Medal of the Library Association as the year's outstanding English-language children's book. For the Carnegie's 70th anniversary, it was named in the top ten by a panel tasked with compiling a shortlist for a public vote for an all-time favourite. It won that public vote and was named all-time "Carnegie of Carnegies" in June 2007. It was filmed under the book's US title, The Golden Compass. In 2003, His Dark Materials trilogy ranked third in the BBC's The Big Read, a poll of 200 top novels voted by the British public.
Recently, I have been reading a book called Daemon Voices by Philip Pullman. It is a collection of essays about storytelling. In Daemon Voices, Pullman quotes from I Was A Rat so here I am.
Yes, Philip Pullman is a genius.
One quiet evening, Bob and Joan are relaxing when they hear a knock at the door. Standing on their stoop is a little boy who keeps saying, “I was a rat.” They name him Roger. Where did this little boy come from? And how will his path unfold?
I Was A Rat is a fairytale, but it also weaves in a relationship with the local newspaper. The ending had a very nice little twist that I didn’t see coming.
This is a short read – about 2 hours if you are really focused.
When I read this, I really had a mind for the actual writing. Pullman knows how to craft a story, move the soul. How does he do it?
Take, for example, this passage. Roger knocks at the door. How would you write about knocking at the door?
This is what Pullman wrote:
There came a knock at the door. Bob looked up with a lump. “Was that someone knocking?” he said. “What’s the time?” Bob lit a candle and went through the dark cobbler’s shop to unlock the front door.
In another passage, Pullman makes the scene very cozy: They made up a bed in the spare room, and Joan took his clothes down to wash.
Additionally, Pullman weaves in some humor. The narrator did an amazing job. Roger’s voice had a rat like quality to it. Bob also had some very strong opinions, and I felt like I knew these characters.
This is a wonderful exploration of the dangers of the press and its bias. Pullman integrates sections from The Daily Scrouge into the narrative which is HUGELY biased against Roger (the rat) and helps kids to see how newspapers always have an agenda when they print a story.
"… Cerek bersiul, jadi Joan membuatkan teh untuk mereka semua, Bob memanggang keju, dan mereka semua duduk nyaman di sekitar tungku. Dunia di luar adalah tempat yang sulit, tapi keju panggang dan cinta serta karya seni cukup untuk membuat mereka aman."
Pria tua itu menutup buku di pangkuannya. Ia bersandar di kursinya yang berbantalan empuk, dan memandangi cucu-cucunya yang duduk diatas permadani dihadapannya sambil tersenyum. Mereka menatap sang kakek dengan kagum.
"Bagus sekali ceritanya, kakek," seru Nora, cucu perempuannya yang paling tua. "Aku suka sekali dengan bagian dimana putri Aurelia menyelamatkan si bocah tikus," ia melanjutkan sambil membenahi pita putih besar yang tersemat dirambutnya. "Aku akan menjadi seanggun dia bila besar nanti."
"Aku suka pada bagian dimana si bocah tikus membuat keonaran di sekolah. Itu lucu sekali!" Michael, adik Nora tertawa tergelak. "Kadang-kadang aku merasa si bocah tikus itu mirip sekali denganku. Aku suka mengunyah pensilku tanpa sadar. Yah, kalau pelajaran aritmatikanya susah sekali.. Rasanya cukup menyenangkan mengunyah sesuatu sambil berpikir.."
Michael terdiam saat menyadari pandangan Nora yang tertuju padanya. Nora menatapnya jijik, "kau bisa sakit perut, tahu. Pensil itu kan kotor. Banyak bakterinya. Setidaknya itulah yang aku pelajari di kelas Ms. Anabelle disekolah. Bak-te-ri," Nora mengucapkan kata 'bakteri' itu dengan nada puas. Seolah-olah ia menjadi begitu terpelajar karena mampu mengucapkan kata itu dengan tepat.
"Ya, kan kalau pelajarannya susah saja.." Michael merajuk.
"Jangan terlalu sering. Kakakmu benar, kau bisa sakit nanti kalau terlalu sering mengunyah pensil. Padahal kan ibumu selalu membawakan biskuit manis untuk camilan makan siangmu," kakeknya menggoda. Michael tersenyum.
