Jump to ratings and reviews
Rate this book

Linguae

Rate this book
A selection of Seno Gumira Ajidarma's short stories which originally published in various magazines and newspapers between 2000 - 2007, plus one ("Perahu Nelayan Melintas Cakrawala")that had never been published previously.

130 pages, Paperback

First published January 1, 2007

14 people are currently reading
243 people want to read

About the author

Seno Gumira Ajidarma

98 books838 followers
Seno Gumira Ajidarma is a writer, photographer, and also a film critic. He writes short stories, novel, even comic book.

He has won numerous national and regional awards as a short-story writer. Also a journalist, he serves as editor of the popular weekly illustrated magazine Jakarta-Jakarta. His piece in this issue is an excerpt from his novel "Jazz, Parfum dan Insiden", published by Yayasan Bentang Budaya in 1996.

Mailing-list Seno Gumira fans:
http://groups.yahoo.com/group/senogum...

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
105 (22%)
4 stars
146 (31%)
3 stars
167 (36%)
2 stars
36 (7%)
1 star
7 (1%)
Displaying 1 - 30 of 66 reviews
Profile Image for gieb.
222 reviews77 followers
July 22, 2009
Betapa kita selalu berusaha untuk mem-berhalakan fantasi. Ya. Manusia memang selalu membutuhkan persinggahan emosi. Untuk sesuatu yang bernama kelegaan. Tapi, sayang. Kadangkala manusia tidak tahu kepada siapa dia harus 'meneduhkan' emosinya.

Cinta tidak membutuhkan kata-kata sebenarnya - kata-kata hanya mengacaukannya...Linguae halaman 56.

Di mata Tuhan, tidak ada yang disebut diam. Di mata Tuhan semua adalah gerak. Jika manusia memilih diam, di mata Tuhan dia sedang bergerak. Dalam bahasa manusia kita mengenalnya sebagai 'nafsu'. Ada nafsu ammarrah, muthmainnah, lawwammah. Nafsu yang mengajarkan keburukan, kebaikan, dan keraguan.

Dan saya kira, cerita-cerita SGA dalam buku ini menjelaskan tentang itu semua. Ada cerita tentang 'Tong Setan' yang penuh dengan pengulangan konstan yang menegasikan tanda baca yang membuat kita seakan berada di sebuah ruang hampa udara. Cerita ini mengajarkan betapa keburukan -diibaratkan dengan setan- selalu ada di dalam diri kita. Kitab suci bahkan menyebutnya dengan jelas. Sesungguhnya setan itu musuh yang 'nyata' bagimu. Nyata bisa ditafsirkan kemanunggalan wujud dan sifat. Ada potensi menjadi setan bagi siapapun manusia. Tidak mengenal profesi dan keimanan. Semakin tinggi keimanan seseorang, semakin tinggi kadar setan dalam jiwanya.

Cerita 'Cintaku Jauh di Komodo' menjelaskan tentang keraguan. Keyakinan yang dipermainkan oleh jarak dan bentuk artifisial tubuh yang hakikatnya menipu. Ketika kita cinta, apakah kita luruh dalam cinta ataukah kita luruh dalam arus nafsu lawwammah kita. Cinta tak selamanya abadi. Dia menempel dalam ukuran matematis. Tubuh juga bernilai matematis. Padahal 'cinta sejati' tak mengenal ukuran matematis itu. Cintaku Jauh di Komodo mencoba merefleksikan kondisi keraguan itu dalam batas terbawah. Antara manusia dan binatang.

Aura kebaikan begitu memancar ketika membaca 'Linguae'. SGA memainkan potensi lidah untuk membuat sebuah hipotesa tentang cinta. Kata-kata adalah nonsens. Cinta yang lahir dengan lidah lebih menggairahkan sekaligus jujur. Tidak perlu puisi atau sekedar pujian. Hanya lidah yang berpagut dalam rentang yang tak berjarak. Kebaikan yang saya maksud dalam cerita ini adalah bagaimana sebenarnya SGA berusaha mengekang kata-kata yang cenderung mendustakan kenyataan. Kata-kata adalah sebab dari segala persoalan. Pertengkaran, pengkhianatan, perceraian, pun peperangan. Dengan lidah -dalam paragraf terakhir, bahkan SGA menawarkan 'tungkak'- kita diajak berpikir bahwa kebaikan bisa terjadi dengan apa saja. Pun dengan kelaminmu.

Kira-kira begitu.

Ps: Menemukan buku ini di kantor dengan tanda tangan SGA di dalamnya.
Profile Image for Ariel Seraphino.
Author 1 book52 followers
September 20, 2015
Salah satu karya terbaik dari Seno Gumira Ajidarma ini baru selesai saya baca. Dan saya masih merasakan hal yang sama ketika dulu pertama kali membaca cerita-cerita dari penulis ini. Kesenangannya merangkai kata dan bermain-main diksi membuat saya takjub. Bagaimana beliau mampu menggambarkan sebuah adegan dengan berbagai cara benar-benar enak dinikmati. Favorit saya tentu saja cerpen Linguae dan Perahu Nelayan Melintas Cakrawala. Salah satu buku yang patut dikoleksi bagi para penggemar SGA.
Profile Image for Teguh.
Author 10 books335 followers
March 15, 2014
Sungging Raga pernah berkomentar pedas saat SGA menulis cerpen "Aku, Pembunuh Munir! (Kompas, 29 Desember 2013). Dia Mengatakan bahwa cerpen itu minim imajinasi. Jujur waktu itu sedikit marah. Secara saya lebih menggemari cerpen SGA daripada cerpen Sungging Raga. Dan saya cukup tertawa manis saat kembali membaca kumpulan cerpen Linguae ini. SGA benar-benar membuat cerpen dengan suasana yang lucu dan menggembirakan, meski tetap dengan genre sastra yang serius.

