Jump to ratings and reviews
Rate this book

Markesot #2

Markesot Bertutur Lagi

Rate this book
"Buku ini (Markesot Bertutur Lagi) mampu mengharu-biru perasaan pembacanya dengan humor, keseriusan, sikap kritis, kepolosan, kesedihan, dan kekaguman."
- Kompas, 16 Januari 1994

Paperback

First published January 1, 1994

42 people are currently reading
705 people want to read

About the author

Emha Ainun Nadjib

92 books484 followers
Budayawan Emha Ainun Nadjib, kelahiran Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953, ini seorang pelayan. Suami Novia Kolopaking dan pimpinan Grup Musik KiaiKanjeng, yang dipanggil akrab Cak Nun, itu memang dalam berbagai kegiatannya, lebih bersifat melayani yang merangkum dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik dan sinergi ekonomi. Semua kegiatan pelayannya ingin menumbuhkan potensialitas rakyat.

Bersama Grup Musik KiaiKanjeng, Cak Nun rata-rata 10-15 kali per bulan berkeliling ke berbagai wilayah nusantara, dengan acara massal yang umumnya dilakukan di area luar gedung. Di samping itu, secara rutin (bulanan) bersama komunitas Masyarakat Padang Bulan, aktif mengadakan pertemuan sosial melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi, metoda perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta pengupayaan solusi-solusi masalah masyarakat.

Dia selalu berusaha meluruskan berbagai salah paham mengenai suatu hal, baik kesalahan makna etimologi maupun makna kontekstual. Salah satunya mengenai dakwah, dunia yang ia anggap sudah terpolusi. Menurutnya, sudah tidak ada parameter siapa yang pantas dan tidak untuk berdakwah. “Dakwah yang utama bukan dengan kata-kata, melainkan dengan perilaku. Orang yang berbuat baik sudah berdakwah,” katanya.

Karena itulah ia lebih senang bila kehadirannya bersama istri dan kelompok musik KiaiKanjeng di taman budaya, masjid, dan berbagai komunitas warga tak disebut sebagai kegiatan dakwah. “Itu hanya bentuk pelayanan. Pelayanan adalah ibadah dan harus dilakukan bukan hanya secara vertikal, tapi horizontal,” ujarnya.

