What do you think?
Rate this book


148 pages, Paperback
First published January 1, 2005
Berapakah jumlah rakyat kecil Pribumi yang tewas, baik di Bandaneira, proyek Jalan Raya Pos, dan Cultuurstelsel? Yang di Bandaneira tak pernah disebutkan angka. Yang di Jalan Raya Pos, menurut sumber Inggris hanya berapa tahun setelah kejadian; 12.000. Yang di Grobogan 3.000 sementara ada yang menyebut 5.000. Tak pernah ada komisi resmi yang menyelidiki. Nyawa rakyat kecil Pribumi nampaknya hanya baik jadi sumber kebesaran barat. (Hal. 22)
“You don't have to burn books to destroy a culture. Just get people to stop reading them.”
"... Eropa⎯kemudian meluas menjadi Barat⎯melakukan penjajahan baru atas bangsa-bangsa non-Eropa, non-Barat, melalui neo-kolonialisme: negara-negara non-Barat tetap diperlakukan sebagai perdagangannya, dan kekuasaan setempat diperlakukan sebagai satpam semata untuk menjaga kepentingan pasar mereka. ... Dan dengan kekayaan, kekuatan, dan kemajuannya, mereka menjerat kurbannya dengan hutang luar negeri dan diharapkan sampai dunia kiamat, mungkin juga sampai setelah itu, di akhirat." [halaman 45-46]
"Bukan kebetulan bila negara-negara penjajah atau bekas penjajah di Dunia Utara tidak menyukai Soekarno, apalagi antek-anteknya di dalam negeri Indonesia sendiri, yang hidup dari kesetiaannya pada bekas majikan. Itu sebabnya sampai sekarang pun semua anti-Soekarno digabung jadi satu ikatan masih tetap tanpa arti di hadapan Soekarno, sekali pun berhasil dibikin almarhum sebagai tahanan Orde Baru." [halaman 66-67]
"Belum lagi membaringkan badan perutku melintir. Piket menunjukkan tempat kamar kecil. Tempat itu gelap tak tembus pandang. Kaki menggerayangi tahta kakus. Begitu mendapatkan ketinggian langsung nongkrong. Aneh, barang buangan itu jatuh memantulkan bunyi minor. Membersihkan diri pun tangan gerayangan mencari sumur. Dan waktu membasuh itu korek logam itu jatuh dari kantong celana. Curiga pada suara minor aku kembali ke kakus. Sinar api korek itu? Masyaallah, ternyata yang kuberaki bukan tahta kakus tapi tungku dapur. Dan kotoranku jatuh ke dalam periuk rendah yang masih ada sisa singkong rebus." [halaman 79]