"Aku butuh jodoh. Aku tak mau jadi perawan tua... " "Monic, kota besar tak pernah menertawakan wanita yang hidup melajang. Jakarta tak mengenal kata perawan tua!" "Tapi ini masalah keinginan. Aku tak mau masih menikmati sarapan sendirian pada usia empat puluh..." "Kariermu kan hebat!" "Jodoh lebih penting..."
Pada usia 34 sekarang ini, Monica Susanti wanita karier sukses dari perusahaan periklanan, menyadari kekurangannya: sulit mendapat jodoh. Dia menyesali masa muda yang dia habiskan untuk ambisinya mengejar karier. Di saat depresi menanti jodoh datang, dia banyak mengalami peristiwa menggelikan, sekaligus berpotensi memberinya calon pasangan hidup! Apa yang dirasakannya ketika seorang pria flamboyan, sukses, dan keren seperti Mike tiba-tiba menyatakan cinta padanya?
Rr. Alberthiene Endah Kusumawardhani Sutoyo, better known as Alberthiene Endah, is an Indonesian biographer, novelist, and journalist. She is known for her in-depth biographies of Indonesian celebrities, such as Chrisye and Krisdayanti. She has been called "the most sought after biographer in Indonesia.
kayaknya gak adil kalo aku naruh satu bintang dan gak ngasih alasan. jadi ini latar blkg satu bintangku deh .... Aku gak tau, penulis dpt data dan riset di mana, tp penggambaran dunia advertising mulai dr job desc, jenjang karier, load kerja, dll di buku ini rubbish semua (maaf). aku yg pernah 10 taun kerja ngantor di bidang periklanan sama sekali asing dg cara berpikir dan lingkungan kerja tokohnya. padahal alasanku beli buku ini adalah krn romantisme kesamaan setting dg kerjaanku. si Monica digambarkan labil dan fashion banget. kesan dia sbg seorang CD (ini jabatan bergengsi dg jam terbang di bidang kreatif periklanan yg tinggi dg kemampuan konseptual yg matang. Dan biasanya orang yg duduk di sana berpikiran terbuka, wawasan luas, gak labil, tdk mudah dikadalin, tdk dikit2 ribut ttg baju meski baju yg dipakai selalu keren) cuma duduk ngetik di ruangannya.. penggambaran monica tidak beda jauh dg bgmn seorang resepsionis berperilaku (tanpa merendahkan resepsionis lho ya. cuma utk mnggambarkan beda jam terbang/pengalaman/pndidikan yg tdk tergambar di sini). capek liat kebegoan monica.
Masih dalam rangka membabat timbunan. Ini buku yang dibeli entah kapan pas obral Gramedia kapan lah pokoknya gitu.
Alberthiene Endah sebenarnya penulis yang baik dan enak dibaca buku-bukunya, tapi entah kenapa dengan buku ini saya gak dapet itu, bisa dibilang saya gak menikmati cerita dalam buku ini.
Bercerita tentang Monica yang berusia 34 tahun, Creative Director di perusahaan advertising yang merasa kesepian gak punya pacar padahal sudah berusia matang. Trus bertemu beberapa klien yang bisa jadi calon pacar, trus salah orang trus baru ketemu orang yang ternyata tepat berada dekat dengan dia selama ini. Judulnya aja udah Jodoh Monica ya, tapi ceritanya lebih banyak detil kerjaan si Monica ini, trus deskripsinya terlalu detil dan kurang penting gitu sampe sedetil itu merk baju, tas, makeup? Oh gak perlu sedetil itu sih, manjang-manjangin aja. Setengah dari keseluruhan halaman buku ini adalah deskripsi kehidupan si Monica yang terkesan menyedihkan. Oh sungguh rasanya dari baca satu bab aja udah mau disudahi bacanya, tapi akhirnya saya selesaikan juga baca dengan banyak skip untuk deskripsi kurang penting itu tadi.
