Ketidakcocokan Indi dengan sang nenek terutama disebabkan oleh sejumlah besar anjing peliharaan neneknya. Perhatian nenek hanya tercurah pada anjing-anjing, bukan pada cucu.
Setelah menyelesaikan kuliah, masa vakum mencari kerja diisi oleh Indi dengan usaha pendekatan hubungan cucu-nenek. Usaha ini gagal. Indi keluar dari rumah neneknya dengan membawa dendam pada anjing.
Awal menempuh karier dijalaninya di Jakarta. Bersama kedua kawan pondokannya, Maya dan Wawa, mereka menyatakan diri sebagai wakil era kebangkitan wanita. Wanita jaman sekarang dituntut untuk aktif, bekerja dan mandiri. Hubungan diantara mereka sangat akrab.
Dalam perjalanan waktu, satu demi satu kawannya pergi dan menikah. Indi terus mengejar karier. Dalam kesepian karena merasa ditinggalkan, Indi menemukan seekor anjing kecil yang siap dirajam oleh sekelompok orang. Indi bercermin diri di dalam anjing itu. Dia melihat kesendiriannya dalam kesendirian anjing itu. Ini menjadi awal pemeliharaan anjing-anjing di rumahnya. Jumlahnya kemudian meningkat, menyaingi jumlah anjing peliharaan neneknya. Indi mewarisi sikap langsung neneknya dalam menghadapi anjing-anjing.
Nama Kembang Manggis sekarang ini barangkali tidak banyak yang mengenal. Namun, pada kisaran tahun 80-an, nama itu lumayan beken sebagai penulis novel.
Mungkin Anda yang gemar membaca fiksi atau berlangganan majalah Hai, ingat sebuah cerita bersambung di majalah remaja itu yang berjudul TIA. Oleh Gramedia Pustaka Utama, cerbung tersebut kemudian diterbitkan dalam bentuk novel. Nah, pengarangnya adalah Kembang Manggis.
Dulu, buku ini saya ambil secara acak dari rak diskon tanpa ekspektasi apa pun. Ternyata ini malah jadi buku yang sering saya baca ulang sampai akhirnya hilang. mungkin ada temen yang pinjam tapi lupa balikin.
Jadi, menyenangkan menemukan kembali buku ini di Gramedia Digital. Lucunya parah....
Kebayang bagaimana rumah Oma jadi ramai dengan peliharaan sebanyak itu. Sayangnya cerita Indi tentang anjing-anjing peliharaan Omaa berakhir begitu saja. Aku pikir mereka bakal ada sampai akhir.
One of the best Indonesian novels, and the best Indonesian "chick lit". It has a feminism spirit, packaged in a fun read. And it's written in good and proper Indonesian.
Waktu mulai membaca buku ini, saya membatin, "Kok vibe-nya 80-an banget ya..." Apakah penulisnya sengaja menulis dengan gaya seperti itu?
Saya langsung cek biodata penulis dan baru ingat kalau ini Kembangmanggis yang memang beken pada zamannya (Pakai istilah beken, mengikuti isi buku 😁). Sampul baru versi cetak ulang yang tampak modern ini yang bikin saya pangling (ngeles 😄).
Ceritanya sederhana, tentang Indi, gadis muda yang ditugaskan mengurus neneknya saat beliau sakit. Bukan tugas mudah mengingat sang nenek punya belasan anjing, yang masing-masing harus ditangani berbeda dan dia bakal mengamuk kalau merasa anjing-anjingnya diperlakukan seenaknya. Sementara Indi punya metode sendiri untuk memudahkan tugasnya. Pertengkaran pun terjadi setiap hari, membuat Indi benci setengah mati pada anjing dan kabur dari rumah neneknya.
Cerita kemudian mengikuti perjalanan Indi menyelesaikan kuliah, bekerja, bertemu sahabat, kehilangan teman, naksir cowok... sampai suatu hari dia jatuh iba pada anjing liar yang dikejar massa lalu membawanya pulang... dan Indi pun mengikuti jejak neneknya, menampung banyak anjing telantar.
Semua itu diceritakan dengan gaya yang riang dan lucu. Nyenengin banget bacanya. Yang menarik juga, pada zaman itu Indi sudah memilih jalan yang berbeda dari kebanyakan temannya, dengan tidak menikah dan berkeluarga karena merasa itu bukan kehidupan untuknya.
