Jump to ratings and reviews
Rate this book

Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa

Rate this book
Vinter

Seperti udara di musim dingin, kau begitu gelap, muram, dan sedih. Namun, pada saat bersamaan, penuh cinta berwarna putih. Bagaikan salju di Honfleur yang berdansa diembus angin….

Florence

Layaknya cuaca pada musim semi, kau begitu terang, cerah, dan bahagia. Namun, pada waktu bersamaan, penuh air mata tak terhingga. Bagaikan bebungaan di Paris yang terlambat berseri….

300 pages, Paperback

First published July 31, 2012

45 people are currently reading
1130 people want to read

About the author

Prisca Primasari

37 books678 followers
English Literature graduate. A sleeping witch who loves pastel goth, sugar, spice, and everything nice.

Her hobbies are writing, traveling, reading all kinda literary works, watching movies and anime, and listening to music.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
433 (33%)
4 stars
445 (34%)
3 stars
294 (22%)
2 stars
74 (5%)
1 star
34 (2%)
Displaying 1 - 30 of 212 reviews
Profile Image for Winna.
Author 18 books1,966 followers
September 3, 2012
Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa adalah karya Prisca Primasari yang pertama kali saya baca, tertarik karena sinopsisnya dan kovernya yang cantik dan romantis. Nama karakternya unik dan cantik, sangat khas Eropa.

Dari segi cerita, bergerak lepas dan cepat, hanya dalam kurun hari tapi justru tidak terasa terburu-buru sama sekali. Kedekatan dan chemistry antar kedua karakter yang terbentuk singkat terasa hangat. Sebagai pembaca yang disuguhkan dengan romansa, konflik, dan berbagai kejadian yang terasa terlalu kebetulan dan penuh suratan takdir, awalnya saya ragu apakah akan begitu saja mempercayainya dan mengikuti alurnya tanpa keluhan. Ternyata memang tidak. Saya malah menikmati alurnya dan menerima berbagai kekurangannya. Beberapa pertanyaan yang membuat saya merasa ganjil saat membacanya juga terjawab sempurna di bagian epilog, karena kita dapat membaca sudut pandang Vinter. Dari sana, seluruh keping puzzle terasa lengkap.

Terlihat jelas bagaimana penulis sangat menguasai setting novelnya, meski saya sedikit berharap dapat membaca lebih banyak mengenai Paris dibanding Honfleur karena setting Paris juga cukup banyak digunakan dalam adegan. Dialognya juga berlangsung interaktif dan natural, dan karakternya hidup :) rasanya seperti membaca novel literatur klasik berbalut romansa yang indah.

Hanya ada sedikit hal yang mengganjal saat membaca, beberapa adegan yang kadang terkesan ganjil. Misalnya, Vinter dan Florence yang tertidur di kursi taman di tengah musim salju. Mungkin saya yang kurang jeli, tapi sebelumnya mereka baru saja menyelesaikan makan siang di Le Hamelin dan berdansa di taman, lalu tertidur, dan adegan selanjutnya sudah pagi... yang berarti mereka menghabiskan belasan jam di taman dan tertidur semalaman di sana. Tentunya sangat dingin dan hampir tak memungkinkan bagi seseorang yang tidak berpakaian tebal untuk tahan di sana tanpa terkena hipotermia (Vinter memberikan mantelnya pada Florence).

overall, a beautiful love story with fairy tales and winter, two of my favorite things. Karenanya, saya mencantumkan genre fairy tales walau sebenarnya ini bukan kisah fantasi sama-sekali.
Profile Image for Christian.
Author 32 books840 followers
September 3, 2012
Sejak pertama kali mengundang masuk Prisca Primasari ke keluarga besar penulis-penulis GagasMedia, saya pribadi sudah menyadari, tulisannya sama sekali bukan my usual cup of tea. Bukan rahasia lagi, saya menyukai cerita cinta yang passionate, yang kontemporer, yang memuaskan imajinasi saya dengan bayangan kisah cinta yang berapi-api. Prisca sama sekali nggak seperti itu. Ibaratnya gaya berpakaian, tulisan Prisca anggun, clean cut, dan konservatif.

But that's the beauty of it. Sebagai penulis yang novel-novelnya mengambil haluan berbeda dengan kebanyakan penulis lainnya, Prisca Primasari terlihat secemerlang bintang timur.

Dan lagi-lagi, novel ini memperlihatkan kecemerlangannya itu. Cerita cinta yang simpel bisa dia balut dengan unsur-unsur sophisticated seperti musik klasik, literatur, dan sebagainya. Tapi anehnya, saya tidak merasa ditipu dan digurui. Saya si pembaca novel santai ini tetap diperlakukan hormat di halaman-halaman novel Prisca.

Sebagai penulis, saya iri dengan kesabaran Prisca merajut ceritanya, menambahkan aksesoris berupa back story yang nggak berlebihan, sehingga kita bisa memahami mengapa kedua tokoh utama seperti berusaha saling menjauh dan menyangkal perasaannya masing-masing. Dan sebagai pembaca, saya merasa novel Kastil Es ini wajib untuk dicicipi, terlepas dari ini mungkin bukan selera bacaan biasanya.

Kalaupun saya memberi bintang 4, lebih karena saya akan mengantungi satu bintang itu untuk novel-novel lain Prisca di masa mendatang. Bisakah Prisca menulis novel yang setting-nya lokal tapi dengan rasa sophisticated yang sama? Haha, tantangan terbuka ya ini jadinya. Tapi nggak apa deh. Saya yakin kok, seandainya Prisca membaca komentar saya ini, kompor di dalam dirinya pasti langsung terbakar. :)
Profile Image for Gita Romadhona.
Author 9 books35 followers
August 14, 2012
pengetahuan prisca pada sastra-sastra klasik membuat sebuah tema "biasa" menjadi "luar biasa". seperti itulah seharusnya proses menulis. kemampuan baca yang diendapkan, lalu dikeluarkan di saat yang tepat. dua jempol buat Prisca. salut :)
Profile Image for MY.
92 reviews13 followers
June 20, 2013
Sebenernya 2.5, tapi 2 bintang aja deh, cukup ya. Soalnya reviewer lain udah pada murah hati banget tuh ngasih 4-5 bintang. -,-

Oh iya, I warn you, banyak spoiler di sini.

