Saka, anak seorang dalang yang punya cita-cita jadi anak band. Di tengah keluarga yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional, Saka malah tergila-gila dengan musik rock and roll. So pasti cita-citanya itu ditentang habis-habisan oleh orangtuanya. Apalagi pas tahu kalau Putri, adik kesayangannya yang menjadikan Saka sebagai panutan, tiba-tiba ngotot ingin ikut bersamanya ke kota.
Kenangan kehilangan orang yang dicintai membuat Saka memutuskan untuk berhenti menjadi jawara di Gudang Sembilan, tempat para musisi andal bertempur. Tapi sebuah peristiwa memaksanya kembali ke sana dan naik panggung dengan segala trauma dalam dirinya.
Ternyata situasinya telah berubah. Saka harus memulai semua dari nol. Ia diremehkan karena penampilan, dicaci maki band-band senior, ribet mencari personel band bahkan ia sampai harus merelakan sepeda onthel kesayangannya dijual.
Lalu apakah cita-cita Saka untuk jadi anak band tercapai? Apa orangtua Saka akan menyetujuinya? Terserah! Yang penting, sekali merdeka tetap ROCK and ROLL!
Judul: Rock 'n Roll Onthel (Kos-Kosan Soda, #3) Penulis: Dyan Nuranindya Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Halaman: 248 halaman Terbitan: Maret 2012
Saka, anak seorang dalang yang punya cita-cita jadi anak band. Di tengah keluarga yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional, Saka malah tergila-gila dengan musik rock and roll. So pasti cita-citanya itu ditentang habis-habisan oleh orangtuanya. Apalagi pas tahu kalau Putri, adik kesayangannya yang menjadikan Saka sebagai panutan, tiba-tiba ngotot ingin ikut bersamanya ke kota.
Kenangan kehilangan orang yang dicintai membuat Saka memutuskan untuk berhenti menjadi jawara di Gudang Sembilan, tempat para musisi andal bertempur. Tapi sebuah peristiwa memaksanya kembali ke sana dan naik panggung dengan segala trauma dalam dirinya.
Review
Buku kedua dalam seri "Kos-Kosan Soda" yang saya baca. Buku sebelumnya, Canting Cantiq termasuk bagus. Makanya saya jadi pengin baca buku lainnya dari seri ini. Sayang buku keduanya belum nemu. Jadi langsung ke buku ketiga dulu.
Buku ketiga ini mengambil cerita tentang Saka, salah satu tokoh yang dekat dengan Melanie, tokoh utama di buku satu. Kalau di buku pertama dia biasanya yang mengantar Mel ke mana-mana dengan sepeda ontelnya.
Perbedaan terbesar antara buku ini dengan buku pertama terletak di kebersamaan anak-anak kos Soda. Di sini kebersamaan itu kurang terlihat. Memang tetap ada dan masih tetap dekat, tapi di sini lebih banyak diperlihatkan tentang Saka dan mantan teman-teman bandnya. Sayang sih, saya berharap anak-anak Soda juga bisa lebih diperlihatkan lagi.
Secara keseluruhan saya suka buku ini. Karakternya likeable, konfliknya cukup bagus, penyelesaian konfliknya juga baik. Saya juga merasa akhir yang didapat Saka lebih masuk akal, ketimbang di buku pertama. Selain itu kovernya juga bagus. Dua jempol buat yang desain kover :D
Saya jadi penasaran siapa kira-kira yang akan jadi tokoh utama di buku selanjutnya. Apakah Bang Jhony?
--- Rock 'n Roll Onthel --- Plot: Ok. Penokohan: Ok. Gaya bercerita: Ok.
Saya belum pernah membaca Canting Cantiq, tapi karena tidak serta merta sangat berhubungan (perihal konflik), jadi saya merasa nyaman-nyaman saja membaca novel ini.
Baca sinopsisnya langsung ya^^ Overall saya lumayan menikmati buku ini. Apalagi menuju endingnya. Saya suka dengan perkembangan ceritanya-- yang menempatkan alur normal -klimaks-per-anti-klimaksan di lembar yang tepat. Hanya saja, menurut saya-- agaknya satu dua karakternya agak menjengkelkan untuk saya. Misalnya tokoh antagonisnya yang menurut saya... agak berlebihan. Landasan alasannya untuk jengkel dengan tokoh utama memang ada, tapi entah kenapa saya merasa alasannya kurang kuat. Terkesan hanya tempelan untuk membuatnya menjadi tokoh paling jahat. Tidak kalah menjengkelkan adik protagonis utama, yang saya seakan mau cubit habis-habisan saking gemasnya (dalam artian menjengkelkan). Tidak hanya dua orang itu, karakter lain juga kadang rasanya benar-benar awkward.