Perihal pluralisme, sering muncul dalam diskusi Cak Nun bersama komunitasnya. “Ada apa dengan pluralisme?” katanya. Menurut dia, sejak zaman kerajaan Majapahit tidak pernah ada masalah dengan pluralisme. “Sejak zaman nenek moyang, bangsa ini sudah plural dan bisa hidup rukun. Mungkin sekarang ada intervensi dari negara luar,” ujar Emha. Dia dengan tegas menyatakan mendukung pluralisme. Menurutnya, pluralisme bukan menganggap semua agama itu sama. Islam beda dengan Kristen, dengan Buddha, dengan Katolik, dengan Hindu. “Tidak bisa disamakan, yang beda biar berbeda. Kita harus menghargai itu semua,” tutur budayawan intelektual itu.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
151 (44%)
4 stars
111 (32%)
3 stars
63 (18%)
2 stars
16 (4%)
1 star
2 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 31 reviews
Profile Image for Mohammad Bathok.
1 review
Read
November 5, 2012
Dalam buku ini Emha Ainun Nadjib menceritakan tokoh yang bernama Markesot. Sebagaimana diungkapkan dalam preambule-nya bahwa Markesot tidak punya gagasan apapun yang disebut dengan” masa depan”. Ia tidak membayangkan apa-apa tentang perjalanan hidupnya, ia tidak mencemaskan hari tuanya, ia tidak memimpikan istri dan anak, meskipun sarjana itu mengejar-ngejarnya sampai-sampai surat cinta disobek-sobek yang dikirimkan kepadanya dianggap absurd dan cengeng. Ia tidak memperhatikan warna bajunya atau potongan rambutnya meskipun yang belakang ini mulai berubah semenjak sang sarjana berhasil menaklukkan hatinya. Yang dipunyai markesot adalah kesetiaan menjalani hidup dalam satuan detik. Kesetiaan terhadap barang-barang yang diperbaikinya, barangkali benda itu melahirkan filosofi dan nilai-nilai kepadanya.
Tokoh Markesot bagi Emha Ainun Nadjib merupakan kenangan pribadinya atas masa kanak-kanaknya bersama temannya. Merekonstruksi pemikiran dan memodifikasinya menjadi tokoh imajiner yang diperlukan oleh masyarakat pembaca dalam situasi sejarah seperti sekarang. Dan Emha Ainun Nadjib juga mengakui bahwa beberapa cerita dalam tokoh Markesot ini adalah dia sendiri. Dan, yang harus disebut pula bahwa jasa Markesot baik yang asli maupun yang dimodifikasi dan diidealisir kepada masyarakat tidak terletak dalam representasi kemerdekaan pribadinya, sikap egaliternya, perhatiannya yang besar kepada semua persoalan masyarakat, tapi juga lebih konkret dari itu.
Sesuatu yang sangat saya apresiasi dalam tokoh Markesot ini adalah bahwa dia selalu mengatakan “bahwa guru adalah apa yang kita hadapi”. Ia punya kepekaan dan kecerdasan ekstra dalam mesin kendaraan bermotor. Dari motor sampai truk dan juga kegemarannya dalam elektronika. Jangan sodorkan kepadanya “sampah” sepeda motor maupun mobil, nanti dia renungi dan diotak-atik sehingga kembali seperti semula.
Buku ini terbagi menjadi sembilan bagian dan saya kira satu paragraf pada awal bagian masing-masing bab merupakan representasi dari bab tersebut. Bagian pertama Markesot bertutur tentang kesunyian. Bagi Emha Ainun Nadjib, ada banyak hal yang amata menusuk dan menghantam akal sehat tapi hampir semua para ahli dan pemerintah menyatakan bahwa semua baik-baik saja sungguh saya amat kesepian. Begitulah yang tertulis di halaman awal bab pertama sebelum Anda membuka lembaran-lembaran halaman berikutnya.
Sementara pada awal bagian kedua Markesot bertutur tentang hakikat hidup, lagi-lagi saya tertegun dengan pernyataan Emha Ainun Nadjib. “Apa kau pikir belajar tasawuf itu hanya dari ulama, ustad, dan kiai-kiai saja? Apa kalian pikir cacing yang melata dan rerumputan yang dinjak-injak orang tidak bisa berfungsi sebagai sesama mursyid atau maha guru bagi proses tasawuf kita?”. Pada bagian ketiga Markesot bertutur tentang keterbukaan. Di sini kita bebas mengemukakan pendapat apa saja, asal pendapat itu tidak bertentangan dengan pemerintah. Kita boleh berpidato atau menulis apa saja di koran –koran, asal tidak mengandung unsur SARA, asal tidak menghambat pembangunan dan tidak merongrong wibawa pemerintah.
Bagian keempat Markesot bertutur tentang harapan masyarakat. Indonesia sudah semakin “babak bundhas” oleh berbagai ironi pembangunan. Oleh makin rendahnya tingkat kemampuan ekonomi mayoritas penduduk yang tinggal di desa-desa. Oleh berbagai penyakit struktural, inkonsistensi moral, dan disiplin dalam jajaran birokrasi. Bagian kelima Markesot bertutur tentang jabatan ia ringkaskan dengan alhasil lurah yang kita tokohkan ini bebal integritas sosialnya, tuli kemampuannya dan tidak landhep kepekaan kerakyatannya. Kerjanya hanya menjadi “kerbau cocokan” carik lama yang dikenal sebagai dedengkot “mafia penghisap rakyat”.
Sementara pada bagian keenam Markesot bertutur tentang janji pemilu. Lho, bukannya pemilu itu bikin orang tidak tenang. Cuma Markemplo kurang sir ramai-ramai. Bagi dia, pemilu itu rahasia bathin seperti hanya cinta pribadi dan Tuhan. Apa yang dia lakukan terhadap pemilu, yang tahu ya hanya dia sendiri dan Tuhan serta serjumlah malaikat yang diizinkan untuk mengetahui rahasia itu. Bagian ketujuh Markesot bertutur tentang calon petinggi. Seseorang menjadi pemimpin atau tidak itu akan muncul dengan sendirinya melalui seleksi alam, bukan melalui teknokrasi seperti itu. Kalau orang merasa dirinya jadi pemimpin biasanya dia bukan pemimpin yang baik, malah cenderung menjadi penguasa. Pemimpin biasanya adalah orang yang merasa sebagai temannya orang banyak.
Pada bagian kedelapan Markesot bertutur tentang masyarakat bawah. Masyarakat tidak punya kesanggupan apapun untuk membeli nasib yang lebih baik, membeli tali koneksi, membeli perlindungan, dan membeli kemewahan. Mereka bisa saja tiap hari dipukuli oleh majikannya, disirami air panas, digunduli rambutnya, diperkosa, atau diapakan pun-tanpa ada kemungkinan untuk membela diri. Dan yang terakhir, bagian kesembilan Markesot bertutur tentang masa depan. Pernahkah kita membayangkan, kalau di tahun 1989 kita punya anak bagaimana kelak nasib anak itu kelak di tahun 2000 umpamanya? apakah yang akan kita lakukan sekarang agar anak-anak kita kelak memperoleh suatu dunia yang menyejahterakan hidup mereka?
Buku ini merupakan kelanjutan pertualangan Markesot dalam mengarungi samudera permasalahan kita. Dibandingkan dengan “buku pertama”nya. Buku keduanya ini lebih seru dan mengajak kita untuk merenungi hakikat kehidupan tanpa menghilangkan sama sekali nuansa guyonan yang telah menjadi ciri khasnya. Pada hakikatnya, Markesot adalah sebuah cara (untuk tetap) bertahan menjadi manusia
Profile Image for Izzul Ashlah.
1 review25 followers
Read
September 28, 2013
Selalu teringat karakter tokoh Ponokawan ketika membaca Markesot Bertutur. Kuartet tokoh Markesot-Markenyut-Markembloh-dan Cak Nun sendiri ini masing-masing mewakili karakter tokoh Gareng-Petruk-Bagong-Semar.
Profile Image for Dini Kusuma  Wardinny.
8 reviews9 followers
August 2, 2011
Cak Nun, penulisnya begitu cerdas dan saya sangat mengaguminya.

