What do you think?
Rate this book


264 pages, Paperback
First published January 1, 2001
“Seperti segala binatang dan kita hidup dengan memakan yang lain, manusia selamat dengan mengorbankan yang lain. Mengapa engkau merasa aneh?”
“Tak ada pahlawan di sini. Yang ada hanya pemenang dan pecundang. Sebab siapa pun yang menang― ABRI, komunis, angkatan kelima, siapapun dengan ideologi apapun―akan melakukan kekejaman yang sama terhadap lawannya Karena kejahatan dan kebaikan datang dalam satu paket.”
Sebab, Nak, kanak-kanak adalah sebuah keberadaan yang berdiri sendiri, terpisah dari kedewasaan. Ia bukan sekadar bagian dari proses menjadi matang, sebab apakah kematangan itu jika bukan proses menjadi mati? Kanak-kanak adalah dunia mandiri, dengan bahasanya sendiri. Ia bukan persiapan menuju sebuah puncak sebab puncak itu tak ada. Masa adalah jutaan kepisahan, bukan kelanggengan. Karena itu, biarkan menjadi indah sebelum ia berubah. Tapi kau tak mengerti
Kelak, waktu kau menjadi tua kau akan tahu arti kekosongan dari segala nilai ataupun harapan. Kau akan tahu rasanya hampa, yaitu keadaan di mana tak ada bahasa untuk mengerti. Itu tidak membuatmu bahagia. Juga tak membuatmu sedih. Tidak membuatmu apa-apa. Tapi, Nak, ketika kau masih mengenal bahasa, maka bernyanyilah. Bernyanyi dengan kata-kata.
Pada malam-malam begini ia ingin sekali berdoa. Tapi ia tak bisa lagi. Ia kehilangan kemampuan, barangkali imajinasi, untuk berbicara dengan Tuhan. Ia menatap ke langit, melampaui titik-titik bintang yang paling kecil, namun ia tak lagi bisa membayangkan yang agung di suatu sana. la tutup matanya, masuk dalam dirinya, namun ia tak lagi bisa merasakan misteri yang dulu ada di sana. Dulu di sini. Pada hatinya ada luka. Bukan sebesar tuhan yang pergi, melainkan sebesar Upi.