Jump to ratings and reviews
Rate this book

Rumah Kopi Singa Tertawa

Rate this book
Apa yang akan kaulakukan jika tahu kapan dan bagaimana kematianmu datang, dosa lama menggetok kepala anak buta memanggilmu, novelmu segera diluncurkan sementara bentuk tubuhmu memalukan, tetanggamu selalu mengantar makanan yang tak pernah enak, orang yang kaubenci dimutilasi, terbelit Hukum Murphy, serangkaian kebetulan menyerangmu, atau terkena penyakit yang mengundang tawa?

Rumah Kopi Singa Tertawa menyodorkan pertanyaan-pertanyaan tersebut sembari mengajak pembacanya tertawa, menangis, dan ikut bersama penulisnya mengopyok berbagai khazanah kebudayaan dunia dan menjadikannya kegilaan baru.

Cerita-cerita yang ada dalam buku ini ditulis dalam kurun 1989-2011. Kecuali 'Laki-laki di Ujung Jalan', cerita yang lain pernah dimuat di media massa dalam bentuk yang sama attau sedikit berbeda. 'Tiga Laki-laki dan Seekor Anjing yang Berlari' dan 'Telur Rebus dan Kulit Kasim' ditukil dari novel Raden Mandasia si Pencuri Dagng Sapi.

P.S
Ada 18 cerita pendek di dalam kumcer ini

172 pages, Paperback

First published January 1, 2011

28 people are currently reading
774 people want to read

About the author

Yusi Avianto Pareanom

24 books184 followers
Lulusan Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pernah bekerja sebagai wartawan di majalah Forum Keadilan dan Tempo. Saat ini berkhidmat di Penerbit Banana. Selain menulis fiksi dan nonfiksi, ia juga menerjemahkan dan menyunting karya-karya penulis asing. Ia terlibat dalam karya kerjasama novel grafis Ekspedisi Kapal Borobudur: Jalur Kayu Manis dan Eendaagsche Exprestreinen.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
249 (29%)
4 stars
430 (50%)
3 stars
151 (17%)
2 stars
19 (2%)
1 star
7 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 175 reviews
Profile Image for Vinca.
219 reviews5 followers
April 12, 2012
Kata siapa buku ini bikin tertawa ??

Aku bahkan lebih banyak tercekat nya ketika membaca buku ini, bahkan tak jarang ketika sampai di akhir salah satu cerita aku merasa malu karena sudah tertawa di awal cerita tadi, bahkan ada cerita yang sampai membuatku merinding, berdebar takut dan mengernyitkan dahi.

Yusi Avianto dalam buku ini menurut ku berusaha mengajak kita melihat kejadian yang ada disekitar kita dengan cara pandang yang lain. Contohnya saja cerita pertama buku ini yang berjudul "Cara-cara Mati yang Kurang Aduhai".

Dalam cerita ini, Ia berusaha bilang kalau tak selamanya kematian itu bersifat misterius. Ada yang memang tak tahu kapan ajalnya datang, tapi ada juga yang sudah tahu kapan saatnya bakal meregang nyawa seperti para terpidana mati. Ia memulai ceritanya dengan menu terakhir yang diminta oleh seorang terpidana mati sebelum hari eksekusinya. Menu nya banyak sekali, 2 Rib eye, 1 porsi dada kalkun, 12 lembar daging babi asap,2 hamburger besar dll. Lalu dia dengan cerdas nya bisa membuat aku tertawa karena memikirkan bagaimana jika pas hari H nya, tepat sebelum eksekusi si terpidana mati ini sakit perut akibat makan terlalu banyak dan memohon izin kebelakang agar tidak mati dalam keadaan perut yang mules.

Namun setelah itu, dia membuat aku tercekat ketika menceritakan bahwa kakak kandungnya divonis mengidap kanker pankreas dan hanya bakal hidup 7 bulan lagi. Di awal aku tertawa akibat ulah si terpidana mati, dan disini aku tercekat karena memikirkan bagaimana jika salah satu anggota keluarga kita ada yang divonis seperti itu. Dua kasus ini sebenernya sama, si terpidana mati dan si kakak sudah setidaknya mengetahui kapan mereka akan mati, tapi bung Yusi mampu membuat pembaca nya melihat dari sudut pandang yang berbeda..

Dan sialnya lagi, saat aku sedang menghayati isi cerita ini dan terombang ambing diantara perasaan geli dan feeling guilty, tiba-tiba rekan satu kantorku duduk di sebelahku dan bercerita tentang materi pengajian yang barusan diikutinya yang menjelaskan tentang prosesi sakaratul maut yang berbeda-beda.. bertambahlah apa yang aku rasa saat itu.. Ngeri.
Profile Image for Donny.
Author 4 books21 followers
March 18, 2012
Kegetiran yang Menyegarkan

Humor tampaknya menjadi sesuatu yang ditinggalkan dan menjadi barang langka dalam karya sastra Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini.