"Kakek, apa yang terjadi dengan putri Aurelia kemudian? Namanya sama dengan sang ratu, ya? Nama pangeran di dalam cerita itu juga sama dengan nama sang raja.." tanya Nora kemudian.
"Yah, seperti juga sang ratu dan sang raja, putri Aurelia dan pangeran Richard menjadi raja dan ratu yang bijaksana. Yang dicintai rakyatnya," kakeknya menjawab.
"Apa yang terjadi dengan Mr. Tapscrew?" tanya Michael penasaran.
"Bisnis pasar malamnya bangkrut. Ia akhirnya memutuskan untuk membuka toko kelontong di pasar," jawab kakek.
"Tidak mungkin! Aku tahu seorang pemilik toko kelontong di pasar yang namanya juga Mr. Tapscrew! Apakah mereka orang yang sama?" mata Nora membelalak terkejut. Dan penasaran.
"Mungkin saja. Kita kan tidak pernah tahu," kakeknya tersenyum simpul.
"Lalu apa yang terjadi dengan Billy selanjutnya?" tanya Michael lagi.
"Billy diangkat anak oleh Earl dan Countess Ditchwater. Billy sebenarnya anak yang pintar, kau tahu. Dan pasangan Ditchwater juga tahu mengenai hal itu. Mereka mendidiknya dengan baik sehingga beberapa tahun kemudian Billy menyelesaikan pendidikannya di akademi kepolisian dengan nilai memuaskan. Dan mungkin, beberapa tahun setelahnya ia akan menjadi kepala polisi di kota tersebut," kakek menjelaskan dengan panjang lebar.
"Billy? Pasangan Ditchwater? Aneh sekali.. Pagi ini aku melihat poster yang tertempel di papan pengumuman kota, bahwa walikota akan melantik kepala polisi yang baru. Dan namanya adalah.. Billy Ditchwater!" kali ini Nora tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Lalu apa yang terjadi pada si bocah tikus? Kakek, cepat ceritakan pada kami!"
"Si bocah tikus hidup dengan bahagia. Ia menjadi seorang pembuat sepatu yang handal. Memiliki toko yang bagus di pasar. Tak lama kemudian ia menemukan wanita yang dicintainya. Setelah menikah, ia memiliki tiga orang anak," kakek menjawab sambil tersenyum.
"Aku merasa ada yang aneh dengan cerita ini, kakek. Si bocah tikus bernama Roger, dan orang tua yang mengangkatnya bernama Bob dan Joan. Itu kan.." kalimat Nora menggantung di udara. Pintu ruang belajar dibuka dari luar.
"Halo, apa yang sedang kalian lakukan disini?"
"Ayah! Ayah sudah pulang? Kakek baru saja selesai menceritakan kisah tentang si bocah tikus'" Michael menghambur ke pelukan ayahnya. Ayahnya tersenyum dan bergabung bersama mereka.
Kemudian masuklah ibu mereka, Marie, sambil menggendong Andrew, si kecil yang baru berusia 8 bulan, "Makan malam sudah siap. Kalian tidak lapar?"
Marie tersenyum. Ia meletakkan Andrew di pangkuan sang ayah. Sang ayah tersenyum sambil memain-mainkan mobil-mobilan kayu di hadapan Andrew.
"Nora, Michael, bereskan dulu buku-buku dan puzzle ini. Jangan meninggalkan ruangan dalam keadaan berantakan," Marie menutup tirai di jendela besar ruang belajar. Di luar sana hari mulai gelap. Anak-anak membereskan mainan mereka, kemudian pergi ke ruang makan.
"Bagaimana keadaan toko hari ini?" tanya kakek.
"Baik-baik saja. Hari ini sama sekali tidak ada masalah. Serena Wartington kembali lagi dua kali dalam sehari untuk mencoba sepatu berkudanya. Putri kecil itu terlihat begitu tidak sabaran," ayah tersenyum sambil mengingat hal itu.
