Bestseller book di Gramedia Bookstore selama 2 tahun berturut-turut!
Lima sahabat telah menjalin persahabatan selama tujuh tahun. Mereka adalah Arial yang paling tampan, Riani sebagai satu-satunya wanita dalam kelompok itu, Zafran yang berlagak seperti seorang penyair, Ian yang paling subur badannya, dan Genta yang dianggap sebagai leader dalam kelompok itu. Kegemaran mereka adalah mengeksekusi hal-hal yang tidak mungkin dan mencoba segala hal, mulai dari kafe paling terkenal di Jakarta, sampai nonton layar tancap. Semuanya penggemar film, dari film Hollywood sampai film yang nggak kelas—kecuali film India karena mereka punya prinsip bahwa semua persoalan di dunia atau masalah pasti ada jalan keluarnya, tapi bukan dalam bentuk joget.
Suatu saat, karena terdorong oleh rasa bosan di antara satu dan yang lain, mereka memutuskan untuk tidak saling berkomunikasi dan bertemu satu sama lain selama tiga bulan. Selama tiga bulan berpisah itulah telah terjadi banyak hal yang membuat hati mereka lebih kaya dari sebelumnya. Pertemuan setelah tiga bulan yang penuh dengan rasa kangen akhirnya terjadi dan dirayakan dengan sebuah perjalanan. Sebuah perjalanan yang penuh dengan keyakinan, mimpi, cita-cita, dan cinta. Sebuah perjalanan yang telah mengubah mereka menjadi manusia sesungguhnya, bukan Cuma seonggok daging yang bisa berbicara, berjalan, dan punya nama.
“Ada yang pernah bilang kalau idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh generasi muda….”
Didn't like it at all! Heraaannn bukan buatan kok bisa dicetak berulang kali, apa emang seleranya pembaca muda Indonesia condong ke tulisan kayak begini yah.
Gak tahan bacanya, setiap halaman saya baca dengan bertanya-tanya "sebenarnya inti buku ini apa sih???"
Menurut saya, seorang penulis yang baik harusnya menciptakan quote-quotenya sendiri yang memorable dan inspiratif, bukannya mengumpulkan quote-quote dari sumber lain dan ditumplek blekkan dalam satu buku. (kecuali kalo memang buku itu kumpulan quote). Dalam cerita fiksi, penggunaan quote dari sumber lain jangan sampai berlebihan, bisa menggerus makna dari cerita itu sendiri.
Baca sampe hal 25, krn nggak menemukan apa yang saya cari, akhirnya saya menjelajah deh, dan membaca bagian2 buku secara random sebelum menyerah secara resmi dan meletakkan buku ini.
2. Karakternya terlalu mainstream, stereotype mahasiswa banget, ga ada unik-uniknya sama sekali.
3. Saya skip semua kutipan lagu ga ada satu pun yang saya baca, ga ngerti kenapa yang kayak gitu harus ditampilin.. Emangnya kita pembaca disuruh membayangkan situasi dengan background lagu itu apa??
4. Mau ngomongin konsep motivasi sederhana ttg "menaruh impian 5cm di depan jidat" aja kok susah amat.
5. Pesan nasionalis yang ingin dibangun terasa begitu dipaksakan. "Siapa aja yang berani menghina Indonesia, ribut sama gue" - Ian
Bagi saya rasa Nasionalisme yang seperti ini absurd. Saya tidak pernah merasa menjadi seorang nasionalis hanya karena saya kebetulan lahir di negeri ini dan berhutang budi karena makan dan minum dari tanah ini.. Saya adalah warga dunia yang lebih peduli dengan kemanusiaan, pada setiap individu, ketimbang pada rasa kesatuan buta yang justru memisahkan umat manusia.
Intinya, saya ga ngerti kenapa buku ini begitu menghebohkan, sampai bestseller dan menjadi salah satu list buku Indonesia sepanjang masa di goodreads ini. Apa selera mayoritas pembaca di Indonesia levelnya tulisan yang beginian?
In my own thinking, this 5 cm book or novel is a book is very inspiring. It tells about Friendship, dreams, and lve that can change everything. Delivering with simple packaged but can be very beautiful. The somebody who likes traveling, nature , and adventure pshoild enjoy this plot of the novel. It provides the beutiful scenry of Mahameru Mountain and also bit ofBromo's view. However nothing is instant. Everything has a risk to be done and strugle. I have ever watched the film also and i deals with my heroine on it. I never be sacrificed with only one sight. In this 5cm novel describes the friendship of five human children named Arial, Riani, Zafran, Ian, and Genta. 5 person with 5 different personalities. The writer put each character on the one strong personality. Where they have their own obsessions and dreams. These five friends have been friends for seven years. One time they are bored with the activities they always do together. An idea for not communicating with each other and meeting each other for three months. The idea was proposed and all of them agreed. During the three months of separation, many things happened that made their hearts richer than before. The meeting after three months full of longing finally happened and celebrated with a wonderful trip.Along the way they discovered the true meaning of humanity. The journey full of meaning and value. All of them revealed in a trip 'reunion' they climbed the highest mountain on the island of Java, Mahameru. On the way to Mahameru they experienced many events that they rarely saw in the city. In the climb they also get a lot of lessons for not giving up easily. Completing with the character name arial having a hypothermia. All of the member of the trip ever felt a doubt to continue the trip. But the problem was vanished because of their togetherness. The reader also fell in high spirit when 5 members on the 17th of August they celebrated Independence Day on the highest land in Java. However, before reaching the top, they had to climb the ocean of dust and rocks. Ian and other members had to strugle on it. Finally they made it. very touchy. While the word '5 cm' means that we put our dream 5 cm in front of our forehead, don't just stick, let the dream hang, float 5 centimeters in front of your forehead, so the dream will never escape from your eyes. As close as your dream as well as it comes true. The thing i like on this book are the interesting story, using language that is easy to understand, and the story line is not boring so the reader wants to read this book until the last page. The moral message delivered is so good that it motivates readers to be able to pursue their dreams and make them come true. Furthermore, i also can imagine the beutiful view that i want to discover.There are also lots of typical youth dialogues, but don't forget to add a touch of humor. Poorly, there are also deficiencies in this novel. That is, too many song lyrics, which in my opinion, are very disturbing. There fore, it seems not to be useful to entertain the readers enough. Then,This novel iseems give the limit up to its target readers only for Indonesians. therefore, maybe foreign people will not be familiar with this story line. I suggest if there is a conflict that is more draining the reader's mind before leaving for train to Malang. for example like they did not go up the mountain for some reason or were given a surprise there was one of the member of them did not come along and it was already inside the train. I will give the good suprise for the readers and it will further make the reader more enthusiastic compared to displaying the ian almost get missed catch the train.