Hanya segelintir penulis yang mampu melakukannya, sehingga sastra tenggelam dalam dikotomi “serius” dengan harus mengisahkan perlawanan terhadap ketidaksewenang-wenangan pada penguasa, membela yang terpinggirkan, perjuangan (misalnya Laskar Pelangi), pergulatan di dunia luar (Ayat-ayat Cinta dan Negeri 5 Menara) atau mendobrak hal-hal tabu seperti yang dulu pernah dilakukan penulis perempuan dalam label “sastra seks”.

Kalau dalam puisi, humor sudah mulai diterima seperti misalnya puisi mutakhir Joko Pinurbo. Namun sayangnya ini tidak berlaku dalam karya prosa.

Padahal tidak sepenuhnya begitu. Misbach Yusa Biran dalam Keajaiban Pasar Senen, Danarto dalam Kacapiring, cerpen-cerpen Putu Wijaya era 1980-an, cerpen Seno Gumira Ajidarma atau kini beberapa cerpen Akmal Nassery Basral mampu menawarkan komedi yang mampu menelisik dalam karya sastra. Semuanya begitu memikat. Jadi janganlah “bercanda” dalam karya sastra langsung buru-buru “divonis” sebagai bacaan pop, bukan sastra.

Salah satu contohnya adalah Rumah Kopi Singa Tertawa, kumpulan cerpen pertama Yusi Avianto Pareanom. Kumpulan cerpen mantan jurnalis Forum Keadilan dan Tempo ini jika Anda baca setidaknya mampu menawarkan formula penulisan cerpen yang pada umumnya bernuansa komedi getir yang menyegarkan.

Tengoklah cerpen “Dari Dapur Bu Sewon” (hlm 124). Cerpen ini mengisahkan Bu Sewon, pemilik rumah kontrakan yang baik hati. Ia selalu mengantarkan masakannya kepada tetangganya, salah satunya suami-istri tokoh cerita ini yang mengontrak rumahnya.

Sial, makanan yang selalu dikiriminya tidak enak dan aneh bentuknya. Namun tentu saja sulit menolak pemberian Bu Sewon. Cerita berakhir ketika Bu sewon jatuh terpeleset di kamar mandi sehingga ia harus dibawa ke rumah sakit oleh sang tokoh. Karena lukanya cukup parah Bu Sewon berka ta lirih bahwa ia tak bisa mengantarkan makanan lagi.

Tentu saja perkataannya ini bak “doa yang terjawab” sang tokoh. Sebuah cerpen yang sederhana memang, tetapi dengan lihai Yusi mampu mengantarkan pembaca pada narasi yang jenaka tetapi getir:

”Aku juga tak tahu persis apa yang menggerakkannya, boleh jadi campuran kebaikan hati yang melimpah ruah dan keinginan murni menjadikan kami korban eksperimen oleh dapurnya, dengan yang terakhir dosisnya lebih tinggi. Tampaknya kian lama Bu Sewon kian ganas berbagi masakannya....”(hlm 125).

Ada pula cerpen “Sengatan Gwen” (hlm 97).Cerpen ini mengisahkan seorang pegawai cantik yang mendadak jadi primadona di sebuah kantor. Gwen “terlalu cakep untuk tidak ditaksir”, demikian narasi Yusi, sehingga membuat semua lelaki salah tingkah. Yang beruntung bisa akrab dengannya adalah Sam.

Sam begitu beruntung karena banyak selera musik, film, dan buku mereka sama. Namun ketika keakraban mereka mulai jauh, tepatnya ketika hanya mereka berdua di rumah Sam, dan gairah Sam mulai terbuka, Gwen malah kabur.

Rupanya Sam salah mengerti tentang perasaan Gwen selama ini mungkin masih menganggap Sam sebagai sahabat saja. Bagusnya, tentu saja sebagai narator Yusi tak menuliskannya, ia hanya menggambarkan ketika gairah Sam memuncak dan dipikirnya Gwen menerima, ia malah kabur. Komedi getir telah berlangsung.

Pada umumnya cerita-cerita Yusi sederhana, namun berhasil diolah dengan tutur bahasa yang nakal, getir, namun menyegarkan tanpa perlu berlarat-larat dengan kalimat puitis, sesuatu yang biasanya menggoda penulis sastra. Kalimatnya langsung, tanpa tedeng aling-laing, jelas dan lugas tapi diolah dalam cerita yang getir.

Tengoklah kalimat dari cerpen “Cara-cara Mati yang Kurang Aduhai”: ”Maut itu rahasia. Biasanya begitu. Dan aku seharusnya tahu itu.” (hlm 17). Cerpen ini mengisahkan Agus Taswin yang divonis menderita sakit kanker pankreas. Umurnya diperkirakan dokter hanya 6-7 hari. Akan tetapi, mendekati hari-hari kematian, memang “maut itu rahasia”.

Taswin ternyata tetap segar bugar. Yang mati malah tokoh “aku”, adik ipar Taswin. Menariknya cerpen ini dibuka oleh narasi seorang narapidana AS, Stanley Baker, Jr yang ingin perutnya kenyang dengan rupa-rupa makanan enak sebelum dihukum mati.

Juga cerita tentang Clarence Ray Allen yang menolak dihukum mati, tetapi ia pernah hampir mati sungguhan karena serangan jantung. Untung dokter sempat menolongnya, karena Allen tak boleh mati oleh sebab alami.

