Lupus, anak nakal yang doyan permen karet itu, ternyata malah sering dikangeni. Hadirnya dia di tengah-tengah teman-temannya membuat hidup remaja lebih berkelir. Penuh warna-warni indah. Padahal, apa sih kelebihan yang dimiliki Lupus? Gaya bicaranya yang ceplas-ceplos? Penampilannya yang berkesan santai? Atau justru sikapnya yang kadang-kadang nakal?
Nggak tau ya. Yang jelas tiada hari ceria tanpa kehadiran dirinya (taela!). Tiada rasa rindu tanpa canda ria bersamanya. Itu kata mereka sendiri : remaja. Sedang Lupus sendiri menanggapi dengan cuwek bebek aja "Ah, enggak enak dikangeni itu. Kalo kebetulan berhalangan hadir, suka ditanya-tanya terus. Repot, kan...," katanya sambil cengar-cengir.
Tapi tentang keberhasilan Lupus jadi idola remaja ini, penulisnya cuma bisa ngerendahin diri, ninggiin mutu,"Ah, itu kan cuma karena selera saya memang sama dengan selera remaja pada umumnya. Jadi apa yang disukai remaja, biasanya saya juga suka."
Dan judul keempat dalam seri Lupus : Tragedi Sinemata ini tetap akan memuaskan kamu semua. Soalnya, selera kita kan memang sama. Jadi, mau apa lagi?
JAGO NGOCOL SE-INDONESIA Lahir di Jakarta, tanggal 25 Agustus, bintangnya Virgo, bo! Hilman yang turunan Jasun alias Jawa-Sunda ini punya papa tentara berpangkat kolonel. Mulai ngarang sejak ABG, dengan membuat serial Lupus di majalah HAI yang berhasil mengangat namanya. Ia juga pernah juara ngarang di majalah yang sama. Pernah kuliah di UNAS jurusan Sastra Inggris.
Hilman Hariwijaya dengan Lupus-nya merupakan fenomena dalam dunia penerbitan Indonesia. Lupus#1: Tangkaplah Daku Kau Kujitak, terbit Desember 1986, cetakan pertamanya sebanyak 5.000 eksemplar habis dalam waktu kurang dari satu minggu. Hilman menulis puluhan judul yang meliputi seri Lupus, Lupus ABG, Lupus Kecil, Lupus Milenia, Olga, Lulu, Keluarga Hantu, Vanya, Vladd, Dua Pelangi dan beberapa judul lepas. Beberapa karyanya ditulis bersama Boim,Gusur dan satu bernama Zara Zettira. Tiras total penjualan bukunya mencapai jutaan eksemplar!Jumlah yang luar biasa untuk ukuran Indonesia,mengingat tiras \"normal\" buku lain rata-rata 3.000-5.000 eksemplar,dan itu pun tidak habis terjual dalam waktu satu tahun.
Kisah Lupus menggambarkan gaya hidup remaja. Sarat dengan humor orisinal, terutama unik dalam gaya bahasa dan pilihan kata yang seenaknya. Tapi justru dengan gaya bahasa seperti itulah yang pernah dianggap merusak bahasa Indonesia-Lupus menjadi produk yang khas,disukai dan diakrabi para remaja.
Seri Lupus sudah difilmkan, baik di layar lebar maupun dalam bentuk sinetron. Sedangkan seri Lulu, Olga, Vanya dan Vladd serta beberapa cerita lepas lainnya telah disinetronkan.
Masih tetap lucu seperti buku2 sebelumnya. Suka! Di buku ini lebih kental lagi kekompakan antara Lupus dengan teman2nya, porsi teman2 Lupus lebih terasa "exist" dibanding buku2 Lupus yg lain *seinget gue*. Selain itu, di buku ini Poppy dan Lupus akhirnya CLBK, yey.
Ketika kemaren main ke toko buku, dan terdampar di rak-rak buku untuk anak remaja, saya teringat Lupus. Membayangkan tokoh dan cerita Lupus dengan yang ada di buku-buku di depan saya.
Lupus itu remaja dengan sisa jaman duran-duran di rambut jambulnya. Dia anak yatim, ibunya usaha katering, adiknya Lulu. Teman-teman Lupus ada Popi, Rina, Boim, Gusur, Anto, Fifi Alone, dan banyak lagi.