Cerpen pembuka CERMIN MANEKA sebuah cermin membawa seorang Maneka memasuki dunia yang lebih indah daripada sekotak kamarnya yang serba abu-abu. Memasuki dunia khayalan yang serbau hijau dan membuat mata terpukau. Meski ia tetap menyaksikan dari dunia yang indah itu ada ketidakindahan. (kamu ingat Narnia! Ahhh mirip meski tidak serupa.) Sekotak kamar abu-abu benar-benar membuat Maneka bosan, maka dengan dunia di balik cermin itu hidup sudah tidak membosankan lagi bagi Maneka, karena setiap hari betul-betul dialaminya peristiwa baru(hal.6)

Apakah benar cinta sejati itu ada? Bagaimana kalau kekasih kita menjadi seekor komodo jantan? Cintaku Jauh di Komodo berkisah demikian. Seorang lelaki yakin bahwa kekasihnya reinkarnasi menjadi seekor komodo jantan. Tetapi tidakkah cinta itu tiada memandang wujud dan tiada pula memandang usia? Jika cinta memang mempersatukan jiwa, maka kesenjangan tubuh macam apakah yang akan bisa menghalanginya? (hal.14) Haahaaa benar-benar menghibur. Dan sebenarnya endingnya bisa ditebak, bertemu komodo itu dan dimakan. Merasa bahwa dengan dimakan itu akan bersatu dengan kekasihnya.

Perasaan berkorban tidak ditemui dalam cerpen Rembulan Dalam Cappuccino. Mantan istri dan mantan suami sedang berebut sebuah rembulan. Entah bagaimana istri lebih tahu bagaimana membuat suami kecewa, setelah membuatnya kecewa karena diceraikan secara semena-mena. Rembulan menjadi seukuran bola pingpong dan masuk gelas cappuccino. aahhh ingat film discapable me. LUCU!

Kecerdasan SGA bisa dilihat dari cerpen TONG SETAN. Di cerpen ini SGA memakai kalimat-kalimat yang supeeeeeeeeer panjang. Bahkan satu paragraf panjang hanya butuh dua kalimat penyusun. Woow! Cerpen ini hanya berkutat di tong setan, si motoris yang berputar-putar dan seolah-olah ada setan yang ikut berputar.

Kalau ada BADAK KENCANA bakal terjaga populasi badak di Ujung Kulon. SGA seperti memberi laporan kondisi badak di Ujung Kulon yang semakin menipis akibat perburuan cula yang terus dilakukan, dengan menambahkan dongeng yang misterius.

Seorang ingin menyaksikan Senja di Pulau Tanpa Nama dan seorang gadis dengan kain sedada dan kulit berwarna tembaga. Tetapi keduluan keremangan yang lebih muram dari kegelapan. Entah aku bingung kok bisa membuat ketidakjelasan menjadi cerita yang indah begini. Tidak jelas siapa wanita itu. Tidak jelas pulau mana itu. Yang jelas SGA ingin bercerita ada senja yang keindahannya mulai redup karena hampir malam. GILA!!! Mungkinkah aku membayangkan diriku sendiri untuk sebuah adegan yang tidak pernah ada?(hal.52) What? So? Dan memang SGA ingin mempermainkan pembaca bahwa tokoh itu adalah seperti Kawabata, aku mencintai seorang perempuan yang tidak pernah ada. (hal.54)

Lebih absurd lagi cerpen Linguae seorang menyerahkan cinta ketika remang kepada kekasihnya. Padahal tidak pernah dihapal wajah kekasihnya itu. Haahaaa konyol dan absurd. Karena Mereka saling memaki ketika bertemu tetapi saling mengenang ketika berpisah.(hal.58) Karena kekasih itu hanya mencintai lidahnya. Lalu bagaimana kalau lidah itu tidak ada? aneh-aneh saja ni SGA.

Kisah Joko Swiwi rasanya lucu menggelitik dan aneh. Menyindir flu burung, menyinggung perlindungan hewan langka, menyindir peperangan saudara antar kampung, kesejahteraan TKI di luar negeri, dan mendongengkan Poniyem dan Bapaknya Joko Swiwi. Mengapa perbedaan harus dipaksakan, jika persamaan masih dimungkinkan?

Bagaimana nasib tukang sulap (dalam imajinasiku adalah Pak Tarno) datang 'ngamen' sulap di area pengungsian bencana yang miskin dan rendah motivasi. Akibatnya banyak orang mengira pesulap itu adalah orang yang mampu mengubah atau menyulap atau menyihir nasibnya dengan Simsalabim!. Haahaaa konyol. Orang-orang yang membahagiakan dirinya dengan mimpi-mimpi memang layak dikibuli dengan mimpi-mimpi. (hal.85) Tukang sulap itu juga sudah mengibuli para pengungsi miskin, termasuk yang dilakukan 5 presiden, 100 menteri, ribuan pejabat yang semua sudah mengibuli nasib orang miskin itu. NGERI!

Apakah makna Sebatang Pohon di Tengah Padang? Bagi seorang pengelana sebatang pohon di tengah padang tandus adalah oase tempat merehatkan badan. Apalagi di pohon itu terdapat buah-buahan yang lezat, air sejuk, dan pemandangan enak. Tetapi bukankah tujuan pengelana adalah mengelana. Maka seenak apapun hidup di bawah pohon itu tetaplah lebih nikmat meneruskan mengelana meski harus bertemu ratusan singa dan badai pasir yang melelahkan, harus kuanggap lebih baik daripada menjadi tua dan mati di bawah pohon di tengah padang itu. Bukankah ini metafora hidup yang cuma sekadar mampir ngombe. Hidup harus terus berjalan cuuuy!!!

Kisah para pengemis dari Negeri Kemiskinan yang datang ke rumah kakek kaya raya dengan GEROBAK sepertinya sindiran bagi para orang kaya yang mulai tidak peduli dengan kaum papa. Meski kisah ini sangat satir dengan sindiran kepada ARB untuk menuntaskan kasus lumpur LApindo. Dan ketika pada perkataan nenek bahwa itu adalah perbuatannya, jadi terbayang ARB yang sekarang sudah menjadi kakek dan ditanya cucunya, mengapa ada orang miskin ditenggelamkan dengan lumpur? Sebelum nyapres selesaikan dulu itu Lapindo.

Selembar kartu pos bergambar Perahu Nelayan Melintasi Cakrawala menjadi fokus cerita SGA. Diulik dan direkonstruksikan dengan apik. Bingung mau komen apa, menghibur saja.

Seru sekali perpisahan pasangan selingkuh ini. Alus flashback yang disajikan menurutku asyik dan lucu saja. Djenar kalau jauuuuuuh.(tetep ketidaksukaan pada Djenar). di Kopi dan Lainnya seperti sebuah filosofi yang diumbar dengan lucu dan renyah.