Cerpen ini sungguh menarik karena diawali dua cerita yang tak berhubungan dengan Taswin, melainkan cerita tentang kematian di negara lain. Ini adalah sebuah pembukaan bernuansa ironi getir yang menggelitik pembaca.

Uniknya cerpen-cerpen Yusi juga kaya dengan kisah dari budaya lain. Sebutlah “Hukum Murphy Membelit Orang-orang Karangapi” (hlm 160) yang diawali cerita bertemunya tokoh aku dengan kawan lamanya, Kemat, di Belanda tatkala menyaksikan pertandingan sepak bola sambil minum bir di kafe.

Pelbagai pengalaman lucu diceritakan, misalnya dipeluk dan dicium perempuan cantik yang badannya sebesar kesatria film seri Xena tatkala kesebelasan unggulannya mencetak gol, juga pertemuannya dengan Kemat Tahi, sahabat lamanya dulu di kampung Karangapi.

Pelbagai cerita lucu digulirkan, terutama kenapa sahabatnya dijuluki “Kemat Tahi” karena pernah kena kotoran di kepalanya ketika bermain di sungai saat masih bocah.

Kemat dikisahkan setengah mabuk di sebuah kafe di Belanda dan berkelahi hingga “Hukum Murphy” jatuh padanya. Perkelahian hanya soal sepele, hanya karena Kemat tak suka melihat buah dada Vanya diremas bartender. Padahal Vanya, cewek Belanda itu, tak marah, hanya kaget saja.

Cerita lalu bergulir pada sepak terjang Jarwono pemain bola kampung hebat yang bernasib nahas, matanya setengah buta ketika terkena serpihan kaca. Jarwono yang semula kariernya bagus sebagai pemain bola terpuruk menjadi kerani rendahan honorer sampai pesuruh stasiun karena pendidikannya yang rendah, dan hanya sepak bola saja yang ia paham.

Di sinilah menurut Yusi “Hukum Murphy” (Murphy’s Law) terjadi. Hukum Murphy artinya pepatah yang dinyatakan sebagai: "apa pun yang bisa salah akan salah".

Cerpen-cerpen lain juga cukup menarik, seperti “Sebelum Peluncuran” (hlm 28) yang mengisahkan seorang penulis yang tidak pede akan bentuk tubuhnya yang tidak atletis ketika novelnya akan terbit. Ia mengidamkan bentuk tubuh sempurna ketika acara peluncurannya dilangsungkan.

Berbagai cara dengan mengikuti fitness gagal total. Hasilnya, ia ingin cara instant. Namun untuk memenuhi keinginannya itu ia harus minum ramuan obat yang bahan-bahannya dari air kencing perempuan hamil. Tentu saja ia semaput mendengarnya, dan kisah itu habis sampai di situ.

Keunikan lain yang muncul dari cerpen Yusi adalah pilihan cerita yang menggoda dan tidak umum, walau tentu saja dipungut dari kejadian sehari-hari yang tidak diolah dengan bermaksud ber-”aneh-aneh”, melainkan tetap diolah dengan narasi lincah sederhana:

”Gurun merampok percakapan kami. Raden Mandasia, Loki Tua, dan aku sama sekali tak berselera bersuara….” (”Tiga Lelaki dan Seekor Anjing yang Berlari”, hlm 47).

Cerpen ini juga tak kalah getir. Mengisahkan tiga pengembara di sebuah gurun ditemani seekor anjing. Ketika mereka beristirahat di sebuah tempat dan dilayani dengan makanan lezat, mereka tak sadar bahwa santapan daging lezat si tuan rumah ternyata daging anjing mereka sendiri.

“Tidak umum” karena ceritanya menggelikan: kisah novelis yang tak pede karena tidak atletis, makanan tak enak yang selalu dikirim tetangga baik, apa yang dilakukan ketika umur ternyata pendek, dan banyak lagi.

Pilihan kisah seperti ini seolah menguatkan asersi Mario Vargas Llosa dalam Letters to a Young Novelist, yaitu yang penting bukan jalinan cerita, tetapi apakah cerita itu mampu mempunyai nilai persuasi yang mampu menggoda untuk dibaca sampai halaman terakhir.

Delapan belas cerpen Yusi nyaris beda dengan penulis genre cerpen sastra koran dewasa ini yang hanya membetot peristiwa aktual dengan metafora. Kesemua cerpennya berbeda lantaran mampu berkisah panjang tak membosankan, penuh guyon dan kejutan.

Karyanya ini mengingatkan kita pada karya idolanya sendiri, Sherman Alexie (walau tak banyak), penulis Indian yang karyanya pernah ia terbitkan dan terjemahkan di bawah bendera penerbit Banana yang ia dirikan.