membahas masalah-masalah kehidupan manusia sehari-hari.
agama dan politik carut-marut.
Profile Image for Yusuf Ks.
425 reviews53 followers
August 9, 2018
Markesot Bertutur Lagi merupakan kelanjutan dari buku Markesot yang pertama karya Cak Nun. Di buku ini dijelaskan siapa sebenarnya Markesot itu, ialah tokoh yang dibuat berdasarkan/terinspirasi dari manusia sesungguhnya (teman cak Nun dan cak Nun sendiri) ditambah dengan tambahan imajinatif Cak Nun yang menjadikan sosok Markesot menjadi sangat unik dan istimewa.

Pada buku yang kedua ini, secara pembahasan lebih baik dan lebih terstruktur dan sistematik dalam pembagian temanya. Bahasa Jawa yang digunakan masih tetap ada tapi lebih sedikit dibandingkan yang pertama, sehingga pembaca yang tidak paham bahasa Jawa dapat lebih mudah memahami buku ini.

Sama seperti sebelumnya, Markesot Bertutur Lagi penuh dengan tuturan penuh manfaat dan kebijaksanaan. Ada banyak tema yang menarik, seperti mengenai pohon sejarah, grup qasidah, anak drum kekasih Allah, bintang film liberal syur, TV seperti penjara, arti globalisasi sesungguhnya, perbudakan industrialisasi, kebun tetangga lebih indah daripada kebun sendiri, masyarakat skizofrenia, dan lain-lain.