Bagaimana kalau kita sedang meluncur sendirian di jalan tol dengan memandang Senja di Kaca Spion? Mungkin biasa saja. Hanya SGA yang punya keliaran imajinasi itu. Senja di belakangmobil dan awan hitam di depan. Bukankah ini metafora keraguan masa depan yang remang. Dan masa lalu yang hanya bisa dinikmati lewat kaca spion begitu indah memesona. Haahaaa ngeri juga ini SGA.

Membaca kembali cerpen SGA ini ada beberapa pelajaran:
(1) Seorang penulis harus memiliki sudut padang luar biasa. Bagaimana melihat spion dan kartu pos.
(2) Metafora dalam cerpen sederhana saja. Bahkan metafora itu dijadikan fokus cerita, Keren.


Kembali sungkem pada SGA!!
Profile Image for Adek.
195 reviews4 followers
October 8, 2013
Setelah sebelumnya cerpen-cerpen SGA selalu berseliweran dalam antologi cerpen terbaik Kompas, maka inilah Kumcer pertama SGA yang saya miliki.

Absurd-nya sebuah cerpen terkadang membosankan terkadang menyenangkan. Nah di kumcer ini satu cerpen ke cerpen lain selalu terdapat ke-absurd-annya tersendiri pula (setidaknya di lima cerpen awal yang saya baca). Diawali oleh Cermin Maneka yang di dalamnya kita bisa temui apapun: pemandangan yang indah, laut, kapal pesiar, apa saja hingga kematian; lalu Cintaku Jauh di Komodo: tentang dua insan yang mencintai begitu dalam yang perbedaannya lebih dalam dari Ngarai Sianok; Rembulan dalam Cappuccino saya pikir ide awalnya sangat dahsyat di saat mantan istri memesan satu menu yang hanya disediakan sekali saja yaitu cappuccino dengan petikan rembulan langsung dari langit, kemudian mantan suami datang dan memesan menu yang sama, tentu sudah tidak bisa (awalnya) sampai saya terhempas karena harapan saya yang juga setinggi rembulan itu luruh seketika karena mantan istri ingin menukar rembulan dengan soto betawi; Tong Setan mengingatkan saya akan satu soal di kuis Penantang Terakhir di Metro TV bahwa ada sebuah karya sastra dengan kalimat terpanjang dalam sebuah alinea, tapi saya lupa karya siapa (well, memang dunia ini tentu dalam lingkaran yang sama dan tentu saling menginspirpasi :D); Badak Kencana yang awalnya hanya hidup dalam mitos, pindah ke dalam kepala, hingga betul-betul disadari kenyataannya.

Di Cerpen Gerobak, SGA lagi-lagi menunjukkan kekuatan khasnya, bercerita tentang Negeri Kemiskinan yang orang-orangnya ke luar dari negerinya untuk mencari kehidupan selama menjelang lebaran, namun karena lumpur yang melanda negerinya mereka tidak lagi kembali. Realitas sosial di Indonesia lagi-lagi dijadikan konsep ide. Begitu juga dalam Joko Swiwi, cerpen yang berkisah kelahiran yang diawali dengan keanehan, menghadirkan manusia dengan sepasang sayap lalu "dijual" kisahnya sehingga kemudian negerinya menjadi kaya dan seperti biasa banyak kesyirikan terjadi. Begitulah, kita manusia ini begitu mudah menjadi iri lalu kegaduhan pun tak terelakkan.

Dipilinya Linguae sebagai judul kumcer sangat menarik. Romantisme digeber manis dan ya gitu deh pokoknya romantis dan tentu tetap absurd. mampu m
Seperti Kawabata, aku mencintai seorang perempuan yang tidak pernah ada. Kalimat pertama dalam cerpen Senja di Pulau Tanpa Nama terdengar sangat magis.

Hingga di halaman terakhir, saya simpulkan, kumcer ini bicara tentang senja, senja yang berwarna keemasan.
Profile Image for Helvira Hasan.
Author 2 books8 followers
February 18, 2013
Ada 14 cerpen dalam buku ini yang sebagian besar sudah terbit di Kompas dan Koran Tempo. Penuturan cerita ala SGA memang khas, mungkin hanya SGA yang mampu menulis kalimat teramat sangat panjang sekali tanpa harus hilang napas saat membacanya (ya iyalah baca dalam hati!) Seperti cerpen Tong Setan yang bacanya kadang bikin saya tertawa padahal tidak lucu, karena pilihan kata-katanya yg tampak seperti itu-itu saja tapi beda isi. Halah... jadi njelimet begini saya jelasinnya.

Selebihnya... yaa bikin angkat topi untuk kritikan sosialnya dalam bentuk karya sastra.
Profile Image for Fertina NM.
103 reviews21 followers
August 26, 2012
Oke, baru kali pertama saya baca kumpulan cerita pendek Seno Gumira, dan untuk pertama kalinya saya mendengar dia, dalam arti karyanya. Mungkin saya telat tahu siapa Seno, tapi lebih baik telat dari pada nggak sama sekali.

Untuk pembaca pertama karangannya, saya sangat tertarik dengan ceritanya, karyanya. Sadar jika ingin mengenal pengarangnya, harus membaca semua karyanya, tidak hanya satu. Tetapi di Linguae, saya menemukan keresahan, yang sepertinya selalu bersemayam disetiap diri manusia. Sebagian besar dalam cerita di Linguae ini Seno memasukan unsur senja dan malam/gelap, yang menurut sok tahunya saya, sebagai menusia kita tidak boleh terlalu terpaku terhadap keindahan senja, karna setiap senja akan selalu datang gelapnya malam, gelap malam akan selalu menghantui. Seperti dalam cerita-cerita di dalamnya, menggambarkan keputuasaan, harapan, cintadan berusaha keluar dari kenyamanan.

Dari keempatbelas cerita di dalam Linguae, saya sangat suka dengan Cermin Maneka. Di cerita itu digambarkan kekelabuan kamar dan hidup Maneka, yang menghantuinya. Kalaupun ada yang menarik perhatian Maneka dikamar serba kelabu, yankni lukisan gadis berpayung yang menjauhi piguranya, yang juga berwarna kelabu. Dengan hidupnya yang kelabu, ia menyimpan hasrat untuk menjadi seperti gadis dipigura itu. Sampai suatu saat, ia terbangun mendapati cerminya yang tidak lagi memantulkan kamarnya yang kelabu, tetapi sebuah negri yang hanya ia tahu dan ia dambakan. Dari hari ke hari Maneka selalu memasuki dunia baru, yang Ibunya tidak pernah tahu dan selalu membawa sesuatu sepulangnya bersenang-senang dengan dunia barunya. Hingga suatu saat Maneka memasuki dunia yang mengerikan, penuh akannya mayat hingga suara panggilan Ibunya tidak dihiraukan. Sampai saatnya ia sadar dan ingin kembali, jalan itu tak ada lagi untuknya.




