Jump to ratings and reviews
Rate this book

Tebaran Mega

Rate this book
Kumpulan sajak ini ditulis Sutan Takdir Alisjahbana dalam masa dua tahun: 1935-1936. Bisa dikatakan pada kurun itu, ia berada dalam suasana berkabung, karena wafatnya istri tercinta. Namun sikap optimisnya, nalarnya yang luas, mampu menghapus pilu, menghalau duka yang melandanya.

46 pages, Paperback

First published January 1, 1935

3 people are currently reading
87 people want to read

About the author

Sutan Takdir Alisjahbana

33 books73 followers
Sutan Takdir Alisjahbana (STA) menamatkan HKS di Bandung (1928), meraih Mr. dari Sekolah Tinggi di Jakarta (1942), dan menerima Dr. Honoris Causa dari UI (1979) dan Universiti Sains, Penang, Malaysia (1987). Diberi nama Takdir karena jari tangannya hanya ada 4.

Pernah menjadi redaktur Panji Pustaka dan Balai Pustaka (1930-1933), kemudian mendirikan dan memimpin majalah Pujangga Baru (1933-1942 dan 1948-1953), Pembina Bahasa Indonesia (1947-1952), dan Konfrontasi (1954-1962). Pernah menjadi guru HKS di Palembang (1928-1929), dosen Bahasa Indonesia, Sejarah, dan Kebudayaan di UI (1946-1948), guru besar Bahasa Indonesia, Filsafat Kesusastraan dan Kebudayaan di Universitas Nasional, Jakarta (1950-1958), guru besar Tata Bahasa Indonesia di Universitas Andalas, Padang (1956-1958), dan guru besar & Ketua Departemen Studi Melayu Universitas Malaya, Kuala Lumpur (1963-1968).

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
15 (46%)
4 stars
3 (9%)
3 stars
8 (25%)
2 stars
4 (12%)
1 star
2 (6%)
Displaying 1 of 1 review
Profile Image for Wirotomo Nofamilyname.
380 reviews51 followers
January 16, 2015
Oke. Ini kumpulan puisi yg ditulis STA terutama saat istri (pertama) nya meninggal tahun 1935. Jadi separuhnya berisi ratapan STA atas meninggalnya sang istri. Cukup menyentuh, terutama saat Beliau juga menulis puisi "Kepada Anakku". Walaupun akhirnya Beliau menikah lagi 6 tahun kemudian, tapi paling tidak Beliau tidak pernah meninggalkan istrinya. Ketiganya meninggal, dan bukan dicerai. :-)

Walaupun penuh ratapan, namun dalam puisi itu jelas terlihat keyakinan STA terhadap Tuhan, dan ketetapan Beliau untuk tetap melangkah maju.

Buku yang saya miliki adalah buku cetakan kelima tahun 2008, dicetak di kertas yang tebal dan indah. Dan harganya saat itu cuma Rp 20.000,-. Best buy banget. Tapi tentu saja bukan-selera-semua-orang, terutama dikarenakan bahasanya yang cukup jadul, maklum karya tahun 1935. Tapi menurut saya sih tetap bacaan yang patut anda coba baca. :-)

Puisi yg paling saya sukai di kumpulan puisi ini adalah puisi "Perjuangan" di halaman 42 (ada 2 puisi berjudul Perjuangan di Tebaran Mega ini, di hal 27-28 dan hal 42).


PERJUANGAN

(Kepada Taman Siswa)


Tenteram dan damai?
Tidak, tidak Tuhanku!
Tenteram dan damai waktu tidur dimalam sepi.
Tenteram dan damai berbaju putih di dalam kubur.
Tetapi hidup ialah perjuangan.
Perjuangan semata lautan segara.
Perjuangan semata alam semesta.
Hanya dalam berjuang beta merasa tenteram dan damai.
Hanya dalam berjuang berkobar 'Engkau 'Tuhanku didalam dada.
Displaying 1 of 1 review

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.