Bagaimana Al-Qur'an menjelaskan tentang kematian? Bagaimana pula Al-Qur'an memberikan pemahaman kepada kita tentang dosa, hari akhir, dan neraka? apa yang dibicarakan Al-Qur'an tentang seni, makanan, dan pakaian? Apa pula anjuran Al-Qur'an berkaitan dengan sikap dan tindakan kita dalam menjalin ukhuwah, silaturrahim dan berdagang?
Buku ini mengungkapkan lebih dari tiga puluh topik menarik yang dibahas melalui perspektif Al-Qur'an oleh mufasir ternama Indonesia ini.
Dengan menggunakan metode tafsir maudhu'i sang musafir memilih topik tertentu kemudian menghimpun ayat-ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan topik tersebut Dr. Quraish Shihab, M.A. berusaha mengundang Al-Qur'an untuk berbicara secara langsung mengenai problem yang dihadapi dan dialami masyarakat.
Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, MA adalah seorang cendekiawan muslim dalam ilmu-ilmu Al Qur’an dan mantan Menteri Agama pada Kabinet Pembangunan VII(1998).
Ia dilahirkan di Rappang, pada tanggal 16 Februari 1944. Orangtua Quraish Shihab adalah Bapak Abdurrahman Shihab dan Ibu Asma Aburisyi. Quraish adalah putra ke-empat dari 12 bersaudara. Tiga kakaknya, Nur, Ali dan Umar serta dua adiknya, Wardah dan Alwi Shihab, juga lahir di Rappang. Tujuh adik lainnya yaitu Nina, Sida Nizar, Abdul Mutalib, Salwa dan adik kembar Ulfa dan Latifah, lahir di Kampung Buton.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung Pandang, ia melanjutkan pendidikan tingkat menengah di Malang, yang ia lakukan sambil menyantri di Pondok Pesantren Darul-Hadits Al-Faqihiyyah.
Pada tahun 1958 Ia berangkat ke Kairo, Mesir, dan diterima di kelas II Tsanawiyah Al-Azhar. Tahun 1967, dia meraih gelar Lc (S-1) pada fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir dan Hadits Universitas Al Azhar. Ia kemudian melanjutkan pendidikan di fakultas yang sama dan pada tahun 1969 meraih gelar MA untuk spesialisasi bidang Tafsir Al Qur’an dengan tesis berjudul Al-I’jaz Al-Tasyri’i li Al-Qur’an Al-Karim.
Sekembalinya ke Ujung Pandang, Quraish Shihab dipercaya untuk menjabat Wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN Alauddin, Ujung Pandang. Selain itu, Ia juga diserahi jabatan-jabatan lain, baik di dalam lingkungan kampus seperti Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia Bagian Timur, maupun di luar kampus seperti Pembantu Pimpinan Kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental. Selama di Ujung Pandang, Ia juga sempat melakukan beberapa penelitian; antara lain, penelitian dengan tema “Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia Timur” (1975) dan “Masalah Wakaf Sulawesi Selatan” (1978).
Quraish Shihab menikah dengan Fatmawaty Assegaf pada 2 Februari 1975 di Solo. Mereka dikaruniai lima orang anak, Najelaa, Najwa, Nasywa, Ahmad dan Nahla. Najelaa menikah dengan Ahmad Fikri Assegaf dan memiliki tiga anak, Fathi, Nishrin dan Nihlah. Putri kedua, Najwa Shihab menikah dengan Ibrahim Syarief Assegaf dan memiliki dua orang anak, Izzat dan almarhumah Namiya. Putri ke tiga Nasywa, menikah dengan Muhammad Riza Alaydrus, dan memiliki dua orang putri, Naziha dan Nuha. Ahmad Shihab, satu-satunya anak laki-laki dari Quraish Shihab, menikah dengan Sidah Al Hadad.