* Dari manakah aku datang dan akan menuju kemana? Aku taktahu dan tak akan pernah tahu karena aku hanya bisa meluncur di jalan tol yang panjang tanpa ujung tanpa pernah tahu akan berakhir entah kapan dan di mana?
* Memang tidak semua orang bisa menjadi penyair, tetapi setiap orang memiliki puisinya sendiri.
* Namun di kota cahaya, siapakah yang masih peduli rembulan itu ada atau tidak?
* Tidakkah manusia lebih banyak hidup dalam kepalanya, dari pada dalam dunia di luar batok kepalanya itu?
* Malam memeberikan kegelapan, dan kegelapan memberi peluang sejuta dugaan.
* Cinta yang abadi kukira bukanlah sesuatu yang ditakdirkan, cinta yang abadi adalah sesuatu yang diperjuangkan terus menerus sehingga cinta itu tetap ada, tetap bertahan, tetap membara, tetap penuh pesona, tetap menggelisahkan, tetap misterius, dan tetap terus menerus menimbulkan tanda tanya.
* Ia senang dengan penampakan itu, dingin tapi panas, panas tapi dingin, segala sesuatu tidak selalu seperti tampaknya.
* Apakah masih boleh disebut semacam cinta jika tidak terdapat kebahagiaan padanya meski setidak-tidaknya sesuatu seperti kebahagiaan dalam penderitaan?
* "Mengapa perbedaan harus dipaksakan, jika persamaan masih dimungkinkan."
* Cinta tidak membutuhkan kata-kata sebenarnya, kata-kata hanya mengacaukan.
* Keindahaan dalam keremangan, masihkah akan tetap indah dalam dunia yang bersih dan terang?
* Jangan bicara tentang cinta maksudnya, karena cinta lebih baik dialami dan dinyatakan, tidak usah dirumuskan.

Profile Image for Ria.
113 reviews
July 26, 2012
kesan dan pesan menyusul... -___- (halah...siapa suruh ngaret ke kantor)

butuh perjuangan menyelesaikan beberapa buku seminggu kebelakang ini, kerja, rasa ngantuk dan lelah lagi2 membuat waktu membaca saya berkurang.

***
3,5 aja ya...

Bahasa dalam kumcer ini agak2 berprosa liris. Yah, sebetulnya bukan hal yang aneh yang bisa ditemukan dalam cerpen2 SGA. Seperti halnya juga dalam kebanyakan cerita SGA, akan banyak ditemukan, kopi, rembulan, apalagi senja. Ya, senja. Sesuatu yang remang, sendu, melankolis, dan tidak ketinggalan, senja dan percintaan, seperti sendok dan garpu. Pastinya tergantung bagaimana mood seseorang mengartikan senja.
Yang asyik dalam kumpulan cerpen ini adalah, saya sebagai pembaca merasa dibebaskan untuk menafsirkan cerita ini. Dengan imajinasi yang di luar nalar, silahkan menemukan makna tersendiri dari setiap ceritanya.

***
"Cinta yang abadi kukira bukanlah sesuatu untuk ditakdirkan, cinta yang abadi adalah sesuatu yang diperjuangkan terus menerus sehingga cinta itu tetap ada, tetap bertahan, tetap membara, tetap penuh pesona, tetapi menggelisahkan, tetap misterius, dan tetap terys menerus menumbulkan tanda tanya : Cintakah kau padaku? Cintakah Kau padaku?" -Cintaku Jauh di Komodo-

"Cinta tidak membutuhkan kata-kata sebenarnya - kata-kata hanya mengacaukannya" -Linguae-

***

Simsalabin, adalah salah satu cerpen yang berkesan bagi saya. Kisah seorang pesulap jalanan yang miskin, masuk ke suatu tempat yang sedang terpuruk keadaannya sehabis diterpa bencana. Sekali korban tetap korban. Mungkin, korban yang benar-benar selamat adalah mereka yang mampu menegakkan kembali jiwa dan semangat hidupnya. Sementara yang lain, korban sekali korban yang menjadi korban selamanya ketika jiwanya rontok. Manakala, saat-saat seperti itulah manusia hanya berharap, atau memberhalakan keajaiban yang seperti sulap, berubah dalam sejeap saja tanpa perlu sebuah usaha. Lalu, lagi-lagi, bencana dan kemiskinan berujung pada tindakan kekecewaan yang brutal. :(

--don't give up--
Profile Image for eti.
230 reviews107 followers
December 7, 2012
tidak seperti cerpen SGA yang lain-lain, kumpulan cerpen yang ini menurut saya agak 'berat' bahasanya. selain lebih ke prosa, tema yang (agak) serius, juga bahasanya kurang mengalir -diksi yang digunakan (seakan) benar-benar dipilih- yang akhirnya terasa membosankan. selain itu, kurangnya jeda. terkadang dalam satu paragraf hanya ada dua-tiga pemberhentian (titik), yang membacanya jadi terasa maraton, karena kurangnya tanda baca koma dan titik.

dan yang paling terkesan adalah cerpen simsalabim. yang lainnya lumayan :D
Profile Image for Mardian Sagian.
90 reviews18 followers
October 16, 2014
Ada beberapa cerpen yang saya suka di sini, dan ada beberapa yang tidak saya suka, dan sisanya saya tidak mengerti sehingga tidak saya lanjutkan baca dan tidak bisa mengategorikan suka atau tidak suka.
Profile Image for Indra Darmawan.
76 reviews5 followers
February 6, 2016
Setelah senja yang bisa dipotong, rembulan ternyata bisa dibeli sebagai pelengkap kopi, absurditas tiada batas yang indah dan manis.
Profile Image for Fionna Christabella.
46 reviews2 followers
April 25, 2021
*📖 Review Buku 📖*