Cerpen-cerpen Yusi memberi bukti bahwa humor, jika mampu dikelola dengan baik, akan menjadi sesuatu yang menyegarkan dan memberi roh baru yang tak bisa dikesampingkan. Inilah sebuah formula unik yang sepertinya ditinggalkan oleh penulis-penulis cerpen sastra mutakhir. Dalam cerpen Yusi ada humor yang getir namun terasa menyegarkan.
Profile Image for MAILA.
481 reviews121 followers
September 23, 2017
Ada 2 cerpen tambahan di buku ini berjudul Rumah kopi singa tertawa 2.0 dan Kapal perang. Selain itu, susunan cerpennya juga berubah meski cerita pembuka dan akhurnya masih sama.

Perasaan pas bacanya masih sama ya, masih bikin ngakak, bengong dan mikir ni orang pas nulis ginian mikir apaan


Salah satu kumpulan cerita yang wajib kamu baca!
Profile Image for Op.
373 reviews125 followers
October 1, 2017
Semacam khawatir bakal overrated tapi yah bagus sih.
Profile Image for Ophan Bunjos.
Author 8 books36 followers
September 18, 2012


apa yang kau fikir tentang buku ini? singa tertawa di kedai kopi? haha!

dari Cara Mati Yang Kurang Aduhai sehingga Hukum Murphy Membelit Orang-Orang Karangapi, aku berteleku sebentar mencicipi rasa Telur Rebus Dan Kulit Kasim.

dari Dapur Bu Sewon mataku melinggas kepada Laki-Laki Di Ujung Jalan. barangkali laki-laki itu mengingatkan aku kepada Tiga Lelaki Dan Seekor Anjing Berlari. semuanya seolah melarikan diri dari Sengatan Gwen.

Di Rumah Kopi Singa Tertawa, kita disediakan banyak meja. ada meja 1, meja 2, meja 4, meja 7, meja 8, meja 9, meja 10 dan meja 13. mana meja bernombor yang lain? yang lain hanya bicara dalam kelambu. setiap meja yang dinyatakan melepaskan bicara yang membendung persoalan dan romantis pipis.

kisah Ajar Anwar Sadat Di Cempaka Putih juga mengingatkan aku tentang Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan.

apa buku yang kalian baca tidak mengingatkan kalian pada sesuatu atau seseorang? kebanyakannya begitu.
Profile Image for Fairynee.
82 reviews
March 23, 2013
Sebenarnya saya hendak memberi bintang 2,5, sayangnya tidak ada. Saya enggan membulat ke atas karena beberapa hal. Mungkin saya terlalu berharap banyak dengan kumpulan cerpen ini sehingga tidak bisa menutupi kekecewaan saya saat membacanya.
Profile Image for Lila Cyclist.
850 reviews71 followers
March 31, 2020
Semenjak saya membaca Muslihat Musang Emas, saya sudah menetapkan bahwa saya penggemar buku-buku penulis yang sering dipanggil Paman Yusi ini. Pernah sekali bertemu ketika beliau mengadakan kelas menulis memilih karakter diacara patjarbuku di Kota Lama Semarang. Saya belum pernah mengikuti kelas menulis sebelumnya, jadi maklum saja kalo saya terkagum-kagum dengan gaya Paman Yusi ini memilih karakter, dari mulai nama, sifat, baik positif atau negatif, hingga pembangunan karakter itu sendiri. Melihat deretan karirnya, saya maklum jika itu semua beliau dapatkan dari sekian pengalaman yang panjang.

Seperti yang pernah saya rasakan ketika membaca Rahasia Musang Emas, saya juga menikmati banyak cerpen disini, meski banyak cerpen memiliki akhir yang pahit. Hmmm, kita tau sih ya, jika tidak semua hal harus berakhir bahagia. Tapi, hampir semua cerpen disini memiliki kedekatan kisah sehari hari. Ngga semua sih, karena dua diantaranya diambil dari petikan kisah di novelnya yang menggondol penghargaan Kusala Sastra for Khatulistiwa untuk prosa tahun 2016, Raden Mandasia si Pencuri Daging.

Review lengkap di blog
Profile Image for arneta.
166 reviews
March 8, 2023
My first peek into Yusi Avianto Pareanom’s writing and I enjoyed it! Cerita-ceritanya ditulis dengan bahasa yang santai/ringan, tetapi juga tidak ngawur. Entah kenapa, sebagian besar cerita terasa lumayan maskulin dari segi gaya bahasa, topik, dan humor yang dibawa, sehingga sepanjang membaca mengingatkanku akan obrolan tongkrongan abang-abang.

Cerita favorit:
1. Tiga Maria dan Satu Mariam
Cerpen ini dibagi menjadi empat sub-bagian pendek, tetapi tiap sub-bagian sangat intens dan well-written. Ngga kerasa terlalu pendek atau panjang.

2. Sengatan Gwen
hehehehe. Tebakanku di pertengahan terbukti benar.

3. Kabut Permata
This one is really sadddddd it’s a poignant story about father and son bonding up during non-death grief.

4. Kabut Suami (honorable mention)
Dare I say this one was inspired by Gillian Flynn’s most famous work.
Profile Image for owleeya.
307 reviews100 followers
October 13, 2017
Kumcer itu, menurut saya, cocok-cocokan. Ada kumcer yang semua cerpennya saya suka, ada yang beberapa saya suka, ada yang biasa saja. Kumcer ini, sayangnya, masuk ke kategori terakhir.

