Jump to ratings and reviews
Rate this book

Sebelas Patriot

Rate this book
Sebelas Patriot adalah kisah yang menggetarkan dan sangat inspiratif tentang cinta seorang anak, pengorbanan seorang Ayah, makna menjadi orang Indonesia, dan kegigihan menggapai mimpi-mimpi.

Novel Sebelas Patriot adalah karya yang unik karena untuk mendapatkan seluruh impresi secara utuh dari karya ini mesti pula mendengarkan tiga buah lagu yang lirik dan aransemen musiknya diciptakan Andrea Hirata. Lagu-lagu tersebut berjudul “PSSI Aku Datang”, “Sebelas Patriot”, dan “Sorak Indonesia”.

Novel dan lagu-lagu tersebut adalah satu kesatuan karya. Novel ini dilengkapi dengan CD berisi tiga lagu tersebut. Andrea Hirata menyebut lagu-lagu itu sebagai puisi yang dinyanyikan dan semangat yang didendangkan. Pengalaman Andrea Hirata menciptakan lagu dimulai dengan menciptakan lagu “Cinta Gila” untuk soundtrack film berdasarkan novel keduanya, Sang Pemimpi. Lagu tersebut dipopulerkan oleh Band Ungu dan terpilih sebagai The Best Soundtrack pada Indonesia Movie Award 2009.

71 pages, Paperback

First published January 1, 2011

97 people are currently reading
1480 people want to read

About the author

Andrea Hirata

22 books2,434 followers
Under a bright sunny sky, the three-day Byron Bay Writers’ Festival welcomed Andrea Hirata who charmed audiences with his modesty and gracious behavior during two sessions.

Andrea also attended a special event where he and Tim Baker, an Australian surfing writer, spoke to a gathering of several hundred school children. During one session, Andrea was on a panel with Pulitzer Prize winning journalist from Washington, DC, Katharine Boo, which he said was a great honor.

The August event for the school children was very meaningful to Andrea, the barefooted boy from Belitung, as he made mental comparisons with the educational opportunities of these children, compared to what he experienced.

And now his own life story is about to become even more amazing, as his book Laskar Pelangi (The Rainbow Troops) is being published around the world in no less than twenty-four countries and in 12 languages. It has caught the eye of some of the world’s top publishing houses, such as Penguin, Random House, Farrar, Straus and Giroux, (New York, US) and many others. Translations are already on sale in Brazil, Taiwan, South Korea and Malaysia.

All this has come about because of the feeling of appreciation that the young Andrea felt for his teacher, Muslimah. He promised her that he’d write a book for her someday. This was because for him and his school friends, a book was the most valuable thing they could think of.

Andrea told a story that illustrated this fact. When royalties flowed in for him he decided to give his community a library. He spent a lot of money on books. He left the village headman in charge of administering the library. However, when he came back several months later, all the books were gone. People loved the books, but they had no concept of how a lending library functioned.

“Some of them could not even read, but they just loved to have a book, an object of great value and importance, in their homes. We will restock the library with books and this time it will be run by our own administration,” he laughed.

Andrea told this story as we sat in the coffee shop adjoining a Gold Coast City Library, one of 12 scattered around the city. One of the librarians, Jenneth Duque, showed him around the library, including the new state-of-the-art book sorting machine, for processing returns located in the staff area. As he saw the books being returned through pigeonholes by the borrowers and the computerized conveyor belt sorting them into the correct bin for reshelving, the sight made him laugh and prompted the telling of that story.

Andrea wrote the book for his teacher while in the employ of Telkom, but the completed manuscript was taken from his room, which was located in a Bandung student accommodation community. Whoever took the manuscript knew enough to send it to a publisher and that’s how Andrea, an unhappy postal service worker who had studied economics in Europe and the UK, became the accidental author of the biggest selling novel in Indonesia’s history.

He has since written seven more books.

Fast forward to 2011 and Andrea was in Iowa, the US, where he did a reading of his short story, The Dry Season. He was approached by an independent literary agent, Kathleen Anderson. They talked, but for six months there was no news until an email arrived telling him that one of the best publishers in the US, Farrar, Straus and Giroux, had accepted his book.

Then every week, more publishers said “yes” and now he has 24 contracts from the world’s leading publishers.

Andrea worked with Angie Kilbane of the US on the English translations of Laskar Pelangi and its sequel Sang Pemimpi (The Dreamer). Translators from several other countries have visited his home village in Belitung to do research.

“For a long time I wondered what was the key to the enormous success of my book,” Andrea said.

“I think there’s no single right answer. Perhaps people are fed up with writing focused on urban issues or esca

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
593 (26%)
4 stars
638 (28%)
3 stars
733 (32%)
2 stars
216 (9%)
1 star
54 (2%)
Displaying 1 - 30 of 267 reviews
Profile Image for Aveline Agrippina.
Author 3 books69 followers
July 14, 2011
Kata Vince Lombardi, football is like life - it requires perseverance, self-denial, hard work, sacrifice, dedication and respect for authority. Setidaknya Ikal mengamini apa kata-katanya dalam cerita Sebelas Patriot ini.

Saya percaya, Andrea Hirata adalah penulis yang sangat narsis!

Sejak Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov, Padang Bulan, Cinta dalam Gelas, dan Sebelas Patriot (serta Ayah -yang akan terbit), semuanya (hampir) bercerita tentang dirinya. Adakah kawan-kawan yang tahu penulis yang lebih narsis dari dirinya?

Nada-nada bercerita ketujuh novelnya serupa: puitis, dirangkai dengan majas yang berirama, dan diksi yang seolah-olah bernapas dalam setiap untaian ceritanya.

Saya bukanlah pemuja dirinya, setidaknya saya menyukai tulisannya. Itu saja.

Diawali cerita tentang ayahnya yang seorang penambang timah yang jago bermain bola yang harus pupus karena tempurung lututnya hancur diremukkan oleh Belanda. Ikal percaya kalau lututnya tidak hancur, ayahnya itu sudah menjadi pemain bola yang handal. Pemain berseragam PSSI.

Ikal mewarisi bakat itu. Ia bermain bola dan berharap dapat menjadi pemain PSSI. Pupus sudah harapannya karena ia gagal dalam seleksi tingkat nasional. (Kok tak pernah ada ya cerita ini dalam tetralogi Laskar Pelangi atau setidaknya disindirlah sedikit).

Kurasa cerita ini ditulis oleh Andrea Hirata karena kemelut yang dialami oleh PSSI saat ini dan lewat novelnya, ia berusaha mengembalikan kepercayaan masyarakat kalau Indonesia bisa berjaya dalam sepakbola.

Tapi, perasaan saya berubah ketika Ikal lebih banyak bercerita tentang perjuangannya untuk mendapatkan kaos Real Madrid yang bertanda tangan Luis Figo yang didapatkannya dengan susah payah.

Nah, Ikal narsis kan?!

Lalu di mana hubungan antara 11 pemain bola yang patriot itu dengan kaos Luis Figo? Mungkin Ikal itu yang dimaksudnya patriot karena telah menyenangkan hati ayahnya yang di Belitong, yang pemuja Real Madrid dan Luis Figo? Saya pun tak tahu.