"Ayolah bapak-bapak, makan malam sudah siap. Nanti keburu dingin," Marie memotong pembicaraan mereka. "Astaga Andrew! Berhenti menggerogoti mobil-mobilan malang itu!" Marie merebut mobil-mobilan yang sedang digigiti oleh Andrew. Bayi kecil itu menangis dan berusaha menggapainya. Marie menggendongnya dan membawanya ke ruang makan.
Kakek tersenyum pada ayah, lalu berkata, "ternyata anak-anak lelakimu menuruni kebiasaan burukmu waktu kecil, Roger. Bagaimana cara menghilangkannya?"
"Akan hilang sendiri, ayah. Jangan khawatir."
Mereka berdua menutup pintu ruang belajar, kemudian menuju ruang makan.
یک راحت خوان سریع و السیر توسط پولمن که مثل خیلی از کتابهای این نویسنده خوبِ گمانهزن برای رده سنی 9-12 سال هستش البته لایههای پنهان درونِ داستان و طنزش، برای سنین بالاتر قابل لمس هستش. در دنیا اگر با بقیه فرق کنی ممکنه بلاهای زیادی سرت بیاد حتی اگر روحت هم خبر نداشته که چرا و این یه واقعیتیه که نمیشه کتمان کرد. برام جالب بود که به جز راجر و پدر و مادر خوندهاش و یه ملکه خوب ما هیچ شخصیت خوب دیگهای در داستان نداریم، انگار همه آدمها و نهادهای جامعه تابع شرارت وجودشون هستن و این یه جورهایی نگاه تلخ پولمن به دنیای اطراف ماست.
This is such a great read, and a great read-aloud. Pullman is such a skilled storyteller — just the right combination of dark and light, heart-aches and comfort, advanture and mystery, and of course, a final, satisfying solution. The language just flows and it made me wonder how some people GET the cadence of language and put it down on paper so effortlessly (seemingly, of course) to create their own unique brand of tones, and yet others simply cannot make words and sentences do their bidding.
Dulu aku tikus, kata Roger. Tinggal di gorong-gorong dekat pasar. Senang menggerogot. Dulu aku tikus, dan hei itu Mary Jane... *tunjuk Roger ke foto cewek di koran*
Widihhh, pasti Roger ini adalah Peter Parker yang kepalanya kebentur... *pikirku* Atauuu Roger ini, Peter Parker yang kalah bertarung dengan Voldemort jadinya dikutuk jadi tikus... Lagian kok kenal Mary Jane? *ngebayangin Kristen Dunst*
Ternyata bukan begitu sodara-sodara, si Roger ini beneran tikus, atau anak laki-laki yang ngaku-ngaku dulu tikus... atau bisa juga dia anak laki-laki yang agak terganggu mentalnya dan lagi ngehayal jadi tikus...
Karena kan ngehayal itu enak... Dulu aku pernah ngehayal jadi ikan. Bukan berarti aku keganggu mentalnya, walo sebenernya agak ragu juga sih... :D Uhuk jadi ingat cerita masa kecil waktu ama pacar... Aku sama dia punya kesamaan yang demen banget masuk ke dalam bak kamar mandi. Eh bukaaan, bukan maksudnya kami masuk ke bak kamar mandi berduaan... :P Jadi dulu kamar mandiku itu bak airnya gede banget. Dan tiap sebelum dikuras, aku dan adik aku masuk kesitu, berenang-renang berlagak kayak ikan... malah kadang kakinya dikecipukin biar mirip putri duyung. ;D Trus kalo di rumah lagi gak ada orang, aku kalo mandi, masuk ke bak itu, keramas di situ, berenang-renang kayak ikan... lebih mirip ikan sapu-sapu sih, soalnya diem ngeterem karena gak bisa berenang.... dan pas ibuku pulang liat bak air jadi keruh, yeah terpaksa aku masuk kamar dengan tersedu-sedu karena kuping merah kena jewer. Dan obsesiku jadi ikan tinggal kenangan...