hampir sama dengan dicintai jo, gaya khas bahasa alberthiene yang menjadikan subjek penderita "jomblo menahun" sebagai pencerita, sukses menceritakan berbagai mindset kaum socialites ibu kota. lumayan ringan dan menghibur, bahkan sedikit mengulum senyum. chicklit memang satu sarana pemuas hati, betapa masih banyak fiksi-fiksi yang mungkin menjadi realita. :)
Di Indonesia, mau wanita karier atau bukan, sukses atau nggak, kalo belum menikah tetep aja dibilang "wanita dengan nilai nol". Umur saya belum 30 tahun, tapi prihatin dengan realita: angka 30 jadi angka keramat bagi mayoritas wanita di Indonesia, khusunya mereka yang berasal atau tinggal di kampung dengan status lajang. Beberapa kali ketemu sama temen-temen yang usianya hampir dan sudah 30 tahun, mengaku stress dengan tekanan sosial yang mereka hadapi. Pertanyaan-pertanyaan "Kapan nikah?" nggak hanya terlontar dari orang tua, saudara bahkan masyarakat. Prasangka-prasangka negatif pun muncul bersama pertanyaan, "Kebanyakan milih, terlalu sibuk sama kerjaan" dan lain-lain. Cerita tentang Monica memang menggambarkan nasib perempuan-perempuan Indonesia yang sudah matang namun masih berstatus lajang.
Setelah membaca buku ini saya pun jadi belajar bahwa "life is not a race". Hidup bukan tentang cepet-cepetan ngedapetin sesuatu: gelar sarjana, menikah, hamil, punya anak, jadi orang sukses dan lain-lain. Tentang nikah, toh kalau sudah waktunya juga bakal ketemu jodoh kok, pasti menikah juga. Dalam Al-Qur'an jelas bukan, "Tiap-tiap manusia ditakdirkan untuk berpasangan-pasangan." Lalu kenapa si lajang harus khawatir? Dan kenapa mereka si penanya, bertanya tentang sesuatu diluar dari kuasanya. Kalau kata Monita di lagunya yang berjudul "168", "Cinta bukan tentang menanti dan menunggu, tetapi memang sudah waktunya untuk bertemu." Percayalah ... cinta akan menemukan jalannya ;)
Gue baca taun 2019 dimana setting buku ini tahun 2003 jadi agak2 ngerasa ketinggalan jaman, jaman itu dikala sosmed belum ada dan heboh spt sekarang2 ini, tp jg mengingatkan gue yg d waktu itu masih sekolah, target goal gue ya kyk Monica ini. Wanita karier, mapan, punya apartemen sendiri, mandiri & stylish. Cuma dgn umur 34 thn sih wkt itu gue jg ga sepanik Monica wlo sama2 single jg. Sayang ceritanya sama Arya kurang diulik yah, pdhl gemes sama kisah berdua....kayaknya kok dari temenan bisa langsung begitu aja...kurang menggigit sih.
Maaf hanya kasih 2 bintang untuk buku ini. Baru klik di halaman 200an. Banyak banget kata-kata di dalam kurungnya alias ungkapan si Monica di dalam hati. Walaupun masih nyambung tapi menurutku ganggu. So far buku ini ok lah untuk ngisi2 wiken :)
Ini buku ke 2 Alberthiene Endah yang gue baca setelah buku cewek matre. Cara penceritaan dan bahasa yang dipakai masih sama, modern dan cerdas. Masih mengumbar satu aspek kehidupan jakarta yang sempurna. Cowok dan cewek pemeran utama keren-keren dan kaya-kaya.
Kalau di 'Cewek Matre', inti ceritanya jelas dan gue mendapatkan inspirasi dari tokoh utamanya, tapi kalau di 'Jodoh Monica', gue masih bingung sama inti cerita dan gue ga mendapatkan apa-apa dari tokohnya. Cuma seperti membaca novel percintaan biasa.
