Jump to ratings and reviews
Rate this book

Robohnya Surau Kami

Rate this book
Dalam cerpen "Robohnya Surau Kami", berdialoglah Tuhan dengan Haji Saleh, seorang warga negara Indonesia yang selama hidupnya hanya beribadah dan beribadah…
"kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain yang mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembahku saja.
Tidak..." Semua jadi pucat pasi tak berani berkata apa - apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia.

147 pages, Paperback

First published January 1, 1956

253 people are currently reading
4607 people want to read

About the author

A.A. Navis

31 books96 followers
Ali Akbar Navis was a journalist and potential writer. He was a full time writer for Sripo and writes so many stories.

His famous books was “Robohnya Surau Kami” which became a monumental work for Indonesian literature. His last work is "Simarandang" a social-culture journal which been published on April 2003.

A.A. Navis passed away at age 79.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
1,218 (35%)
4 stars
1,281 (37%)
3 stars
733 (21%)
2 stars
124 (3%)
1 star
48 (1%)
Displaying 1 - 30 of 320 reviews
Profile Image for Jimmy.
155 reviews
November 26, 2008
Ada seorang yang biasa dipanggil Kakek, yang sehari-hari bertugas sebagai penjaga surau sebuah desa. Sang Kakek sangat rajin beribadah, dan selalu ingat memukul beduk yang mengingatkan orang-orang desa untuk sembahyang. Dia menyerahkan hidupnya untuk Tuhan, sampai rela meninggalkan dan melupakan istri dan anaknya. Namun, hati si Kakek tiba-tiba gundah gulana setelah Ajo Sidi, yang terkenal sebagai pembual di desa itu, menceritakan sebuah kisah kepadanya. Saking gundahnya, akhirnya si Kakek memutuskan untuk melakukan aksi bunuh diri. Lho kok bisa, kisah apakah gerangan yang dia dengar?
----------------------------------------------

“…di akhirat, Tuhan Allah sedang memeriksa orang-orang yang sudah berpulang. Sementara para malaikat bertugas di samping-Nya sambil menggenggam daftar dosa dan pahala manusia. Orang yang diperiksa sangatlah banyak, maklum di mana-mana ada perang. Di antara orang-orang yang diperiksa itu, ada seorang yang di dunia dipanggil Haji Saleh. Haji Saleh itu tersenyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan dimasukkan ke surga. Kedua tangannya ditopangkan dipinggang sambil membusungkan dada dan menekurkan kepala ke kuduk. Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk neraka, bibirnya menyunggingkan senyum ejekan. Dan ketika ia melihat orang yang masuk surga, ia melambaikan tangannya, seolah hendak mengatakan sampai ketemu nanti ya.

Cukup beralasan juga kenapa Haji Saleh bersikap seperti itu, karena selama hidupnya di dunia, dia sudah pergi haji, makanya dipanggil Haji Saleh tentunya. Dia menyembah dan menyebut-nyebut nama Tuhan setiap hari, setiap malam, bahkan setiap waktu. Tidak pernah berbuat jahat dan selalu berdoa agar Tuhan menginsyafkan umatNya yang dihumbalangkan iblis laknat. Intinya, dia merasa sudah melaksanakan apa yang diperintahkan Tuhan Allah kepadanya.

Namun, siapa sangka ternyata Tuhan malah menyuruh malaikatNya menjewer telinganya dan menyeretnya ke neraka. Whoaaa…dia lebih kaget lagi ketika melihat teman-teman “seperjuangannya” sudah lebih dulu menghuni neraka, teman-teman yang juga taat beribadah dan teguh beriman. Mereka semua tidak terima dengan keoutusan ini. Akhirnya, mereka bersepakat untuk mengadakan rapat membahas “ketidakadilan” Tuhan terhadap mereka. Dari hasil rapat, mereka memutuskan untuk mengajukan “Peninjauan Kembali” atas keputusan Tuhan yang mereka anggap salah. Bahkan, mereka berniat mengadakan resolusi dan kalau perlu revolusi jika seandainya tuntutan mereka untuk dipindahkan ke surga tidak dikabulkan.

Dalam tuntutan mereka, Haji Saleh yang maju sebagai juru bicara berkata:
“O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang
paling taat beribadat, yang paling taat menyembah-Mu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu, mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat sedikit pun kami membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa, setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau masukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tak diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kaujatuhkan kepada kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke surga sebagaimana yang Engkau janjikan dalam Kitab-Mu”.