5 CM – Donny Dhirgantoro Don’t judge book by its cover. Begitulah kata pepatah bijak mengenai bagaimana seharusnya orang menilai sebuah buku. Tetapi pepatah tersebut tidak selalu gua turuti, meskipun gua percaya sepenuhnya. Untuk urusan buku yang satu ini, gua justru tertarik dengan sampu novelnya yang hanya menampilkan tulisan “5 CM” besar-besar, dan berwarna hitam. Entah kenapa, sampul buku yang aneh2 seperti itu selalu membuat gua tertarik untuk membacanya, minimal untuk melihat sinopsis yang seringkali ada di bagian sampul belakang.
Pada saat gua memutuskan untuk membeli buku ini, statusnya belumlah mencapai box office atau best-seller. Tertumpuk begitu saja bersama novel2 karangan penulis Indonesia lainnya. Tetapi ketika beberapa bulan kemarin gua melihat di toko buku, ternyata buku ini sudah menjadi Best-Seller, bahkan udah dicetak sampai 12kali. Sempat melihat sedikit isi bukunya, ternyata sudah ada perubahan terhadap ucapan thanks to, layout halaman, dan beberapa kalimat dalam cerita. Meskipun semua perubahan itu tidak terlalu fundamental bagi berjalannya cerita. Buku best-seller Indonesia yang cukup heboh mungkin baru “Jomblo” karangan Adhitya Mulya, dan “Laskar Pelangi” karangan Andrea Hirata.
Status yang didapatkan oleh buku ini sebagai best-seller sesungguhnya agak sedikit membingungkan buat gua. Karena sepanjang cerita ini dituturkan mulai dari awal sampai habis, tidak ada keistimewaan yang terlalu mencolok yang membuat gua harus merekomendasikan buku ini kepada orang lain. Cerita tentang persahabatan lima orang, yang ingin menemukan apa arti persahabatan mereka, sehingga akhirnya harus berpisah selama 3 bulan untuk bertemu lagi. In my opinion, ini semua terlalu klise. Ditambah penggambaran karakter tokohnya yang menurut gua “too good to be true”, misalnya seorang aktivis kampus yang menguasai hampir semua lini, atau seseorang yang bisa sebegitu independen. Atau yang paling klise, bagaimana mereka hanya mau membicarakan orang lain hanya dalam waktu 3 menit. Eh, diujung2 cerita mereka semua tetap bertemu dan mempunyai anak dengan umur yang sama. Klise? Tentu saja.
Tetapi tentu saja ada hikmah di balik setiap cerita. Semua klise yang menempel erat dalam sepanjang cerita, tidak berhasil menggagalkan sebuah ide yang selalu gua pegang sampai sekarang. “Kalau lu pengen sesuatu, tempel terus di sini (dengan telunjuk menunjuk jidat)”. Tanpa ide tersebut mungkin buku ini tidak memiliki nilai positif apa2 bagi gua, yang masih menganggap bahwa persahabatan adalah sebuah hubungan absurd, ko-dependen, dan seringkali hanya memberikan efek negatif bagi perkembangan seorang manusia.
awalnya g seneng baca buku ini, krn bikin g inget2 lagi jaman g SMP s/d kuliah, tp lama2 bukunya B ajah… bukunya jadi tebel karena banyak ngutip quote2 org2 terkenal sama syair lagu2 yg kadang2 lebih dari 2 bait… kalo 2x, 3x ayto 4x sih ga napa2, tapi kalo sampe lebih dari 15x kan, what they say?! yup, that’s right… BORING!!!