Nah si Roger ini bisa aja juga begitu kan? Masuk gorong-gorong, makanin pensil, makanin kentang busuk, dan lain-lain. Kayaknya seru tuh ngehayal jadi tikus... Yeah tapi sayangnya Roger bukan anak laki-laki bermental terganggu. Bukan juga lagi ngehayal. Kok bisa? Yaaah kan dari awal baca sudah ketebak kok, pas dia nunjuk Mary Jane... Dia ituuu..... Peter Parker??? *geleng* Dia ituuu.....Voldemort??? *geleng* Ah baca aja sendiri lahhhh....
Ingat aja 3 hal: 1. Jadi manusia jangan egois, kita hidup gak sendirian, berbagi bumi dengan makhluk lain. Kalau gak mau diganggu mereka, maka lakukanlah sebaliknya. *Haduh inget kucing yang lagi ngeong2 dikurung bokap gara2 bandel* 2. Jangan percaya desas-desus di koran. Serius deh. Dulu aku pernah tuh kemakan majalah lokal, bilang Christina Aguilera ngehina Britney Spears gara2 dia ngerasa lebih bagus suaranya tapi kok yang tenar malah Britney, untungnya punya tv kabel, pas hari itu ngeliat Britney ama Christina pelukan dan bersorak sorai gara2 udah lama gak ketemu. Langsung deh stop langganan tuh majalan lokal. Pret dah cuih... 3. Perlakukan yang berbeda dari kalian dengan kasih sayang, jangan dengan cercaan. Kasihan kan udah dia berbeda malah makin dibedain, kalo bukan kita siapa lagi yang ngebesarin hatinya? masa tikuusss? Gak malu dikalahin ama tikus?
Yang terpenting itu bukan menjadi apa dirimu, tetapi apa yang telah kaulakukan...
*gigit jari sambil mikirin cara ngeluarin Luna dan Nero tanpa sepengetahuan Bokap*
Dear God... I am human, yet I hate human. :"(((((((
Pengen baca ini udah lamaaaaa sekali. Pengen punya buku ini dari lamaaaaaa sekali. Terjemahan versi Gramednya udah susah dicari, bahkan yang bekas sekalipun. Akhirnya nemu ini di perpus deket kosan yang aduhai banget emang koleksinya ya Allah kapan batu api bangkrutnya ya Allah...
Saya kira ceritanya akan basi karena ini buku lama, akan tidak sebagus yang saya kira karena saya punya ekspektasi tinggi. Tapi ternyata...... hhhhhhh dari dulu sampe sekarang manusia emang ngeselin, dan media emang syampah.
Entah karena memang related dengan keadaan saat ini atau gimana, saya ngerasa hhhhhh banget baca ini. Philip Pullman menggambarkan manusia dan dunia ini dengan tepat (?!), walaupun caranya kasar sekali. Seakan most of human itu punya benih-benih kejam (dengan berat saya akui bahwasannya saya ngulang berulang kali dengan penuh kepuasan hati adegan Joffrey, Ramsay, Walder Frey, dan Littlefinger mati), rakus, tamak, gila popularitas (plis, followers itu penting!), cinta kekuasaan, sok pinter, egois, jenis terburuk dari manusia. Media yang syialan banget menggiring opini publik, aparat yang bhangsyat banget sama masyarakat kecil, sistem hukum yang bikin pengen balik ke jaman batu aja, dunia yang sedemikian buruknya sampe bikin saya agak mikir-mikir lagi kalo mau punya anak (banyakin miara kucing sama anjing aja apa yhaa T_T). Dan saya tersentak menyadari itu dari buku cerita anak-anak setebal 250 halaman.
Sukaa! In a sad way, actually. Ide ceritanya bagus, POV yang tidak biasa dari cerita klasik paling terkenal, bahasanya enak dibaca; khas anak anak banget, fontnya bikin seger mata, entah pesan moral atau apa yang coba dihadirkan penulis, tapi saya banyak terpelatuk hati dan pikiran baca ini. Halah. Menyadari saya belum bisa seterbuka dan sebaik hati dan sesabar itu (kayaknya kalo ketemu Roger saya juga bakalan bilang dia anak nakal), belum bisa pinter baca tulisan media, masih suka menghakimi tapi ga sadar diri. Hhhhhhhhhh jadi tikus aja apa yha...*
A very funny look at a sidebar to the Cinderella story, blending in elements of Pinocchio. Pullman has written a primer for how pomposity, ego, greed and self interest can callously crush innocence, as well as how a the right combinations of good hearts can triumph.