Namun Tuhan menjawab:
“Bukankah kalian orang-orang yang tinggal di Indonesia, negeri yang tanahnya sangat subur, sehingga tanaman pun tumbuh tanpa ditanam. Negeri yang kaya-raya, penuh dengan logam, minyak, dan berbagai bahan tambang lainnya. Negeri yang pernah diperbudak bangsa lain, yang hasil tanahnya dikeruk dan diangkut ke negeri penjajah. Namun, sayang negeri ini juga selalu kacau, dimana penduduknya sering berkelahi dengan sesamanya, saling menipu dan saling merampas. Negeri yang juga dihuni oleh orang-orang seperti kalian, yang rela melarat, dan tak melakukan pekerjaan apapun untuk menjaga dan memanfaatkan kekayaan alam negerimu, sehingga anak dan cucumu pun ikut melarat. Aku telah menganugerahkan negeri yang kaya kepada kalian, tapi sayang kalian sangat malas bekerja. Kalian lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh dan tidak membanting tulang. Padahal, Aku menyuruh kalian untuk beribadat dan beramal, tapi bagaimana kalian bisa beramal kalau kalian hidup miskin? Kalian kira, Aku ini gila pujian dan mabuk disembah? Sekali-sekali tidak!!! Dalam satu sisi, kalian memang benar telah rajin beribadah, tapi sayangnya kalian beribadah tidak dengan hati, hanya sebagai rutinitas saja. Jadi, kembalilah ke neraka!”

Suara Tuhan yang tegas telah membuat jiwa revolusioner mereka tiba-tiba tawar, dan mereka pun kembali diseret ke neraka.

-----------------------------------------

Mendengar si Kakek telah meninggal, Ajo Sidi menitipkan uang kepada istrinya untuk membelikan kain kafan 7 lapis buat si Kakek, tapi dia tidak bisa melayat karena dia harus pergi bekerja.

Hmmm….iman tanpa perbuatan memang sia-sia ya boy…

Profile Image for Glenn Ardi.
72 reviews481 followers
February 27, 2014

Robohnya Surau Kami adalah kumpulan cerpen yang telah lama dianggap sebagai salah satu kumpulan cerpen terbaik Indonesia. Dalam karya ini saya melihat upaya penulis untuk mengkritik tajam kekolotan berpikir manusia Indonesia. Saya menemukan ada banyak sekali bentuk satir/sindiran terhadap konsep senioritas - entah itu dituangkan dalam jarak umur, jabatan, kewibawaan, ketakwaan, atau sekedar ketaatan buta pada nilai adat dalam masyarakat.

Melalui karya ini, saya melihat Navis mengkritik bagaimana kekonyolan dari sifat manusia yang cenderung gila hormat, punya kebutuhan untuk selalu disanjung, tidak suka dikritik, dan bahkan rela menipu diri untuk suatu kebanggaan yang semu.

Tema seperti ini mungkin tampak sepele dalam karya sastra, tapi nyatanya pemikiran kolot yang dituangkan dalam cerpen ini masih sangat banyak bisa dijumpai hingga dengan saat ini. Mungkin inilah mengapa cerpen ini dianggap sangat penting dalam dunia sastra Indonesia. Jika saja setiap orang muda maupun tua membaca cerpen ini, mungkin manusia-manusia Indonesia akan malu dengan sikap kolot yang kadang malah lebih menyerupai sifat kekanak-kanakan.
Profile Image for hans.
1,156 reviews152 followers
September 19, 2018
Cerpen-cerpennya berkisar hal kehidupan, banyak berkait hal keluarga dan sekitar. Penceritaannya bagus, ada hal melankoli terasa ditarik masuk ke dunia tukang karya-- dibuai bahasanya dalam memori dan hal sejarah juga pengalaman perang, kritis dan sinis tetapi penuh nasihat.
Profile Image for Izzat Isa.
414 reviews50 followers
September 1, 2019
Buku ini merupakan antologi 10 buah cerpen iaitu: Robohnya Surau Kami, Anak Kebanggaan, Nasihat-nasihat, Topi Helm, Datangnya dan Perginya, Pada Pembotakan Terakhir, Angin dari Gunung, Menanti Kelahiran, Penolong, dan Dari Masa ke Masa.
Semua cerpen-cerpen ini menarik, mesra dengan gambaran kemasyarakatan, keindahan bahasa olahan pengarang dan nilai pengajaran yang kuat. Setiap cerpen itu mempunyai kekuatan masing-masing. Saya paling meminati cerpen Pada Pembotakan Terakhir. Tentang telatah bocah yang naif dan pengakhiran yang .... saya sendiri pun tidak menjangkakan begitu. Tiba-tiba terus teringat cerpen-cerpen karangan Arwah Azizi Haji Abdullah.
Profile Image for Naim al-Kalantani.
283 reviews17 followers
July 22, 2021
Power-power semua cerpennya. Tambah lagi cerpen pertama. Memang fuhhh.
Profile Image for Galih Surya.
69 reviews
August 13, 2025
“Dari 10 cerita pendek karya beliau yang monumental, cuma 2 sampai 3 saja yang menurut saya bisa dinikmati. Tingkat intelegensi beliau yang tinggi dan kritis rasanya tidak pas jika hanya berhenti di cerpen. Letusan ide dan kerangka berpikir yang jenius agaknya butuh pengolahan yang lebih jauh dan rumit. Ibaratnya seperti mie instan, indomie goreng akan lebih nikmat ketika dimasak matang serta ditambahkan telur bukan?”
Profile Image for Sadam Faisal.
125 reviews19 followers
June 26, 2018
Cerita-cerita yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti serta mengandung kritik sosial dan kehidupan beragama.