g bilang buku ini cowok banget, walaupun ni buku nyerita-in ttg film2 romantis kayak “City of Angle” plus OTS-nya Iris (one of my fav, I love it)… tapi salah satu tokoh di buku ini suka banget sama yg namanya “piece of lust” trus nge-fans sama yg namanya Erie Susan… huahahahaha LOL, come on??! you gotta be kidding, right??! (kayaknya pengarangnya lagi curhat colongan niy…)
other thing, all character in this book like all kind of movies, they even love to talk or disscuss about its, EXCEPT Indian Movie… it said there is a way out of all problems in this world but not in form of dancing… well, NOT that I’m a fans of Indian Movie, but HELLO!!! don’t you ever heard don’t judge a book by its cover… yes, they do sing and dance in their movies, but its not solely to solve their problems… they do it more to express their feeling, so here I'm telling you… go watch an Indian Movie ;)
latar belakang MAHAMERU-nya boleh lah… biar g ga suka naik gunung, tapi g bisa dapet gambarannya… dan g setuju semua kata2 pengarangnya ttg mimpi2, COZ I’M A DREAMER MYSELF… “keep our dream alive… and we will survive”
hem, saya sempat menyukai 2 halaman pertama, namun halaman-halaman selanjutnya tidak berhenti membuat saya mengernyit lantaran harus menghadapi tulisan seorang sanguinis yang tidak peduli terhadap plot, sequence, tempo, dll (yang oleh penulis-penulis melankolis dipikirkan mati-matian). lalu, hingga halaman 40 saya tidak juga menjumpai konflik dalam buku ini maka -dengan mengabaikan jumlah cetak ulang di bagian koflon yang oh wow! dan bikin iri- saya kembalikan buku ini ke rak. silakan, mendekamlah di sana sampai waktu yang sangat lama bersama lanang dan lost in love.
Di awal kita disuguhi kisah persahabatan yang erat. Bercerita tentang MIMPI Bercerita tentang ALAM Bercerita tentang GUNUNG Bercerita tentang IDEALISME Bercerita tentang CINTA
Kisah akhir buku ini sangat tak di duga sama sekali karena adanya penambahan tokoh-tokoh baru di tengah cerita. Percakapan yang bertele-tele antara komputer dan Ian memang sangat menjemukan tetapi tidak mengurangi keasyikan dalam membaca buku ini.
Setuju sekali untuk menempatkan 5cm segala keinginan dan cita-cita kita agar tercapai.
Buku ini keren banget, diawal-awal kita dibuai dengan kata-kata persahabatan, setelah itu perjuangan dan pengorbanan, baru diakhir bicara mengenai cita dan cinta.
Aku pikir 5 CM adalah sesuatu yang berhubungan dengan luas, panjang atau tinggi, ternyata 5 Cm adalah jika kita punya mimpi letakkan 5 Cm didepan kening kita sehingga mata kita akan selalu dapat melihatnya. Dan kita akan selalu bersemangat untuk mewujudkannya.
Donny memang keren menempatkan konsep 5 Cm sebagai ide orisinal buku ini. Salut banget. Patut dibaca buat yang hobby naik gunung, supaya nyampe Puncak Gunung Sukses dan Kebahagian.
5 cm ini benar-benar hot mess dari awal sampai akhir. Oke, mungkin enggak terlalu hot mess di bagian tengah-tengah.
Rasanya seperti Donny Dhirgantoro berhasil menemukan semua hal-hal yang saya enggak saya suka dari buku fiksi, terus dijadikan satu buku 5 cm ini. Narasi yang luar biasa preachy. Karakter yang cringeworthy. Cerita yang nggak ada juntrungannya.
Bagian mendakinya sejujurnya cukup menyenangkan, tetapi sayangnya itu tidak cukup mengangkat rating saya.
sebenarnya buku ini sudah selesai kubaca berbulan-bulan yang lalu. setengah bagian pertama buku ini membuatku bingung: karakter tokoh-tokohnya ga jelas dan jelas dipaksakan, terlalu banyak quote dan penggalan lirik-lirik lagu, penjelasan tentang suatu yang sebenarnya sederhana tapi dibikin jadi rumit dan ribet, tebak2an jadul ala lupus, ceritanya juga entah mau dibawa kemana. kenapa pula buku ini selalu diletakkan di rak best seller di gramedia?
setengah bagian kedua adalah lembaran-lembaran yang hangat dan jujur. kisah perjalanan naik gunung dalam rangka pencarian diri menjawab banyak pertanyaan tentang arti persahabatan. meskipun aku masih terganggu dengan gaya penulisannya, tetap saja setengah bagian kedua itu bagus.
setelah berbulan-bulan berlalu dan aku sadar hampir tak ada bagian dari buku ini yang menempel di otak dan hatiku, kuputuskan memberi rating: 2 stars. yah, setidaknya donny adalah penulis muda yang tidak mengusung tema chick-lit dan, covernya juga bagus! kisah tentang merayakan 17 agustusan di puncak gunung juga menggetarkan dan mengharukan. :) good effort, though.
Ide bahwa cita-cita ataupun harapan itu hanya 5 cm di depan kening kita sih sebuah ide cerdas.. kisah persahabatan dan percintaan yang ada juga sebenarnya biasa aja.. cuma gaya bertuturnya yang ringan dan mudah dicerna membuatnya asyik untuk diikuti.
apalagi bagi kita yang menyukai aktivitas outdoor / daki-mendaki gunung.. seakan mengingatkan kita kembali akan saat-saat pahit, getir namun indah dan sulit dijelaskan dengan kata-kata ketika dalam sebuah perjalanan/pendakian.
tetapi, bagi yang kurang menyukai aktivitas itu, kayaknya buku ini jadi biasa-biasa aja.. (begitu menurut "survey" kecil2an pada teman2 disekitarku..)
How this book became best seller is beyond me. The narration is boring, repetitive, and too cliche. No symbolism, imagery and other literary devices are used by the author. There is no character development, they are exactly the same as from the start. In addition, the characters are also flat, too idealistic and have no flavor. Dialogues between characters are often meaningless and does not fit well with the flow of the story, makes you wonder whether it was a case of the author filling the pages. But the worst part is the high number of typos in this book. Where was the editor?!