Seriusan, ceritanya klise dan endingnya gampang ditebak. Terus sampe detik ini masih bingung apa fungsi Katedral St. Basil dan boneka Matryoshka di kover itu, padahal setting-nya cuma Prancis. -______-
Tapi ya, mungkin saya melewatkan sesuatu karena gak baca semuanya.....gak kuat. Cuma baca sampe tengah (halaman 95) terus lanjut ke halaman-halaman setelah epilog. Terus ya udah deh, gw ngerti jalan cerita lengkapnya.


Plot

Plotnya sederhana banget. Dan saya udah pernah nemu plot begini........di sinetron lokal. Kalo gak salah judulnya Olivia deh, yang maen Velove Vexia sama Raffi Ahmad. Gini: dijodohin --> kabur --> ketemu cewek/cowok lain yang menarik hati jiwa dan raga tapi masih kepikiran sama calon yang dipilihin mak bapak --> daaaaannnnn (anti)klimaks-nya adalah ternyata si cowok/cewek idaman itu sama dengan si manusia misterius yang dipilihkan ortu. Dan mereka hidup bahagia selama-lamanya. Tamat.

Awalnya ada beberapa kejanggalan yang males saya urusin, tapi makin lama janggalnya makin banyak, terpaksa deh lipet halaman buat ditandain.

- Halaman 53
Kesalahan klasik dari penulis yang gak ngerti bahasa.
Di situ tertulis Namun, Florence mulai panik saat tidak ada satu pun penonton yang bergeming.
Menurut KBBI, bergeming (kata dasar: geming) artinya diam, tidak bergerak. Boleh dicek: http://www.kamusbesar.com/44655/berge...
Nah terus, kalo tak ada satu pun penonton yang bergeming itu artinya apa? Penontonnya jungkir balik lompat kangkang sambil bilang wow, gitu?

- Halaman 59
Paragraf 5. Vinter tertawa lirih, membuat Florence memandangnya takjub. Inilah pertama kalinya dia melihat pria itu tertawa.
Plis deh, Vinter sama Florence baru kenal berapa jam? Terus kalo itu pertama kalinya Flo liat Vinter ketawa kenapa? Ada yang istimewa kah? Kecuali kalo dia kenal Vinter udah bertahun-tahun dan baru liat tu anak ketawa baru deh boleh takjub, kayak si Zima noh.
Untung aja narasinya orang ketiga, bukan akuan Flo. Gw bisa muntah beneran kalo sampe pake akuannya Flo...
"Vinter ... tertawa? Ini pertama kalinya aku melihat dia tertawa sejak beberapa jam lalu. Astaga, tawanya begitu indah dan memikat."

- Halaman 64
Itu mereka gimana bisa berkeliaran gak pake sarung tangan? -,-
Kalo sampe hujan salju tuh berarti cuacanya udah dingin banget. Gak mungkin lah gak pake sarung tangan.... Nah ini, si Flo bisa liat punggung tangannya Vinter yang ada bekas luka. -______-
Oke, gw tau ini foreshadow buat kasih tau kebiasaan buruk dan tak wajarnya Vinter di masa lalu, tapi gak perlu maksa gini, kalik....

-Halaman 93
Si penjual tiket teater nanya nama dulu, baru bilang kursinya udah penuh.
Ini troll abis, tau gak.
Iya, gw gak tau gimana kebiasaan di Prancis sana. Mungkin mereka emang suka ngerjain pengunjung dengan menanyakan nama terus ngasih harapan palsu dan dengan entengnya bilang "Huhuhu, maaf ya kursinya udah penuh tuh."
Tapi, normalnya, kalo kursi udah penuh (atau tiket udah abis) mana bakalan itu loket masih dibuka bahkan pake nanya nama segala. *facepalm*
Gw tau banget nih. Ini siasat supaya Flo bisa make nama belakang Vinter sembarangan. Florence Vernalae. Hahahahahaha. Lucu ya, Flo.
Begitu baca Flo salah sebut nama dan sok malu-malu, gw langsung kebayang cerita di manga-manga murahan. Terus pas baca biografi penulisnya, ternyata.............. "...lulusan prodi Sastra Inggris Universitas Airlangga ini sangat suka mendengarkan musik klasik, membaca novel dan manga, ..." pantes. Mungkin adegan ini terinspirasi dari salah satu manga itu. Mungkin.

Oh iya, satu yang sangat gw suka dari novel ini adalah risetnya.
Meski, ehm, maaf, Prancis-nya keliatan Prancis tempelan, paling enggak risetnya tentang Prancis dan seni boleh lah. Nambah pengetahuan dikit.
Dan, oh ya, gw suka setting-nya yang banyak ngambil tempat di kota kecil macam Honfleur. Bukan Paris, Seoul, London, Tokyo yang jelas-jelas kota besar, ibu kota negara dan diketahui 95% penduduk bumi. #ifyouknowwhatiimply