De vez em quando precisamos que nos relembrem coisas simples. Como o facto de ser demasiado fácil julgar alguém pela aparência. No entanto, neste livro, o julgamento é feito no inverso: a aparência é a correcta, mas será que por dentro está tudo bem?
Mais uma vez, Philip Pullman a fazer uma análise bastante acutilante da sociedade, em formato juvenil ;)
Com a verdade me enganas, esta é a frase que resume este livro, um conto pequenino, mas tao cheio de verdade, onde os olhos só veem o que querem ver e as mentiras são mais fáceis de aceitar do que a verdade de um rapazinho já ter sido um rato. Uma história tao gira e cheia de duplos sentidos, que só alguém como Philip Pullman poderia escrever. Recomendo
"Siapa namamu?" "tidak punya nama." "wah, semua orang punya nama, aku Bob, ini Joan dan itu nama kami, kau mengerti? pastinya kau punya nama kan?" "sudah hilang. sudah lupa. Dulu aku tikus", kata anak laki-laki itu, seakan kata-kata itu menjelaskan segalanya.
meski sudah (merasa) cukup berpengalaman dalam membaca buku-buku anak karangan Philip Pullman, tak urung di awal-awal sempat saya menerka-nerka kejutan macam apa yang akan disuguhkan oleh Mr.Pullman. Masa iya, anak laki-laki tersebut dulunya tikus.. Seperti biasa, saya selalu menyukai cara Pullman mendongeng.
Ia tak tahu kemana akan pergi. Ia tak ingat jalan kembali ke gudang bawah tanah. bahkan jika ia ingat, ia tak berani lagi pergi kesana. Seluruh dunianya bagai tersapu rasa bersalah dan kesengsaraan. ia ingin jadi anak baik, namun tampaknya apapun yang dilakukannya menjadikannya anak nakal.
Anak itu hanyalah anak kecil biasa yang sedang bingung, sejak mengalami perubahan yang luar biasa, terlalu banyak hal-hal yang membuatnya kesulitan. Padahal ia hanya butuh penyesuaian yang tepat. Sementara dunia yang dihadapinya seperti sulit menerima dirinya beserta segala keanehannya.
"Tidak maukah kau menjadi putri, Mary Jane?" "yah, tadinya aku mau. Aku ingin sekali, aku berharap sepenuh hati. Tapi sekarang aku tak yakin. Aku takut aku telah melakukan kesalahan, Roger. Mungkin lebih baik jika aku tetap menjadi Mary Jane, menurutku, yang terpenting bukanlah apa dirimu, tapi apa yang kau lakukan. Kurasa mereka hanya inginkan aku menjadi putri dan tidak melakukan apa-apa. Itulah masalahnya".
Bagaimana jika suatu saat keinginan kita terkabul, namun ternyata memberikan pengaruh yang tidak kita inginkan kepada orang lain? atau malah ternyata keadaan menjadi tidak sesuai dengan yang kita inginkan?
Mr. Pullman mengambil ide cerita dari dongeng yang pernah ada, dan meramunya dengan imajinasi yang lucu, getir tapi sangat nyata. Kejadian yang dituangkan sepenuhnya ajaib, tapi suasananya realistis. Dunia yang digambarkan adalah dunia saat ini, dimana manusia cenderung enggan untuk berfikir sederhana dan membuat segalanya menjadi rumit, padahal sebenarnya masalah yang dihadapi memang sangat sederhana.
Ah...sudahlah..tak mau saya berpanjang-panjang kata, cuma satu saja yang mau saya katakan tentang Philip Pulman.
He's totally a genius!
