Bintang yg pertama: No endorsement. Ketiadaan endorsement di buku ini seakan menyejukkan dahaga setelah sekian lama jenuh dengan buku-buku terbitan baru yang selalu penuh dengan endorsement, pengantar, kesaksian dll yang cenderung lebay. Kadang, endorsementnya melebihi isi buku itu sendiri. Ini menunjukkan kepercayadirian seorang Rindu yang tampil dengan dirinya sendiri. This is me. My thoughts, my words.
Bintang yg kedua: Tema yang diambil adalah tema serius. Relijiusitas. Berangkat dari blog, buat gw pribadi, ini adalah sesuatu yg beda. Banjir blog lebih kepada tulisan2 yang tidak serius, main-main, remeh temeh, sok-sok lucu, tapi memang itu yg laku sih. Banjirlah para pengikut blogger buku yang kemudian membuat tulisan2 ringan. Gak salah. But again, jenuh. Nah, Rindu hadir dengan tulisan yang mengajak ke arah kebaikan. Bukan dengan cara menggurui yang dangkal, tapi lewat cara yang lebih bersahabat. Bahasa yang ringan, tema yang 'kena', membuat tulisan-tulisannya berkesan karena terlibat dengan kejadian praktis sehari-hari.
Bintang yg ketiga: Cara bertutur yang enak. Gaya bahasa rindu adalah gaya bahasa sehari-hari. Kadang ada candaan-candaan menggelitik, sehingga membaca buku ini tidak membosankan. Minus poin di sini, adalah adanya tulisan yang sepertinya gabungan dari beberapa tulisan yg ada di blognya. Menurut gw, sebaiknya ditampilkan apa adanya seperti di blog. Bahkan dengan neticon-neticon yang sering ditaro oleh Rindu yang membuat penuturannya menjadi tidak membuat kening berkerut. Penggabungan beberapa tulisan, menjadikan bacaannya seakan berat, koq gak habis-habis..padahal temanya itu lagi-itu lagi. Kalo ada edisi revisi -semoga-, kembalikanlah dalam format seperti di blog. Ringan, renyah, gampang dikunyah, dibaca dalam waktu 10-15 menit satu judul selesai.
Bintang yg keempat: Packaging yg simpel. Cover simpel. Kertas simpel. Membuat buku ini enak dibaca sembari santai, meskipun isi yang disampaikan bukanlah hal2 yg bisa dibawa nyantai. :D
Dan... bintang yg kelima, yg gagal gw berikan adalah karena Rindu membuka identitas dirinya. Gw prefer tetap dibuat sebagai sosok seorang Rindu. Perempuan aktif, ringan melangkah, ringan berbagi, banyak peduli dan memiliki sisi humor yang asik. Siapa dia? Just somebody in the internet world....
-andri-
***
Covernya cakep. No endorsement, ini yg ngagetin. Jenuh sama buku2 yg lebay-endorsed. Isinya bernuansa reliji, muncul pertanyaan, apakah ini produk dari FLP yg menelurkan banyak asma nadia-asma nadia baru.
Berangkat dari blog sang penulis, muncul pertanyaan lagi, apakah ini hanya copy-paste dari blog, atau ada perubahan-perubahan. Lalu muncul lagi pertanyaan lanjutan, apakah format buku juga bisa menghadirkan 'kelucuan2' yg ada seperti di blognya.
Sebagian besar rasanya ada di blog yang sudah pernah saya baca. Pertama tertarik dengan taglinenya yang di cover. Intinya kalau kita punya masalah Allah hanya menyuruh kita agar sabar dan shalat. That's it. Ditambah cover belakang kata2nya juga menyentuh.
Judul: Perempuan pencari tuhan Penulis: Ade a.k.a Rindu Penerbit: QultumMedia Dimensi: xvi + 204 hlm, 14 x 21 cm, cetakan ketiga januari 2013 ISBN: 978 979 017 2067
Buku motivasi islam ini mengingatkan saya pada buku Menggapai Impian karya Masriyah Amva di Kompas. Tentu saja berbeda gaya bahasanya. Rindu lebih bergaya santai khas usia 20-25an. Namun bahasannya mirip, yakni tentang pengalaman keseharian penulis dan orang-orang sekitarnya, luka yang dialami, hingga metamorfosa yang didapat selama mengikuti arus kebaikan yang mendekatkan diri pada Allah.