Mungkin pada bertanya-tanya kenapa gw bilang tempelan, padahal reviewer lain yang maha pemurah dengan 4 dan 5 bintang itu bilang bagus?
Jawaban: karena frasa dan klausa berbahasa Prancis yang diletakkan sembarangan baik di narasi maupun dialog.
Buat gw kata-kata berbau Prancis yang "ditempel" itu gak bikin bau Paris makin sedap, tapi malah makin busuk. Seriusan. Banyak nih novel-novel yang setting-nya di luar negeri masukin frasa/klausa sembarangan. Padahal kan, tokohnya jelas-jelas orang sonoh, bukan orang sini.
Gini, gini. Untuk mempermudah. Tokohnya orang sonoh, lahir di sonoh, besar di sonoh, mati di sonoh. Mereka bahkan mungkin gak tau ada negara kepulauan bernama Indonesia, yang mereka tau cuma "timur jauh." Sejauh apa? Mana mereka tau. Paling mentok juga mereka taunya Bali.
Sedangkan novel ini (dan novel-novel "luar negeri tempelan" lainnya) ditulis dalam bahasa Indonesia. Ya gw pura-pura aja mereka semua ngomong Prancis, tapi terus diterjemahin ke bahasa Indonesia.
Tapi justru di sinilah letak anehnya. Kalo semua udah diterjemahin ke bahasa Indonesia, kenapa tiba-tiba bisa muncul klausa macam merci mille fois?
Mereka aslinya emang ngomong klausa/frasa itu, terus diubah ke bahasa Indonesia, lah terus kenapa ada lagi bahasa asing yang keselip di sana sini?
Gw bukannya gak suka baca bahasa campur-campur, tapi coba deh baca 9 Summers 10 Autumns-nya Mas Iwan Setyawan. Di sana bahasa Indonesia yang dicampur Inggris juga seabrek kok, tapi gw tau si tokoh itu emang ngomong itu, persis kalimat yang tertulis itu. Bukannya dia orang Amrik yang ngomong Inggris terus tiba-tiba ngomong Indonesia terus balik Inggris lagi karena kepengen....(atau penulisnya yang kepengen)
Jadi, intinya adalah, dengan membaca klausa-klausa asing itu gw malah merasa si tokoh ngomong bahasa Indonesia dan kebetulan mereka bisa bahasa Prancis, terus mereka pengen sok-sok pamer kemampuan berbahasanya gitu deh. Padahal kan jelas-jelas mereka tinggal di Prancis dan gak tau menau soal Indonesia. -_______-
Di novel terjemahan aja jaaarraaaannggg banget ada klausa/frasa asing nyelip di narasi APALAGI DIALOG kalo gak bener-bener gak ada terjemahan indonesianya. (Sementara klausa asing yang nyelip di novel ini jelas-jelas ada terjemahannya karena dikasih footnote di bawah.)
Make sense now, huh?


Karakter

Gak ada yang gw suka. Semuanya biasa-biasa aja.

- Florence
Tipikal Mary-Sue yang cantik, ceria, menyenangkan, bisa segala jenis seni termasuk lukis, musik, puisi, drama, blablabla, yang disembunyikan dalam wujud "cewek berpakaian kuno." Kalo pakaian lu kuno tapi wajah lu cantik banget sampe membuat seorang Vinter "tidak ingat pernah sekagum itu saat melihat wanita" (halaman 291), terus apa guna kekurangan lu itu? Gak pake baju sekalian juga lu udah sempurna kok.

- Vinter
"Oh, Tuhan. Vinter keren banget, jago mahat es pula." ---said no one ever.
Vinter ini, lagi-lagi, tipikal cowok-gloomy-dark-masa-lalu-suram-yang-butuh-kehangatan-dari-seorang-wanita-cantik-dan-ceria banget. Banyak nih karakter begini. Di sinetron, di drama-drama Korea, di novel, di komik, bahkan di game. Novel.....mari lirik tokoh Indra di Touche. Game......sila tengok Miles Edgeworth. Sisanya, cari sendiri. Ada seabrek, seriusan.
Bukannya gw anti karakter pasaran dan mengharuskan seorang penulis bikin karakter yang bener-bener baru, bukkaaann. Tapi paling enggak tunjukkan sesuatu yang bisa membuat Vinter ini lovable dan berharga, sayang kalo mati.
Enggak, saya gak benci Vinter, tapi dia gagal mencuri hati saya.

- Zima a.k.a. Primavera a.k.a. Verano a.k.a. Herbst
Dia lucu, tapi dia bodoh.
Gw kasian sama dia tapi kasian gw ilang pas dia nyuruh Vinter "bertobat" sedang dirinya sendiri gak mau "bertobat" karena merasa udah terlalu terlambat. Gak ada sesuatu yang bener-bener terlambat, men. Lu bisa nasehatin orang seharusnya lu bisa bentak diri lu sendiri.
Gak nyangka ada cerita di balik namanya yang berubah-ubah dan kenapa dia gak mau kasih tau nama aslinya. Ini keren loh. Deep.
Tapi gw gak tau gimana kelanjutan cerita dia karena bukunya udah keburu gw tutup (dan gak berniat gw buka lagi). Semoga aja dia kembali ke jalan yang benar......sebelum matik.


Gaya bercerita

Itu dua bintang saya kasih buat gaya berceritanya yang...hmmmm......lumayan. Gak bagus-bagus amat, tapi paling enggak gak bikin muntah juga. Standar chicklit sih.
Bener deh. Kalo penulisannya gak gini, mungkin ni novel udah gw tinggalin dari 15 halaman pertama. Hehe.
Tapi gw gak suka banget penggunaan tanda tutup dan buka kurung ( ... ) di karya fiksi. Ganggu, kesannya sembarangan banget. Kalo tujuannya buat komedi sih masih gw ampuni deh...