It makes you think, if this book is best seller, what kind of youths with their stupid view of the ideal world (make no mistake, this book is a reflection of the wants of the average Indonesian youth) and their lack of literary appreciation will bring this country out of its backside?
There are some good themes about friendship, dreams, and attempts to glorify nationalism. But the bottom line is, if this is the literary marvel Indonesia has to offer today, then the our modern culture is in a sad, sad state.
"Buku bagus yang terdiri dari kumpulan lirik lagu, quotes orang terkenal, ceramah motivasi, dan sedikit kisah cinta"
(+) Tokoh-tokoh yang beragam. Seperempat bagian awal terasa amat segar dan natural.
(-) Ekspresi tokoh-tokohnya overdramatis. Terlalu banyak lirik lagu, quotes, dan obrolan yang kurang penting. Penulis terlalu menggiring pembaca, berusaha terlalu keras menanamkan nilai-nilai yang ia percayai (misalnya nasionalisme). Kisah cinta kurang digali, padahal potensi yang bagus. Ending mengecewakan, epilog terasa konyol.
(?) Lebih cocok jadi novel komedi saja, ketika dibawa serius jadi terasa nanggung.
Hmmm, kayaknya banyak yang ngasih buku ini 1 atau 2 bintang ya, dan saya bener-bener bingung kenapa (seriously!!). Come onnn, this is an AMAZING book!
Truly inspiring. Saya kayak dapat 'napas' baru setelah baca buku ini, kayak ngeliat segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Gak lebay loh...
Dari covernya (yang keren abis!!) keliatannya buku ini berat gitu ya, saya juga waktu mulai baca udah mempersiapkan diri baca buku yang berat. Tapi ternyata gak sama sekali, bukunya ringan dan enak dibaca kapan aja. Malah ada beberapa cerita di buku ini yang menurut saya lucu.
Dan, kalau saya tebak, DOnny Dhirgantoro kayaknya orang yang berwawasan luas, otaknya gak dangkal lah seenggaknya. Banyak pengetahuan yang saya dapet dari buku ini, tentang hidup terutama (yah, walaupun saya sendiri hidup belum sampai seperempat abad, sih..)
Saya seneng banget waktu di buku ini cerita tentang Plato, Frank Sinatra, Kahlil Gibran, Aristoteles, dan tokoh-tokoh amazing lainnya yang gak banyak saya tahu. Ternyata di dunia itu banyak banget orang pinter! Wow, saya jadi ngerasa bukan apa-apa.
Endingnya pun keren menurut saya. Setelah akhirnya saya tahu kenapa buku ini judulnya 5 cm. Dan menurut saya, itu sangat-sangat keren..
Mungkin bisa dibilang telat baru baca sekarang.. Tertarik baca soalnya mau difilmin, temen-temen juga ngerekomendasiin, tapi apa ekspektasi terlalu tinggi ya buat buku ini? Semoga filmnya bisa jauh lebih bagus deh dari novelnya.
*minus 1 bintang buat typonya yang banyak banget, bertebaran sana-sini, terutama penggunaan tanda baca ' " ', sangaaat mengganggu buat orang yang perfeksionis dan sering merhatiin detail-detail kayak gini, kayak saya sendiri tentunya --v
*minus 1 bintang buat penggalan lagu-lagu dan quotes yang banyak banget, dengan penjelasan tentang suatu yang sebenarnya sederhana tapi dibikin jadi rumit dan ribet, apa ini ya yang bikin bukunya tebel? Ditambah juga nama-nama public figure yang sangat mengganggu saking banyaknya.
*minus 1 bintang lagi buat dialog yang ngga alami, terkesan terlalu menggurui. Sorry to say tapi cara penulisannya agak mengganggu.
But anyway, I'm not saying that I don't like this book. Setidaknya walau dialognya ngga ngalir secara alami, kata-katanya masih bikin bisa mikir (emang agak bertele-tele sih). Semoga filmnya bisa lebih bagus daripada novelnya ini, terutama dari dialog antar tokohnya. :D
Aku baca buku 5cm ini dua tahun yang lalu di rumah sakit, asal ambil aja yang terdekat dari rak buku. Anak sulungku dirawat akibat kecelakaan motor. Dia sempat koma. Aku ga bisa nyerah dan ga mungkin berhenti percaya bahwa anakku bakal pulih seperti sediakala. Mendekati akhir buku, membaca Genta menceritakan pengalamannya ketika nyasar di hutan, aku semakin berbesar hati. Rasanya bagikan ditemani oleh sahabat yang belum kutemui, yang menggandeng tanganku sepanjang proses operasi, perawatan, rawat jalan, sampai dinyatakan sembuh. Ada satu hal yang agak mengganggu pada buku ini... terlalu banyak mencantumkan lirik lagu dan kutipan-kutipan. Ada yang sampai beberapa bait segala!
The basic ideas are about friendship, courage, and nationalism. After long time no see, Genta, Riani, Ian, Zafran, and Arial decide to meet and climb the highest mountain in Java island, Semeru! Looking thru a paradise from the top of the mountain -after some terrible life/death moments-, with five of your best friends is truly an amazing experience. At first, the story flows fresh and natural but then its turned become over dramatic. There are too many quotes and wasted conversations in the middle of the story. The ending is disappointing. For me, its more like a comedy book than a proper fiction.