Untuk lagunya, saya pun ditumbuhi rasa kecewa. Ternyata lebih banyak pengulangan dan ritmenya pun hampir serupa. Hanya syair-syairnya saja yang diganti. Malah kesan saya terhadap Andrea Hirata yang malas menulis lagu muncul ketika lagu 'Sorak Indonesia' cuma berisi enam kata! Semprul!

Oh ya, katanya sebelas patriot, kok tangan di covernya hanya sembilan? Katanya sebelas patriot, kok kepala pemainnya hanya enam? Tapi terserah sang penulislah.

Tabik!


Jakarta, 14 Juli 2011 | 18.51
A.A. - dalam sebuah inisial
Profile Image for ijul (yuliyono).
811 reviews970 followers
July 2, 2011
----2,5 star

Aku masih, dan mungkin akan selalu, terpukau dengan kepiawaian seorang Andrea Hirata meracik karya-karya tulisnya. Aku selalu menganggap takarannya pas. Diksinya meyakinkan. Dan, selalu mampu menghanyutkanku dalam dentuman syahdu yang menggelorakan sanubariku.

Namun, semakin ke sini aku semakin tak yakin Andrea bisa lepas dari cangkang narsisme yang dipupuknya dari jaman Laskar Pelangi. Semua-mua ide hanya berasal dari cerita yang membesarkan namanya di kancah dunia sastra Indonesia. Entahlah, kupikir bukan rasa bosan yang menyergapku. Aku baru baca 3 ceritanya, for God's sake. Nggak mungkin kan sudah bosan. Tapi, aku butuh keragaman kisahnya. Aku butuh merasa dia bisa mencipta karakter atau cerita yang lain.

Tapi, siapalah aku, apalah hakku memaksanya menulis cerita yang tidak ada niatan ia tuliskan. Andrea punya napas dan langkah bebas yang dia nahkodai sendiri. Hanyalah setitik harap padanya agar berani lepas dari cangkang popularitas si Boi dan menggebrak lagi dengan cerita fantastis lainnya.

Khusus novel ini, awalnya kupikir aku akan disuguhi sebuah menu yang hampir mirip Laskar Pelangi. Sebagaimana kisah heroik perjuangan sepuluh siswa SD Muhammadiyah di Belitong mencecap dunia pendidikan. Nyatanya, epik sepak bola yang coba diangkat Andrea pun singkat saja. Tak sampai bangkit gegap gempita hatiku (sebagaimana debaranku ketika menyaksikan tim bulu tangkis Indonesia berlaga di kompetisi internasional), Andrea sudah mengakhiri kisahnya dengan cerita tentang dirinya sendiri yang melancong ke Madrid dan bertemu seorang gadis bernama Adriana. Hmm, harapan mendapatkan debaran semangat patriotisme justru melempem begitu disuguhi camilan berupa perjuangan si Boi mendapatkan suvenir khas pemain bola Luis Figo untuk sang ayah di Madrid. *sigh*

Btw, CD-nya masih belum kuputar. Entahlah, apakah membaca sembari mendengar CD soundtrack-nya dapat membuatku lebih menikmati membaca novel ini? Layak dicoba, sih.
Profile Image for Zaghol .
1,115 reviews
April 11, 2019
"Cinta bola sepak,adalah cinta buta yang paling menyenangkan!"

"Begitu besar cinta, begitu singkat waktu (90 minit), begitu besar kecewa (kalau kalah haha), lalu tidak ada hal lain selain menunggu perlawanan berikutnya, lalu bergembira lagi (kalau menang). Bola sepak adalah satu satunya cinta yang tidak bersyarat di dunia ini!"

Begitu indah naskhah nipis ini,
terasa mahu dipanjangkan lagi (kalau boleh ada sequel haha),
minat bola atau tidak,
bacalah novel hebat ini! (banyak sejarah kekejaman negara Van Persie diselitkan)

p/s:pasti akan faham perasaan Scouser huhu
Profile Image for Ophan Bunjos.
Author 8 books36 followers
June 1, 2012
Pernah lihat filem Escape To Victory, di mana lagenda bolasepak dunia dan Brazil, Pele berlakon di dalamnya? Pada saat2 akhir perlawanan ketika pasukan Jerman mendahului pasukan kelompok dunia, 4 - 3, Pele masuk sebagai pemain gantian dan berhasil menyamai kedudukan dengan tendangan basikalnya. Ketika itu seluruh penonton, dunia amnya bersorak seolah-olah mereka telah memenangi perang menumpaskan Jerman.

Seingat aku Indonesia pernah berhasil ke pusingan akhir Piala Dunia 1938 di Perancis, tetapi ketika itu mereka menggunakan nama Pasukan Hindia Timur Belanda. Ya, sudah tentu ketika itu Belanda menguasai sepenuhnya Indonesia. Dengan bolasepak, Indonesia seolah-olah mampu berperang dan berjuang demi kemerdekaan.

Dalam kisah ini, ketika Ikal berada di Stadium Santiago Barnebeu menyaksikan perlawanan antara Real Madrid dengan Valencia, Adriana memanggilnya Madritias, merujuk gelaran kepada peminat fanatik pasukan Galaticos ni. Dan sekarang, ketika Ikal berharap pasukan PSSI juga memiliki gelaran tersendiri, ujudlah nama TIMNAS.

Andrea Hirata menceritakan dengan cukup bagus tentang bolasepak. Meskipun hanya bolasepak kampungan, namun itulah bolasepak, akar serta puncaknya sangat memberi satu rangsangan semangat yang utuh, keberkesanan kecintaan pada negara dan perpaduan yang jagat. Bukan hanya merujuk pada Sebelas Patriot yang berani menentang halangan yang Belanda buat, namun ia menyuntik kepada rasa kebanggaan dan ingin membuktikan kepada orang yang sangat dikasihi bahwa darah semangat perjuangan itu tetap mengalir dalam jiwa.

Dari bukunya yang pertama lagi, aku lebih suka tentang usaha kerasnya untuk mendapatkan apa saja yang diimpikannya. Dia bukan saja sekadar bermimpi, namun melunaskan mimpi-mimpinya. Dan aku bertanya, kenapa tidak aku juga?
Profile Image for Ika Karunia Purnamasari.
27 reviews
July 13, 2011

menceritakan tentang hubungan anak dan ayahnya. Terkesan. Sederhana tapi dalam, dan gak nyangka, cerita bung andrea dramatis juga ya, tadinya kurang percaya seandainya tidak dicantumkan berbagai posenya demi hadiah untuk ayah tercinta, dimana dia rela menjadi buruh dalam perjalanan backpackernya. salute!

buku tipis bergizi, hanya 100 halaman, yang saya khatamkan diatas kereta ekonomi dalam perjalanan, mengesankan teman! tentang cinta anak kepada ayahnya, rakyat pada bangsanya dan kami (termasuk saya) yang masih selalu memberikan kepercayaan penuh untuk sepakbola Indonesia,
yooo, semangat Arif Suyono, eh salah, tim PSSI maksudnyaa, haha :)

kutipan favorit saya:
“Prestasi tertinggi seseorang, medali emasnya, adalah jiwa besarnya.”