Novel ini selesai saya baca (sebenernya belom selesai sih, haha) dalam waktu kurang lebih 2 jam. Ringan. Cocok sih buat remaja-remaja tanggung yang banyak waktu luang....
Iya, gitu aja sih. Udah dulu deh. Gw mau lanjut baca always, Laila yang keliatannya lebih menjanjikan (karena penulisnya bilang dia riset banyak buat bikin karakter-karakter di sana, wuuiihhh....keren yak). Hahahaha. Dadah.
Profile Image for Yuni.
88 reviews49 followers
January 16, 2015
-edited-

I tried, really! I tried really hard to finish it! And I bought this book with a great expectation... *sad

"Kalau Florence meninggalkannya, orang itu mungkin akan kesepian, dan Florence akan kehilangan perasaan luar biasa yang didapatkannya dari membahagiakan orang lain."
"Sebaliknya kalau Florence tetap bersamanya, orang itu akan bahagia."

knock! knock! knock! how can you be so sure he'll be happy just being with you? Florence sudah merasa kebahagiaan Vinter sepenuhnya tergantung padanya? ONLY IN HOURS AFTER SHE MET HIM?
she's waaaaay to full of herself! I find it really annoying.
obsessive much? a saint-wannabe? creepy? yes.

"Dia tidak pernah menceritakan apa yang membuatnya kesepian."

bayangkan: apa kita akan menceritakan pada orang yang pertama kali kita temui beberapa jam saja, "hei, kamu tahu, nggak? selama ini aku kesepian karena..."

"Yang jelas aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja."

bayangkan: masih kondisi yang sama, orang yang pertama kali kita temui beberapa jam saja, dan sudah punya perasaan seperti itu. obsession alert. kepedean alert.

"adegan Florence lari-lari karena kabur dan takut dibawa pulang."

memangnya dia umur berapa, sih? masih SMA? infonya mungkin terlewat, tapi aku yakin dia sudah masuk kategori dewasa. dan kalau dia ketangkep, memangnya dia bisa gitu aja diseret-seret di jalanan? *sinetron banget* orang dewasa pasti lebih memilih bicara daripada main lari-larian atau seret-seretan. buatku, Florence seperti anak kecil. masih bisa diseret-seret.

what I found really annoying: keterikatan emosional yang sampai I-can-leave-him-alone-or-he'll-be-lonely hanya dalam hitungan jam!

Another things:

(1) "Namun, Florence mulai panik ketika tidak ada satu pun penonton yang bergeming."
menurut KBBI, 'bergeming' artinya diam tidak bergerak, jadi dalam konteks kalimat di atas tidak ada satupun penonton yang diam tidak bergerak. apa semua penonton lagi nari-nari ngitarin api unggun, main hula-hula, atau joget jejingkrakan? kalimat di atas agak membingungkan and it's a double negation which is a big no-no (by theory).

(2) kecenderungan penulis yang "tell, not show" juga agak mengganggu. misalnya, dia memakai kata 'elok' dan 'cantik' untuk menggambarkan Florence. aku ngarepnya, aku bisa tau kalau Florence itu cantik, tanpa author mengatakan dia 'cantik' dan pembaca harus menerima pokoknya dia cantik.

(3) Florence memutuskan untuk membuang tasnya lalu membawa barang-barangnya dalam pelukan.
if it is me: aku nggak akan membuang tas itu. serobek-robeknya tas, kecuali tas itu terkoyak-koyak, masih lebih baik untuk menampung barang-barang daripada di dalam pelukan lengan.

(4) dia ada di pusat keramaian, kan? toko? kafe? bahkan stasiun? is it too hard to buy a plastic bag or err, dunno, paper bag?

(5) seorang wanita tanpa tas (dan butuh tas), melihat seorang pria membawa tas yang sepertinya hadiah, dan bertanya: "tas kertas milikmu, berisi tas wanita, kah?"
note: ngarep apa ngarep, mbak?

(6) no memorable quote or dialogues.

The things I like: still finding...

overall: readable (yes), finish-able (no), enjoyable (no).

Drop your kritik n saran for me^^:
https://www.goodreads.com/story/list/...
Profile Image for Unn Lovegood.
259 reviews1 follower
May 15, 2023
4,3/5🌟
(📚55/100)

Sukakk!!
• Narasinta enjoy-able.
• Soft romance totally gak menye² sukses bikin senyum-senyum.
• Pas baca berasa mendung hawanya, tapi untunglah pas baca endingnya berasa ada sinar matahari yang hangat menerpa setelah lama musim salju.

@unn.withbooks 🌻
Profile Image for Vania Macaire.
112 reviews53 followers
July 13, 2022
Aku baca ini udah 2x dan tetap terpesona dengan kisah yang dibawakan oleh kak Prisca 🥰

#Review lengkap di Instagram & Youtube: Macairebooks
Profile Image for Fenny Wong.
Author 6 books70 followers
October 22, 2012
Review selengkapnya di:
http://fennywongjournal.blogspot.com/...

Buku ini mendapatkan banyak review positif di Goodreads. Sejujurnya, itulah yang membuat saya tertarik untuk mengambilnya dari rak toko buku. Pasalnya, tidak ada buku yang terbuka dari plastik saat itu, dan saya tahu blurb belakang sampul tidak bisa saya jadikan acuan.

Tapi saya tidak menyesal mengambilnya. Saya membacanya di Hari Minggu, ketika Bandung diguyur hujan dan dilapisi mendung sepanjang hari. Sembari mendengar lagu-lagu dari film Amelie, saya mulai menyusuri halaman-halamannya. Saya kira pada awalnya, cerita ini akan dibawakan dalam setting Rusia, karena matryoshka yang muncul pada kaver depannya. Saya salah, karena dua kota di mana cerita ini terjadi adalah Honfleur dan Paris, keduanya di Perancis.