Tahun 1980 , Quraish Shihab kembali ke Kairo dan melanjutkan pendidikan di almamater lamanya. Tahun 1982 Ia meraih doktornya dalam bidang ilmu-ilmu Al Qur’an dengan disertasi yang berjudul Nazhm Al-Durar li Al-Biqa’iy, Tahqiq wa Dirasah, Ia lulus dengan yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan tingkat I (mumtaz ma`a martabat al-syaraf al-’ula).
Sekembalinya ke Indonesia, sejak 1984 Quraish Shihab ditugaskan di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Selain itu, di luar kampus, Ia juga dipercayakan untuk menduduki berbagai jabatan. Antara lain: Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1984); Anggota Lajnah Pentashbih Al Qur’an Departemen Agama (sejak 1989); Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (sejak 1989).
Quraish Shihab juga banyak terlibat dalam beberapa organisasi profesional; antara lain: Pengurus Perhimpunan Ilmu-Ilmu Syari`ah; Pengurus Konsorsium Ilmu-Ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; dan Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).
Saat ini, Quraish Shihab aktif menulis artikel, buku dan karya-karyanya diterbitkan oleh Penerbit Lentera Hati. Salah satu karanya yang terkenal adalah Tafsir al-Mishbah, yaitu tafsir lengkap yang terdiri dari 15 volume dan telah diterbitkan sejak 2003.
Selain sebagai penulis, sehari-hari Quraish Shihab memimpin Pusat Studi al-Qur’an, lembaga non profit yang bertujuan untuk membumikan al-Qur’an kepada masyarakat yang pluralistik dan menciptakan kader mufasir (ahli tafsir) al-Qur’an yang profesional.
Bagaimana Al-Qur'an menjelaskan tentang kematian? Bagaimana pula Al-Qur'an memberikan pemahaman kepada kita tentang dosa, hari akhir, dan neraka? apa yang dibicarakan Al-Qur'an tentang seni, makanan, dan pakaian? Apa pula anjuran Al-Qur'an berkaitan dengan sikap dan tindakan kita dalam menjalin ukhuwah, silaturrahim dan berdagang?
Buku ini mengungkapkan lebih dari tiga puluh topik menarik yang dibahas melalui perspektif Al-Qur'an oleh mufasir ternama Indonesia ini.
Dengan menggunakan metode tafsir maudhu'i sang musafir memilih topik tertentu kemudian menghimpun ayat-ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan topik tersebut Dr. Quraish Shihab, M.A. berusaha mengundang Al-Qur'an untuk berbicara secara langsung mengenai problem yang dihadapi dan dialami masyarakat.
Saya kasih bintang dua bukannya buku ini gak bagus. tapi saya gak baca semuanya. hanya beberapa bab saja yang ingin saya ketahui. bahasanya intelektualis jadi sedikit agak membosankan.hehe. tapi Quraish Shihab is the best deh kalu ceramahnya.
Quraish Shihab salah satu ulama favorite gw, dengan penjelasan2xnya yang gamblang dan jelas, gak heran buku ini salah satu rekomen selain Membumikan Al-Quran yang juga two thumbs up...
Membaca buku ini pertama kali karena disuruh dosen, saat persiapan ikut MTQ cabang fahmil quran. Tapi usai MTQ pun tidak langsung saya kembalikan, karena mau menamtkan dulu. Sebenarnya ini mirip kitab tafsir maudhu'i (tematik). Jadi membahas suatu tema dengan merujuk pada ayat al-Quran, hadits, serta para ulama di bidangnya..
Dengan ini sinau akar kata. 750p. Sungguh pertarungan melawan kantuk sodara. Ketebalan itu membunuhku lebih jauh dan seperti biasa bosan melegenda kalau ketemu semacam teksbook begini.
Selalu menyenangkan selesai membaca buku karya Pak Quraish Shihab. Banyak ilmu baru yang didapat, membuat 'notebook' saya penuh dengan catatan-catatan kecil dari buku ini.