Cerpen favorit : Penolong
Profile Image for Anita Shella Shufa.
15 reviews7 followers
August 17, 2013
Buku yang menggugah, terlepas dari kontroversinya karena penggambaran Tuhan dan kehidupan alam akhirat. Buku ini bercerita tentang seorang kakek yang rajin ibadah, dari muda hingga usia yang ia jalani saat ini. Sampai suatu saat kemudian sang kakek bertemu dengan seorang pemuda yang menceritakan kisah tentang 'ahli ibadah' yang diceburkan ke neraka. Analogi yang dikisahkan sang pemuda itu 'menampar' hati sang kakek, membuatnya meragu akan benar salah yang dilakukannya.

"Kau kenal padaku, bukan? Sedari kau kecil aku sudah di sini. Sedari mudaku, bukan? Kau tahu apa yang kulakukan semua, bukan? Terkutukkah perbuatanku? Dikutuki Tuhankah semua pekerjaanku?"

"Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat sembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak isterimu sendiri, sehingga mereka itu kucar-kacir selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit pun."

Buku yang mengingatkan tentang keseimbangan kehidupan dunia akhirat, dengan analogi nasib buruk orang yang merasa aman dari azab Allah dan merasa layak mendapat surga karena amal ibadah yang ia lakukan. Buku ini mengajak kita untuk tidak mementingkan diri sendiri ketika hidup di dunia.

"Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang."
Profile Image for Darnia.
769 reviews113 followers
March 6, 2017
Iyah..gw tau kalo gw telat banget baca buku satu ini. Tapi ini emang karya sastra Indonesia yang luar biasa. Wikipedia bilang ini masuk karya sosio-religi, tapi buat gw it's more than that. Gak tau kenapa, dari 10 cerita pendek yang dirangkum dalam 1 buku tersebut, ada beberapa cerita yang buat gw memorable banget.

Kayak kisah pertama, yang judulnya sama kayak judul kumcer ini.Tentang seorang kakek penjaga masjid yang depresi setelah mendengar kisah tentang orang beriman dari tukang cerita. Kemudian ada "Topi Helm", bagaimana sebuah hal kecil dapat menimbulkan dampak yang besar terhadap seseorang, tergantung dari sudut pandang mana orang melihatnya. Ada "Pada pembotakan terakhir" yang bercerita tentang induk semang yang kejam pada anak peliharaannya.Dan 7 judul yang laen.

Well, mungkin itu bukan hal yang baru bagi penikmat karya sastra Indonesia, tapi buat gw yang notabene masih awam, kisah-kisah A.A Navis tersebut menohok tepat di sasaran :D Tentang kondisi sekitar kita, yang pada kenyataannya memang seperti itu. Hal-hal kecil yang sering luput dari perhatian kita ternyata penting.Intinya, gw suka buku ini :D

"kamu tinggal di tanah Indonesia yang mahakaya raya,tapi, engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniyaya semua. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang." {Robohnya Surau Kami - A.A Navis}
Profile Image for Iman Danial Hakim.
Author 9 books384 followers
November 1, 2016
Robohnya Surau Kami adalah kumpulan cerpen tulisan A.A Navis, seorang sasterawan kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat.