Ayah adalah sebuah pesona dalam keheningan. Di dunia ini pasti hanya aku yang tahu nama klub dan pemain sepak bola kesayangannya. Aku bertanya terus, tapi sunyi, sepi, senyap.
Karena dari kisah di kampungku, aku telah mengetahui bahwa sepak bola pernah menjadi lambang pemberontakan demi kemerdekaan. Seandainya sepak bola memang memiliki jiwa, maka jiwa sepak bola adalah patriotisme. Cinta sepak bola, adalah cinta buta yang paling menyenangkan.
----------------------------------------------------------------------------------
“Begitu besar cinta, begitu singkat waktu, begitu besar kecewa, lalu tak ada hal selain menunggu pertandingan berikutnya, lalu bergembira lagi. Sepak bola adalah satu-satunya cinta yang tak bersyarat di dunia ini”
Aku terperangah.
“Pahamkah kau maksudnya?”
Barangkali aku tak langsung paham tapi aku mengangguk. Tak mau kurendahkan intelejensia dari percakapan ini. Kurenungkan sebentar, bahwa cinta bagi kebanyakan perempuan adalah dedikasi dalam waktu yang lama, tuntutan yang tak ada habis-habisnya sepanjang hayat, dan semua pengorbanan itu tak jarang berakhir dengan kekecewaan yang besar. Demikian kesimpulanku atas jawaban Adriana. Bagi perempuan ini, mencintai sepak bola adalah seluruh antitesis dari susahnya mencintai manusia. Sungguh mengesankan.

---------------------------------------------------------------------------------
Pengalaman menonton sepak bola di negeri orang memberiku penghayatan yang lebih dalam tentang arti mencintai PSSI dan makna mencintai tanah air. Berada di antara masyarakat yang asing, nun jauh dari kampung sendiri, menyadarkanku bahwa Indonesia, bangsaku, bagaimanapun keadaannya, adalah tanah mutiara dimana aku telah dilahirkan. Indonesia adalah tangis tawaku, putih tulangku, merah darahku, dan indung nasibku. Tak ada yang lebih layak kuberikan bagi bangsaku selain cinta, dan takkan kubiarkan lagi apapun menodai cinta itu, tidak juga karena ulah para koruptor yang merajalela, biarlah kalau tidur mereka didatangi kuntilanak sumpah pocong.

Jika ada hal lain yang sangat menakjubkan di dunia ini selain cinta, adalah sepak bola
Profile Image for Nazmi Yaakub.
Author 10 books277 followers
July 24, 2015
Sebelas Patriot karya Andrea Hirata melontarkan kisah Ikal dalam usaha untuk menggapai cita-cita menjadi pemain bola sepak kebangsaan.

Menariknya, cita-cita itu didasarkan pada sejarah ayahnya yang pernah menjadi ayam tambatan dalam sukan itu pada zaman penjajahan Belanda tetapi malangnya terbantut akibat penindasan dan kejahatan kuasa kolonial.

Novel ini tampil dalam bentuk novelet setebal 71 halaman ibarat membulatkan patriotisme pada bola sepak yang ditendang pada padang sastera dengan langgam yang pantas tetapi memikat, sebelum melontarkannya ke persada dunia.

Sebagai bacaan pantas seperti juga barangkali menyalin permainan pantas dan gerakan lincah dalam bola sepak - buku ini wajar disuguhkan kepada anak-anak lelaki kita supaya mengenal makna patriotisme di sebalik keghairahan bola sepak yang cuba ditampilkan lebih kepada hiburan dan materialistik semata-mata.
Profile Image for Annisa Anggiana.
282 reviews53 followers
February 20, 2013
Penerbit : Bentang Pustaka

Tebal : 101 Halaman

“Cinta sepak bola adalah cinta buta yang paling menyenangkan” (Hal 88)

Ungkapan ini sungguh membawa saya ke masa-masa dimana saya menjadi penggila bola, saat kelas 1 SMA, setelah piala dunia 1998. Saya dan temen-temen satu geng bahkan masuk ke ekskul bola di sebagai manager recok. Kami mati-matian menjadi suporter tim kelas kami, walaupun kalah, tapi rasanya tim kelas kami tetap yang terhebat. Cinta sepakbola memang cinta buta.

Back to the book, membaca novel terbaru Andrea Hirata ini membuat saya pada beberapa bagian tertawa geli dan pada beberapa bagian lain sangat terharu. Masih bercerita tentang salah satu chapter dalam kehidupan ikal, kali ini Andrea bercerita tentang bagaimana asal muasalnya ikal pada suatu waktu bercita-cita menjadi seorang pemain sepak bola.

Berawal dari selembar foto kuno yang ditemukan ikal di salah satu album di rumahnya. Ikal kemudian mengetahui bahwa pada suatu masa Ayahnya pernah menjadi penjuang sepak bola yang melegenda di kampungnya. Ketika berumur 13 tahun Ayah ikal dan kedua kakaknya dipaksa untuk bekerja rodi menjadi penambang timah oleh penjajah Belanda.

Para penjajah tersebut selalu mengadakan turnamen olah raga dalam rangka memperingati hari kelahiran Ratu Belanda. Namun dalam setiap cabang olah raga, tim Belanda selalu harus menang. Kecuali pada suatu kesempatan ketika Ayah ikal dan kedua kakaknya melakukan perlawanan lewat sepak bola, walaupun sebagai ganjarannya tempurung lutut kiri Ayah ikal hancur.

Kisah itu menginspirasi ikal untuk menjadi pemain PSSI. Ikal pun bergabung dengan tim sepak bola kampung yang dipimpin oleh Pelatih Toharun. Pelatih legendaris kampung yang hanya menganut dua filosofi sederhana, yaitu filosofi buah-buahan dan kedua, dia percaya bahwa kualitas seorang pemain sepak bola dapat dilihat dari bentuk pantatnya ^_^

Dari novel-novel Andre Hirata sebelum ini, bagian favorit yang selalu membuat saya terharu adalah hubungan Ayah – anak antara ikal dan ayahnya. Masih terbayang-bayang di ingatan saya ketika ikal menceritakan bahwa mereka harus berkeliling kampung memakai baju safari di Sang Pemimpi, atau ketika ayahnya menyetrika baju baik-baik dalam rangka menyambut hari pembagian rapot. Sungguh kisah-kisah yang meninggalkan kesan mendalam.

Ikal selalu menggambarkan Ayahnya sebagai sosok pendiam yang bersahaja. Saya sangat senang di buku ini saya bisa mengetahui lebih banyak tentang Ayah ikal, sosok misterius itu. Novel Andrea Hirata berikutnya konon berjudul “Ayah”, mudah-mudahan bercerita lebih banyak tentang sosok Ayah ikal.

Setelah bercerita tentang mengapa ikal pada suatu masa ingin menjadi seorang pemain PSSI (sebelum berlanjut ke bulutangkis), Andrea juga bercerita tentang hipotesisnya mengapa pada saat ini banyak wanita penggila bola di dunia, termasuk salah satunya Adriana yang ia temui dalam perjalanan backpacking ke eropa.

“Kurenungkan sebentar, bahwa cinta bagi perempuan adalah dedikasi dalam waktu yang lama, tuntutan yang tak ada habis-habisnya sepanjang hayat, dan semua pengorbanan itu tak jarang berakhir dengan suatu kekecewaan yang besar. Demikian kesimpulanku atas jawaban Adriana. Bagi perempuan ini, mencintai sepakbola adalah seluruh antitesis dari mencintai manusia. Sungguh mengesankan.”