Cerek bersiul, jadi Joan membuatkan teh untuk semua, bob memanggang keju, dan mereka semua duduk nyaman di sekitar tungku. Dunia diluar adalah tempat yang sulit, tapi keju panggang, cinta dan karya seni cukup untuk membuat mereka aman
This is my 2nd Book Review: I Was a Rat By: Philip Pullman
This is an intelligently written story by Philip Pullman, about a young boy who was once a 'Rat' and part of the fairy-tale of Cinderella's big night out at the ball. He was magically changed into a boy the night of the ball and was suppose to escort Cinderella to the ball and wait by the pumpkin/carriage and pull down the step for Cinderella before midnight struck. However the boy got up to mischief with The Palace page boys, playing football and sneaking around the kitchen. When the other boys got told to go to bed, the young rat/boy was left outside and when he looked for the carriage it had already gone as it was past midnight, Thus this rat/boy missed out on turning back into a full-time rat. He was now left all alone is a strange city, with no name, no manners or any idea how old he was.
The young boy turns up at an old woman and old man's home who go by the name of Bob and Joan, they always wanted a child but unfortunately never had any of their own, so to them when a young orphan boy turned up at their home they eagerly took him in and started asking him questions about his name, age, parents etc and when they just got an answer of "I Was a Rat" from the young boy they were very confused, they took care of him and gave him the name Roger, gave him clothes and food to eat, although to Roger he was happy gnawing on wood and pencils and old rat habit that Bob and Joan thought was very strange but were never too judgemental. they took him to an orphanage, hospital, police station and eventually tried sending him to school, all of which couldn't help them figure out where this young boy came from and why he had ratty habits.
As the story continues Roger gets up to all sorts of mischief and in all sorts of trouble, he gets an analysis done on him by The Philosopher Royal, yet he is so scared of all the equipment and needles and examinations he runs away so again this little rat/boy is lost in the city. He is shunned by the local newspaper throughout the story as a "Terrifying Monster" and then he is captured by Mr Tapscrew to perform in his fairground as a "RatBoy Freak" and then another man Billy captures him and gets him to steal and "wriggle" into The Princess' Palace until eventually Roger is caught by the police and locked up.(The poor boy has been through the mill and he doesn't seem to know right from wrong or who to believe or what to act like, a Rat or a Boy) He is held in prison until a Tribunal takes place and the community decide on what to do with this "Monster" who is evoking havoc on the community, bob and Joan burst in to save Roger but realise its them against the entire town, they seek advice from no other than The Princess Aurellia or known to Roger as Mary-Jane and she know exactly who Roger or Ratty is, and thus the fairy-tale of Cinderella comes streaming back into focus about the princess and the rat and exactly what happened the night of the ball, so will Roger be saved by Princess Aurella(Cinderella)and become a national hero or be locked up forever?!
I think this story is cleverly written and will appeal to children aged 6-9 years, I like the play on words as Roger tries to learn what good boys do and don't do and why. It is an engaging story, not the most exciting book on the shelf but an interesting follow up from Cinderella, somehow I think it appeals to young boys rather than girls who would of loved Cinderella and a princess fairy-tale opposed to a Rat/Boy adventure.
I feel this book can be used as part of an English lesson, on the lessons in life and as part of carpet time, it will engage the children from start to finish. It is a short read and somewhat a different kind of story than the usual fairy-tales.
This book reminds me to a writing workshop I attended several years ago. In one session, the participants were guided to write stories by twisting existing fairy tales. Local myths and legends were recommended. many of the participants chose Cinderella as their source tale. As a result, popped up various versions of the beautiful orphan with twisted characters, twisted start, twisted family, twisted plot, twisted setting, twisted end even twisted names. Most of them put tragic comedy rather than romantic happiness as the endings.
Pullman's I was a Rat is a kind of extendedly twisted story. Although the readers are made unaware at the beginning, they are let unveil the soure of the story at the lattest phase of reading. The secret's unveiled in the end.
Aside from everything, it is anice tale to be introduced to kids for their read. There is a part of the book in which the plot is slowing down making the readers impatient or maybe bored. but don't worry, we can skip some then return to it later. The book is not as complicated as Harry Potter -- Phillip Pullman's strength is more in his fresh idea rather than his witty language.
Kemasannya memang buku anak-anak. Tapi pesan moralnya sama sekali tidak kekanakan. Di antara petualangan Roger yang lucu dan konyol, Pullman mengajak anak-anak untuk bersikap kritis pada institusi sekolah, polisi, rumah sakit, kerajaan, pemerintah, pengadilan, bahkan gereja. Dan terutama pada media, dalam hal ini surat kabar. Semua digambarkan tidak bertanggung jawab, tidak punya empati, dan mencari keuntungan sendiri.