Ada 10 cerpen di dalamnya. Setiap cerpen berdiri menerusi sepasang "kaki". Sebelah kaki menampung cerpen dengan susunan ayat dan frasa yang mudah tetapi indah. Sebelah lagi tegak menggalas cerpen dengan pengajaran dan tauladan yang sarat.

Akhirnya cerpen-cerpen ini membawa kita berjalan melihat dunia. Mengenal erti kehidupan apabila turun merasai denyut nadi masyarakat.

Ini adalah buku pertama A.A Navis yang pertama saya baca, dan saya melihat ia adalah bacaan yang berbaloi.

Ada 3 buah cerpen yang paling terbaik dari segi mesej yang disampaikan.
1. Robohnya Surau Kami - Kritikan terhadap ahli ibadah yang hanya mengabdikan diri pada amalan sehingga melupakan tuntutan duniawi

2. Datangnya Dan Perginya - Kisah pertentangan antara rasa kemanusiaan dan keteguhan iman. Sepasang suami isteri yang bercerai terpaksa bertarung dalaman untuk menentukan konklusi terhadap perkahwinan anak-anak mereka (adik berkahwin dengan abang dalam kondisi mereka tak mengetahuinya)

3. Dari Masa Ke Masa - Monolog seorang tua yang pernah muda. Kejengkelan hatinya terhadap campur tangan keterlaluan orang-orang tua dalam urusan muda dan kehairannya terhadap kelesuan anak muda zaman kini.
Profile Image for Imas.
515 reviews1 follower
March 3, 2016

Kumpulan cerita pendek berisi 10 cerita yang dirangkum dalam 1 buku. Berbagai cerita tentang kehidupan dari kisah penjaga mesjid sampai topi helm.

Kisah yang paling menohok tentu saja cerita yang berjudul sama dengan kumcer ini, Robohnya Surau Kami. Seorang kakek Penjaga mesjid, yang sangat taat beribadah sampai-sampai melupakan dunia, meninggalkan anak dan istrinya serta menyerahkan seluruh hidupnya untuk beribadah kepada Tuhan. Sampai satu ketika sang kakek memutuskan untuk meninggalkan dunia bukan lewat jalan surga. Memaksa ruh meninggalkan raga karena mendengarkan cerita.

Kutipan cerita yang ia dengar antara lain:
"kamu tinggal di tanah Indonesia yang mahakaya raya,tapi, engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniyaya semua. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang."
Profile Image for Muhamad Tegar Pratama Putra.
46 reviews1 follower
August 26, 2025
Dalam cerpen Robohnya Surau Kami, penulis sastra legendaris berdarah Minangkabau, Ali Akbar Navis menceritakan hikayat penjaga surau yang bunuh diri setelah tersindir pemeo tukang dongeng bernama Ajo Sidi di kampungnya yang menggelar satir orang-orang yang mabuk agama dan melupakan hubungan horisontal dengan sesama insan manusia. Hal yang ironisnya masih relevan hingga hari ini. Simbol robohnya surau selepas ditinggal penjaganya ini juga seakan mempertanyakan keimanan orang-orang yang mungkin lebih mementingkan dunia dan periuk nasi ketimbang moralitas, kala surau tak lagi dipakai untuk bersembahyang melainkan dipereteli kayunya untuk kayu bakar di rumah dan menjadi tempat bermain anak-anak semata. Bersama sembilan cerpen lainnya yang juga mempertanyakan moralitas dan agama dalam prosa yang menarik dari A.A. Navis, kumcer ini tak hanya kembali mengingatkan betapa karya-karyanya masih relevan tapi juga pesan-pesannya yang tak luntur dalam kisah-kisah yang miris, dilematik dan berdiksi cantik ini.
Profile Image for Missy J.
629 reviews107 followers
July 1, 2022
It's the first time for me to read a work by AA Navis. Honestly, I haven't heard of this author until I noticed that "Robohnya Surau Kami" was included in most "Indonesian classics" list. This book includes ten short stories and they are a reflection of the author's thoughts about the newly independent nation Indonesia and the faults that he saw in its people.

Out of the ten stories, there were two that I found very well written; "Robohnya Surau Kami" after which this collection was named, and "Angin Dari Gunung". The first story criticizes the obsession Indonesian people have with religion. They want to be pious and follow the Quran as closely as possible, while allowing foreign nations to steal their natural resources and not caring about the economic situation of their families. This was a very harsh story, but it’s true that a lot of importance is placed on religion at the expense of the family.