📗 *Judul :* _Linguae_
🖊️ *Penulis :* Seno Gumira Ajidarma
🎀 *Penerbit :* Gramedia Pustaka Utama
📆 *Tahun terbit :* 2007
📚 *Tebal :* 130 halaman
🧕 *Reviewer :* Fionna Christabella

💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫

"Cinta yang abadi kukira bukanlah sesuatu yang ditakdirkan, cinta yang abadi adalah sesuatu yang diperjuangkan terus menerus sehingga cinta itu tetap ada, tetap bertahan, tetap membara, tetap penuh pesona, tetap menggelisahkan, tetap misterius, dan tetap terus menerus menimbulkan tanda tanya: Cintakah kau padaku? Cintakah kau padaku?" (p. 12)

Buku ini berisi 14 cerita pendek tentang cinta, harapan, mimpi dan angan - angan, entah itu angan - angan yang realistis, mistis maupun surealis. Judul - judul cerita pendek di buku ini antara lain Cermin Maneka, Cintaku Jauh di Komodo, Rembulan dalam Cappuccino, Tong Setan, Badak Kencana, Senja di Pulau Tanpa Nama, Linguae, Joko Swiwi, Simsalabim, Sebatang Pohon di Tengah Padang, Gerobak, Perahu Nelayan Melintas Cakrawala, Kopi dan Lain - Lain, yang terakhir Senja di Kaca Spion. Hampir semua cerita tersebut berkisah tentang kisah cinta, tentang kisah cinta sepasang kekasih, cinta ibu terhadap anaknya yang mempunyai swiwi ( =sayap) dan terbang layaknya elang dan menjadi pujaan serta cemoohan banyak orang. Ada juga gambaran cinta sejati yang tetap terus mencinta meski mereka harus menjalani hidup abadi dan berinkarnasi melampaui ruang dan waktu. Dalam cerpen Cintaku Jauh di Komodo, suatu waktu sang perempuan dalam ruang waktu reinkarnasi mendapati kekasihnya berinkarnasi menjadi komodo, utk menyatakan cinta sejatinya ia mengorbankan dirinya menjadi santapan sang komodo 😥.

Disamping itu dalam cerpen Linguae, yang dalam bahasa Latin berarti Lidah, sepasang kekasih beradu argumen tentang penting atau tidaknya menyatakan kata - kata cinta, "cinta tidak membutuhkan kata-kata sebenarnya" kata sang lelaki, "kata-kata hanya mengacaukannya" lanjutnya. "...karena cinta lebih baik dialami dan dinyatakan, tidak usah dirumuskan" tambahnya lagi. Akan tetapi, di bagian akhir cerpen ia mencoba mempertanyakan, bagaimana jika cinta tak pernah diungkapkan? bagaimana seandainya sang pencinta kehilangan lidahnya? "Apakah kau akan tetap mencintaiku kekasihku, jika suatu hari bangun tanpa lidah dan tidak bisa lagi menyatakan cinta dan menyentuhmu dengan lidahku?" Apakah dirimu akan seperti Shasuke yang membutakan mata karena kekasihnya -Shunkin- kehilangan penglihatannya?

Pertanyaan - pertanyaan tentang kesungguhan, kekuatan, serta keabadian cinta selalu melingkupi kehidupan manusia sepanjang masa, abadi tidak hanya dalam karya sastra (buku, puisi, dan drama panggung) tetapi juga karya pop modern seperti film, drama populer, juga syair lagu. Terus menerus diproduksi serta reproduksi seolah tak ada habis. Seperti kata almarhum penyair sapardi "yang fana adalah waktu, kita abadi" demikian jualah dengan cinta kita, sayangku.
Profile Image for Toffan Ariefiadi.
Author 1 book10 followers
March 12, 2010
Menyimak nama penulisnya sudah barang tentu menjadi jaminan kualitas isi dari buku ini. Buku ini berisi sejumlah cerita, tepatnya 14 (empatbelas) cerita yang mengagumkan. Bukan bermaksud untuk melebih-lebihkan, tapi memang kenyataan berbicara seperti itu. 10 (sepuluh) dari 14 (empatbelas) cerita dalam buku ini pernah terpublikasikan di 2 (dua) koran nasional terbesar: Kompas dan Koran Tempo, dan terdepan dalam publikasi karya sastra (cerpen dan puisi). Boleh dikata, seseorang belum bisa disebut sebagai pengarang kaliber nasional jika karyanya belum terbit di 2 (dua) koran tersebut.

Sejumlah cerita dalam buku ini memiliki ciri khas masing-masing dan tidak terfokus pada satu tema. Tema cinta lebih mendominasi sejumlah cerita dalam buku ini, meski beberapa tema lain hadir pula dalam beberapa cerita, seperti kemiskinan, wabah penyakit, dan seputar kehidupan. Tiap cerpen menceritakan aneka kisah dan menyimpan aneka makna. Pembaca bebas menafsirkannya. Cerita-cerita di dalam buku ini sarat metafor dan sangat di luar batas nalar. Sejumlah cerita meski puitis sering tanpa akhir yang jelas. Tapi, itulah salah satu kenikmatan ketika membaca buku ini.

Keempatbelas cerita tersebut adalah:

1. “Cermin Maneka”. Maneka memiliki cermin ajaib milik yang bisa membawanya ke berbagai tempat (mirip pintu kemana saja Doraemon). Maneka yang merasa hari-harinya membosankan dan menyebalkan berharap ada perubahan dalam kehidupannya. Dan, taraaa... cermin ajaib Maneka memberikan jalan keluar. Maneka berhasil keluar dari kehidupan yang membosankan dan menjelajahi indahnya hutan, pantai, dan padang rumput. Namun pada suatu senja, cermin Maneka membawanya menuju sebuah tempat yang dipenuhi mayat dan membuatnya berderai airmata.

2. “Cintaku Jauh Di Komodo”. Pernahkah Anda membayangkan kekasih Anda adalah seekor Komodo? Dalam cerita ini SGA menyajikannya. Sepasang kekasih yang ditakdirkan selalu bersama dan setiap kali mati lalu dihidupkan kembali dalam wujud manusia mereka selalu bisa saling mengenali kemudian bersatu. Namun, pada kehidupan yang kesekian mereka bertemu dalam wujud yang berbeda: manusia dan komodo. pada akhirnya sang manusia menyerahkan jiwanya untuk dimakan komodo kekasihnya sebagai wujud pengorbanan cinta.