Ceritanya sering gokil tapi tak jarang sarat pesan.
Lupus juga mandiri menjadi wartawan magang, tetap bisa membantu Ibunya. Sayang sama adiknya dan tetap rutin menjailinya. :p Tetap sayang sama Popi pacar pertamanya, meski ketika apel pertama, Lupus lupa menyakan alamat rumah Popi. :))
Ada cerita anak kecil yang makan es krim di bulan puasa di depan Lupus. Anak itu adalah anak jalanan yang melakukan itu karena dendam. Ia merasa berhak menikmati makanan itu di depan orang berpuasa. Karena di bulan lain, dialah yang kelaparan sementara orang lain selalu kenyang. Lupus dengan gayanya menyelesaikan masalah itu, tidak so' tua tapi tetep ancur. Itu kalimat lain dari, "saya lupa solusi lupusiannya." :D
Ada cerita manusia sirik yang selalu mencela Lupus dengan karya tulisnya. Manusia pencela nomer wahid buat Lupus. Ada grafis si pencela nomer wahid dengan seragam Sirik di Majalah Bobo di sela bab cerita ini. Kesirikan si pencela nomer wahid juga mengganggu Rina. Hingga suatu hari kelas mendaulat Lupus membaca puisi. Lupus langsung disambut dengan celaan bahwa ia tidak mampu menulis puisi bagus dan membacakannya dengan baik. Lupus tetap maju setelah semalaman pusing dengan puisi yang ingin ditulisnya. Lupus membacakan puisi. Lupus turun dari panggung. Pencela nomer wahid buka mulut, keluar semua sampah dari mulutnya atas puisi yang dibacakan Lupus. Singkat jawab Lupus, "iya yah? Itu kan puisi cinta yang lo kirimin untuk Rina." Lupus melakukan skak mat dengan baik!
Tidak melulu kegokilan, namun pesan yang tetap sesuai untuk anak muda.
Pesan ala Lupus jaman sekarang masih adakah di antara rak-rak buku itu?
Diberi judul "Tragedi Sinemata" karena dikisahkan Lupus cs diajak syuting tapi batal karena mereka dianggap kurang serius saat latihan. Di sini lebih banyak cerita tentang Lupus, Boim, dan teman-teman. Hanya sedikit porsi Poppy di buku ini.
Secara tak sengaja melihat buku ini di rak perpus kantor. Kok tergoda untuk mengenang masa sekolah, masa putih-abu-abu. Memang tidak seheboh sinetron lokal, namum lumayan dengan aneka keseruannya. Dari bacaan ini saya pertama kali tergoda pingin dipanggil mami. Istilah cuekbebek juga mulai populer lewat bacaan ini.
Ada 10 kisah plus kata pengantar dari Wedha Abdul Rasyid alias tukan bikin ilustrasi dan Boim Lebon yang bisa dianggap sebagai salah satu sohib. Terdapat juga profil penulis di bagian belakang.
Lah ini kok cerita yang berjudul sama dengan buku, Tragedi Sinemata berada di halaman 131, padahal info di Daftar Isi ada di halaman 132. Hadehhhh. isinya sebenarnya sederhana, namun mengena. Tentang Lupus dan kawan-kawannya yang batal diajak main film walau sudah latihan beberapa kali. Sedih tapi mau bagaimana lagi. Seperti juga nasib mereka yang ingin berkecimpung dalam dunia film, tak mudah. Tak semegah yang terlihat dari luar,
SERU!!!! Cerita lupus selalu seru karena emang gak menye-menye aja dibaca ditahun-tahun sekarang ini tuh. Segi bahasa dan bahasannya pun enak buat diikutin. Kagetnya di buku ini cerita cinta lupus agak complicated juga yhaaa (hmmm).
Novel ini menjadi novel pertama yang saya baca sekaligus memperkenalkan saya siapa itu Lupus. Saya membacanya ketika saya masih duduk di bangku SD, :'D Seru, asyik, dan ceritanya mengalir begitu saja. Dan siapa sih yang tidak jatuh cinta sama Lupus? :)