"Angin Dari Gunung" is about the people who were admired during the revolution/war, but after the war ended, these people suffered from disabilities and were discarded by society despite their contribution and sacrifice. It was a very emotional story. The other stories ranged from good to mediocre. Each story is actually very unique and well worth discussing. I might come back to this someday, but there are so many other Indonesian books that I would like to tackle first.
Profile Image for Abida Massi.
7 reviews
April 9, 2024
Masterpiece. Mungkin ini adalah fiksi terbaik yang kubaca sejauh ini. Cerpen-cerpennya berisi kritik atas kekolotan, kebodohan, dan ketidakkonsistenan kaum konservatif di Minang tempo lalu (yang ironisnya kaum ini masih mudah ditemui di mana pun saat ini).

Yang membuat buku ini sangat menarik adalah seluruh kritiknya disampaikan secara tersirat dan sangat sinis. Juga, banyak cerita-cerita bernuansa melankolis yang bikin ku sedih setiap lanjutin baca. 💔
Profile Image for Luthfi Amri.
22 reviews8 followers
August 4, 2016
Membaca kumpulan cerpen ini seperti melihat potret kehidupan Indonesia yang masih dipenuhi mitos, keraguan, dan kegegabahan.
Profile Image for Reisa.
62 reviews
August 24, 2017
'Kalian di dunia tinggal di mana?’ tanya Tuhan.

‘Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.’

‘O, di negeri yang tanahnya subur itu?’

‘Ya, benarlah itu, Tuhanku.’

‘Tanahnya yang mahakaya raya, penuh oleh logam, minyak, dan berbagai bahan tambang lainnya,
bukan?’

‘Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami.’ Mereka mulai menjawab serentak. Karena fajar kegembiraan telah membayang di wajahnya kembali. Dan yakinlah mereka sekarang, bahwa Tuhan telah silap menjatuhkan hukuman kepada mereka itu.

‘Di negeri mana tanahnya begitu subur, sehingga tanaman tumbuh tanpa di tanam?’

‘Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.’

‘Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat?’

‘Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.’

‘Negeri yang lama diperbudak negeri lain?’

‘Ya, Tuhanku. Sungguh laknat penjajah itu, Tuhanku.’

‘Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan diangkut ke negerinya, bukan?’

‘Benar, Tuhanku. Hingga kami tak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.’

‘Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?’

‘Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu kami tak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.’

‘Engkau rela tetap melarat, bukan?’

‘Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.’

‘Karena keralaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?’

‘Sungguhpun anak cucu kami itu melarat, tapi mereka semua pintar mengaji. Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala.’

‘Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak di masukkan ke hatinya, bukan?’

‘Ada, Tuhanku.’

‘Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk di sembah saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka. hai, Malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya!”

Semua menjadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia. Tapi Haji Saleh ingin juga kepastian apakah yang akan di kerjakannya di dunia itu salah atau benar. Tapi ia tak berani bertanya kepada Tuhan. Ia bertanya saja pada
malaikat yang menggiring mereka itu.

‘Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami, menyembah Tuhan di dunia?’ tanya Haji Saleh.

‘Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat sembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak isterimu sendiri, sehingga mereka itu kucar-kacir selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit pun.’


selamanya kutipan cerpen favorit. nostalgia bacaan sastra SMP :"
Profile Image for Faiz • فائز.
357 reviews3 followers
November 6, 2024
Ali Akbar Navis merupakan pengarang, juga sasterawan Indonesia yang berasal dari Padang Panjang, Sumatra Barat. Novel ini merupakan karya pertama beliau yang saya baca.

Memuatkan 11 cerpen ringkas—kritikan sosial yang bersahaja, tapi agak tajam apabila direnungkan. Tajuk novel ini, Robohnya Surau Kami ialah cerpen pertama yang dihidangkan buat pembaca. Penulis melibas dengan kasar akan kelompok yang ghairah beribadah hingga melupakan tanggungjawab kepada manusia lainnya. Cerpen-cerpen lain juga membawa tema yang sama, walaupun ada dua-tiga cerpen yang nihil intinya buat saya.

Beralih daripada satu cerpen ke cerpen lain mendatangkan semacam ketidakselesaan kepada saya kerana saya membaca tragedi demi tragedi yang menyayat hati. Walaupun saya mengakui bahawa bermain dengan tragedi itu hakikatnya lebih memberi dampak kepada emosi, namun dilambakkan dengan sebegini banyak… ah, sejujurnya saya tidak berapa gemar.