Bingung juga ngasih bintangnya. Dia bagus, ya bagus, di beberapa bagian. Cuma kebanyakan body shaming dan bikin bosen banget pas nyerempet ke ranah filsafat. Hmm.
First of all, saya kira buku ini akan sebagus review orang-orang yang mengatakan bahwa buku ini akan membawa kepada perasaan cinta tanah air yang amat sangat, bahwa buku ini akan membawa kepada cerita persahabatan yang erat. Duh!!!! Dari awal sampai akhir, jujur saya tidak mendapatkan feel itu. Mungkin iya, saya merasakan keinginan untuk mendaki Puncak Mahameru. But, buku ini.......it just..
Lalu, cara penulisan. Saya mungkin tidak terlalu tahu menahu tentang gaya penulisan novel dll dsb. Tapi, gaya penulisan di buku 5 cm, bikin jengah dan apa yaaa.... acak-acakan menurut saya. Penulis hanya memasukkan kutipan-kutipan dan lirik lagu yang sebenernyaaa... duh, ga perlu dimasukin. Buat apa sih??????
Selanjutnya, tentang perkembangan masing-masing karakter. Ya, saya suka sekali Genta. Dan sepertinya hanya Genta, Ian dan Zafran yang menonjol karakternya. I mean, malah kebanyakan Ian. Ga ngerti, seharusnya ada feeling persahabatan yang lebih di buku ini.
so far saya suka, karena untuk 100 halaman terakhir saya suka ceritanya. Itu menurut saya agak telat juga sih. Yaudah sih..gitu aja. Pokoknya waktu membaca ini mixed feeling aja, saya kebanyakan mengernyit.
Gini nih kalo ke toko buku tanpa ada rencana, jadi bingung mau beli buku apa. Kalo udah gini, pilihan biasanya dijatuhkan ke buku yang pemenang apa gitu atau buku best seller, dengan catatan: harus sesuai dengan uang saya. Kali ini pilihan saya jatuhkan pada buku yang berjudul 5 CM karena di sudut kanan atas cover-nya ada tulisan Best Seller (cetakan ketujuh). Saya pertaruhkan hampir 50.000 uang saya.
Pertama, ide tentang 5 cm itu sudah agak basi buat saya. Saya sudah mendengarnya waktu masih TPA dulu, dengan contoh tentang seekor keledai dan wortel yang digantung di depan mukanya.
Secara pribadi, saya merasa sangat akarab dengan novel ini. Kalo kata MTV : Novel ini gue banget. Mulai dari persahabatan mereka, film-film mereka, musik-musik mereka, tentang fake plastic tree, mereka yang suka quote, Ian yang menyelesaikan tugas akhir hanya 3 bulan ( saya 2 bulan), Zafran Genta Riani dan Dinda yang memendam cinta, sampe choki-choki dan wafer superman.
Setelah perkenalan yang membuat saya tidak merasa kehilangan 50000 rupiah kemudian cerita justru menjadi agak goyah saat mereka berlima memutuskan untuk berpisah sementara. Seharusnya di sini penulis lebih menggali cerita masing-masing tokoh lebih mendalam. Bagaimana seorang tokoh menjalani kehidupan sehari-hari tanpa genk mereka. Dalam hal ini, hanya Ian yang saja yang dibahas cukup panjang.
Cerita kembali agak "lurus" ketika mereka berlima ngumpul lagi dan memutuskan ke Mahameru. Sayang sekali, penggambaran perjalanan menuju Mahameru buat saya kurang imajinatif jadi sulit buat saya untuk membayangkannya (ato saya saja yang bego). Mungkin penulis belum (sekali lagi : BELUM) seperti JK Rowling atau Dee yang piawai menggambarkan sesuatu. Satu lagi keanehan adalah di antara banyaknya lirik lagu yang dicantumkan dalam buku ini, kenapa lagu Mahameru dari Dewa 19 justru tidak ada padahal lagu itu paling pas untuk soundtrack novel ini. Mana ada HP yang bisa ngitung sampe (kalo nggak salah) 18 digit? ( waktu mereka ngobrolin teori relativitas Einstein).
Terakhir, menurut saya novel seharusnya berakhir ketike Riani menyatakan apa kata hatinya (halaman 368), kejutan yang dibangun cukup berhasil. Bagian "10 tahun kemudian" itu sebaiknya dihilangkan saja karena menurut saya justru menghilangkan "soul' novel ini secara keseluruhan.
buku ini punya sederet hal yang tidak aku sukai dari suatu karya tulis.
tapi, buku ini juga punya sesuatu... yang kalau aku pahami dengan sudut pandang lain, seolah mirip sosok teman...
teman yang beda selera denganku, punya kekurangan ini-itu, tapi dia tetap temanku yang jadi dirinya sendiri.
pilihannya, aku mau menerima temanku atau tidak. untuk buku ini, aku pilih pilihan pertama.
_________________________ Okaaay, sebenarnya saya barusan agak mikir, mending kasih 3 apa 4 bintang ya?
FYI, saya baca cetakan ke-21, yang justru karena cetakan ke-21 itu saya berakhir dengan kecewa karena ... editingnya. Syududu. Kenapa banyak sekali tanda kutip dialog yang hilang? Kenapa banyak juga dialog tanpa dialog-tag di saat tokohnya banyak? Saya jadi sering bingung, ini siapa yang sedang bersuara? Hmm.