3. “Rembulan dalam Cappuccino”. Sebuah kafe menyediakan rembulan sebagai menu utamanya: rembulan dalam cappuccino. Namun di kota cahaya, tidak seorang pun yang masih peduli rembulan itu ada atau tidak kecuali orang-orang romatis dan sok romantis. Dan rembulan menjadi pengobat kesedihan bagi orang-orang romantis yang merasa terbuang karena perpisahan -perceraian.

4. “Tong Setan”. Anda pasti tahu apa itu tong setan. Dalam cerita ini Anda akan dibawa berputar dan terus berputar seperti perputaran sepasang sepeda motor dalam tong setan yang juga berputar dan terus berputar sampai kesetanan sampai tidak bisa dibedakan mana yang setan dan mana yang kesetanan.

5. “Badak Kencana”. Mitos dewa badak yang melindungi badak-badak di Ujung Kulon dari kepunahan. Bagaimana bdak kencana akan selalu muncul setiap kali jumlah badak sampai pada titik kritis kemudian mengawini badak betina. SGA menyelipkan informasi tentang penculikan dan penemuan mayat di sekitar Ujung Kulon di dalam cerita ini. Khas SGA.

6. “Senja di Pulau Tanpa Nama”. Merasakan perasaan mencintai seseorang yang tidak diketahui siapa nama dan dimana tinggalnya. Merasakan perasaan ragu atas cinta dan diri sendiri. Semua itu ada dalam cerita ini.

7. “Linguae”. Diceritakan bahwa cinta hanya memiliki arti ketika seseorang masih memiliki lidah. Cinta mungkin tidak perlu kata-kata tetapi bagaimana nasib cinta jika para pecinta kehilangan lidahnya?

8. “Joko Swiwi”. Joko Swiwi lahir tanpa jelas siapa ayahnya. Lahir telah memiliki sepasang sayap dan bisa langsung tertawa. Ia menjadi kebanggaan desa dan mengangkat desanya dari keterpurukan. Lalu terjadilah bencana di luar desa yang mengakibatkan semua burung (dan makhluk bersayap lainnya) mati mendadak. Warga luar desa yang iri pada desa Joko Swiwi yang maju pesat menuduh Joko Swiwi sebagai penyebab wabah tersebut. Dan diburulah Joko Swiwi oleh warga luar desa.

9. “SimSalabim”. Sebuah wilayah bencana yang kehidupan warga dan daerahnya tidak pernah pulih seperti semula (meski sudah berganti presiden dan banyak pejabat yang berkunjung) kedatangan seorang tukang sulap yang kebetulan melewati wilayah tersebut. Warga yang tidak tahu lagi harus berbuat apa meminta tukang sulap untuk menyulap kehidupan mereka seperti keadaan semula. Menurut mereka hanya sulaplah yang bisa mengubah nasib buruk mereka.

10.“Sebatang Pohon di tengah Padang”. Sebatang pohon yang menjadi oase dan tempat hidup bagi kehidupan sekitarnya yang begitu kering dan tandus. DImana kekeringan yang begitu luas dan padang tandus yang tak bertepi hanya berakhir di pohon tersebut. Selebar diameter bayangan pohon tersebut adalah daerah subur yang tidak pernah kekurangan apapun. Apakah ini seperti pohon beringin itu?

11. “Gerobak”. Gerobak-gerobak berisi manusia yang berasal dari Negeri Kemiskinan yang terendam lumpur selalu muncul setiap sepuluh hari sebelum Lebaran dari berbagai sudut kota untuk mengemis di Kota. Mereka akan kembali pulang dan menghilang setelah Lebaran. Namun, Lebaran kali ini berbeda, mereka justru bertambah semakin banyak dan memenuhi setiap sudut kota.

12. “Perahu Nelayan Melintas Cakrawala”. Perpisahan membuat waktu berjalan sangat lambat seperti sebuah perahu yang bergerak lebih lambat dari waktu. Seolah-olah orang yang mengalami perpisahan terjebak dan terpenjara dalam sebuah kartu pos: waktu membeku dan di luarnya waktu terus berjalan.

13. “Kopi, dan Lain-lain”. Saat sebuah perpisahan menjadi sebuah keharusan dan ketiadaan harapan merupakan sebuah kepastian, nilai sebuah barang yang memiliki kenangan menjadi sangat berharga. Dalam cerita ini kopi, bungkus gula, bekas bungkus gula, bungkus garam, dan bungkus merica menjadi kenangan yang tidak akan mungkin terlupakan.

14. “Senja di Kaca Spion”. Apa yang akan terjadi jika matahari menjadi tiga? Di kaca spion mobilnya, matahari senja menjadi tiga buah: tengah, kanan, dan kiri. Ternyata apa yang telah tertinggal di belakang yang dilihatnya melalui tiga kaca spionnya) tidak bisa diulang kembali. Begitulah kehidupan ini.

Selamat membaca!
Profile Image for Lala.
14 reviews
September 18, 2021
Karya sastra itu salah satu bentuk seni. Beberapa cerpennya ada yang sulit untuk kumengerti maksudnya. Mungkin saja memang tidak ada maksud apapun dan hanya bertujuan untuk menghibur?

Top three cerpen yang aku suka dari buku ini:
1. Cintaku Jauh di Komodo
2. Simsalabim
3. Cermin Maneka
59 reviews
April 11, 2020
Favorite Piece :
Simsalabim
Gerobak
Joko Swiwi
Profile Image for Wikupedia.
65 reviews29 followers
January 10, 2008
Melihat Seno Dalam Kumpulan Cerpen Linguae