Habis ini mau mengunduh buku-buku Kembangmanggis lainnya. Syukurlah banyak yang tersedia di GD 😊
Jujur, buku ini punya potensi besar banget sebagai buku yang komedinya ngaco abis, tapi lucu. Hanya saja plot yang ditawarkan sangat gak jelas. Seperempat hingga setengah buku, kita masih diperlihatkan bagaimana Indi berusaha dalam mengatasi tingkah laku neneknya—yang mana jadi blurb utama buku ini. Tapi, kesananya malah diceritakan kisah Indi dalam menjalani kehidupan sehari-hari bersama temannya dalam norma sosial yang sering diperuntukkan pada perempuan. Kalau mau sih, judul buku ini bukan "Warisan", tapi lebih yang Indi banget. Nenek masih bisa dimasukkan, tapi jangan dijadikan highlight buku ini yang dijual dipasaran. Padahal aku ketawa baca jokes-jokes garing yang ditawarkan penulis karena emang seaneh dan segaring itu, apalagi saat Indi sedang bersama teman-temannya. Endingnya pun memang nyerempet nenek dan warisannya, tapi yasudah, jatuhnya jadi kayak, "Apaan?" gitu. Namun, bagi aku, buku ini masih bisa dinikmati karena gak usah mikir.
Jika tidak membuka Goodreads, saya tidak tahu bahwa buku ini adalah terbitan ulang karena ilustrasi pada cover yang dibuat oleh Emte. Saya pun membeli buku ini karena ilustrasi tersebut. Saya suka anjing dan sinopsis di sampul belakang cukup membuat penasaran.
Buku ini tidak menyebutkan tahun secara persis jadi saya kira bersetting seputar tahun 90an tapi ternyata buku ini diterbitkan pertama kali th 1987, berarti ceritanya justru sekitar tahun itu.
Sebagai pembaca yang besar di era yang berbeda, bahasa yang digunakan masih dapat dimengerti, walau terjadi beberapa culture gap, seperti orang pada masa itu belum lazim menggunakan lift. Dan yang paling berkesan adalah "Kacing Calang" yang disebutkan berkali-kali tanpa penjelasan artinya.
Ini bukan spoiler, hanya sekedar informasi siapa tahu Anda tidak sempat menelusuri sendiri, Kacingcalang artinya "telur busuk" :D
Kenapa beli buku ini? Karena diskon dan penasaran akan sosok si penulis. Pada blurd, pembaca sudah mendapat bocoran dengan jelas bagaimanakah kisah ini sebenarnya. Bahkan akhirnya juga sudah tertulis di sana. Kita membaca untuk mengetahui proses yang dilalui hingga akhirnya seperti yang ada di blurd.
Hidup dengan 19 anjing pastinya sungguh luar biasa. Saya jadi paham kenapa judulnya Warisan, karena pada akhirnya tokoh kita mengikuti ada yang dilakukan neneknya, seakan warisan kebiasaan.
Beli dari buku diskon, dr sinopsisnya kayaknya menarik, ternyata espektasi gw ketinggian. Ga selesai baca buku ini karena BORING Tulisannya jelek, garing. Ga heran ini ada di tumpukan buku diskon 🙃
Udah agak2 lama nih baca buku ini. Ceritanya tentang seorang gadis yang sesekali membantu neneknya. Oma (panggilan untuk sang nenek) memelihara banyak sekali anjing. Dia selalu kesal kalau harus membantu Oma merawat anjing-anjingnya. Masalahnya, Oma sangat memanjakan mereka, dan tampaknya anjing2 itu tahu klo dia tdk suka pada mereka. Tetapi lama kelamaan2, dia mengetahui mengapa Oma sangat baik pada anjing2nya. Kira2 kenapa ya? Trus apakah si gadis akhirnya suka anjing juga? Temukan jawaban mengapa buku ini diberi judul "Warisan" di akhir cerita ya...:)
Surprisingly good! Lucu tapi juga dalam. Intinya tentang perempuan mandiri yang bahagia dan belajar mencintai anjing. Warisannya itu adalah anjing-anjing piaraan neneknya.