Sayang sekali... padahal gue suka dengan ide cerita tentang perawan tua dan masalah yang dihadapi sehari-hari. Gue juga suka bumbu-bumbu percintaan di buku ini. Tapi gue mengharapkan endingnya ada bantahan cerdas dari kaum perawan tua dengan memperkenalkan konsep kebahagiaan tanpa harus menikah dan mungkin happy ending dengan kekuatan Monica sendiri, bukan karena keberuntungan mendapatkan jodoh. Gue mengharapkan inspirasi dari keterbukaan pikiran wanita modern yang bisa bahagia bukan dengan jodoh atau kesuksesan di karir tapi karena kebahagiaan lainnya, misalnya dengan mengadopsi anak atau kepuasan atas hidup di segala kondisi.
Ada beberapa hal yang gue ga suka dengan karakter Monica yang angkuh dan munafik: 1. Gue ga suka cara Monica memperlakukan cowok teman kuliahnya yang mungkin jelek, tapi kenapa harus dihindari? Apakah berteman dengan cowok jelek itu memalukan? Tinggal bilang aja dia ga tertarik untuk jadi pacar. Seharusnya umur 34, telah membuat seseorang lebih dewasa untuk tidak cuma melihat penampilan fisik 2. Kenapa dia ga minta tolong sama temen-temennya untuk dikenalin sama pria-pria potensial? Semua orang juga bisa ngeliat Monica bukannya ga laku tapi karena dia terlalu sukses yang menakutkan pria. Makanya apa salahnya untuk terbuka dengan teman sendiri? Malu? kenapa mesti malu kalau untuk kebahagiaan jangka panjang.
Anyway, mungkin ini aspek karakter orang Jakarta yang bukan bagian dari pergaulan gue.
Pada dasarnya buku ini lumayan menghibur, cuma ga sebanding dengan 'Cewek Matre' yang bikin gue kagum. Buku ini hanya cukup 2 bintang.
Pertanyaannya: Memangnya hari gini di Jakarta masih ada perawan tua? TUA? pasti! PERAWAN? belum tentu!
Seri Lajang Kota menampilkan beragam kisah unik, khas, dan segar tentang kehidupan lajang di kota besar seperti Jakarta. Budaya kehidupan kota sekaligus tekanan di dalamnya melahirkan satu kemasan gaya hidup yang kadang membuat geleng-geleng kepala.
"Aku butuh jodoh. Aku tak mau jadi perawan tua... " "Monic, kota besar tak pernah menertawakan wanita yang hidup melajang. Jakarta tak mengenal kata perawan tua!" "Tapi ini masalah keinginan. Aku tak mau masih menikmati sarapan sendirian pada usia empat puluh..." "Kariermu kan hebat!" "Jodoh lebih penting..."
Pada usia 34 sekarang ini, Monica Susanti wanita karier sukses dari perusahaan periklanan, menyadari kekurangannya: sulit mendapat jodoh. Dia menyesali masa muda yang dia habiskan untuk ambisinya mengejar karier. Di saat depresi menanti jodoh datang, dia banyak mengalami peristiwa menggelikan, sekaligus berpotensi memberinya calon pasangan hidup! Apa yang dirasakannya ketika seorang pria flamboyan, sukses, dan keren seperti Mike tiba-tiba menyatakan cinta padanya?
Tersentil juga baca buku ini, ceritanya hampir sama sih... Dan memang beberapa teman, tante bahkan bos mengatakan kalau orang yang mau mendekatiku takut karena posisi... Duh... positif aja lah mungkin Allah memang belum memberikan jodoh itu sekarang karena belum waktunya
Monica Susanti. Kebanyakan orang memandangnya sebagai wanita dengan karir gemilang. Saat orang lain sibuk memuji dan memandangnya dengan hormat karena kesuksesannya, Monica justru menemukan kegagalan terbesar dalam hidupnya adalah masalah jodoh. Katanya, jodoh akan mudah dicari apabila kita sukses. Kenapa jodoh tidak kunjung datang juga padahal usianya semakin "mengancam"?