Entahlah. Saya lumayan menikmati Raden Mandasia, dan senang juga begitu tahu ada dua adegan dari buku itu yang ditampilkan di kumcer ini.
Profile Image for Rose Gold Unicorn.
Author 1 book143 followers
July 6, 2012
Judul Buku : Rumah Kopi Singa Tertawa
Penulis : Yusi Avianto Pareanom
Penerbit : Banana
Tahun Terbit : 2011
172 halaman
Rate : 4,5 dari 5

Biasanya kalo ditanya orang “Lagi baca apa, Sel? Ceritanya tentang apa?” saya selalu bisa njawab “Oh lagi baca ini *sebutin judul buku* ceritanya tuh tentang *ceritain intisarinya aja*

Tapi beda pas saya baca buku ini. Rumah. Kopi. Singa. Tertawa. What the maksud? Judulnya aja udah bikin mikir. Tapi di situ letak menariknya. Pertama, sama sekali gak tau kalo ada penerbit namanya Banana. Kedua, meskipun udah baca ceritanya tetep gak bisa saya pahami. Oke, rumah kopi mungkin bisa berarti kedai kopi. Ada kata tertawa mungkin bisa dibilang kedai kopi yang bisa bikin ketawa, hiburan. Lha terus apa hubungannya sama singa? Aaakkk >,< *garuk-garuk dasar laut*

Sebelum baca lebih lanjut, perlu diketahui bahwa ini adalah kumcer. Terlepas dari judulnya yang terlalu nyastra sehingga membingungkan saya, intinya cerita Rumah Kopi Singa Tertawa itu menceritakan suasana di suatu kedai kopi yang memberitahukan pembaca apa saja sih hal-hal yang biasa diobrolin kalo kit lagi nongkrong di coffee shop. Menurut saya, gak ada yang special dari segi isi cerita. Tapi cara penulis menuliskannya itu yang bikin menarik. Di dalam cerita ini, dibagi lagi menjadi beberapa subbab sesuai dengan nomor meja. Misal ; meja 7, digambarkan ada seorang yang sedang merayu pacarnya. Kemudian, subbab berjudul meja 9, ditulis ada yang sedang reuni dengan teman lamanya. Dan seterusnya.

Mayoritas cerpen dalam kumcer ini memiliki twist yang bikin mikir. Jadi, kalo sehari-hari kamu cuma mengasup buku-buku macam teenlit atau komik, bisa jadi agak susah mencerna pesan dan inti dari cerita itu. Jujur, di awal saya pun sempat kesulitan memahami gaya bercerita si penulis. Sampai akhirnya pelan-pelan saya mencoba beradaptasi dengan gaya penulisannya (yang saya jamin gak banyak orang bisa bikin cerpen kayak gini!) dan saya nobatkan om Yusi Avianto ini sebagai penulis yang jenius.
Cerpen ini menghibur. Humor kelas tinggi kalo saya bilang sih. Gak akan ada tawa cekakakan seperti yang terdengar kalo saya baca buku MSB atau novelnya Adhitya Mulya. Humor dalam cerpen ini lebih membuat saya tersungging senyum kecil sambil sesekali bergumam dalam hati “cuk! Keren abis!” atau “anjir! Parah nih buku” (parah! kerennya kebangetan). Seperti yang saya bilang kalo ini cerpen humor kelas tinggi, baiknya sih dibaca saat waktu anda benar-benar senggang. Jangan coba-coba baca sambil mencuri-curi waktu jam kerja di kantor misalnya (ini yang saya lakukan, alhasil saya gagal mendapat esensi kerennya buku ini karena loadnya luaamma).

Satu lagi. Meskipun di atas saya bilang twistnya bikin mikir, ada juga yang endingnya sama sekali biasa aja. Jangan harap kita akan selalu dapet ending yang menampar. Ada beberapa cerita yang justru endingnya antiklimaks. Tapi, mayoritas, ending dalam setiap cerpen ini adalah “something”.

Saking sastranya, saya sampai terkagum-kagum gimana caranya penyakit ecek-ecek macam cacar air, bisulan, dan gondongan bisa jadi bahan cerita yang super keren dan gak kampungan. Kalo ibarat koki, mungkin Yusi Avianto ini ibarat masak oncom rasa daging kali yah? Hehehehe.

Gak Cuma ketawa ketiwi aja, di dalam buku ini juga ada cerpen tentang beberapa jenis phobia dan penjelasannya. Aha! Nambah pengetahuan banget pastinya. Ada juga cerita tentang suami kehilangan istri atau istri kehilangan suami dalam cerpen Kabut Permata dan Kabut Suami. Penulis mengajak kita untuk sedikit beromantisme-ria tapi gak picisan. Pun ada cerita dengan latar belakang kehidupan di dunia pewayangan.