Novel (kumpulan cerpen) ini masihlah sebuah karya yang baik, hanya sahaja… tidak menepati cita rasa saya.
Profile Image for Marina.
2,035 reviews359 followers
August 11, 2018
** Books 110 - 2018 **

3,4 dari 5 bintang!

Buku ini untuk menyelesaikan Tantangan Tsundoku Books Challenge 2018


Saya baru ingat memiliki buku ini di dalam timbunan dan ketika ingin membaca buku yang ringan-ringan akhirnya pilihan jatuh ke buku kumpulan cerpen A.A Navis ini yang tanpa sadari ternyata bulan ini sudah EMPAT Buku A.A Navis yang saya sudah baca. saya nobatkan A.A Navis menjadi salah satu pengarang lokal favorit saya setelah Ahmad Tohari pastinya karena saya selalu suka dengan penggambaran Novel yang detail dengan nuansa alam dan deskripsinya. Tidak lupa juga unsur sosial budaya dan religi tang terkandung didalamnya

Kenapa saya hanya memberi 3,4 bintang? Soalnya saya hanya paling suka dengan robohnya surau kami sisanya sudah banyak saya baca dari Kumcer Kemarau, Jodoh dan Kabut negeri si Dali jadi selain itu udah biasa saja bacanya. Ada kutipan yang saya amat sukai didalam Robohnya surau kami yang menurut saya relevan sekali dengan Indonesia saat ini

Profile Image for Syahiran Ramli.
221 reviews14 followers
December 16, 2018
Himpunan 10 buah cerpen yang mengisahkan kehidupan masyarakat setempat yang mendepani pelbagai onak dan duri bagi memastikan kelangsungan hidup. Saya tidak pasti sama ada penulis menulis berdasarkan kehidupan sebenar yang dihadapi oleh masyarakat ketika itu atau sekadar cereka dari penulis, tetapi bagi saya kepelbagaian tema – agama, perang, keluarga, dan sebagainya, yang terdapat di dalam cerpen ini sangat enak untuk dijamah.

Saya melihat pada dua cerpen iaitu Angin dari Gunung dan Penolong sangat dekat dengan diri saya. Walaupun kisah tersebut berlatarbelakangkan zaman pasca perang tetapi cerita sebeginilah saya dapat melihat dan merasai bersama pelbagai emosi yang ada pada manusia itu sendiri. Bila membaca dua kisah ini, saya tidak dapat lari daripada mengaitkan dengan cerpen Tasik Syahdu yang ditulis oleh SN A. Samad Said.
Profile Image for Khairunnisa Azalin.
6 reviews2 followers
January 4, 2018
"Beginilah kehidupan..."
"Tidak semua manusia bersifat begini, tapi ada..."

Di setiap penghujung cerpen, itulah yang terlintas di benak.

Suram latar ceritanya; peperangan, penderaan, bongkak, kehilangan, tapi A.A Navis mencerahkan minda kita apabila satu persatu watak manusia yang wujud dalam dunia ini dia suluhkan.

Gerun.

Alhamdulillah. Sebuah bacaan yang sarat pengajaran sebagai permulaan 2018.

Benarkah kata A.A Navis?
"Tapi nyatanya orang-orang muda sekarang begitu sulit melepaskan dirinya dari sifat kekanak-kanakannya."- m/s 138

Profile Image for Febritri.
62 reviews
October 26, 2025
ROBOHNYA SURAU KAMI
karya A.A. Navis

142 halaman
Kumpulan Cerpen
Gramedia Pustaka Utama

10 cerita pendek. 10 kisah hidup manusia yang berbeda-beda. Berbagai kritik sosial diangkat. Dari berbagai sudut pandang dan topik. Mulai dari Agama, Sosial sampai Cinta.

"Robohnya Surau Kami" merupakan karya sastra Indonesia yang fenomenal dan tak lekang oleh waktu. Gaya menulis yang khas pada masa itu. Serta penggunakan kosakata yang cukup asing buatku. Menambah kesan bahwa karya ini memang karya lama yang layak untuk diperbincangkan dan tentunya tak boleh dilupakan.

Rate: 3/5
Profile Image for Sharulnizam Yusof.
Author 1 book95 followers
August 31, 2017
10 cerpen yang setiap satunya membuatkan kita perlu berfikir dan menakul. Ada yang tersirat. Robohnya Surau Kami pun sudah cukup kuat membuatkan saya tersentak. Banyak pengajaran-pengajaran kehidupan yang boleh kita dapati.