Buku ini berhasil membuat saya merasa gemas, cemas, tertawa, terharu, jatuh cinta, patah hati. Almost complete.
Sejujurnya saya pernah membaca buku ini sebelumnya, tapi saat saya membacanya ulang dengan "sedikit serius", saya menemukan sedikit kejanggalan dalam cerita. Ada bagian yang membuat saya berpikir agak keras, kenapa bisa terjadi seperti itu dan belum bisa menemukan jawaban yang pas.
However, buku ini sukses menghibur saya dengan bahasanya yang ringan, karakter tiap tokoh yang kuat digambarkan dalam cerita ini, serta romansa yang terjalin di dalam cerita ini tidak tegetebete alias too good to be true (mengutip julukan Monica untuk Mike, salah satu karakter dalam cerita ini)Cerita yang disajikan AE membuat kita melayang ke dunia mimpi dan tersadar kembali.
Pesan yang saya dapatkan dari buku ini: Kejarlah mimpimu tapi jangan lupa bahwa duniamu terkadang menyediakan keindahan yang lebih daripada mimpimu
"Monica... Mo nika' kek, mo nggak kek,yang penting happy!"
Lucu, fun, dan menghibur Settingnya di Jakarta, dengan background dunia Advertising.
Searus dengan chicklit2 yang masuk ke Indonesia di awal th 2000-an, cerita buku ini juga mirip-mirip deh temanya : Sulit Jodoh.
Tokoh utama kita Monica, cewek lajang dengan karier sukses yang selalu merasa penampilannya biasa-biasa aja (standar cewek yang selalu merasa kegemukan, mengalami bad hair day, dsb) bekerja di Advertising Company dan punya jabatan tinggi, tp susah dapet jodoh. Cerita klise, tapi karena gaya berceritanya yang menarik membuat buku ini jauh dari membosankan.
Buku ini saya baca sudah bertahun-tahun yg lalu, tapi 1 hal yang masih teringat terus di kepala saya adalah nama 'Monica' itu sendiri. Karena kondisinya yang masih terus men'jomblo' di usia 32, sebagai bahan gurauan teman sekaligus rifal kerjanya Arya, nama Monica sering diplesetin jadi 'Mo nika' kek 'mo nggak kek yang penting dapat pacar.... Saya sendiri punya anak dengan nama Monica (yang suka saya plesetin jadi 'Bo-ne-ka'), jadi ga bakalan lupa deh plesetan Mo'nika(h) itu.. Tiap kali ngeliat buku ini di rak selalu cengiiirr
3.5 stars Aku semakin tertarik sama tulisan Alberthiene Endah semenjak baca cewek matre. Gaya berceritanya enak diikutin, gak sok formal ala-ala novel kebanyakan, jujur dan relatable--walaupun jelas, aku jauh banget sama karakter cewek mandiri ibukota yg sering jadi main character di novel2nya.
Di jodoh monica ini lagi2 tokohnya cewek sukses ibukota, tapi dia gak kunjung punya pendamping padahal udah 34 tahun. Segala kegelisahan, usaha2 desperatenya, itu jujur banget haha. Aku walaupun masih in early 20s, tapi kayak bisa relate, semisal aku umur segitu dan belum punya pacar. Intinya pesan moral yg aku dapet dari novel ini adalah, jangan sampe banting harga walaupun kita macem 'stok lama yg belum laku'. Bisa aja kita belum laku karena kita terlihat unreachable.
Banting harga bukan solusi untuk mereka yg belum dapet pacar karena kualitas dirinya begitu mengintimidasi lawan jenis yg sebenarnya tertarik. Cuma perlu lebih 'lumer', yakni lebih friendly dan membuka diri, tanpa harus banting harga. Sip. Noted.