Lalu, saya menyesalkan bahasa narasi yang digunakan. Untuk dialog okelah bahasa anak muda, realistis dengan keseharian mereka. Tapi, untuk narasi, kenapa harus campuran antara baku dan tidak baku, antara bahasa cukup-puitis dan bahasa gaul? Bagian menjelaskan tentang alam itu saya suka, berdiksi kalimatnya. Beda dengan saat adegan tokohnya. Saya sampai merasa seperti sedang membaca novel teenlit zaman duluuu, zaman-zaman bahasa teenlit belum serapi sekarang.
Eh ada lagi kurangnya, menurut saya beberapa bagian terasa bertele-tele. Contohnya bagian saat Zafran dan kawan-kawan menceritakan tentang Scorates, Pluto, dan filosofi lainnya. Nggak nyambung soalnya sama cerita~ Memang sih ada sentilan-sentilan kehidupannya, tapi kalau banyak jadi terasa membosankan.
Baiklah, setiap karya punya kelebihan. Saya pribadi suka dengan beberapa sentilan di cerita ini, perjalanan naik gunungnya, dan beberapa motivasi di dalamnya. Cerita ini jadi terasa tidak "kosong". Beberapa hal terasa berhasil "menampar" saya. Satu lagi, untuk twist kisah cintanya, saya lebih kaget saat nonton dibanding saat baca.
Mungkin sangat telat, karena saya baru baca buku ini. Tertarik baca karena kabarnya buku ini akan difilmkan.
Ternyata setelah saya baca .... Bukan jenis buku yang saya suka. Baru berberapa lembar pertamanya saja, sudah begitu menganggu dengan kumpulan quotes-quotes. Entah apa yang mendasari penulis yang begitu hobby-nya mengutip quotes dari tokoh terkenal. Sempat urung untuk menyelesaikan novel ini, tapi akhirnya saya paksakan membacanya.Lagi-lagi saya terganggu dengan pendeskripsian tiap karakter yang sepertinya tidak perlu. lalu saya juga lelah membaca kutipan lagu yang kali ini sempat membuat saya tercengang, "mau ngapain masukin lirik 1 lagu?" dan ini terjadi berkali-kali. Ada beberapa bagian yang sebenarnya sederhana tapi diceritakan super ribet, tapi tuh gak ngena. Jadinya malah annoying. Lalu bagian lain yg fail yaitu pas bab terakhirnya. Maksa. Akan terasa lebih baik jika cerita berhenti saat di Mahameru.
Sebenarnya saya suka dengan ide yang diangkat, sayangnya ya itu tadi seperti yang telah saya tulis di atas. Bagian yang saya suka, saat mereka memulai perjalanan dari Jakarta sampai ke puncak Mahameru. Bisa dibilang lumayanlah jika dibandingkan dengan bab-bab awalnya.
3,8/5 Agak random tiba-tiba memilih membaca novel ini dari sekian banyak tumpukan. Mungkin lagi kepengen nostalgia.
Beberapa tahun yang lalu pernah lebih dulu menonton filmnya, jadi kembali mengingat-ingat jalan cerita, adegan-adegan yang dulu di film dengan yang ada di buku. Dan tentu saja, saat membaca tidak pernah bisa lepas dari bayangan aktor pemeran film, entah, seperti sudah melekat di kepala. Fedi Nuril, Herjunot, Raline, Pevita, Deny Sumargo, Saykoji. Tentang 5 sahabat, yaitu Genta, Arial, Zafran, Ian dan Riani yang sudah berteman lama, sering kali bersama, kemudian memutuskan untuk tidak bertemu dalam waktu 3 bulan. Kalo istilah sekarang mungkin mencoba keluar dari zona nyaman. Tidak bertemunya mereka, membuat mereka jadi punya kesibukan masing-masing. Ian dengan skripsinya, Riani dengan magangnya, Genta dengan proyeknya, Arial dengan pacar barunya, dan Zafran dengan puisi-puisinya.
Ohh ya, di film ada adegan Riani menghafal pesanan teman-temannya di sebuah warung makan yang sangat memorable, tapi saya cari-cari tidak ditemukan di novel, entah apakah saya yg miss (?)
7 Agustus, sang leader yaitu Genta, menghubungi mereka satu per satu. Di tahun itu masih via sms, dan khas ketikan pada jamannya. Bener-bener nostalgia baca novel ini di tahun-tahun sekarang. Kemudian mereka akhirnya bertemu lagi di stasiun kereta untuk melakukan perjalanan ke puncak Mahameru.
Detail yang diceritakan tentang perjalanan, mulai di kereta, Ranu Pane, Ranu Kumbolo membuat pembaca bisa ikut merasakan suasana di sana. Apalagi pada saat dijelaskan mengenai beberapa kejadian mistis dan kadang aneh di gunung, beneran ikut merinding. Bagian surat yang dituliskan untuk Adrian teman Deniek itu bikin ikutan mewek, juga bagian Adrian yang tiba-tiba ikut naik ke puncak dengan jas almamaternya, itu auto merinding.
Endingnya, gimana ya, bagus sih diceritakan mereka berakhir dengan siapa, terutama kisah Riani Genta Zafran. Pembaca pasti pengen tahu akhirnya gimana, setelah ikut patah hati bersama Genta. Ehh anyway, kayaknya enggak deh kalo kekecewaan Genta tiba-tiba luruh melihat Riani yang tegar. Tetep pasti dia kecewa perasannya ga berbalas 🥲 Arinda bisa tiba-tiba dengan Deniek itu juga agak plot twist.