Membaca koleksi cerpen A. A. Navis ini, mengingatkan saya koleksi cerpen SN A. Samad Said, yakni Tasik Syahdu. Berkisarkan kehidupan masyarakat biasa dan berlatarkan hidup zama pasca perang.
Profile Image for Arikah.
29 reviews3 followers
September 30, 2021
Buku ini berisi cerita cerita pendek yang menarik. Alurnya sederhana dari yang saya bayangkan. Sejujurnya, banyak dari cerpen disini yang saya belum mengerti baik alur maupun maknanya. Sepertinya dibutuhkan pikiran ekstra untuk memahami cerpen di buku ini.

Cerita yang paling saya suka adalah robohnya surau kami, pesan dari cerita nya tergambar jelas dan menusuk.

Mungkin kalau diberi kesempatan, saya akan re-read buku ini untuk mendapat pemahaman dan pengalaman yang lebih baik lagi.
Profile Image for Tushy Octafadiola.
27 reviews2 followers
August 9, 2025
Isinya satir ya. Ahahaa... Biasanya saya suka yg satir gini tapi entah kenapa kurang menikmati cerita-cerita di buku ini. Cuma suka sebagian kecil cerpennya.

Banyak sekali kata-kata yg bahkan gak pernah saya dengar sebelumnya, misal semiang dosa, menjolak-jolak, renyai hujan, dll. Tiap cerpen pasti ada banyak kata-kata yg asing spt ini. Menarik sih, jadi bisa nambah kosa kata baru.
Profile Image for nabbski.
106 reviews47 followers
October 21, 2025
3 personal favorites; robohnya surau kami, anak kebanggaan, pada pembotakan terakhir
Profile Image for fayza R.
227 reviews56 followers
March 6, 2017
seingat Faizah terakhir baca sastra 60an yang bahasanya segini banget itu pas SMP, karena di perpustakaan sekolah ya adanya novel2 sastra angkatan 60, dari AA Navis, Sutan Takdir Alisjahbana, Hamka, dll. Angkatan 90an harusnya familiar sama nama2 tsb, yaiyalah suka nongol di materi pelajaran bahasa Indonesia wqwqw

Dan Faizah baca ini dulu pas masih SMP juga, di perpus wqwq

Beberapa cerpen nya menohok banget secara moral, terutama bagian robohnya surau kami yang jadi judul utama kumcer ini, yang ngingetin bahwa ibadah tuh gak cuma vertikal, ada ibadah horizontal juga, muamalah. Dan termasuk ibadah juga mencari nafkah dll dll.

Dan bagian menohok lainnya adalah yang lebaran, ketika saat lebaran ada anak yang lebih milih umroh daripada silaturahim dengan orangtua. HAAAAAHHH itu menohok sekaliii, kita sering banget pake alasan kan ini juga ibadah, itu juga ibadah, tapi lupa kalau birul wa lidayin, berbakti pada orang tua, bikin seneng orang tua juga ibadaahh *cry*

Cerpen lainnya didominasi sama latar belakang sejarah, historical fiction nya kuat banget, bagian Jepang vs China nya, penggambaran mayor, kapten dll yang gampang nikah ketika zaman perang, its hurt banget kalo dibaca, nyakitin hati perempuan hwhwhw

Kebanyakan cerpennya enggak ditutup dengan penyelesaian, jadi dibiarkan gantung gitu aja, biar pembaca menyimpulkan sendiri, dan bikin bertanya2. Nyesek juga pas bagian cerpen 'Penolong', seolah mau bilang kalau di dunia ini tuh isinya orang gila semua.

Profile Image for Wina S. Albert.
164 reviews2 followers
October 3, 2024
Di tengah hiruk-pikuk dunia yang semakin modern, Robohnya Surau Kami mengajak saya untuk merenungkan kembali nilai-nilai yang mungkin sudah tergerus oleh zaman. Cerita ini, dalam balutan kisah yang penuh ironi, memperlihatkan bagaimana sebuah surau—simbol spiritual dan komunitas—dapat runtuh bukan hanya karena fisik bangunan, tetapi juga karena runtuhnya moral dan etika masyarakat.

Penulis secara cerdas menciptakan situasi di mana orang-orang yang seharusnya menjadi teladan justru terjebak dalam tindakan konyol dan dialog yang tak berujung. Misalnya, diskusi tentang siapa yang lebih berhak menggunakan mikrofon surau untuk ceramah mingguan menjadi sebuah pertempuran sengit, seolah nasib umat manusia bergantung pada siapa yang lebih fasih berpidato.