Hanya satu kekurangan dalam buku ini, ceritanya kurang banyak, hehe. Saat menutup buku membuat saya berfikir, c’mon tell me more!! ^_^

Walaupun memang sebagian besar membicarakan tentang sepak bola, isi buku ini bukan semata-mata tentang sepak bola. Kesan yang saya tangkap dari buku ini adalah cinta dan hubungan ayah dan anak yang indah, membuat terenyuh sekaligus iri. Hehe.

“Prestasi tertinggi seseorang, medali emasnya, adalah jiwa besarnya.”

Nasihat Ayah ikal kepada ikal saat kalah dalam pertandingan sepak bola.
Profile Image for nazhsahaja.
127 reviews16 followers
September 17, 2016
andrea adalah perakam waktu terbaik. dia tak perlu kamera slr model tercanggih untuk rakam memori memorinya, cukup dengan cara dia melihat segala yang berlaku di sekeliling lalu ditulis dengan hati yang penuh. itu sudah cukup mengesankan. ah, andrea memang dilahirkan magis. matanya, tangannya, cara fikirnya, cara dia memandang kehidupan yang serba kurang dengan cara yang sangat unik adalah sejenis anugerah tuhan kepada aku -buku bukunya seperti surga kecil buat kami.

buku ini adalah serpihan dari tetralogi laskar pelangi, untold story tentang ikal yang tidak diceritakan di buku lalu. meskipun hanya serpihan namun ia boleh berdiri sendiri. kau masih boleh makan apa yang dihidangkan dalam ini tanpa pengalaman dari laskar pelangi, cuma jika dihabisi selepas buku tetralogi tadi, ia akan jadi side dishes yang pantas sekali.

dengan senipis 74 muka, buku ini adalah sejenis one night stand yang patut dibaca kau yang mungkin sedang lelah dengan hidup yang sudah kau rasakan cukup susah. namun bagi ikal, tiada apa yang lebih menggusarkan hatinya selain dari menghampakan harapan ayahnya yang sebenarnya tidak pernah mengharapkan apa apa.

terakhir; seperti andrea, aku juga mencintai abah. dengan kecintaan yang paling dalam.
Profile Image for Nawfal Ahmad.
37 reviews2 followers
July 11, 2016
Ianya sebuah buku yang ringkas (seratus muka sahaja). Namun cukup bagus untuk melupakan sakit membaca novel Ayah. Ini kena dengan gaya beliau, diksinya menari dengan baik, meruntun jiwa, aku sangat empati dengan karakter ikal dan ayahnya. Tambah asyik, dengan tambahan yang seperti foto, basikal bonceng dan bola sepak kampung. Menjadikan ia cukup bagus. 

Mungkin disebabkan aku terkesan dengan novel-novel beliau yang sebelum, aku juga turut empati dengan mereka. Mungkin. 

Namun yang paling penting adalah kesan semangat dari novel ini. Bagi peminat bola, tentu sekali ianya menjentik perasaan kerana terkait isu impian, nasionalisme, keseronokan dan passion dalam bola. Ia ibarat cinta yang buta. biarkan kalah, tetap mahu disokong. Itu memang prinsip seorang peminat bola. 

Sadis sekali gabungan tema impian seorang ayah yang mahu bermain bola untuk indonesia, anak yang mahu membalas jasa serta latar bola. Sangat kuat tema ini dan itu menjadi punca novel ini diingati dan disukai
Profile Image for Nik.
60 reviews5 followers
July 10, 2015
Sebelas Patriot. Cerita yang paling pendek oleh Andrea Hirata. Kurang sejam membacanya. Cerita pendek, tetapi mengesankan. Kisah sebelas patriot yang menjadi titik tolak Andrea menanam cintanya terhadap bola. Dengan hanya 2 perenggan, Andrea menerangkan segala hal tentang sukan itu. Ia seni, agama, psikologi, politik, keikhlasan, sejarah, patriotisme, perniagaan dan segala macam yang diterangkan. Pertama kali, aku berubah pandangan tentang bola, bahawa ia bukan semata-mata tentang 22 orang yang mengejar sebiji bola. Tetapi belumlah membuatkan aku jatuh cinta dengan bola. Haha.
Profile Image for Septri Lediana.
35 reviews6 followers
March 20, 2012
Tentang Cinta dan Sepakbola

Andrea Hirata, novelis Tetralogi Laskar Pelangi menawarkan tema berbeda. Jika sebelumnya Andrea lebih banyak menceritakan tentang pendidikan, sekarang ia bercerita tentang olahraga : sepak bola. Hasilnya sebuah novel yang mampu membangkitkan kecintaan pada sepak bola sebagai wujud kecintaan pada bangsa. Dari judulnya, 'sebelas patriot' Andrea Hirata mengandaikan sebelas pemain dalam tim sepak bola bak patriot atau pahlawan yang memperjuangkan harkat dan martabat bangsa.

Sayangnya Andrea sepertinya masih belum mau lepas dari kesuksesan Laskar Pelangi. Sampai saat ini keseluruhan novel yang ia tulis (sebanyak tujuh novel) masih belum lepas dari tokoh Ikal. Andrea seakan sengaja mengupas satu persatu apa yang terjadi pada Ikal di masa lalu dan membaginya menjadi beberapa novel. Terkadang terlihat seolah Ikal menjadi tokoh dengan kepribadian yang berbeda dari imej yang telah terbentuk pada novel-novel sebelumnya. Mungkin pada novel berikutnya Andrea bisa menyuguhkan tokoh lain yang bisa menandingi kesuksesan Ikal untuk menghindari kemungkinan pembaca bosan membaca karyanya. Sekaligus menghindari terjadinya perubahan imej tokoh yang terlalu jauh.

Pada novel tetralogi Laskar Pelangi yakni Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov, Andrea menceritakan tentang pendidikan dan impian. Bagaimana di daerah Belitung pendidikan masih belum bisa dinikmati dengan layak oleh semua anak. Tema ini mampu membuat Laskar Pelangi menjadi salah satu novel fenomenal Indonesia tentunya karena di Indonesia pada kenyataannya masih banyak daerah yang memiliki keadaan sama dengan Belitung, masih banyak anak-abak yang tak bisa bersekolah dan mengejar impian karena impitan ekonomi.

Sayangnya Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas tidak terlalu menuai kesuksesan yang sama. Mungkin dikarenakan tema percintaan tak dianggap terlalu mengetuk hati pembaca untuk bergegas membaca karya Andrea. Ditambah lagi tokoh Ikal pada Cinta Dalam Gelas dan Padang bulan ini berbanding terbalik dengan imej yang terbentuk pada Tetralogi Laskar Pelangi. Ikal yang mementingkan pendidikan tiba-tiba melepaskan impian dan pendidikan demi cinta.

Setidaknya untuk Novel sebelas Patriot, kesuksesan Laskar Pelangi diharapkan bisa kembali terulang. Tema sepakbola yang ditawarkan pas dengan keadaan Indonesia yang sedang bergegas mempopulerkan sepakbola dan memperbaiki PSSI. Sebelas Patriot bisa menjadi novel yang pas dibaca penggemar sepak bola dan tentunya berpotensi pula untuk menerbitkan rasa cinta pada sepakbola sebagai wujud kecintaan pada tanah air.