Setelah sekian banyak buku kumpulan cerita pendek (cerpen) Seno Gumira Adjidarma (SGA), kemudian datanglah Linguae, sebuah kumpulan cerpen yang berisi 14 cerpen, 13 cerpen sudah pernah dipublikasikan dalam rentang waktu antara tahun 2000-2007, sedangkan satu cerpen belum pernah dipublikasikan.
Sejatinya memang kumpulan cerpen adalah kumpulan cerita yang dikumpulan dan akan diterbitkan secara bersamaan dalam satu buku. Ada kumpulan cerpen yang berisi cerpen-cerpen yang belum pernah dipublikasikan, ada juga yang berisi cerpen-cerpen yang kesemuanya sudah perah dipublikasikan, serta ada yang merupakan campuran keduanya. Pada SGA, hampir kesemua buku kumpulan cerpennya berisi, sebagian besar cerpen yang pernah dipublikasikan dan disisipkan beberapa cerpen yang belum pernah dipublikasikan.
Demikianlah Linguae menjadi buku kumpulan cerpen SGA yang kesekian. Dalam kumpulan cerpen ini para pembaca akan tetap melihat ciri khas SGA yang selalu melekat pada kisah-kisahnya, seperti kisah tentang senja dalam Senja di Pulau tanpa nama, Senja di Kaca Spion, kisah tentang cinta-cintaan, yang tentunya selalu unik dalam Cintaku Jauh di Pulau Komodo, Rembulan Dalam Cappucino, Linguae, Kopi, dan Lain-lain, serta kisah tentang manusia Jakarta yang selalu menyimpan beribu kisah menakjubkan dan terkadang satir dalam Tong Setan, dan Cermin Maneka. Kisah tentang cerita negeri Indonesia yang manusianya sealu menderita pun tak luput dari pengamatan SGA, seperti dalam Gerobak, SGA mencaba menangkap fenomena 'ajaib' dalam kasus lumpur Lapindo, yang sampai sekarang masih menyisakan kengerian yang begitu ngeri. Sedangkan dalam Perahu Nelayan Melintas Cakrawala, yang merupakan satu-satunya cerpen yang belum pernah dibuplikasikan, SGA kembali bercerita tentang hal-hal yang terkadang kita angap remeh namun sebetulnya bisa menjadi sumber cerita yang begitu menakjubkan, seperti kartu pos misalnya.
Seno Gumira Ajidarma yang begitu populer lewat bukunya, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara, begitu fasih membaca manusia Indonesia dengan kisah-kisah kemiskinan, kemunafikan, perselingkuhan, dan berbagai kisah ajaib lainnya. SGA juga selalu menangkap keindahan Indonesisa lewat senja-senjanya yang digambarkan sangat megah.
Sebagai penulis SGA selalu mencoba mencatat sejarah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indoensia, baik kalangan bawah maupun elite. 'Sejarah SGA' adalah sejarah yang memang harus dituliskan, karena disanalah kehidupan yang sebenar-benarnya terjadi, walaupun SGA sering menggabungkan kenyataan dalam kisah-kisah yang surealis, dan terkesan mengawang-awang, namun justru disitulah sebetulnya, kepiawan penulis, karena penulis adalah penguntai ceritra, yang terkadang menyatukan fisksi dan non-fiksi dalam sebuah kisah.
Namun, pada SGA fiksi yang diciptakannya selalu mempunyai ide yang sama, yaitu kenyataan dan kejadian nyata yang terjadi di dunia kita, dunia Indonesia, dan disitulah, setidaknya bagi saya, kepiawaian SGA sebagai seorang masterpiece ditemukan.
Profile Image for NA.
52 reviews102 followers
July 3, 2015
Sebenernya buku ini, bukan kategori ‘Aku Banget’ beda sama Dee Lestari yang masih bisa lebih dicerna sama otak saya yang minim ini, tapi Seno Gumira Ajidarma sukses memerangkap saya untuk terus-dan-terus membaca buku ini. Saya ga habis pikir yah otaknya dia terbuat dari apa, menghasilkan imajinasi-imajinasi yang begitu indahnya. Dan yang paling saya yakini, cerita yang dia buat, pasti menghasilkan makna yang berbeda-beda tergantung sudut pandang pembacanya.

Saya paling suka Cintaku Jauh di Pulau Komodo yang menurut saya memiliki makna penting tentang penerimaan dan Badak Kencana tentang keserakahan, ntah kenapa menurut saya ini karya sastra yang indah, bagi pemula seperti saya yang baru akhir-akhir ini membaca sastra, eh, ngomong-ngomong sastra, buku ini termasuk karya sastra kah?

saya kasih nilai 4 dari 5 :)

ada quotes yang bagus dari Cintaku Jauh di Pulau Komodo yang saya suka,

‘Cinta yang abadi bukanlah sesuatu yang ditakdirkan, cinta yang abadi adalah sesuatu yang diperjuangkan terus menerus sehingga cinta itu tetap ada, tetap bertahan, tetap membara, tetap penuh pesona, tetap menggelisahkan, tetap misterius, dan tetap terus menerus menimbulkan tanda tanya : Cintakah kau padaku? Cintakah kau padaku?’
Profile Image for fragaria.
47 reviews27 followers
Read
July 22, 2010
di buku ini dimuat lagi cerpennya SGA yg berjudul "Rembulan dalam Capuccino". cerpen ini sangat berkesan bagi saya karena cerpen inilah yg menjadi karya SGA yg pertama kali saya baca seumur hidup. saya bacanya itu dari koran Kompas 7 tahun yg lalu. waktu itu saya emang selalu baca cerpen2 koran (makasih buat papa yg udah langganan koran, haha). tapi ga tau kenapa bertahun2 setelahnya, ga kayak cerpen2 koran lain yg saya baca, si "Rembulan dalam Capuccino" ini yg terus saya ingat cerita dan nama penulisnya sampai sekarang. aneh ga sih. jadi tuh saya pertama kali tau nama Seno Gumira Ajidarma gara2 baca cerpennya yg ini di koran, saya waktu itu malah belum tau kalo SGA itu termasuk penulis jagoan yg pernah dapet penghargaan KLA. (diulang lagi: waktu itu saya emang selalu baca cerpen2 koran) tapi bertahun2 setelahnya saya masih inget, gitu. hehe. *ngerasa bingung sendiri*
Profile Image for Iman Santosa.
35 reviews2 followers
November 27, 2014
Seno Gumira Ajidarma selalu tampil dengan karakter penulisannya yang biasa, penuh metafora dan kadang kala terkesan absurd. Cerpen favorit saya kali ini jatuh pada "Rembulan dalam Cappuccino," cerita romantis yang seperti biasa dihadirkan Seno dengan manis namun tidak chessy, malah terkesan berat. Tidak ada benang merah dari segi cerita, namun Linguae menghadirkan sebuah kesamaan: betapa banyaknya pengulangan kata yang sama dalam cerpennya, yang dengan kentara bahwa itu disengaja. Mungkin itu sebabnya kumcer ini dijudul Linguae yang berarti lidah, sesuatu yang sangat erat kaitannya dengan kata.
Profile Image for Lia Wibyaninggar.
37 reviews34 followers
November 13, 2013
SGA selalu identik dengan senja dalam cerpen-cerpen yang ditulisnya. Meskipun kumcer ini berjudul Linguae (yang artinya lidah), toh beberapa cerpen di belakangnya masihlah kental tentang senja, seperti Senja di Pulau Tanpa Nama dan Senja di Kaca Spion. SGA selalu bisa mendeskripsikan senja dengan bahasa khasnya yang menawan. Cerpen-cerpen "tanpa senja" yang lain tak kalah menarik untuk ditelusuri. Meski fiksi-fiksi SGA tak jarang beraroma fantasy, selalu ada pesan mendalam yang terselubung di sana, di jurang kata-kata. :)
Profile Image for Lucky.
Author 3 books6 followers
July 12, 2013
Kesabaran; inilah hal terpenting yang patut diterapkan dalam proses membaca Linguae. Seno selaku pencerita bisa bercerita mengenai hal-hal kecil di sekitar kita dengan seenak udelnya --meminjam kata-katanya sendiri dalam salah satu cerpennya. Jalinan kata yang bisa saja tanpa putus tanpa ampun tanpa dengan mudah ditangkap maknanya (seperti ini) dalam beberapa cerpennya cukup membuat kelelahan bila kita membacanya tanpa jeda.