Dan siapa tahu, jodoh kita sebenarnya gak jauh jauh :D
mengisahkan tentang minica yang di usianya sudah mencapai kepala 3, dengan karier yang bagus, mandiri, namun masih melajang. Hingga pada suatu saat dia bertemu dengan Mike, seorang lelaki tampan yang membuatnya jatuh cinta, dan membuatnya mantap untuk menjadikannya pacar, dan selanjutnya calon suami. Monica terlalu buta akan cintanya sehingga dia menuruti semua permintaan Mike. Banyak hal telah dilakukan Monica untuk Mike, namun sebaliknya apa yang telah dilakukan Mike untuk Monica?. Sahabat Monica sudah beberapa kali mengingatkannya, namun semuanya nampak kabur lantaran Monica cinta kepada mike. Sebuah kenyataan lain terungkap tentang Mike, setelah Monica menemui seseorang di masa lalu Mike, dan hal ini lah yang membuat Monica sadar.
Untunglah Monica dapat membuat keputusan ini, dan dapat melihat arti cinta sebenarnya yang sebenarnya dari dulu sudah ada di dekatnya.
background, plot, finishing ...buat aku gak bisa nyantol semua. jodoh monica menggunakan dunia advertising sbg background kerjaan si protagonis. posisi yg dia tempati pun sudah mapan bgt: cretive director. tapi: 1. kondisi psikografis monica sama sekali gak mencerminkan seorang CD, IMO. 2. untuk seorang 34 tahun, cara pikirnya 20 taun banget. 3. working environment yg dilukiskan di cerita gak menampilkan dinamika dunia kreatif advertising. boro2, monica sibuk rese mikir 'busana' mulu (ini quote anakku yg 9 taun ya) 4. Art Director digambarkan sbg rekan kerja Creative Director? halooo AD adalah anak buah CD dg jenjang yg cukup jauh utk menyamai. 5. aku pribadi pernah jadi lajang di dunia advertising sampai umur 30, dan byk tmnku yg lajang di umur yg jauh lbh matang dariku. aku blm pernah nemu insight perempuan lajang di creative dept yg seperti monica. nuff said.
Monika adalah wanita lajang, cantik, pintar dan memiliki karir yang lumayan sukses. dalam usia muda, ia hampir memiliki segalanya, kecuali satu hal, cinta dan pernikahan. ini adalah kisah tentang pergulatan batin seseorang wanita lajang di usia hampir kepala tiga. Monika adalah tipikal umum wanita karir di jakarta. di tengah kesuksesan karir dan segalanya wanita tetaplah wanita. yang butuh cinta, kasih sayang dan perhatian. chicklit yang lumayan menarik, penuturan penulis yang simple dan ringan membuat pembaca ga perlu pusing dan memeras otak. cocok untuk bacaan santai, tetapi tetap menghibur
seperti lagu milik oppie, I'm single I'm happy, belajar untuk bisa menerima diri sendiri apapun keadaannya, event saat belum menemukan someone as a right man santai aja, jika memang sudah waktunya untuk bertemu, pasti akan ketemu juga, jadi gak usah terlalau pusing dengan orang di sekitar yang selalu bertanya kapan menikah ketika usia sudah diambang 30 menikah adalah suatu keputusan besar, dimana hanya individu yang bersangkutan yang bisa memetuskan kapan dia siap dan kapan belum :) so gak perlu khawatir dengan semua itu, saat waktu itu tiba, kita pasti akan menyadari dengan sendirinya
selama baca buku ini timbul satu pertanyaan...SEPENTING ITU KAH MENIKAH????
karena ngebet menikah..tokoh utama, monica menghalalkan segala cara...mulai dari salon,baju berlebel,dll...bhkn menurunkan 'harga diri"...ini menurut arya looo...cuma buat mengaet cow tipe mike yg ternyt beneran gak bgt...ato pun cow gay ky chiko...omggg....