Sayangnya novel ini terlalu tipis, ceritanya terlalu singkat dan kekurangan tokoh lain yang bisa menjadi contoh bagi pecinta sepakbola yang ingin bergabung dalam tim kesebelasan sepakbola. Ibaratnya Sebelas Patriot kehilangan Lintang dan Mahar (tokoh pada Laskar Pelangi yang memberikan inspirasi dan motivasi besar) untuk menjadikan novel ini lebih memiliki pengaruh yang tajam untuk pembaca.

Diceritakan Ikal jatuh cinta pada sepakbola bukan sekedar karena suka cabang olahraga ini saja. Namun, bercampur dengan rasa cinta dan bangga pada Ayahnya. Kecintaannya pada sepakbola seakan menjadi wujud bukti cinta pada Ayah.

Ayah Ikal sempat menjadi pahlawan di lapangan hijau bagi masyarakat Belitung saat itu. Saat ayah Ikal masih muda, pada masa masih penjajahan Belanda pertandingan Sepakbola antara masyarakat pribumi dan Belanda sering dilakukan. Pribumi jarang menang. Ketika Ayah Ikal bergabung dengan tim mereka menuai kemenangan pertama. Sayangnya kebanggaan kemenangan itu menjadi boomerang untuk Ayah Ikal. Belanda tersinggung dikalahkan tim pribumi. Ayah Ikal disiksa, tempurung kirinya terluka. Seumur hidup ia tak bisa lagi bermain sepakbola.

Setelah tahu cerita tragis ayahnya itu rasa cinta Ikal pada sepakbola semakin menjadi-jadi. Ikal ingin bergabung dalam tim PSSI junior, ingin mengharumkan nama Belitung, nama Indonesia seperti ayahnya. Berbagai usaha ia lakukan. Namun ia gagal. Ya, pada Novel ini
bukan ingin bercerita tentang dongeng yang selalu berakhir bahagia, ia berbicara realita. Ia bercerita bagaimana tak mudahnya untuk menjadi patriot sepak bola. Bagaimana kecintaan terhadap sepakbola saja tak cukup untuk menjadi pesepakbola yang membela negara.Perlu kekuatan dan kondisi fisik yang memadai untuk bisa berhasil. Kekuatan dan kondisi fisik yang memang seperti takdir yang telah ditetapkan. Jika tak memadai, takdir tak bisa diubah pun dengan tekad dan kecintaan.

Cerita kegagalan Ikal bergabung dengan tim PSSI Junior menjadi alat yang pas untuk mengatakan pada pembaca sungguh tak mudah menjadi pesepakbola. Jangankan perjuangan latihan dan perjuangan saat pertandingan, untuk sekedar bergabung saja susah. Pembaca diajak untuk menghargai para pesepakbola layaknya patriot, pahlawan yang tak semua orang bisa menjadi sepertinya.

Secara keseluruh novel ini menggambarkan keadaan setitik aktivitas penggila bola yang terjadi di seluruh dunia. Ia hanya mengambil satu contoh dari sekian ratus juta atau mungkin lebih dari keseluru pecinta bola sedunia. Ia menjadi penegasan bahwa setiap orang punya alasan sendiri untuk mencintai sepak bola. Setiap orang pun memiliki cara pandang masing-masing memaknai sepakbola. Apakah itu sepakbola sebagai cabang olahraga semata, sepakbola seabgai gaya hidup, sepakbola sebagai bela negara, sepakbola sebagai politik atau sepakbola sebagai wujud cinta.

Selain berbicara tentang sepakbola sebenarnya Novel Sebelas Patriot ini lebih menegaskan tentang kecintaan anak pada ayahnya dan sebaliknya, ayah pada anak. Jika dikaji mendasar, pada Sebelas Patriot, sepakbola hanya sebagai alat perwujudan cinta anak pada orangtua. Rasa cinta yang kemudian menjadi berkembang meluas. Sepakbola akhirnya menjadi alat perwujudan cinta pada negara.

Sebagai pelengkap, Andrea juga menyuguhkan lagu dengan lirik yang ia ciptakan sendiri. Ketiga lagu berjudul 'PSSI Aku Datang', 'Sebelas Patriot' dan 'Sorak Indonesia'yang dikemas dalam keping CD yang menjadi bagian dari buku. Setidaknya lagu-lagu itu bisa ikut memompa semangat untuk mencintai sepak bola, sepakbola Indonesia.
Profile Image for Nike Andaru.
1,636 reviews111 followers
July 17, 2011
Diceritakan Ikal akhirnya mengetahui jika Ayahnya adalah seorang pemain sepakbola, lebih tepatnya pemain sayap kiri berbakat yang harus mundur karena pada saat itu (jaman penjajahan Belanda) ditentang oleh Belanda dan Ayah Ikal harus menerima semuanya. Ikal mengetahui hal tersebut karena sebelumnya melihat foto sang Ayah sedang memegang piala dan memakai pakaian sepakbola. Sejak saat itu Ikal bertekad ingin menjadi pemain junior PSSI, namun gagal.

Saya selalu salut kepada Andrea Hirata yang mampu mengemas tulisannya dengan gaya melayu jenaka dan penuh dengan kata-kata bijak yang memompa semangat para pembaca. Tak usahlah diragukan lagi kepiawaian seorang Andrea Hirata kalo soal itu. Buku-bukunya akan selalu bisa dinikmati dan ditunggu-tunggu para pembacanya. Apalagi saat dituliskan pelatih Toharun melatih Ikal cs dengan filosofi buah-buahan, menarik sekali. Apalagi ditambah dengan korelasi antara pantat dengan kemahiran bermain sepakbola, benar-benar bikin saya ketawa sendiri.



Yang saya dengar sebelum buku Sebelas Patriot ini terbit, sebelumnya judul Ayah yang akan diterbitkan lebih dulu. Entah kenapa justru Sebelas Patriot yang hadir duluan, padahal disini yang saya liat adalah bagaimana Ikal amat mengidolakan sang Ayah hingga akhirnya bermuara pada kecintaan Ikal pada PSSI. Betapa cantiknya Andrea Hirata mengolah tulisannya, hingga kerasa banget cinta Ikal pada Ayahnya dan juga sebaliknya.

Prestasi tertinggi seseorang, medali emasnya, adalah jiwa besarnya

Ada rasa cinta terhadap orang tua dari buku ini, ada juga nasionalisme yang terlihat. Kita diajak untuk ikut mencintai tanah air dengan mendukung PSSI. Nyatanya memang saat ini tim PSSI kita memang jauh lebih populer dibandingkan dulu. Semua orang sibuk nonton pertandingan bola berapapun harga tiketnya. Apalagi penggemar bola sekarang ga cuma cowok, cewek pun banyak yang suka, ditambah dengan pemain PSSI yang sekarang meni kasep pisan euy :) Mungkin momen ini yang dibidik oleh Andrea Hirata untuk menelurkan Sebelas Patriot.

Namun, sayangnya saya merasa Andrea Hirata selalu tidak bisa lepas dari Ikal, dari Laskar Pelangi yang membesarkan namanya. Setelah Maryamah Karpov, muncul dwilogi Padang Bulan dan Cinta dalam Gelas hingga buku ini yang sama sekali tidak jauh-jauh dari kehidupan Ikal didalamnya. Sepertinya, tetralogi Laskar Pelangi tidak cukup untuk menggambarkan kisah Ikal beserta keluarga dan juga teman-temannya. Tidak salah memang, tapi menurut saya, Andrea Hirata bisa lepas dari cerita Ikal dan Laskar Pelanginya, mengeluarkan karya yang benar-benar baru hingga pembaca tidak bosan.
Profile Image for Nufach.
49 reviews11 followers
May 19, 2015
Tentang Ayah. Apa yang membosankan ketika berbicara tentang ayah? Apalagi saat kita menjuluki ayah kita sebagai ayah terbaik seluruh dunia. Bukankah menjadi ayah akan menjadi kebanggaan besar seorang lelaki?