Tapi, selalu ada hal yang bisa saya pelajari dari karakterisasinya^^. Misalnya karakter protagonis cewek yang begitu "bebas". Sayang, kesan bebasnya hanya melekat kuat di awal-awal. Mungkin karena jarang membuat karakter seperti ini, saya merasa karakternya cukup unik. Sepertinya masih ada lagi yang menurut saya agak-agak (dalam banyak artian), tapi begitulah, Rock and Roll Onthel. [7.8/10]
Oke, ekspektasiku beneran terpenuhi di buku ini. Yippie! 🙌🏻
Greget, alus, dan yang pasti alurnya nggak nyeret kayak buku sebelumnya. Dari awal bahasanya udah enak, sih, story telling-nya ngalir begitu aja. Terus karakter Saka, wah, apa aku harus ke Yogya biar ketemu dia? Ahahaha he's main hero! Sayang sama adiknya itu poin plus, sih. Cara Saka jagain Putri emang terkesan strict, tapi bener. Aku sampai gedeg sama kebebalannya Putri. Huhu tapi wajar aja dia masih remaja, labil emosinya.
Anyway, semuanya perfect dan hal paling kusoroti adalah perjuangannya Saka dalam menghadapi trauma, bangkit dari rasa takut, mengorbankan hal yang paling berharga untuknya, dan cara dia menunjukkan keseriusan pada minatnya. Untungnya nggak ada drama berkelanjutan soal Saka yang gamon dan berimbas ke perasaannya pada Coro. Masih amanlah 👌🏻
Agak sayang nggak bisa kasih full stars karena greget abis sama sifat tarik-ulurnya Coro, hiks. Dia yang datang, dia juga yang ngusir, like ... dude, sampeyan sehat? Terus apa ya, agak kurang sreg aja sama karakternya. Entah, kayak nggak bisa mengimbangi karakter Saka. Tapi aku turut kesel pas pacar Coro main tangan ke dia. Bedebah banget masih pacar udah berani tampar-tampar! 😤
Aku berharap bakal ada lanjutannya, sih, soalnya kepincut berat sama Mas Saka 🙊 tapi segini sih udah cukup, kebanyakan malah nambah ke mana-mana entar ahahaha. Also, The Fongers, kalian keren! Emang karakter bikinan Mbak Dyan ini selalu punya keunikan di balik segala kesempurnaan /jiakh/ dan jokes-nya pas! Nggak kurang dan nggak berlebihan. Berhasil bikin ngikik2 tengah malam, ohohoho.
"...Saka adalah perpaduan yang sangat unik. Di satu sisi ia terlihat sangat tradisional, penyuka wayang, sikapnya tenang. Tapi, dia juga gitaris andal dan penyuka musik rock and roll."
Rock 'n Roll Onthel adalah judul yang paling tepat untuk kisah ini; penggabungan antara Rock 'n Roll dengan sesuatu yang tradisional, bahkan mungkin terkesan kuno. Bahkan bisa pula menggambarkan karakter utama dalam buku ini: seorang lelaki bernama Saka. Ia lahir dalam sebuah keluarga yang menjunjung tinggi nilai nasionalisme dan mencintai kebudayaan Indonesia yang mungkin sudah tidak diingat lagi oleh masyarakat luas. Akan tetapi, meskipun Saka tetap menyukai seni kebudayaan tradisional, ia tidak dapat memungkiri bahwa dalam dirinya ia mencintai musik Rock 'n Roll. Itulah yang membawanya pergi ke Jogja untuk mengejar mimpinya masuk ke sekolah musik. Semua itu tentu saja sedikit banyak membuat orangtua Saka kecewa.