Intinya sih, saya yang tadinya gak minat karena gak nangkep dengan sisi humornya, akhirnya menutup buku dengan komen “gila ini buku!”. Biar kata nama penerbitnya Banana (yang mana kita semua pasti jarang banget nemu buku terbitan Banana) tapi penulis ini tuh terlalu bagus untuk jadi penulis yang adem ayem aja. Kurang terekspos aja kalo menurut saya (atau sayanya aja yang kuper?) --__--
Akhir kata, rate 4,5 dari 5!
Profile Image for Indri Juwono.
Author 2 books307 followers
January 31, 2013
Ketika pertama membuka bungkusan buku dari Secret Santa, Rumah Kopi Singa Tertawa ini, aku girang banget. Tepat sehari sebelum aku menerima buku ini, aku hampir saja berniat membeli buku ini lewat bukabuku.com. Tapi karena sedang nggak terlalu niat belanja, jadi cuma sampai tahap lihat-lihat saja sambil senang, o, buku ini ada di sini toh. Mengingat aku sekarang jarang ke Gramedia karena jarang diskon, toko buku online menjadi pilihan menarik.

Aku tertarik buku ini karena judulnya yang unik, dan covernya manusia berwajah cakil. Terlebih lagi, yang promo buku ini adalah Ninus, mantan editor KPG yang keren, sehingga percaya deh bahwa buku ini bagus.

Isi ceritanya adalah kumpulan cerpen tentang manusia, tentang kematian, tentang perempuan, bahkan ada Sora Aoi dalam bahasan. Cerpen yang dikumpulkan, seperti kelompok-kelompok orang di sebuah cafe, atau rumah kopi, memiliki satu keriuhan sendiri-sendiri tanpa harus bertaut satu sama lain. Ceritanya mengalir bebas sampai agak kenyang, kemudian bubar sendiri-sendiri.

Mana ya cerpen favoritku? Semuanya aku suka. Yusi menulis cerpennya dengan lugas, tanpa bahasa yang berbunga bunga. Menggelitik ketika membuka paragrafnya :
Bu Sewon, pemilik rumah yang kukontrak di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, senang sekali membagi masakan dari dapurnya. Ia pemurah, kirimannya selalu dalam porsi besar. Amal ini akan menjadi sesuatu yang menggembirakan semua orang sekiranya tidak ada fakta keras : masakannya tidak pernah enak.
(Dari Dapur Bu Sewon - h.124)


Tema-tema cerpennya sederhana, namun diolah dengan cara yang unik. Bagaimana bisa kamu teringat pada masa kecil ketika ada pemicunya di masa dewasa.

Sewaktu bocah, ia pernah menggetok kepala anak buta. Ini terjadi 30 tahun yang lalu, Manik benar-benar sudah melupakan dosanya kalau saja tak ada agen asuransi sialan itu.
(Dosa Besar no.14 - h.19)


Beberapa kali Yusi menyelipkan cerita wayang, empatinya terhadap penderitaan Ekalaya, si jago panah yang tak mujur nasibnya karena kesombongan Arjuna, juga tentang punakawan seperti si Semar yang bijak atau Petruk yang berhidung panjang. Apakah hidung panjang pertanda suka bohong?

Ada cerpen yang terdiri dari beberapa cerita pendek seperti keluarga yang memiliki kesamaan. Kisah perempuan, selalu menjadi tautan yang menarik.

Kecuali darah, kau bisa memilih atau menawar segalanya di dunia ini. Makanan ringan kesukaanmu, tim sepakbola yang ingin kaubenci setengah mati, pekerjaanmu, pasanganmu, agamamu, kecenderungan seksualmu, segalanya. Kau bahkan bisa memilih tak beragama atau aseksual. Tapi darah, belenggunya abadi.
(Tiga Maria dan Satu Mariam - h.131)


Yusi Avianto Pareanom, lahir dan besar di Semarang. Lulus dari Teknik Geodesi UGM, lalu berkarir sebagai wartawan di Forum Keadilan dan Tempo. Karena saat ini berkhikmad di Penerbit Banana, aku yakin ia suka buku Catcher in the Rye, cerita tentang Holden Cautfield yang pemarah itu.

Maut itu rahasia. Tapi, tidak selalu begitu. Beberapa orang tahu bagaimana dan kapan kematiannya akan tiba. Seorang ninja misalnya, sangat paham bahwa ia hanya bisa mati di tangan ninja lain jika tak ingin meninggal dunia karena sebab-sebab alami. Jika sudah bosan bernyawa, ia tinggal cari gara-gara dengan sesamanya yang lebih lihai.
(Cara-cara Mati yang Kurang Aduhai - h.9)


Antara kehidupan dan kematian, Secret Santaku adalah seseorang yang sehari-hari menolong orang di rumah sakit di Halmahera sana, namun suka berceloteh tentang buku. Terima kasih Putri Utama. Cerah harimu di lautan yang biru. Semoga kelak bisa mengunjungimu.
Profile Image for Marina.
2,035 reviews359 followers
December 30, 2017
** Books 306 - 2017 **

Buku ini untuk memenuhi tantangan Tsundoku Books Challenge 2017

3,3 dari 5 bintang!


Lagi-lagi saya dibuat terpukau dengan salah satu fragmen cerita Raden Mandasia si pencuri daging sapi dan makin herannya hampir setahun berlalu sejak saya membaca ceritanya dan saya masih ingat ini lanjutannya akan seperti apa dan ini bagian yang mana yah..