Dan Andrea Hirata pun merekam kekagumannya pada Ayahnya, lelaki Belitong, yang tak tahu baca tulis, tak tamat SD, hanya bekerja sebagai buruh di PT PN, kuli yang diiuji kesabarannya tidak naik pangkat saat temannya naik pangkat. Bukankah ini potret hidup yang sebagian besar kita temui di Indonesia?

Meski banyak kabar tak sedap yang menimpa Andrea Hirata sebab kesuksesannya mengahantarkan Tetralogi Laskar Pelangi mendunia, karya-karya yang dihasilkannya merupakan blueprint karir awalnya sebagai penulis.

Ia berhasil mengangkat tema sederhana, tema yang sangat dengan dengan kehidupan kita. Ada rasa perjuangan di sana. Di novel ke tujuh ini, ia lagi-lagi mampu menggetarkan pembacanya dengan sajian yang cukup menggugah.

*

Demi memenuhi harapan ayahnya, Ikal belajar bahwa sesuatu yang ingin ia capai haruslah diraih secara maksimal. Ketika harapannya menjadi pemain nasional PSSI kandas, ia hanya bisa berucap maaf pada ayahnya. Ayahnya yang tak pernah menuntut apa pun darinya menjadi suatu beban tersendiri.

*

Cara Andrea Hirata menuturkan kisah hidup yang dituangkan sebagai karya fiksi harus membuat kita cermat. Bagi saya, Sebelas Patriot masih memiliki pertautan banyak dengan tertalogi Laskar Pelangi. Meski motivasi yang ingin disampaikan demikian baik, tapi kita tak bisa lepas begitu saja melahap novel ini.

Andrea Hirata yang kemudian melanjutkan sekolah di Eropa telah memuja Eropa. Ikal lupa bahwa simbol kemajuan peradaban tidak hanya terletak di Eropa. Eropa hanya simbol modernisme yang hari ini banyak memberi andil bagi hancurnya budaya serta ritual tradisional keindonesiaan. Andrea Hirata mungkin lupa bahwa virus modern yang dibawa Eropa menghantarkan mereka untuk menjajah Indonesia. Semoga Andrea Hirata mengingatnya pula bahwa semangat Eropa untuk menjajah negara-negara timur jauh demi mengukuhkan sebagat modern yang mereka miliki. Sebuah semangat untuk menguasai.

Andrea Hirata telah mengambil pijakan yang baik dengan memperkenalkan sebuah kesederhanaan, namun ia fatal saat berbicara tentang cita-cita. Mungkin tulisannya lebih banyak dipengaruhi subjektifitas dirinya yang bersekolah di Eropa kemudian hari. Namun tanpa ia sadari, ia telah mencetak generasi bari di masa mendatang bahwa bersekolah di Eropa adalah sebuah kesuksesan hidup.

Profile Image for Suzan Oktaria.
345 reviews29 followers
July 29, 2011
Saya adalah salah satu dari sekian pecinta bola. Awalnya saya tidak menyukai permainan bola di Indonesia, namun berawal dari berkenalan dengan Sriwijaya FC di tahun 2006 dan hingga kini saya mencintai sepakbola Indonesia.

Apalagi kini sepakbola Indonesia sudah menjadi magnet yang sangat kuat bagi para penggila bola. Mulai dari AFF hingga kini Pra Piala Dunia. Semoaga Indonesia bisa berlaga di Piala Dunia 2014. Dan aku ingin ke Brazil.

Kembali ke buku ini, saya menikmati setiap bentuk kejenakaan, seperti saat Andrea mengemas narasi soal melatih kaki kiri dan hal itu tetap mengundang senyum.

Ceritanya masih berkutat tentang Belitong, fragmen "Laskar Pelangi", cita-cita Ikal kecil menjadi pemain sepak bola dan bermain untuk tim nasional, terutama sejak Ikal tahu jika sang ayah ternyata pernah menjadi pemain sepak bola zaman Belanda, dan pernah menang melawan tim ambtenaar. Sayang cita-cita Ikal kandas pada tahap seleksi tingkat nasional.

Cerita pun berlanjut ke fragmen "Edensor", Ikal yang menuntut ilmu di Eropa melihat buat perempuan yang suka bola. Disini Andrea mengajak dan menggugah nasionalisme kita.

"Menggemari tim sepak bola negeri sendiri adalah 10% mencintai sepak bola dan 90% mencintai tanah air".

"Cinta bagi kebanyakan perempuan adalah dedikasi dalam waktu yang lama, tuntutan yang tak ada habisnya sepanjang hayat, dna semua pengorbanan itu tak jarang membuahkan kekecewaan yang besar".
Profile Image for Adhi Glory (glory2go).
21 reviews4 followers
September 29, 2011
Buat saya: ini novel sepakbola yang kurang nendang...

Cerita tentang ayah Ikal yang semasa penjajahan kolonial Belanda dulu adalah seorang pemain sepak bola berbakat dan, baginya, bermain sepak bola adalah salah satu bentuk perjuangan melawan penindasan Belanda.

Cerita tentang Ikal kecil yang berjuang untuk menjadi pemain sayap kiri junior PSSI demi mewujudkan impian ayahnya yang kandas.

Cerita tentang Ikal yang gagal menjadi pemain PSSI dan, setelah dewasa, dalam pengembaraannya ke Madrid, Spanyol, berjuang untuk membelikan ayahnya di kampung kaos sepak bola Luis Figo, pemain Real Madrid idola sang ayah.

Membaca novel ini di awal-awal terasa sangat asyik dan menarik, tapi di akhir pembaca seperti disuguhi catatan memoar yang tercecer dan cerita ditutup dengan sebuah esay tentang perempuan gila bola di seluruh dunia.

Entahlah, mungkin seorang Andrea Hirata latah dengan euforia sepak bola Tanah Air. Tapi ini cerita tentang nasionalisme dan patriotisme dari sudut pandang Ikal dan ayahnya melaui kacamata sepak bola.

Dan di balik itu semua, ah, yang paling berkesan bagi saya adalah saya bisa menyelesaikannya selama sejam lebih berdiri di depan rak novel baru di Gramedia—hehehe... :D

http://sihirkata.blogspot.com/2011/09/sebelas-patriot-novel-sepak-bola-kurang.html
Profile Image for Imas.
515 reviews1 follower
August 22, 2011
Masih bercerita tentang Ikal. Kecintaan ayahnya kepada bola dan kecintaan Ikal yang bersambung pada olahraga berebut bola ini. Termasuk perjuangan Ikal yang ingin membahagiakan ayahnya dengan bekerja keras mengumpulkan uang saat menggelandang diluar negeri. Tidak terlalu istimewa memang, mungkin ini kisah yang tertinggal dari serial Ikal sebelumnya. Karena pada buku-buku sebelumnya disebut Ikal bercita-cita ingin menjadi pemain bulu tangkis, ternyata sebelumnya ikal juga ingin menjadi pemain bola.