Saka adalah seorang gitaris yang amat handal, bahkan ia sempat membentuk sebuah band musik bernama The Velders. Namun karena sebuah kenangan yang pahit dan membekas di hati Saka, membuatnya memutuskan untuk keluar dari band The Velders dan berhenti menjadi orang yang amat dikagumi di Gudang Sembilan: tempat para musisi menjajal kemampuan mereka. Kemudian takdir membawanya bertemu dengan seorang perempuan yang memiliki panggilan Coro. Pertemuan tersebut seperti mendorongnya masuk kembali ke dalam dunia bermusik, mendorongnya untuk melawan trauma yang selama ini mengikat dirinya....
Gw tertarik beli buku ini hanya karena judulnya: ROKENROL!!
Sedikit ngerasa kecolongan juga. karena sebagai calon penulis yang terkenal (dengan kebebalannya) gw juga punya ide mengangkat dunia band, walau gw lebih suka MXPX dibanding Rolling Stone.
Gw belum pernah baca Dealova, tapi udah sering denger kalo Dyan ini punya karya yg top, jadi buat gw itu lebih dari cukup untuk merogoh kocek demi memboyong ini buku ke rumah. Tapi setelah baca buku ini, gw kecewa berattt!! Rasanya si penulis kurang menggali lebih dalam soal teknik2 dalam bermusik. Rasanya berat sebelah dibandingkan dengan pengetahuannya soal dunia pewayangan. Masalahnya si Saka ini terkesan disejajarin sama Slash yg mantan gitaris GnR, tapi yg ditonjolin selalu dia dan onthelnya. Gak ada istilah2 yang menunjukkan kalo dia memang dewa gitar dalam the Velders, seperti dia bisa speed-picking, tapping, shredding dst. Temen-temen bandnya juga sama aja.
Soal Gibson yg disebut2 dalam buku, gw yakin penulis gak tau gitar Gibson itu macem2 juga jenis dan harganya. Kalo diibaratin mobil, penulis ini cuma tau "Toyota" tapi gak tau kalo mobil Toyota itu ada Avanza, Vios, Yaris, Alphard dll. Rasanya memang aneh, tapi berat untuk gw selesaiin buku ini. Konflik yang ada juga terlalu dibuat2. Gak rekomen terutama buat pecinta musik.
Wohoho, sejak ngebaca sekuelnya yang pertama dan kedua, yaitu 'Canting Cantiq' serta 'Cinderella Rambut Pink', saya jadi hunting novel karya Dyan yang ini. Khusus buat Saka, nih..
Saya seneng banget pas ngeliat novelnya ada di rumah saudara saya! Mati matian saya minta pinjem, tapi dia nya ogah minjemin. Dia bilang saya harus baca di rumah dia aja, biar terjamin keselamatan novelnya (dikira saya suka ngerusakin novel, apa? -_-) Yowes, jadi terpaksa saya baca saja novelnya di rumah saudara saya.
Butuh waktu seminggu sih, karena waktu itu pr lagi bejibun banget *merenung*.
Saya suka sama ceritanya. Ada unsur unsur Indonesianya. Kayak Saka di novel novel sebelumnya, Saka disini juga masih keukeuh mau bikin group band metal. Selain itu ada beberapa tokoh baru, dan Mel yang ke Paris untuk kuliah juga menyempatkan diri untuk liburan di Soda.
Tapi tetep aja. Saya lebih suka novel novel sebelumnya daripada novel ini. Saya tetep suka sama novel Canting Cantiq dan Cinderella Rambut Pink. Tapi, kalau masalah bagus apa enggaknya, novel ini bagus kok. Khas banget kayak novel karya kak Dyan yang lain.
Buku ketiga ini mengambil cerita tentang Saka, salah satu tokoh yang dekat dengan Melanie, tokoh utama di buku satu. Kalau di buku pertama dia biasanya yang mengantar Mel ke mana-mana dengan sepeda ontelnya.
Kita diberikan ilmu agar bisa selalu berbuat baik kepada orang, bukan untuk jadi semakin jahat.
Perbedaan terbesar antara buku ini dengan buku pertama dan kedua terletak di kebersamaan anak-anak kos Soda. Di sini kebersamaan itu kurang terlihat. Memang tetap ada dan masih tetap dekat, tapi di sini lebih banyak diperlihatkan tentang Saka dan mantan teman-teman bandnya. Sayang sih, saya berharap anak-anak Soda juga bisa lebih diperlihatkan lagi.