Secara garis besar buku ini membahas tentang setan sebagai musuh abadi manusia, kehati-hatian mengelola hati, pencarian identitas mengenai siapakah aku? Pembahasan tentang hati yang kosong dan gelap, nyanyian jiwa dan telaga jiwa. Lalu membahas saat jiwa membutuhkan rumah, dengan menyediakan hati yang tenang. Itu bisa didapat dari membaca surat cinta dari allah, yakbi al qur'an, mengingat kematian sebagai koma, bukan titik. Menyikapi saat impian hancur berantakan, meyakini bahwa saya + allah = cukup, mengunduh bahagia dan menyingkap insight kun fayakun. Lalu saat allah hadir dalam bahasa cinta, penulis mengajak kita memahami hakikat cinta dan kedewasaan, patah hati, saat terasa sendiri berdiri di ujung jalan, indahnya perpisahan, berterima kasih pada luka, dan jangan menangisi yang bukan milikmu. Terakhir, saat pijakan berada di titik nol, apa yang harus dilakukan? Mendekatkan diri pada Allah, bagi wanita dengan menggunakan hijab, mempertanggungjawabkan nafas yang kita miliki, bersabar dan ikhlas tanpa tepi, melihat kematian menjadi guru kehidupan, simulasi bagaimana bila kita mengintip catatan malaikat pengawas kita, meninggalkan si dia demi DIA, dan mempercayai tangan Allah yang bekerja tanpa terlihat.
Tidak terlalu banyak hal baru yang saya dapati memang dari buku ini. Semua mainstream, namun tetap ada pembelajaran yang dapat saya ambil. Jujur, memang agak sedikit membosankan buku yang seperti ini karena penulis terasa seperti serba tahu, mendadak ustadz. Perlu suatu kondisi yang pas untuk membaca buku-buku bertipe seperti ini. Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.
"Manusia yang terang alam kuburnya adalah manusia yang menjadikan bumi allah yang terhampar luas ini sebagai masjid baginya. Kantornya, kampusnya, tokonya, adalah mushalla yang selalu mengingatkan kepada allah. Meja kerjanya dan notebooknya adalah sumur ilmu untuk mengenal allah. Ia memfungsikan tatapan mata dan lidahnya menjadi mata dan lidah yang penuh rahmat. Ia melihat dan berkata-kata dengan kasih sayang dan kelembutan. Pikirannya senantiasa husnuzhan (berbaik sangka). Tarikan nafasnya berhias tasbih. Gerak hatinya adalah doa untuk memohon ampunan. Bicaranya bernilai dakwah. Diamnya zikir. Gerak tangannya sedekah. Langkah kakinya hanya untuk allah. Aktivitas kesibukannya adalah untuk memperbaiki diri, bukan sibuk mencari kesalahan orang lain." (Hlm. 43)
Subhanallah, indah banget kalimat di dalamnya. saya seolah di gampar bolak balik membaca setiap bait kalimat di dalamnya. Sangat sederhna dan tidak terlalu rumit untuk di pahami, bahkan untuk usia remaja, sangat mampu mengubah pola pikir seseorang. Buku ini sangat sangat membantu kita untuk mencintai Allah, dan mensyukuri segala nikmat dariNya. 4bintang untuk buku yang nyaris sempurna.
Membaca buku ini serasa menjadi pelaku utama dari setiap scene yg dituturkan oleh si Penulis. Ringan, tapi dalam. Terkoneksi di setiap alurnya. Terlebih, ada Allah disetiap sudut pandangnya
Jatuh cinta dengan tagline di cover buku, semakin jatuh cinta dengan isinya. Dengan gaya bahasa yg santai tapi ga alay, kalimat-kalimatnya menghujam dada. 'Dan nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu pungkiri?'