Semoga saya bisa menerapkan berbagai macam hal yang sudah saya dapat dari membaca buku Markesot Bertutur Lagi, ini sungguh buku yang penuh manfaat, walau menurut saya buku Markesot yang pertama masih tetap lebih baik :)
Profile Image for Izza.
384 reviews8 followers
September 21, 2021
Gaya bercerita yang amat sederhana namun penuh dengan makna dan pesan moral tentang keilahian. Terima kasih atas tulisannya Cak Nun! 😊
Profile Image for Nad.
105 reviews2 followers
May 1, 2022
Gaya menulis yang sederhana, tapi isinya daging semua!
Profile Image for Nona Ana.
122 reviews11 followers
February 17, 2021
Sungguh saya sering mendengar nama Cak Nun sejak kecil, tapi menyelami tulisannya ini baru yang pertama. Berawal dari banyaknya buku Cak Nun koleksi suami saya yang ada di lemari.

Ketika saya membaca buku ini saya merasa buku ini banyak benarnya, menggambarkan kondisi politik dan cara masyarakat beragama di Indonesia. Yang saya lebih kaget ternyata beberapa tulisan buku ini dibuat pada tahun 90-an yang saya rasa kondisinya masih relevan dengan situasi jaman sekarang. Mungkin ini menandakan bahwa problem negara tidak pernah keluar dari hal yang itu-itu saja
Profile Image for Maya.
Author 17 books28 followers
April 4, 2013
Aku membaca Markesot yang edisi baru, jadi covernya bukan yang tampil di sini lagi nih, meski begitu, isinya tetap sama.
Mengenai buku Markesot, sebenarnya buku ini merupakan kumpulan tulisan Emha Ainun Nadjib sekitar tahun 80-90-an. Tampak jelas dari nama-nama pejabat yang ia sebut, yang sekarang udah lengser keprabon dari jabatannya termasuk dari dunia ini. Meski begitu, secara substantif, semua tulisannya sesuai dengan zaman sekarang, dalam pengertian lain, tulisan-tulisan di dalamnya tidak ketinggalan zaman. Dan, sebenarnya kalau kuingat-ingat lagi, nyaris semua tulisan Cak Nun yang kubaca sesuai dengan tiap zaman. Itu karena Cak Nun menulis hal-hal yang substantif yang akan selalu kita temukan sepanjang zaman.

Buku Markesot Bertutur serta sekuelnya Markesot Bertutur Lagi, bisa menambah wawasan dan pencerahan bagi pembacanya
Profile Image for Sandra Sopian.
123 reviews15 followers
August 22, 2015
Ini merupakan buku kelanjutan dari buku yang pertama ; Markesot bertutur. melanjutkan perbincangan Markesot dan tokoh yang lainnya tentang segala hal ; Sosial, Budaya, kekuasaan, Politik, Agaama dan yang lainnya dengan ulasan khas ala suroboyoan yang penuh dengan humor dan kejenakaan.