Tampaknya tidak heran buku Raden mandasia menjadi buku favorit saya di tahun 2016! >__<
Profile Image for Mikael.
Author 8 books87 followers
December 12, 2013
buku ini mungkin buku paling overlooked di jagat sastra indonesia yang kurang gaul selama tahun 2012. posisi yusi sendiri padahal dekat dengan mainstream di dalam dunia itu. namun dia terlalu dianggap sebagai writers' writer mungkin? sehingga banyak yang sudah keder mau coba membaca kumcer ajaib ini?

memang buku ini semacam portmanteau yang ribut dengan berbagai mash-up gaya dan tema sehingga pembaca indonesia yang seperti kata teman saya hanya terbiasa dengan cerpen simplistis agus noor mungkin akan langsung tiarap.

padahal justru itu yang ajaib tentang cerpen2 dalam buku ini. sebuah cerpen bisa sekaligus sebuah satir DAN sebuah kisah melankolis liris realis. atau sekaligus cerpen realisme-sosialis-historis DAN parodi-komedi-picaresco ala don kisot.

mungkin pembaca indonesia yang tidak terbiasa dengan intertekstualitas jadi terbebani dengan berbagai macam literary representation yang terkandung di dalam buku ini. padahal mereka bisa menikmati buku ini sebagai sebuah rollicking read tanpa mikirin segala macam aspek meta-cerpennya.

tapi kenapa mereka belum melakukan itu?

[edit] setelah membaca banyak review di goodreads yang ternyata hampir sepakat jatuh cinta kepada buku ini, sebaiknya ganti "pembaca indonesia" di atas jadi "kritikus sastra indonesia"
Profile Image for Saptorini.
Author 5 books12 followers
January 20, 2013
Begitu mendapati buku ini aku langsung tertawa. Cover dan judulnya memang bikin geleng-geleng kepala. Untuk membaca lebih lanjut perlu persiapan mental. Asli! Aku sudah mencium aroma 'sastra' dalam buku bersampul glossy ini.
Profile Image for A.A. Muizz.
224 reviews21 followers
August 12, 2015
Asyik cerita-ceritanya. Beda aja sama kumcer-kumcer yang pernah saya baca sebelumnya. Ceritanya segar, banyak satire, dan membuat saya tertawa, entah tertawa bahagia, tertawa kecut, maupun tertawa miris.
Profile Image for Nurseto.
42 reviews9 followers
August 10, 2016
harus nyari Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi nih...
Profile Image for Perpustakaan Dhila.
200 reviews12 followers
June 23, 2017
"Kecuali darah, kau bisa memilih atau menawar segalanya di dunia ini. Makanan ringan kesukaanmu, tim sepak bola yang ingin kaubenci setengah mati, pekerjaanmu, pasanganmu, agamamu, kecenderungan seksualmu, segalanya. Kau bahkan bisa memilih tak beragama atau aseksual. Tapi darah, belenggunya abadi." (Tiga Maria dan Satu Mariam, halaman 131)

RUMAH KOPI SINGA TERTAWA memuat 18 cerita pendek yang ditulis oleh Yusi Avianto Pareanom dan lagi-lagi membuatmu akan sering mengumpat--sama seperti saat membaca Raden Mandasia. Tidak seperti judulnya, buku ini sama sekali bukan tentang kopi atau membuat tertawa. Cerita-cerita di dalamnya kadang satir, nyeleneh, bahkan membuat meringis. Bahkan beberapa cerita terlihat sederhana, tetapi diolah dengan sangat aduhai apiknya.

Cerita dibuka dengan cerpen berjudul Cara-Cara Mati yang Kurang Aduhai. Pada awal cerita pembaca disuguhkan dengan kisah Stanley Baker, Jr., terpidana mati kasus pembunuhan di Austin, Texas, Amerika Serikat. Sebelum dieksekusi mati pada tanggal 20 Mei 2002, Stanley meminta menu makanan 'super'. Well, maut itu rahasia. Tapi, menurut Om Yusi, tidak selalu begitu. Beberapa orang tahu bagaimana dan kapan kematiannya akan tiba. Seperti Stanley. Cerpen ini menjadi salah satu favorit saya, karena di akhir, Om Yusi lagi-lagi membuat saya mengumpat.

Penulis, sebagaimana disebutkan dalam blurb buku ini, mengolah khazanah kebudayaan dunia dan menjadikannya kegilaan-kegilaan baru. Beberapa cerita dibiarkan dengan ending begitu saja, kadang membutuhkan penjelasan, tetapi lebih baik kau dibiarkan dengan kebingungan-kebingungan itu. Saya suka dengan ending-ending 'kampret' dalam buku ini. Betul-betul $@÷_÷€$£$¥×¥+/!!!

Beberapa cerpen dalam buku ini juga dinukil dari novel Raden Mandasia seperti 'Tiga Lelaki dan Seekor Anjing yang Berlari'--ini favorit dan membuat meringis--dan 'Telur Rebus dan Kulit Kasim'. Judul buku ini sendiri diambil dari cerpen berjudul sama yang isinya adalah percakapan orang-orang saat berada di warung kopi atau sebuah kafe.