Masih menunggu buku Andrea yang lebih memukau dari ini...eh buku baru bakal ada nih kabarnya...
Profile Image for Hae-nim.
6 reviews3 followers
July 28, 2012
Padang bola dan warna warninya adalah lukisan, perlawanan bola bak konsert, dengan pelbagai pemain muzik dan para penonton sebagai suara latar.

Integriti pemain, daya juang, dan semangat kesukanan, mereka perhatikan.

Slogan, lagu-lagu semangat dan pada iklan apa sahaja pemain kesayangannya sudah tampil adalah perincian yang sering tidak dipedulikan oleh penonton lelaki.

Patriotisma bukan hanya dengan menyanyikan lagu kebangsaan dan bicara politik yang tidak berkesudahan.

:)
Profile Image for Lajeng Padma.
53 reviews
February 7, 2017
Buku ini menumbuhkan kembali semangat dan rasa persatuan akan cinta tanah air.
Profile Image for ' Syamil.
236 reviews6 followers
February 10, 2024
Sikap penjajah yang tidak mengizinkan pribumi lebih darinya. Kalau menang lawan bola dengan belanda kena seksa sehingga pecah tengpurung lutut
Profile Image for Fariza.
212 reviews54 followers
June 2, 2012
Andrea Hirata nyata seorang pencerita yang baik. Kisah tiga beradik dimulai dengan penuh semangat malah ianya dikaitkan sebagai semangat nasionalis. Jika menang sepak bola berarti sudah menang menentang penjajah. Laungan Indonesia! Indonesia! Indonesia! menaikkan bulu roma saya. Saya terikut semangat!

Namun nyata saya sedikit terbawa rasa sayu sama seperti ikal tatkala tahu bahawa ayah kehilangan kepala lututnya kerana dipecahkan oleh penjajah Belanda ketika itu. Sepak Bola akhirnya jadi impian baru Ikal.

Nyata Ikal sangat lucu. Gedik. Malah nakal!

Perumpamaannya tentang kepentingan sepak bola kepada beliau ketika itu sangat menarik hati saya:

"Kami main bola setiap ada kesempatan. Paling asyik jika hari hujan. Kami main bola sebelum masuk kelas. Kadang-kadang di dalam kelas- kalau tak ada guru. Kami main bola sebelum mengaji. Kadang-kadang di dalam masjid- kalau tak ada ustaz. Sepak bola adalah agama kedua kami setelah Islam."

Sepak bola dan perempuan juga terkait bersama apabila Ikal sampai di Real Madrid. Pertemuan Ikal membuatkan beliau terfikir mengenai sebab-sebab adanya perempuan begitu gila meminati sukan maskulin ini. Yang tidak boleh saya lupakan adalah jawapan Adriana;

"Begitu besar cinta, begitu singkat waktu, begitu besar kecewa lalu tak ada hal selain menunggu pertandingan berikutnya, lalu bergembira lagi. Sepak bola adalah satu-satunya cinta yang tak bersyarat di dunia ini."

Yang lebih menarik adalah kesimpulan Ikal terhadap jawapan Adriana, "Bagi perempuan ini, mencintai sepak bola adalah seluruh antitesis dari susahnya mencintai manusia." Asyik!!!1

Keseluruhan: Saya menyukai keseluruhan buku ini. Ianya padat, asyik, lucu malah sangat mengesankan. Malah dapat percuma CD lagu-lagu ciptaan Andrea Hirata untuk PSSI. Amboi serasanya mahu lagi karya Andrea segera sampai di tangan. Mungkin aku terlebih menyukai Andrea Hirata?
Profile Image for Ratih Latifah.
38 reviews19 followers
February 1, 2019
Adrea still my fav ever!
Novel sekali duduk ini mudah sekali direguk karena bacaanya sangat ringan. Cocok sebagai selingan diantara buku-buku lain yang lebih berat bahannya.
Karya lama Andrea ini cerita kecil dan singkat tentang perjuangannya mirip dengan alur cerita Laskar Pelangi, hanya saja ini kisah Ikal dalam persepakbolaan. Paling haru biru adalah kisah dari balik foto kuno dan penindasanyang dialami oleh ayah Ikal selama masa muda yang menggugah. Seterusnya, tentang Ikalnya sendiri yang berjuang menjadi pesepak bola nasional serta mendapatkan kaos asli klub Real Madrid bertandatangan terasa mainstream, biasa saja, dan hambar.

Tapi tetap sarat sekali nilai dengan gaya tutur metafor khas dan jenaka Andrea. Kental. Hanya saja novel ini menjadi tak begitu "hidup" karena faktor singkatnya cerita. Tak membeberkan delik perjuangan secara dalam (mungkin cermin saya pada quartet Laskar Pelangi dan ini hanya cerita pelengkap dari seorang ikal). Juga plot hanya terasa loncat-meloncat dari satu peristiwa ke peristiwa lain yang terkesan dipaksa untuk dipadatkan.

Dari buku ini bisa belajar tentang sikap patriotisme. Menurutku, sepak bola boleh aja jadi agama kedua bagi siapapun, sepanjang dimaknai sebagai kecintaan pada tanah air dan membuka tirai dibalik nilai-nilai permainan sepak bola itu sendiri. Seperti filosofi buah-buahan yang diterapkan pelatih Toharun pada anak didiknya.
Buku ini seyogyanya bisa menjadi pengingat terkait pengejawantahan si kulit bundar sendiri bagi individu yang menggilainya. Patutnya mereka yang menjadikan sepak bola sebagai tindakan anarkis untuk malu se malu-malunya individu egois.
Profile Image for Rahmadiyanti.
Author 15 books173 followers
July 5, 2011
Saya rasa sebagian besar pembaca buku-buku Andrea Hirata sepakat bahwa salah satu kekuatan Andrea adalah metafor-metafor jenaka yang banyak bertebaran di bukunya, meski kadang agak lebay ;D. Tapi tidak di buku ini. Tak banyak metafor-metafor jenaka tersebut, meski kejenakaan Andrea mengemas narasi tetap mengundang senyum (soal melatih kaki kiri misalnya)

Ceritanya sendiri seperti fragmen dari Laskar Pelangi. Ikal kecil bermimpi menjadi pemain sepak bola yang bermain untuk tim nasional, terutama sejak ia tahu kalau sang ayah ternyata pernah menjadi pemain sepak bola zaman Belanda, dan pernah menang melawan tim ambtenaar. Sayang cita-cita Ikal kandas pada tahap seleksi tingkat nasional. Kemudian cerita melompat ke bagian "Edensor", eh maksudnya saat Ikal menuntut ilmu di Eropa. Di bagian inilah, buat perempuan yang suka bola (seperti saya--tapi nggak fanatik kok :), plus pecinta klub Real Madrid dan Luis Figo seakan menemukan "bonding".

Ya ampuuun, saya teriak dalam hati, ternyata ayahnya Ikal sama kayak saya, pecinta Real Madrid dan Luis Figo (plus Raul, plus Casillas--itu saya hahaha!). Ahaayyy!

Jadi, nikmati saja buku tipis ini. Sederhana, tapi cukup menggugah semangat.