Seorang gadis bernama Florence melarikan diri ke Honfleur, karena rencana kencan buta yang diadakan oleh orang tuanya di Paris. Pada perjalanannya di kereta ia bertemu dengan seorang lelaki bernama Vinter. Florence yang tasnya rusak dihadiahi sebuah tas oleh Vinter saat itu, dan sebagai gantinya Florence menawarkan diri untuk tampil sebagai seniman. Ia akan datang ke rumah teman Vinter, seorang konduktor sakit-sakitan bernama Zima, untuk memberikan pertunjukkan drama, melukis, dan bermain musik. Lalu dari sana, hubungan Vinter dan Florence pun bertambah dalam.


Ceritanya sebenarnya sangat simpel, malah cenderung klise. Tapi Prisca menjalinnya dengan sangat baik hingga saya tidak bisa protes sama sekali. Yang perlu diberikan standing applause di sini adalah karakterisasi tiap tokoh. Saya sangat menyukai tokoh Vinter, karena semua alasan yang jarang sekali saya ungkapkan. Florence sendiri menyenangkan untuk saya, walaupun tempat nomor satu tetap dimiliki karakter Vinter. Sedangkan tempat nomor dua, dimiliki oleh Zima. Dia eksentrik, menarik, setengah-gila: sangat cocok sebagai seniman jenius. Agak mengingatkan saya pada Beethoven yang temparemental. Juga mengingatkan saya pada Beast, deskripsi yang disediakan Prisca pada pengenalan tokoh ini.

Lihat? Bahkan karakter-karakter sampingannya pun menurut saya mengagumkan.

Vinter emo. Angst. Semua yang tidak saya suka dari seorang karakter. Tapi saya jatuh cinta pada dia. Mungkin karena sepenggal cerita yang dituturkan dari sudut pandang Vinter di bagian akhir novel. Vinter rapuh karena semua alasan yang masuk akal, bukan tipikal tokoh utama oh-aku-super-menderita-lihat-jambangku-kepanjangan seperti banyak yang lain. Ia tersakiti, menyakiti diri sendiri, dan saya menerimanya. Semua yang ia lakukan masuk akal, dan depresi yang ia rasakan mengenyuh pada hati saya. Bagi saya, bagian Vinter di belakang itulah yang membuat saya jatuh cinta ekstra pada buku ini. Juga membuat saya bertanya-tanya, apakah mungkin cerita ini bisa menjadi lebih menyentuh lagi jika sedari awal diceritakan dalam sudut pandang Vinter?

Ada sesuatu pada Kastil Es & Air Mancur yang Berdansa yang membuat saya merasa seperti mengenal kenalan lama. Setelah saya menutup halaman-halaman terakhirnya, saya sadar mengapa. Buku ini sarat akan segala hal tentang seni, dan berkali-kali ketika saya membacanya, saya manggut-manggut dan berkata dalam hati, "Oh, saya juga suka Caruso." atau "Ah, jadi pingin lihat Water Lilies, karena Monet disebut-sebut." atau "Rachmaninoff, kapan ya terakhir saya dengar? Saya terlalu terobsesi dengan Chopin."

Perasaan saya seperti bertemu seseorang yang bisa diajak bercakap-cakap tentang semua yang saya sebutkan di atas. Saya bukan seorang ahli seni, hanya seorang penikmat. Ada beberapa yang masih asing untuk saya, tapi itu malah membuat saya lebih gembira lagi. Dari buku ini saya bisa belajar banyak tentang hal-hal yang saya suka. Tadinya di aliran impressionist saya hanya suka Monet, Degas, Pissaro, dan Rochegrosse, tapi sekarang saya jadi sering googling Renoir. Tadinya hanya senang mendengar Chopin dan Debussy, sekarang jadi mencoba Vivaldi.

Ini adalah buku dari Prisca Primasari yang saya baca. 4/5 bintang dari saya, karena saya sebenarnya mengharapkan buku ini ditulis dari sudut pandang Vinter, seperti yang sudah saya katakan di atas. Juga karena saya ingin membaca karya-karya lain Prisca. Anggap saja ini seperti harapan saya yang saya simpan sementara.
Profile Image for Fikriah Azhari.
362 reviews142 followers
August 13, 2025
❝Tidurlah yang nyenyak... mimpikan aku sedang menonton drama di sebuah mall bersama seseorang yang sangat istimewa, yang menyukai salju dan dongeng yang indah.❞

actual rating: 3.5/5
Tiap baca buku Prisca Primasari, sensasinya seperti dibawa langsung ke negara Eropa! Novel Kastil Es dan Air Mancur Yang Berdansa membawa pembaca menuju Paris dan Honfleur, dengan latar belakang saat musim dingin 1997.

Kabur dari rencana kencan buta yang disusun orangtuanya, Florence memilih Honfleur sebagai tempatnya bersembunyi. Naasnya, tas miliknya yang memang tidak pernah bertahan lebih dari tiga bulan memilih waktu yang tidak tepat untuk jebol dalam pelariannya kali ini. Tidak mungkin berpergian dengan tangan penuh barang, Florence berniat membeli tas dari seorang pria di stasiun Saint-Lazare—walau sebenarnya pria itu menyiapkan tas tersebut khusus untuk seorang wanita yang berencana ditemuinya.

Florence—sama halnya dengan Vinter—jelas tidak pernah menduga bahwa pertemuan mereka saat itu kembali membangkitkan perasaan penuh damba untuk bisa bersama dengan orang lain dengan penuh cinta—yang bahkan sebelumnya sudah dirasa tidak layak mereka dapatkan.

Meski buku ini latarnya musim dingin, justru ada perasaan hangat yang mengelilingiku saat membacanya. Perasaan Florence dan Vinter berkembang begitu lugu namun juga sarat keraguan untuk dibiarkan tumbuh. Mereka tuh fragile banget gitu lho, rasanya pengin aku tempelin stiker “Handle with Care” 🥺

Cara Prisca Primasari mendeskripsikan karakter mereka, interaksi keduanya, narasi yang digunakan, semuanya terasa indah di tengah-tengah musik serta puisi dan dongeng klasik yang mengalun di antaranya. Aku suka bagaimana dongeng Snegurochka mengambil bagian.