Tapi yang paling saya suka adalah kecerdikan Pullman untuk mengaitkan kisah Roger dengan salah satu dongeng paling terkenal di seluruh dunia, Cinderella. Dengan caranya sendiri, Pullman memberi 'pencerahan' pada anak-anak bahwa tidak ada yang namanya akhir bahagia 'live happily ever after' tanpa usaha. Mengandalkan sihir dan sulap dan keajaiban ternyata belum tentu membuat hidupmu bahagia selamanya.
On SBT1 my Year 5s were studying this book for their Literacy lessons. It was fantastic as it was so versatile! They could all relate to the young boy named Roger, as he was the same age as they were. They knew how he felt when he couldn't behave at school, and understood why he just wanted to play! They found it funny and were thoroughly engaged with the story. They all needed to know what was going to happen next! We used this book for: Diary entries Newspaper articles Non-chronological reports
We also linked it to our topic of the Black Death, as Roger believed himself to be a rat.
It opened up many windows of PSHE discussion too. Is it right that the teacher was telling Roger off in such a nasty way? Why wasn't she being more understanding? Why is Mr Tapscrew so selfish? How are Bob and Joan feeling not knowing where Roger is? How is Roger feeling?
Menjadi apa diri seseorang tergantung lingkungannya
Kalau kamu dipengaruhi untuk jadi baik, semanis anak manusia, maka kamu akan berlaku sopan Kalau kamu dipengaruhi untuk menjadi seekor tikus, maka kamu akan bersifat tikus Kalau kamu dibilang bisa menggeliut, maka akan kamu lakukan
Yang menakutkan, ketika kamu tidak tahu siapa kamu, karena kamu merasa dulu adalah tikus, karena kamu jadi minder dan kamu jadi bersembunyi takut terhadap orang-orang yang sengaja sok tahu mencoba membuat opini tentang kamu
Tapi selalu ada orang-orang yang menyayangi kamu Dan membebaskan karena mereka tahu siapa sebenarnya jiwa polos dalam dirimu
endingnya bener-bener gak disangka, bahwa dia dulu adalah tikus..
Hmm, menurutku ini adalah sebuah interpretasi yang lain daripada yang lain tentang kisah klasik Cinderella yang melegenda sepanjang usia dunia. Ada tokoh si Tikus yang "tersihir" dan akhirnya menjadi anak laki-laki yang mengalami petualangan mahaseru dan super-menegangkan hingga ke batas antara hidup-dan-mati.
Meniti jalan terjal yang dilalui Roger (bocah tikus itu) sungguh menerbitkan empati yang begitu luar biasa terhadap kisah-kisah serupa yang sejatinya cukup banyak di dunia nyata. Hahaha, tentu saja, bukan tentang binatang yang berubah jadi manusia.
Really, 4.5 stars. Like with Clockwork, I Was a Rat! feels very simple, but it packs a punch. Especially in today's political climate, Pullman's commentary on the press/media felt very relevant. It always astounds me how deeply Pullman can probe at socio-cultural norms in such short stories. I think I'm still processing this one, but highly recommended read.
brief synopsis: A cobbler and his wife care for a foundling who claims he was a rat, which results in mostly negative reactions from the rest of the populace.