Yah, kadang ada hal-hal yang akan membuatmu bingung, tetapi memang lebih baik dibiarkan begitu. Seperti beberapa cerpen di buku ini. Sangat direkomendasikan. Biar hidupmu sedikit berwarna.

"Menulislah, agar hidupmu tak seperti hewan ternak, sekadar makan dan tidur sebelum disembelih." (Loki Tua, Tiga Lelaki dan Seekor Anjing yang Berlari, halaman 47)
Profile Image for Wahyu Novian.
333 reviews46 followers
September 24, 2019
Seorang kawan bilang Sungu Lembu itu sangat Yusi. Terkadang bahkan sosok Yusi terlalu kuat sampai bikin Sungu Lembu terasa seperti Yusi sendiri. Terbayang memang. Tapi karena baru Raden Mandasia karya Yusi yang saya baca, untuk menjawabnya saya perlu baca karyanya yang lain. Ada alasan tambahan untuk cepat-cepat baca kumpulan cerpennya yang sudah dibeli sejak tahun lalu.

Dengan pikiran awal seperti itu, memang di awal-awal jadi terasa seperti Sungu Lembu yang cerita. Mungkin benar juga. Yusi punya gaya bercerita yang sangat kuat sehingga terasa semuanya Yusi yang bercerita. Dan saya tidak keberatan. Terasa seperti mendengarkan seorang paman dengan pandai mengisahkan pengalaman-pengalamannya. Karena setelah lewat beberapa cerita, saya sangat menikmati semua ceritanya. Itu sepertinya kekuatan Yusi. Mampu menuliskan bahan cerita yang bahkan sederhana menjadi kisah yang menarik untuk didengarkan.
Profile Image for Wahyu.
93 reviews5 followers
September 30, 2017
Suka sekali! Pertama kenal tulisan mz Yusi ya lewat si Raden, tentu saja, yg dibaca akhir tahun lalu. Sudah berharap bisa dapat kumcer ini sejak lama, akhirnya dirilis ulang dengan kaver beda dan tambahan cerita! Ah kusenang. Hehehe. Paling favorit dari kumcer Rumah Kopi Singa Tertawa ini sebenarnya ada 3: Edelweiss Melayat ke Ciputat, Sengatan Gwen, serta Tiga Maria dan Satu Mariam. Selain cerita lainnya yg tak kalah ciamiks! Sempat kebawa suasana sama Sengatan Gwen yg kupikir bakal asik agak mirip 500 (Days) of Summer tapi ternyata endingnya... kamvlet! Lalu si Satu Mariam itu yg bikin mewek malam tadi sebelum akhirnya bisa selesaikan juga. Makasih mz Yusi sudah membikin cerita-cerita yg aduhai! Kutak sabar lekas jajal Muslihat Musang Emas pokoknya. Salam~
Profile Image for Sulin.
330 reviews56 followers
January 27, 2018
Rasanya wajar bila menganggap buku ini biasa saja terlebih ketika usai merampungkan Muslihat Musang Emas dan Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi terlebih dahulu.

Dari semua cerita, termasuk dua cerita yang baru saja ditambahkan di cetakan kedua ini, ada 1 yang paling saya sukai yakni Sengatan Gwen. Bagi penggila plot twist cerpen satu itu sangat gila!

Dapat disimpulkan bahwa dari tahun ke tahun kesaktian Pakde Yusi dalam menulis meningkat tajam dan sangat jauh berbeda! Sekarang makin keren!
1 review
April 9, 2025
"SIASAT, dari trubus macam apakah kau berasal? Kau dianggap kegemilangan olah pikir jika datang dari mereka yang menganggap diri terpilih oleh kebenaran, sementara kau bisa dihakimi sebagai kelicikan tiada tara jika datang dari pihak bukan mereka." Kutipan yang berasal dari Guru Drona

Sadar atau tidak mungkin ini adalah buku sastra Indonesia yang aku baca pertama kali. Sebagai orang awam tentang sastra membaca buku ini seperti membaca kamus KBBI karena di setiap halaman aku menemukan kosakata kosakata baru yang indah. Gaya penulisannya juga sangat apik, penulisnya dapat membuat kata sehari-hari menjadi kata kata yang indah setelah diolah oleh penulis

Dengan total 20 cerpen, aku rasa buku ini berhasil membuat kita terhibur dengan gaya penulisan yang membuat kita nyaman saat membaca buku ini
Profile Image for Rotua Damanik.
140 reviews6 followers
February 10, 2019
Ceritanya lucu-lucu. Menggelitik. Namun sekaligus memancing rasa prihatin. Seperti menertawakan kehidupan yang sering kali tak sesuai harapan. Semacam itu. Yang mengejutkan ada 2 potongan cerita Raden Mandasia di antara cepen ini. Ini tentu saja berkalu kalau kau mengenal Yusi dari Raden Mandasia.
Profile Image for Reymigius.
117 reviews37 followers
September 26, 2017
ini adalah kumcer yang empat sehat, lima sempurna. lengkap, bergizi, dan kaya akan rasa. review lengkap nanti menyusul di blog yha~
Displaying 1 - 30 of 175 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.