Jadi menurut saya, kaya terlalu cepet aja lompatnya, tiba-tiba 10 tahun kemudian. Hanya saja, sepertinya diceritakannya di novel sekuelnya sih. Mungkin next bakal coba baca.
Sangat terlihat kalau ini adalah novel perdana Mas Donny karena novel ini terasa amat sangat AMATIR. Baca biografi penulis di belakang, ternyata Mas Donny tidak ada latar belakang sastra dalam pendidikannya. Bahkan dia bekerja sebagai pegawai swasta bank sebelum putar karir menjadi penulis full-time.
Dari segi teknis, beberapa hal yang membuat novel ini terasa tidak ada editor sama sekali:
1. Typo yang bertebaran. Padahal cetakan yang saya punya sudah mencapai cetakan ke-33, tapi typo-typo tidak diperbaiki sama sekali. Bukan hanya ejaan yang salah, tapi juga penggunaan huruf kapital yang ngawur. Misal sehabis penggunaan "!" disusul oleh huruf kecil, seharusnya kapital. Saya juga menemukan banyak penggunaan huruf kecil di awal kalimat.
2. Pengunaan tanda kurung yang berlebihan. Salah satu contohnya: Arial suka makan pizza pakai kecap (hueek!). Buat apa penulis ngasih komentar dalam kurung itu? Sangat mengganggu dan merusak estetika sebuah narasi.
3. Pengunaan "!" yang terkadang "!!" terkadang "!!!". Sama sekali tidak konsisten. Begitu pula tanda titik yang terkadang "...", terkadang "....".
4. Seringkali untuk menekankan sebuah kata, penulis menggunakan bold. Misal: "bla bla bla perseverance bla bla bla". Perseverance dia bold dan ukurannya diperbesar seakan pembaca terlalu rabun untuk membaca kata itu, seharusnya di-italic sudah cukup.
5. Banyak dialog yang awalnya dibuka oleh ", tapi tidak ditutup lagi dengan " sehingga membuat saya mengira bahwa kalimat selanjutnya masih dialog, padahal ternyata deskripsi.
6. Untuk bahasa gaul, saya masih menemukan beberapa yang tidak di-italic.
7. Dan masih banyak kesalahan ketik lainnya yang bikin mata saya berdarah.
Dari segi cerita, sebenarnya sederhana sekali. Sekelompok teman yang merasa bosan karena main bersama terus akhirnya memutuskan untuk tidak bertemu selama tiga bulan. Lalu mendekati 17 Agustus, mereka pun berkumpul lagi dan mendaki Mahameru bersama-sama untuk menjalani upacara kemerdekaan Indonesia di puncak sana.
Sebenarnya cerita linear seperti ini bisa dituntaskan kurang dari 381 halaman kalau saja penulis tidak menyisipkan kutipan-kutipan yang dicuri dari orang-orang ternama lainnya atau penggalan-penggalan lirik dari banyak lagu yang terus-menerus muncul setiap beberapa halaman dan deskripsi adegan yang dicuri juga dari film-film terkenal. Mungkin Mas Donny ingin kita pas baca cerita bagian itu sambil mendengar lagu itu dan membayangkan adegan film itu juga. Sungguh curang Mas Donny ini. Seorang penulis yang baik tidak akan menyuruh pembaca buat memutar lagu atau membayangkan film lain demi membangun atmosfer, melainkan bisa membangun nuansa tersebut dengan kekuatan tulisan sendiri tanpa bergantung pada karya orang lain.
Selain itu, banyak dialog yang sama sekali tidak berkontribusi pada cerita tapi malah ngalor-ngidul sampai berhalaman-halaman. Contohnya adegan enam sekawan ini pas menumpang angkot buat ke gunung. Perbincangan dengan abang angkot ini mengangkat topik sepak bola sampai berhalaman-halaman. Saya yang tidak peduli dengan sepak bola merasa dialog ini sangat tidak penting untuk disisipkan di sini selain hanya untuk mempertebal halaman.
Heran kenapa novel sehancur ini bisa jadi mega best seller di sini. Ini membuktikan bahwa selera mayoritas pembaca Indonesia memang masih rendah. Sungguh menyedihkan.
Sebenarnya saya ingin kasih satu bintang buat buku ini. Tapi saya tambah satu karena ada beberapa bagian yang menghibur saya sampai saya tertawa terbahak-bahak. Sebagai bentuk entertainment, ya oke lah, tapi sebagai bentuk literatur, sungguh di bawah standar.