Secara keseluruhan saya suka buku ini. Karakternya likeable , konfliknya cukup bagus, penyelesaian konfliknya juga baik. Saya juga merasa akhir yang didapat Saka lebih masuk akal dibanding di buku pertama.
Karena udah ngikutin buku-buku sebelumnya, jadi udah punya gambaran tentang cerita yang bakal diangkat, yaitu seputar Saka, seorang pemuda Jawa yang tetap berpegang teguh pada budaya sambil mengembangkan minatnya di bidang rock n roll. Ceritanya bagus, penuh makna.. walau agak kurang realistis juga sih menurutku pribadi, but that's what a book is all about kaaan. where all things are possible. Kisahnya santai, asik di baca. BUktinya selesai dalam sehari tuh bacanya ;) Plot, klimaks, hubungan tokoh-tokohnya dibuat dengan rapi dan mengalir walau kadang aku harus kegatelan sendiri karena banyak adegan kayak film2 romance gitu hahahaha but it was satisfying. worth it lah :) Untuk review lengkapnya, kunjungi http://itdoesexists.wordpress.com/ ajaaa :) I'll wait for your visit! ^^ enjoy reading~!
Novel pertama Dyan Nuranindya yang berjudul Dealova adalah novel pertama yang kubaca yang dengan mudahnya membuatku meneteskan airmata. Sejak saat itu saya sudah menyukai dan mengoleksi novel - novel mba Dyan. Mulai dari Dealova, Rahasia Bintang hingga seri Kos-kosan Soda. Cerita mengenai Saka ini membuatku mengenal sisi lain dari seorang Saka yang sudah kukenal ketika membaca seri Kos-Kosan Soda pertama dan kedua. Menyelami kehidupan serta masa lalu Saka membuatku menyadari bahwa menjadi seorang musisi itu tidaklah gampang. Banyak rintangan yang seakan tak kunjung usai. Tapi bagaimana kita bisa maju, berdiri dan terus melangkah entah betapa seringpun kita jatuh dan gagal, itulah yang membuat kita menjadi pribadi yang lebih kuat dan solid dibanding yang lain.
novel yang keren! secara keseluruhan aku suka, tapi ada yang sedikit nggak aku sukai dari novel ini. Di novel ini kan tokoh utamanya Saka, nah dia itu terlalu tenang dan pendiam, nggak kayak tokoh utama di novel sebelumnya (Mel dan Dara) yang nggak pendiam dan karakternya lebih menarik. Trus lagi, di novel ini kelucuan-kelucuan yang biasa dibuat kak Dyan Nuranindya berkurang, jadinya aku kurang suka, soalnya aku suka novel yang banyak unsur komedinya, tapi juga fokus pada inti cerita. Maaf ya Kak Dyan, aku lebih suka novel-novel kakak yang sebelumnya.. :(
Gak tau kenapa, saka itu ngingetin saya sama bima. Sama-sama pendiem, kalem. Bedanya sih saka gitaris hebat. Bima beda jurusan. Usahanya getol, lagi gak pantang nyerah.
Udah gitu aliran musiknya rock (yang menurut saya modern), di campur sama pengetahuan wayangnya (yang ini tradisional) jadi bikin buku ini indonesia sekaligus barat banget. Jadi terobsesi juga sama penokohan wayang haha.
Menceritakan seorang cowok asli jawa tengah yang ingin mempunyai band. Cinta sekali dengan dunia seni musik, terutama musik yang bergenre rock. Disini juga menceritakan sisi lain dari anggota band. Menceritakan bagaimana produksi musik di Indonesia. Tentu saja geli setiap baca scene yang ada Coro nya. Hahahaha. Karena, dalam bahasa jawa Coro itu diartikan sebagai kecoa di bahasa Indonesia :D
Ceritanya ringan, menghibur. Quoting: 'Life is a learning process. Sama seperti saat kecil kita belajar bersepeda. Butuh keberanian dan kerja keras untuk mampu berjalan. Jatuh dan terluka itu adalah hal biasa. Hingga akhirnya kita mampu membawa sepeda kita melewati jalan setapak, jalan kecil, hingga jalan raya sekalipun'
It's kewl!bener-bener sesuai sama judulnya, rock and roll bangeeeet!dari tokohnya, alurnya, semuanyaaa...banyak menemukan qoutes2 menarik dan membekas di hati. good job kak Dyan Nuranindya^^ heart this book so much<3