Sebenarnya twist-nya nggak begitu mengagetkan dan bisa dengan mudah kucurigai. Namun, justru sungguh melegakan ketika sadar kekhawatiran kekhawatiran yang muncul sama sekali tidak diperlukan. Orang lain dan orang yang tepatlah yang bisa melihat seberapa layak kita untuk dicintai. Agak kaget waktu nemuin halamannya masih banyak padahal ceritanya sudah selesai. Ternyata disuguhkan juga bagian Vinter yang bikin kita makin kenal dan tahu cerita dari sisinya.
Profile Image for Utha.
824 reviews398 followers
June 20, 2016
Bacanya adem banget... nyesel juga baru dibaca sekarang dan novel ini dibiarkan teronggok di rak buku.

3.5 bintang buat kastel es.
Profile Image for DEE.
254 reviews3 followers
June 22, 2022
Aku harus bikin review kayak gimana, ya? Ini buku kelima Kak Prisca yang kubaca dan yaa dari semua buku yang udah kubaca (termasuk buku ini), Kak Prisca memang pakarnya bikin cerita-cerita sederhana yang menyentuh hati. 🥺🥺💕

Meskipun mungkin ada aja pembaca yang ga suka dengan alur yang terlalu sederhana dan segalanya tampak begitu mulus (lancar), tapi yaa kayaknya makna dan tujuan novel-novel Kak Prisca tuh ya emang fokus ke cerita yang menyentuh ini. Kalau memang senang baca buku-buku dengan alur yang sederhana dan hangat (dengan sedikit bumbu romance), aku rekomendasikan buku ini untuk kalian baca.

Tidak bermaksud untuk spoiling buku ini ke kalian yang belum baca, please beware of the heavy trigger warnings. There are some of them like self harm, suicide, depression. Dari semua buku kak Prisca yang sudah kubaca, buku ini topiknya lebih berat daripada buku-buku sebelumnya, halamannya juga lebih tebal, biasanya rata-rata tebalnya kurang dari 250 halaman.
Profile Image for Autmn Reader.
879 reviews91 followers
October 28, 2021
Loooove this book so much.

Aku nggak biasanya suka sama insta love, tapi cerita ini tuh bikin aku jatuh cinta in every aspect. Plotnya, vibes-nya, tokoh2nya, karakternya, dan semuanya.

Yup,namanya juga insta love pasti ada aja yang nggak masuk akal. Kek, masa baru kenal sehari udah kayak kenal bertahun-tahun. Tapi aku maklmin semuanya karena saking sukanya sama buku ini. Buku yang pasti setiap libur sekolan ku re-read. Wkwkkw.
Profile Image for Fathiyah.
128 reviews4 followers
March 22, 2021
Aku suka pendeskripsian di setiap paragraf. Penulis bisa dengan baik memilih diksi yg enak untuk dibaca. Konfliknya bisa buat kita merasakan fell dari cerita. Gaya bahasanya enak dan ringan
Profile Image for Hayati.
245 reviews
September 15, 2012
“... dua orang bisa bersatu ketika semua partikel di jagad raya mendukung mereka. Ketika mereka berpisah, terasa ada yang mengganjal. Ganjil dan aneh. Yang satu tak bisa melupakan yang lainnya, sekalipun sangat menginginkannya. Keduanya melakukan apa pun agar bisa bertemu lagi, atau tanpa sadar melakukan sesuatu untuk mencegah satu sama lain hilang dari benak mereka.