Judul Buku : 5 cm ISBN : 9797591514 Nama Pengarang : Donny Dhirgantoro Penerbit : PT. Grasindo Tahun Terbit : 2007 Tebal Buku : 381 halaman Harga Buku : Rp 60.000,00
SINOPSIS BUKU buku ini menceritakan tentang kisah 5 orang sahabat yaitu Genta, Riani, Ian, Zafran, dan Arial. Dan mereka memiliki obsesi dan impiannya masing-masing. Arial adalah sosok yang paling tamban diantara mereka. Rini adalah satu-satunya perempuan diantara kelima ahabat ini. . Ia mempunyai cita-cita bekerja di salah satu stasiun TV. Zafran seorang picisan yang berbadan kurus, anak band, orang yang apa adanya dan kocak. Ian memiliki postur tubuh yang tidak ideal(gemuk), penggila bola, dan penggemar Happy Salma. Yang terakhir adalah Genta. Genta selalu dianggap sebagai “the leader” oleh teman-temannya. kelima sahabat ini telah menjalin persahabatan selama 7 tahun. suatu ketika mereka merasa bosan dengan aktivitas bersama yang mereka lakukan. saat itu muncullah ide untuk tidak saling bertemu dan berkomunikasi selama tiga bulan. selama tiga bulan itu banyak hal yang terjadi pada diri lima sahabat itu. Arial jatuh cinta kepada teman fitnessnya, Riani sukses ditempat kerjanya, Ian berhasil menyelesaikan skripsinya, Genta sukses menjadi EO di sebuah pameran, dan Zafran semakin jatuh cinta kepada Arinda, adik kembar Arial. setelah tiga bulan tidak bertemu akhirnya pertemuan mereka dirayakan dalam sebuah perjalanan. sebuah pendakian dipuncak tertinggi di Jawa, Mahameru. disepanjang jalan menuju puncak Mahameru banyak sekali hal-hal yang menakjubkan yang membuat mereka mengerti arti hidup. Setengah dari buku 5 cm. bercerita tentang keseharian lima sahabat ini, dari sifat-sifat mereka yang berbeda satu dengan yang lain sampai dengan perilaku dan aktifitas mereka yang penuh canda tawa, diselingi cerita tentang permasalahan antar-sahabat. Setengahnya lagi, buku ini menuliskan petualangan kelima sahabat dalam mendaki gunung Mahameru. ”…Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kamu. Dan…sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas. Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang akan selalu berdoa…percaya pada 5 centimeter di depan kening kamu”
Setiap membeli buku, saya selalu berharap akan menemukan kejutan-kejutan di dalamnya selama saya membacanya. Harapan itu bahkan sudah muncul sejak saya memutuskan untuk membeli buku itu, mengambilnya dari rak di toko buku, dan menuju ke kasir untuk membayarnya. Sayangnya, harapan saya kali ini tak terpenuhi oleh "5 cm".
Saya kira bakal ada kejutan(-kejutan) yang emang bisa bikin buku ini 'best seller'. Tapi saya nggak nemu itu (kenapa ya?). Bagi saya pribadi, cerita "5 cm" terlalu sederhana untuk jadi 'best seller'. Tapi yaudah lah ya, kenyataannya udah jadi 'best seller' tuh dia...
Sebagai seorang (calon) scriptwriter (handal) (huehehe :p) kalo disuruh bikin premis tentang buku ini (yang katanya bakal di-film-in) saya ngambil premis: lima sekawan yang berusaha mencapai puncak Gunung Semeru. Iya, intinya itu doang kayanya, meskipun dikasih 'wejangan-wejangan' tentang perlunya keyakinan akan sebuah mimpi dan cita-cita supaya kita bisa meraihnya. Dan yaa di akhir kisah nih, bab terakhir, yang bikin saya mikir-mikir "mau ngasih bintang dua atau tiga ya?" Ada 'scene' yang bikin saya bergumam, "Elaah udeh kayak khayalan yang dateng tiba-tiba aje" *peace. Saran aja nih, kalau mau dibikin film ke layar lebar, kayanya bab terakhir dari buku ini ngga usah deh...
Lalu adanya kutipan-kutipan lagu dan quotes, hmm bagi saya pribadi nggak gitu ganggu, meskipun sebenernya kayanya keseringan buat disisipin di sebuah novel, hehe.
Oya, ada beberapa 'scene' yang mirip banget sama saya dan beberapa teman yang sering ngobrolin hal serupa dengan yang ada di adegan itu, tentang manusia dan penciptanya, Sang Pencipta, alam dan isinya, dan hal-hal yang mentok-nggak terjangkau oleh akal manusia. Bikin kita berdesir dan mengucap, "Tuhan Maha Besar".
Di sisi lain, nilai-nilai moral "5 cm" oke banget! "Sebaik-baik manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi orang lain."
“Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa.
Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri..
Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.. Keep our dreams alive, and we will survive..”
Selain tentang mengejar mimpi, buku ini juga tentang nasionalisme. Tambah pingin nonton filmnya, pasti bikin terharu banget ni. Aku sendiri bukan orang yang suka naik gunung, sedikit tergoda juga mengalami yang dirasakan oleh para pendaki ketika sampai di puncak. Lucunya, kenapa lagu Mahameru (Dewa 19) kok gak disebut2 sama sekali ya....
good book,,, mengajarkan kita tentang HARAPAN, IMPIAN, TEKAD, CINTA dan PERSAHABATAN :)
“Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung... mengambang......5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa.
Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri...
Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.."
Taruhlah mimpimu 5 cm di depan keningmu. Dan sehabis itu yang kamu perlu cuma...
Kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya Tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya Mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya Leher yang akan lebih sering melihat ke atas Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya Serta mulut yang akan selalu berdoa
Dan kamu akan selalu dikenang sebagai seorang yang masih punya mimpi dan keyakinan, bukan cuma seonggok daging yang hanya punya nama. Kamu akan dikenang sebagai seorang yang percaya pada kekuatan mimpi dan mengejarnya, bukan seorang pemimpi saja, bukan orang biasa-biasa saja tanpa tujuan, mengikuti arus dan kalah oleh keadaan.
Tapi kamu akan dikenang sebagai seorang yang selalu percaya akan keajaiban mimpi keajaiban cita-cita, dan keajaiban keyakinan manusia yang tak terkalkulasikan dengan angka berapa pun... Dan kamu nggak perlu bukti apakah mimpi-mimpi itu akan terwujud nantinya karena kamu hanya harus mempercayainya.. Percaya pada.. 5 cm di depan kening kamu. :D