Quote yang saya suka:
- Menggemari tim sepak bola negeri sendiri adalah 10% mencintai sepak bola dan 90% mencintai tanah air.
- Cinta bagi kebanyakan perempuan adalah dedikasi dalam waktu yang lama, tuntutan yang tak ada habisnya sepanjang hayat, dna semua pengorbanan itu tak jarang membuahkan kekecewaan yang besar.

Profile Image for Asmar Shah.
Author 20 books136 followers
May 5, 2016
Siapa yang tidak kenal Andrea Hirata? Cubalah baca tetralogi Laskar Pelangi. Kalian akan suka dengan dia. Dia seorang penulis genre realism yang sangat best dan baik. Cuma dengan buku yang nipis ini, tidak mampu pun untuk membuatkan keterujaan aku mencanak naik seperti mana bila nampak buku ini dijual dengan murah di booth PTS di PBAKL sekarang ini.

Ceritanya kurang rencah. Kurang rasa. Ibaratnya masuk ke dalam sebuah kedai makan yang popular dan tahu akan keenakan makanannya, namun pada waktu itu dihidang dengan makanan yang kurang rasa. Semua serba tak kena. Maaf~

Aku tertanya-tanya, kenapa tidak dihasilkan saja kisahnya agar lebih panjang dan enak untuk dihadam seperti buku-bukunya yang lain? Agar tidak kelihatan seperti sekadar hanya boleh terbit? Sayangnya...

Buku ini lebih kepada 2.65* sebenarnya.

Tidak apa, aku akan cari naskah tuan penulis yang lain pula untuk mengubati rasa ini.

Tapi kalian cubalah, mana tahu korang suka citer yang ringkas macam ni? Kan?

Peace!
Profile Image for Sa`ad Ahyat Hasan.
111 reviews17 followers
August 20, 2011
Membosankan. Ada yang hilang dari sosok Andrea Hirata dalam novel ini.

Kisahnya, dramatisasinya, humornya, semuanya serba nanggung.

Saya merasa novel ini sengaja ditulis hanya untuk memenuhi permintaan pasar saja. Hal itu terlihat dari diksi Andrea Hirata yang terkesan sangat biasa dan tidak seperti biasanya.

Sama sekali tidak saya temukan nyawa Andrea Hirata di dalamnya.

Tidak seperti ketika Andrea Hirata menceritakan kisah Bu Muslimah bersama Laskar Pelanginya. Tidak seperti ketika Andrea Hirata menceritakan kisahnya bersama Arai dan Jimbron ketika beranjak SMA. Tidak seperti ketika Andrea Hirata menceritakan kisah Maryamah dalam dwilogi "Padang Bulan" dan "Cinta di Dalam Gelas"nya.

Dan untuk pertama kalinya, saya merasa tidak hanyut dalam cerita yang dikisahkan oleh Andrea Hirata.

Pesan saya buat yang belum baca,
jangan berekspektasi terlalu tinggi pada novel Andrea Hirata yang satu ini. Karena bisa saja Anda kecewa dibuatnya.
Profile Image for Nursih Dwi.
39 reviews7 followers
July 16, 2011
Sepak bola, perlahan namun pasti, akan menjadi life style di Indonesia.

Bendera yang berkibar-kibar adalah PSIKOLOGI.
Mars penyemangat yang gegap gempita adalah SENI.
Orang-orang yang duduk di podium kehormatan adalah POLITIK.
Orang-orang berdasi yang sibuk dengan telepon genggam di belakang jajaran politisi itu adalah BISNIS.
Orang-orang yang berteriak-teriak sampai suaranya habis adalah KEIKHLASAN.
Para pemain menunduk untuk berdoa adalah AGAMA.
Penjaga gawang memeluk tiang gawang sebelum bertanding adalah BUDAYA.
Ratusan moncong kamera yang membidik lapangan adalah SEJARAH.
Ayah yang membawa anak-anaknya menonton bola adalah CINTA.
Mereka yang berdesakan di mobil demi mendukung PSSI adalah PATRIOTISME.
Catatan skor pada papan elektronik raksasa yang ditatap dengan sedih atau senang adalah SASTRA.
Profile Image for Vidi.
97 reviews
September 1, 2011
To be honest, I expected quite more from this book and from Andrea Hirata. So it’s kinda disapointing. I expected something more deep, probably sharp critics on PSSI. I think it can be an 'ok' short story (a bit too long for a short story though) but way too short to be a novel.

The story (still) circulates around Ikal. It tells about Ikal’s passion for soccer game (and his dad, I guess). Some says that Andrea Hirata is a narcisstic writer. I say it’s fine to write a story based on personal experiences but I think we are just expecting something different from him.

However, Andrea Hirata is still such a great storyteller. I love his style of writing and I like his jokes (I didn’t laugh as much as I did on his previous books though).
Profile Image for Probo Darono Yakti.
84 reviews5 followers
April 20, 2015
Sebelas Patriot ini bercerita tentang kerja keras kesebelasan yang ia ikuti sejak kecil. Dengan kebulatan tekad, sang penulis menceritakan bagaimana akhirnya bisa mencapai level prestasi tim nasional dan membela bangsa di kancah internasional dengan Garuda yang hinggap di dada. Andrea Hirata juga berbicara banyak mengenai sepakbola, baik dari formasi, posisi pemain dan teknik permainan yang selalu ditekankan pelatihnya. Kebulatan tekad kuat yang telah diceritakan tadi akhirnya mengantarkan seorang Andrea Hirata bukan sebagai pemain sepak bola, namun sebagai orang yang telah bepergian ke luar negeri dan bertemu seseorang yang spesial dalam hatinya: Penjaga Toko Merchandise yang menawarkannya jersey Luis Figo.
Profile Image for Farah Shahirah.
70 reviews2 followers
July 25, 2022
Buku yang ringkas dan boleh dihabis baca kurang dari sejam. Banyak nilai yang boleh dipelajari dari sebuah permainan bola sepak seperti hubungan ayah dan anak , semangat patriotisme, seni dan lain2 . Sebuah permainan yang sampai sekarang masih ada lagi peminatnya di serata dunia. Kalau cinta itu nombor satu, maka bola sepak adalah nombor duanya.
Profile Image for Nisah Haron.
Author 27 books375 followers
July 31, 2011
Novel Andrea Hirata yang paling pendek yang pernah dibaca. Mungkin juga novel ini ialah sebuah cerpen yang panjang. Seperti biasa, Andrea Hirata pandai bermain dengan emosi. Kisah seorang lelaki (diri pengarang) yang minat bola dan minat kelab bola sepak Eropah - Real Madrid dan juga Luis Figo - dikaitkan dengan kasih sayang seorang ayah yang tak terucap, penjajahan Belanda ke atas Indonesia dan betapa semua itu terkait dengan patriotisme. Garapan ini menarik dan kemas.
Profile Image for puti widya ekasani.
37 reviews3 followers
August 10, 2011
tidak terlalu tebal, dilengkapi CD berisi 3 lagu yang membakar semangat.
entah sebenarnya apa yang aq suka, bukunyakah atau pengarangnya, terlalu subjektif,
tapi cerita tentang keluarga dan semangat selalu menarik,
bercerita tentang orang yang kita kagumi,
menemukan hal yang tiba-tiba baru kita sadari kehebatannya setelah beberapa waktu yang terlewat, menemukan hal baru.

ini meletup ^^

love andrea, hahaha :D
Displaying 1 - 30 of 267 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.