setting: presumably London, England
named personalities: Richard - a hunky prince Mary Jane aka Aurelia Ashington - Richard's bride Bob Jones - a cobbler Joan Jones aka Mrs Harkness - Bob's wife; a washerwoman Crispin - the saint of shoemakers Ratty aka Roger aka Subject 5463 - a little boy who was a rat; Joan considered calling him Kaspar while Bob suggested Crispin; she settled with Roger; later on, another suggested Rorano, the Rat-Boy Sophie Trend-Butcher - a brilliant 23-year-old designer Mrs Cribbin - an arithmetic teacher Bernard Brute - a member of Parliament George Hackett - head of St Lawrence's Primary School Henry - the king; a very gifted amateur philosopher Margaret - the queen Bluebottle - the Philosopher Royal's lazy, greedy, and exceptionally stupid cat Oliver 'Ollie' Tapscrew - the proprietor of one of the shows in the fair; referred to later as Stewtap, Plumbscrew, Tapstew, Thumbscrap, Screwfish Septimus Prosser - the Philosopher Royal (the king's philosophical adviser) Martha - Ollie's wife Charlie - Ollie's handyman Dorothy Plunkett - the Scourge's royal expert Charlie* Hoskins - the Joneses' neighbor; a dapper little greengrocer Eric - an acquaintance of Charlie, the greengrocer Billy - a boy with pale hair a little bigger than Roger the Dodgems - a family whose daughter Ollie has been trying to persuade to join his crew Serpentina the Snake Girl - half-snake, half-human; a lithe and sinister creature Kevin Bilge - the Scourge's star reporter Kitty Nettles - a 38-year-old mother of six Derek Pratt - a 46-year-old member of a parent group, or groups Glenda Brain - a 57-year-old Gordon Harkness - a lecturer in comparative anatomy Nancy Swillers - Ollie's pretend mermaid Fido - presumably the Italian dog who demonstrated unwavering loyalty to his dead master Rover - presumably the fictional robot dog
*I don't know if this is the same guy as with Ollie's handyman but could possibly be one and the same.
Intriguing.
"Should you a Rat to madness tease Why ev'n a Rat may plague you…" --Samuel Coleridge, "Recantation" --Plague Rats flavor text
What a delightful little book! Filled with good humor and just the right amount of intrigue, I Was a Rat! details the aftermath of the "happily ever after". When Roger isn't turned back into a rat after a Cinderella-esque plot, he's a little beside himself with what to do. How can he be human when he's only three weeks old? And people keep expecting him to act a certain way that's completely different to what he's known for his entire life.
His new foster parents don't know what to do either--there's no missing children in the kingdom, the police don't want him, the hospital doesn't want him, the school doesn't want him, and they certainly don't want to bring him to the orphanage where crying and screams can be heard from a mile away! But when Roger gets caught up in some trouble, his foster parents realize that they rather like their weird, deranged boy.
Every few chapters are intercepted by a front-page newspaper similar to that of The Sun or The Enquirer in nature. And boy, is it funny, the mob mentality, the celebrity culture, the absolute dismissal of all experts. This book is so different than what I'm used to Pullman writing about (ie: The Golden Compass), but it was fun all the same. This is great for kids who love fairy tales, humor, and want to start branching out into reading books with longer chapters.
Pirmas sakinys: Senasis Bobas su žmona Joana gyveno namelyje netoli turgaus, kur kažkada buvo jo senelio ir prosenelio namai.
Pagal istoriją knyga skirta iki 10 m. vaikams, tačiau kritiką (pavyzdžiui, bulvarinės žiniasklaidos) ir humorą tikėtina, kad atpažins tik paaugliai. Turbūt geriausias variantas, kai tėvai [kartu su vaiku] skaito pradinukui: ir vaikui istorija bus įdomi (linijinis siužetas, aiškus gėrio bei blogio atskyrimas), ir tėvai ras razinų pasakojime. Ir net minčių pagalvojimui: pavyzdžiui, kaip jaustis vaikui, kai suaugę skirtingai jį moko – vieni sako, kad vaikas turi būti žiurke (viską graužti, gąsdinti kitus) o kiti – berniuku (elgtis tvarkingai, visada sakyti ačiū).
Jeigu knyga sudomintų paauglius, ji tiktų pasitelkti medijų raštingumo ir kritinio mąstymo ugdymui.
Very funny and cute story with good themes. Shows the evil of media bias with the inclusion of newspaper clippings that hate on main character Roger. Can also get a glimpse of Philip Pullman’s mind in the way he tells his stories and the lessons he tries to emphasize. I think I’m starting to really like him as an author and person and am glad to have finally read his works.
Good kiddie-lit. Pullman seems very comfortable at this level, and doesn't talk down to his younger readers. Intelligent plot and a character to root for. Something I'll enjoy reading aloud as a bedtime tale.