“Berawal dari sebuah tas di stasiun Saint-Lazare...”
Florence tanpa berpikir panjang langsung lari dari rumah dan memutuskan untuk pergi ke Honfleur. Bukan tanpa alasan dia pergi dari rumah, dia pergi karena rencananya kedua orang tuanya yang sedang mengatur kencan buta untuknya. Florence tahu niat Maman dan Papa itu baik tapi dia tidak suka dengan rencana itu.
Saat di dalam kereta menuju Honfleur, Florence bertemu seorang pria. Vinter Vernalae. Saat itu tas yang di miliki Florence rusak, yah tentu saja, Florence memiliki kebiasaan untu membeli tas 3 bulan sekali. Kenapa? Karena setiap 3 bulan sekali tasnya selalu rusak. Saat bertemu Vinter, Florence ingin membeli tas yang ada di tangan Vinter, tanpa di sangka ternyata pria tersebut memberikannya secara cuma-cuma.
Selama perjalanan mereka saling bercerita, dan untuk membalas kebaikan Vinter, Florence membantunya untuk menampilkan pertunjukan kecil seni di rumah temannya, yang ternyata adalah seorang pengidap tumor otak. Namanya Zima.
Saat sampai di rumah Zima, Florence sempat gugup karena ini untuk pertama kalinya dia tampil di depan publik tapi tanpa di sangka penampilannya di sambut hangat oleh para pembantu Zima dan... Vinter. Yah, pada saat Florence tampil, Vinter benar-benar terpesona. Dan untuk Zima... entahlah wajahnya biasa saja, Florence tidak bisa mengetahui apa yang ada di pikiran Zima, karena orang itu benar-benar aneh.
Setelah dari rumah Zima, Florence pergi untuk mengunjungi galeri Vinter. Tapi sayangnya di sana dia bertemu dengan Celine, sahabatnya yang sedang membantu orang tuanya untuk membawanya pulang. Tanpa pikir panjang, tentu saja Florence lari dengan cepat sehingga Vinter benar-benar tidak bisa mengejarnya. Setelah merasa jauh dan aman dari Celine, Florence sadar bahwa dia sedang berada di Honfleur. Ini Honfleur, bukan Paris. Tentu saja dia tidak tahu jalan, dan dimana sekarang Vinter? Oh tidak, dia sekarang telah kehilangan Vinter.
Dengan enggan Florence pergi ke rumah Zima lagi untuk meminta nomor Hp Vinter. Walaupun dia sempat dongkol dengan sikap Zima, tapi mau bagaimana lagi? Hanya Zima yang bisa membantunya. Dan tanpa di duga, saat ke rumah Zima, Florence tidak hanya mendapatkan nomor Hp Vinter, melainkan dia juga mengetahui sesuatu tentang Vinter yang membuatnya merasa sedih. Bagimana masa lalu Vinter.
Selama 2 hari, Florence menghabiskan waktu bersama Vinter. Banyak hal yang mereka lakukan, banyak cerita yang terungkap diantara keduanya. Dan yang paling tidak bisa di lupakan adalah saat Florence mengunjungi galeri Vinter, yang ternyata di penuhi oleh pahatan es. Galeri itu benar-benar membuat Florence tidak bisa berkata apa-apa. Kenangan yang manis, kenangan akan “Kastil Es dan air mancur yang berdansa”
Waktu singkat yang mereka habiskan ternyata membuat mereka saling membutuhkan dan saling mencintai. Tapi setiap ada pertemuan, bukankah akan ada perpisahan? Tentu saja, Florence harus kembali ke Paris, walaupun hatinya ingin tetap berada di sisi Vinter, tapi dia harus kembali ke Paris. Tidak mungkin dia lari untuk selamanya. Dan saat Vinter berkata bahwa dia mencintai Florence, dia merasa bahagia dan senang. Tapi sayang, Vinter telah memiliki janji untuk bertemu seseorang dan berencana untuk menikah dengannya. Dan di sisi lain, Florence harus bertemu dengan pria yang menjadi kencan butanya. Mereka berdua masing-masing telah memiliki jalan sendiri-sendiri. Apakah di akhir cerita mereka bisa bersatu dan happy ending? Silahkan di baca selengkapnya.
Aku sangat-sangat menunggu kedatangan novel ini, setelah membaca Beautiful Mistake dan Eclair, aku benar-benar jatuh cinta pada tulisan mbak Prisca. Dan saat membaca Kastil es dan air mancur yang berdansa aku benar-benar jatuh cinta semakin dalam dengan karya mbak Prisca. Great Job mbak!! Buat aku novel ini benar-benar bagus dan romantis! Sangat-sangat suka dengan jalan ceritanya dan sukaaa dengan latar Rusia, serta semua karya seni yang ada di dalam novel ini dan bagian favorit aku di bagian dogeng Snegurochka. Dan yang terakhir untuk covernya yang memikat! Ditunggu karya mbak Prisca yang selanjutnya ^^

Hal yang tidak nyata tetap akan lebih menyedihkan daripada hal yang nyata, seindah apa pun itu. Karena ketidaknyataan itu hanya hidup di angan-angan, dalam dimensi dan ruang yang sama sekali berbeda.
Profile Image for Skylar Alvins.
17 reviews5 followers
April 6, 2013
(Rants written on April 5, 2013.)

This is an old read of mine, but I just feel like I need to write something on this now.

So the story goes like this. The cover, with matryoshka dolls and all, tempted me to buy it. (I like matryoshka dolls so much--heck, I even sacrifice my holiday to make an actually nesting matryoshka papercraft. Cost me a whole day and a swollen finger thanks to excessive scissors use.)

And back then, my habit of crossing out typos and scribbling on the pages or parts I raise an eyebrow (or both) on was not yet established like now.

The mysterious blurb at the back of the page already made the inner madame shout a warning: big chance is that this book is not suitable for your taste!

Yet, I just... bought it.

And then, I started reading on a bus ride to campus. Every several pages I had to stop, look out the window, make faces and loudly HISSSSSS.

Why? Cut here, in case you don't like my choice of words for the following. I might be harsh, but yes, I can't stand it anymore. Apologies in advance, and don't say I didn't warn you.



Plus, the deceitful cover! Why St. Basil's cathedral if there's nothing significant about it? *shrug*
Profile Image for The Archer.
3 reviews
August 27, 2012
one word. awesome. the story is really unique; really luv the part when Florence shows her skills in front of Zima. it's the part which makes me want more and more.

Eclair has stunned me before, yet we know both stories are different. Eclair is more about friendship and family, while Ice Castle and the Dancing Fountain (?) is about fairytale and love. since I prefer love story a lot, I love Ice Castle more ;p the characters also deeper and the timeline is more thorough.

for me Florence is so unique; ignoring fashion, kind-hearted, and of course Prisca has talent to deepen her characters' traits. and the fact that Vinter is...(bla-bla-bla, read it yourself if you want to know :p) amazed me more. sorta know a little about Prisca--she's Johnny Depp's fan, isn't she? wondering if a bit of Vinter's characteristic is inspired from Mr. Depp. oh well, that's just my idea.

the only flaw is maybe it's predictable. nevertheless, I'm amazed on how Prisca could knit every words into great prose. just like Eclair, there's a dark atmosphere in Ice Castle, but in charming way (like Tim Burton?)

one question: who's Zima's real name? xD I know Prisca doesn't wanna reveal it, I believe for clever reason, but I really really really am curious. I think I'll email her to tell me ;p only me!

well 5/5 stars for an incredible story.
Profile Image for Sefryana.
Author 24 books278 followers
October 11, 2012
Saya mengenal tulisan Prisca sejak membaca Spring in Autumn dan saya menyukai caranya menulis, terutama dalam menampilkan negara-negara yang ditulisnya seperti real dan memasukkan atmosfer negara tersebut ke dalam tokoh-tokohnya. Kesukaan saya tersebut mengundang saya untuk membaca karyanya yang lain, yaitu Will & Julette. Sayangnya, saya belum kesampaian membaca The Fairy Tale House.