Sejauh ini cerpen Rembulan dalam Cappucino, Cintaku Jauh di Komodo, dan Senja di Kaca Spion merupakan favorit saya.
Profile Image for Ardita .
337 reviews6 followers
March 23, 2008
Kali ini SGA menulis dalam bentuk prosa liris. Masih seputar kehidupan manusia dan cinta-cintaan. Bedanya, kali ini sebagian besar tulisan dia banyak memakai permainan kata atau setidaknya pengulangan kata. Pilihan kata dan rangkaian kata dalam kumpulan tulisan ini adalah khas SGA: berani. Namun lagi-lagi, "Linguae" adalah kumpulan cerpen dia. Seperti beberapa bukunya yang lain..

Entah kenapa, kok terasa agak membosankan ya? Barangkali SGA sedang berevolusi.. Barangkali..
Profile Image for Anggraeni Purfita Sari.
84 reviews9 followers
May 28, 2012
ini buku keren bangeet!!!
itu komentar pertama saya begitu menuntaskan kumpulan cerpen tipis ini. saya hampir suka semua cerita di buku ini karena bahasanya yang legit, ceritanya yang sederhana tapi dituturkan dengan sangat 'menjual', membuat saya tak menelan langsung maknanya tapi harus diolah dulu di kepala.

membaca buku ini seolah melihat sebuah foto dari sudut yang tak biasa, dan intinya saya semakin mengagumi pak sukab ini, haha
Profile Image for Rachmat.
1 review1 follower
July 16, 2013
Buku ini berupa kumpulan cerpen seno gumira ajidarma yang dimuat pada beberapa koran seperti; kompas, tempo dan suara pembaruan.

tulisan tulisan seno dalam kumpulan cerpen ini agak rumit dipahami, secara, sang penulis lebih sering memutar balikkan kata yang sambung menyambung hingga kadang menyentuh akhir cerita.

seno yang juga berlatar jurnalis kelahiran boston, amerika dengan liar mengupas permasalahan di kehidupan ini
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Luthfi Eddyono.
16 reviews1 follower
December 4, 2007
Kecewa, ini yang kurasa ketika membaca buku ini. Bagiku Seno identik dengan penggambaran imanijatif perasaan dan tingkah gerak tokoh-tokoh yang diciptakan. Tetapi buku ini terasa miskin keduanya. Tema-tema yang diungkap pun terasa "biasa". Mungkin karena aku memang aku lebih suka memandang "senja" dan mencari tahu siapa "penembak misterius".
Profile Image for A.Maya Purnamasari.
59 reviews15 followers
January 5, 2008
Karena ketidaksengajaan, saya memiliki dua buku kumpulan cerita pendek ini, 'n guest what, dua2nya ditandatangani oleh Mas SGA di waktu dan tempat yang berbeda.. Tadinya yg satu mw buat kado, tapi ternyata si target juga sudah punya buku ini, jadi lagi2 saya simpan sendiri. Ada yang tertarik, saya melelang salah satunya. Hehe..
Profile Image for Agustina Nanana.
11 reviews4 followers
Read
December 14, 2009
Menyukai gaya tulisan Seno sejak masa SMA...
Tulisan yang saya baca pertama kali saat itu berjudul Mata Mata.
Tidak mudah untuk dicerna dengan indera mata saja, namun membutuhkan mata batin untuk memahami nya.

Linguae, sebuah kumpulan cerpen tentang cinta dan kehidupan.
sebuah tulisan yang puitis...
seperti puisi yang lengkap seperti cerita...

Profile Image for Windry.
Author 12 books824 followers
December 16, 2007
(bernilai 3.7 pun buku ini rupanya)

SGA pintar menakar :D *apa sih Win?* jadi ingin me-CR beberapa karya di dalam buku ini. Cerpen Linguae sendiri, yang dijadikan judul kumcer, not the best amongst the others.
Profile Image for Adilla.
8 reviews31 followers
January 12, 2008

Sendu dan menggigit, khas cerpen-cerpen SGA yang lain. Yang mengagumkan dari SGA adalah kemampuannya mengubah sesuatu yang sederhana menjadi puitis, bertenaga dan penuh makna.

Lebih teduh dari "Kalatidha", tapi menjanjikan hal yang kurang lebih sama: kumpulan cerpen yang harus dikoleksi ;).
Profile Image for Ambar Sulistyowati.
47 reviews3 followers
January 5, 2016
menemukan satu cerpen yang istimewa di buku ini, cintaku jauh di komodo. apa ya, heran aja kok bisa-bisanya seno imajinasinya sampai segitunya. berkali-kali membaca meski di media yang berbeda-beda sesudahnya tapi tetap berkali-kali pula perih rasanya. orang ini ajaib memang.
Profile Image for Dewiyani.
70 reviews
February 11, 2013
Hmm... ini bukunya yg salah ato emang kebetulan cerita dalam buku ini yg aneh.

Klo smua gaya bercerita SGA seperti ini @_@.... Mungkin pada akhirnya kembali ke masalah selera, dan kebetulan buku ini bukan salah satunya.

Displaying 1 - 30 of 66 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.