dari awal sikap monica sok jaim bgt pdhal asli murahan..*mnrt q*...demi jodoh seorg creative director rela jd penerima tamu n tk boong...ampun deh..
oops..q lupa ada 1 kalimat Arya yg ngena bgt : mo' nika kek...mo' gak kek...yg penting hepi
ceritanya bagus..,sarat akan kehidupan metropolitan dengan candaannya yang khas metropolitan pula..hmm, dua novel mbk AE bikin saya ngerasa kedikit 'kecut' setelah membacanya, karena saya serasa dilambungkan tinggi2 oleh cowok A, lalu saya dihempaskan begitu saja ketika tau kalau cowok A ini bukan cowok yang baik. Selain Jodoh Monica, novel mbk AE yang bikin saya ngerasa begitu adalah I Love My Boss. Tapi setidaknya di novel ini, saya diberikan kebahagiaan dengan datang nya Arya untuk Monica. Dan Arya ini sweet sekali ya,.;)
Karena latar belakangnya yang bercerita soal wanita karir yang sudah bisa dibilang mapan yang tinggal di ibukota, membaca buku ini bisa membuat banyak pembaca yang akan merasa related dengan suasananya. Seperti biasa, Alberthiene Endah dalam menulis buku mampu menyentuh emosi terdalam para pembacanya karena gaya dialog tokoh2nya yang sangat sehari2 dan langsung ke inti permasalahnnya alias tidak neko2. Buku ini salah satu karya Alberthiene Endah yang paling saya enjoy membacanya.
Mo... nikah, mo... enggak... yang penting happy!!!. Funny sentence, but dalem... ;).
Permasalahan yang dihadapi wanita jaman sekarang. Single dengan umur tertentu. Yang pastinya mengundang komentar banyak orang. But, ngebaca buku ini ngebuat gue berpikir.. "ternyata masih banyak wanita 'berumur-yang-lajang' diluar sana"... :)
Ahak! Sepanjang membaca aku banyak tertawa. Bukunya lucu, menggemaskan, gereget jomlo menahunnya dapat, manis juga. Kereeen. Enjoy banget selama menikmati buku ini karena gaya menulisnya yang asyik. Ending juga udah bisa ditebak sejak awal, tapi nggak pernah jadi masalah buatku.
nice one. i love how Endah describe and brings Monica into nice prescription. besides, this novel make me realize that the story doesn't always end the way we want and the way we think. obviously, Monica ends with someone i never though before. but the nice one. Monica, Mo'nikah Mo'nggak yang penting happyyyyyy!
Seperti Cewek Matre, penuturan penulis mengalir dan asyik. Secara pesan moral, begitulah, hidup sepertinya begitu mudah, ujung-ujungnya ketemu kok ama cowok ganteng nan kaya. Kalopun ketipu, ntar juga ketemu lagi ama yang ganteng juga.
Menghibur. tapi, ada yah orang sedesperado ini sampe segitunya? humh...kayaknya untuk jaman dewasa ini akan jarang deh orang yang desperado kayak gini. tapi seru aja, apalagi endingnya dia jadi sama orang yang gak dia duga sebelumnya.
dari design sampulnya ga meyakinkan... coba lagi ga diskon gila2an (harganya jadi 10rb kalo ga 15 ribu) dan ada label metropop kayaknya ga bakalan beli... Tapi isinya tentang kehidupan lajang Jakarta ternyata cukup bagus... bikin penasaran dan ogah menunda baca sampe akhir :)
Buku ini bernar-benar sangat menarik untuk dibaca. karena, penggunaan bahasanya yang menggelitik serta cerita yang benar-benar realistis. aku suka di endingnya : "mo nika denganku?" pemilihan nama yang tepat sekali sehingga dapat membuat kata semenarik itu!
Clearly, there are lots of better things to do for a single girl who lives the fabulous life in the city than just worrying about age lines on her face. Sheesh.