Lebih jauh, novel ini juga menyentil fenomena surbahasa—satu bahasa yang dipakai dalam setiap kesempatan, entah saat bercakap-cakap di warung kopi atau saat berdoa di surau. Ironisnya, ketika kesalehan dan kebersamaan seharusnya menjadi pilar, yang terjadi justru pertunjukan akrobatik verbal yang penuh kepalsuan. Dan ketika surau itu akhirnya roboh, bukan hanya atapnya yang runtuh, tetapi juga harapan akan kebangkitan moral masyarakat.

Dengan gaya penulisan yang tajam dan penuh sarkasme, Robohnya Surau Kami mengajak saya untuk tertawa sekaligus merenung. Kesedihan dan keceriaan berpadu, menciptakan ironi yang tak terlupakan. Di balik tawa, ada pesan mendalam tentang betapa pentingnya menjaga nilai-nilai kebaikan di tengah arus perubahan yang mengguncang.

Siapkan diri kalian untuk merenungkan: apakah kita semua akan menjadi bagian dari pembangunan kembali, atau justru akan terus menjadi pengamat pasif di tengah keruntuhan?
Profile Image for Ra.
29 reviews12 followers
September 14, 2012
Kumpulan cerpen ini sudah lama sekali saya baca. Yaitu pada zaman SD.Itu pun karena si pengarang buku, bapak A.A Navis (almarhum) rumahnya nggak jauh dari rumah saya. Jadi setiap orang kenal dia, dan bukunya tergeletak begitu saja dirumah. Maka 'Saya kecil' pun mulai membaca bukunya ini.

Tentang cerpen ini.. yang paling melekat diingatan saya sampai sekarang, meski samar-samar, tentang percakapan seorang bapak haji yang kerjanya beribadah dengan tuhan. Tapi, .... meski dia rajin beribadah, dia nggak masuk syurga.

Lucu memang, kira-kira sang pencipta kecewa; .... apa susahnya beribadah memuji-muji saya sepanjang hari, sedangkan kamu tidak punya kontribusi ke dunia, kamu hanya mengharapkan meninggal dan masuk syurga mangkanya kerjanya enak-enak dimesjid saja. Coba lihat keluarga kamu yang terlantar, miskin, kelaparan.. sedangkan kamu hanya hidup di surau memuji-muji saya.

yang saya petik, .. si pengarang lagi menyentil para manusia yang kerjanya hanya beribadah tapi nggak peduli dengan alam dan keadaan sekitarnya. Mereka hanya 'menjilat' tuhan dengan memuji-muji tuhan di surau (mushola)... Yang pengarang hendak jelaskan adalah dalam agama, bukan itu hubungan antar manusia dan tuhan yang dimaksud. Tapi keseimbangan antara spiritual dan duniawi.

Saat baca ini, saya jadi mikir... lebih mending para dokter dan ilmuwan yang tidak beragama, yang siang malam belajar/meneliti untuk menemukan obat kanker atau penyakit berbahaya lainnya. Dibanding si haji yg kerjanya hanya beribadah dan nggak berguna hidupnya buat manusia lain.

Sastra ini ditulis sebelum tahun 1960, - cukup berani untuk punya ide sekritis ini di masa itu. Menurut saya si pengarang sangat peka dengan social issues saat itu bahkan hal ini masih terjadi sampai sekarang, (malah tambah parah). Cerita sindiran yang sangat menampar.
Profile Image for arashi.
8 reviews4 followers
November 28, 2008
Dalam cerpen "Robohnya Surau Kami", berdialoglah Tuhan dengan Haji Saleh, seorang warga negara Indonesia yang selama hidupnya hanya beribadah dan beribadah…
"kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain yang mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembahku saja.
Tidak..." Semua jadi pucat pasi tak berani berkata apa - apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia.

Udah lama ga baca sastra klasik. Terakhir gue baca Salah Asuhan yang sayangnya sampai sekarang masih belum tamat juga walaupun endingnya sudah bisa diketahui dari buku-buku pelajaran Bahasa Indonesia ketika sekolah.

Buku ini berisi kritik ke segala lapisan masyarakat. Yang merasa diri baik dan saleh akan tersindir oleh adanya cerpen-cerpen didalamnya. Jadi baca buku ini dengan baik atau kau malah berlaku, "buruk rupa, cermin dibelah". Dan buat orang yang sinis, buku ini cocok buat gue ^o^

Displaying 1 - 30 of 320 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.