Seperti kata penulisnya, Apa yang ditampilkan oleh Markesot, sebetulnya tak lebih dari merupakan upaya untuk tetap bertahan menjadi manusia. buku ini bagus sekali untuk setiap orang dan kalangan, tua-muda, kecil-dewasa, mahasiswa atau bukan, kalangan berada atau tak berpunya. karena yang diobrolkan disini adalah tentang kehidupan itu sendiri.
Profile Image for Arqom Maksalmina.
5 reviews5 followers
December 23, 2008
khas sastra indonesia (sepertinya) selalu ada tokoh yang tidak bisa dikategorikan protagonis atau antagonis namun selalu menentukan dalam menyelesaikan masalah...
seperti lambang kebijaksanaan atau mewakili pemikiran si penulis...seperti itulah peran markesot yang mewakili emha sendiri...atau seperti mas mantrinya ahmad tohari dan yang terakhir saya amati adalah bang jack dalam sinetron PPT nya Dedi mizwar....
Profile Image for Aldila.
48 reviews
January 8, 2015
kelanjutan dari buku markesot bertutur, sama bagusnya. membahas masalah-masalah lokal hingga internasional melalui cara pandang rakyat. masalah-masalah yang ditulis terjadi pada tahun 90an awal namun sampai sekarang masih sangat relevan dengan peristiwa-peristiwa mutakhir di Nusantara. hingga timbul kesimpulan, ternyata Indonesia masih jalan ditempat..
Profile Image for Masfufatul.
4 reviews3 followers
September 5, 2014
Entah Markesot itu siapa sesungguhnya, mungkin Mbah Nun sendiri masuk kedalam peran Markesot. Markesot mampu menggunakan bahasa cerdas yang membuat pembaca berpikir apa maksud dari perkataanya, dia mampu menjadi orang tidak umum ditengah masyarakat berpikiran praktis. kata "gila" yang mungkin pertama kali terlintas bagi masyarakat umum.
Profile Image for Amex Auditore.
15 reviews3 followers
July 11, 2025
Emha dengan tokoh Markesotnya benar - benar luar biasa. Banyak banget saya belajar dari sini untuk memandang sebuah kehidupan dari yang sebelumnya, ya meskipun ada beberapa kejadian di masa lalu yang saya ga tahu, ya maklumlah ini buku kapan. 😆

Saya jadi penasaran bagaimana dengan pemikiran Markesot tentang kebudayaan dan dunia di zaman sekarang ?!
Profile Image for Kahfi.
140 reviews15 followers
August 3, 2016
Apabila dibandingkan dengan buku edisi pertama, Markesott Bertutur Lagi lebih mudah dipahami karena lebih sistemik dalam pemilahan per bab nya.
Namun lebih kompleksitas nya agak kurang karena lebih fokus mengkritisi permasalahan dalam negeri, tapi justru itulah yang membuat buku ini lebih emosional.
Profile Image for Andityas Praba.
Author 6 books10 followers
March 19, 2013
Buku kedua dari dwilogi Markesot karya Caknun, kembali diterbitkan tahun 2013. Tetap segar dibaca meskipun sudah melewati perubahan zaman. Hikmah-hikmahnya tetap sangat relevan dengan kondisi sekarang
Profile Image for winda.
357 reviews14 followers
December 25, 2013
meskipun menceritakan tentang kondisi di tahun-90 tapi cukup relevan untuk sekarang.

tulisan-tulisan yang mengupas berbagai segi kehidupan yang sedang jadi 'trending topic' kala itu dituliskan dengan jenaka. 'dalem maknanya' tapii ga berat bacanya karena dikemas dengan lucu.
Profile Image for Maulida Raviola.
63 reviews6 followers
March 6, 2008
Emha emang paling bisa deh, menggelitik sekaligus membuat pembacanya merasa malu hati sendiri.. :p
Profile Image for Salwa.
19 reviews11 followers
May 23, 2008
:) nyeleneh tapi enak dibaca, kadang membingungkan
Profile Image for Andri.
137 reviews
October 11, 2008
Ini adalah lanjutan.. dari buku sebelumnya, Markesot Bertutur. Cukup menarik.
Profile Image for M_agunngh.
299 reviews4 followers
September 2, 2014
Alhamdulillah masih sama, dan sesuai dengan realitas sosial masyarakat sekarang (nggak harus dlm sekala nasional/internasional) buat ndeso dan kawulo aja masih relevan isinya
3 reviews
January 24, 2015
Buku lama yang bila di baca di hari ini tidak jauh berbeda. menandakan bahwa...(isi sendiri)
Profile Image for Rusdy Nugraha.
6 reviews2 followers
May 12, 2015
Buku lama, membahas isu lama, tapi kok masih relevan ya? Gaya khas cak Nun yang ngasal tapi mengena enak dibaca
Profile Image for CytRock OZ-Way.
10 reviews3 followers
Read
October 26, 2016
jangan tergesa gesa menyimpulkan. 'Menyepi itu penting, supaya kamu benar benar bisa mendengar apa yang menjadi isi keramaian.'
Displaying 1 - 30 of 31 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.