Beberapa tahun sesudahnya, saya membaca novelnya yang diterbitkan oleh GagasMedia, Eclair. Tulisannya di Eclair bersetting Rusia membuat saya kagum. Lalu di akhir 2011, saya tidak menyangka akan bertukar pasangan menulis dan berpasangan dengan Prisca dalam proyek Gagas Duet. Kami bertemu sambil menikmati ramen, kami bertukar cerita tentang ide apa yang akan kami tulis dan berwujud pada karya duet kami, Beautiful Mistake.

Saat Kastil Es ini terbit, saya merasa tidak perlu ragu lagi untuk membacanya dan dalam beberapa jam saja, saya sudah bisa menyelesaikan kisah Florence dan Vinter ini. Bukan hanya selesai, tapi saya terlarut dalam romansa mereka di Paris yang bersalju. Salju yang dingin, tapi terasa hangat dengan chemistry tokoh-tokohnya. Ritme yang disajikan Prisca cepat, tapi tidak terburu-terburu, saya menikmati alurnya.

Ada beberapa hal mengganjal, tapi tidak mengurangi romansanya. Saya suka secara keseluruhan Kastil Es ini. :)
Profile Image for Dyah.
1,110 reviews64 followers
September 13, 2012
This love story is calm and sweet...pretty much remind me of the author :p
To me, it's too good to be true, but it's exactly the kind of story that makes us want to believe in love. The characters are adorable in their own unique way and the details about art are nicely put. Overall, well-penned!
Profile Image for Eva.
Author 24 books121 followers
July 30, 2016
Ceritanya manis.
Saya kira Prisca melakukan riset yang mumpuni tentang kesenian. Saya suka Prisca menuliskan secukupnya sehingga terasa pas.
3 bintang untuk novel pertama Prisca yang saya baca.
Profile Image for Ra..
123 reviews14 followers
July 17, 2022
Baca buku ini karena judulnya menarik dan atas rekomendasi seseorang di Twitter.

Menceritakan Florence yang nekat kabur karena dijodohkan dengan pria yang tidak dikenalnya oleh orang tuanya. Dalam perjalanan kabur tersebut, gadis itu bertemu dengan seorang pria bernama Vinter. Karena tas yang dibawa Florence rusak, Vinter memberikan tas yang kebetulan sedang dibawanya kepada gadis itu. Berawal dari sebuah tas di Stasiun SaintLazare, hubungan Florence dan Vinter semakin dekat karena saling berutang budi.

Seperti karya penulis sebelumnya yang aku baca, buku ini mengandung hal magis tersendiri saat dibaca. Perasaanku kayak rollercoaster yang abis terbang tinggi tiba-tiba dijatuhkan 😢💔 TAPI untungnya hal tersebut hanya sesaat karena disuguhkan plot twist yang bikin terbang tinggi lagi 🥺

Endingnya bagus bangett 🥺💗

Sempat kaget karena sudah epilog tapi masih tersisa banyak halaman. Ternyata sisa halaman tersebut menceritakan kisah Vinter Vernalae yang bikin menyayat hati 😢

⚠️ Trigger warning di buku ini: Suicide dan Self Harm
Profile Image for Githa .
55 reviews
February 19, 2024
Sukaa banget dari segi cerita, latar tempat, penokohan, tentang dongeng Snegurochka. Bacaan yang hangat walaupun kisahnya Vinter dan Zima sangat kelam. Untuk Florence tersayang, aku berharap bisa bertemu Florence di dunia nyata dan menyaksikan dia melukis, membaca puisi, dan bermain musik. Mendekati akhir cerita aku baru sadar mengapa judulnya Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa.😭🥺🥺
Profile Image for Afifah.
151 reviews9 followers
January 2, 2015

Lame.

Melihat besarnya apresiasi pembaca, terutama di GR terhadap novel ini, wajar kalau ekspektasi saya demikian tinggi terhadap novel ini, terlebih lagi saya sangat menyukai Evergeen karya pengarang yang sama. Tapi ternyata, harapan tinggalah harapan, lagi-lagi sepertinya saya nggak satu selera dengan mayoritas pembaca di GR.

To be honest, cara penceritaan, materi cerita yaitu berbagai pengetahuan tentang seni, musik klasik dan kota Paris yang diusung oleh novel ini sebenarnya sangat menarik. Tapi, ceritanya sendiri sangat dangkal, mudah ditebak, dan klise, kecuali untuk bagian epilog-nya yang tidak bisa dibilang epilog karena puanjang buanget dan menurut saya agak boring karena too much detail and information. Informasi dan pengetahuan dalam suatu novel memang penting, tapi ceritanya juga nggak kalah penting, percuma juga kalo informasi yang ditampiilkan demikian wah dan wow tapi ceritanya cetek. Terus terang, buanyak banget halaman yang saya skip baca, karena ya itu tadi, terlalu banyak informasi dengan penceritaan yang berputar-putar. Sampai halaman mau habis saya masih saja bertanya-tanya dalam hati, ini sebenarnya konfliknya apaan sih?

Terus satu lagi, tentang karakternya. Si Florence ini dangkal dan geer an banget ya orangnya. Masa baru beberapa jam kenal sama cowok, udah ngerasa aja nggak ada orang lain yang bakalan bisa bikin itu cowok ketawa kecuali dirinya, dan cowok itu nggak bakalan bisa bahagia kalo nggak sama dia (hal 90). HAISSSSHH, situ okee, Jeng?? Selain itu, dia kan sudah dewasa ya, dia ini guru lagi. Masa iya nggak bisa ngomong apa yang dia inginkan terus terang ke orang tuanya kalau dia menolak dijodohkan. Padahal orang tuanya diceritakan bukan ortu yang diktator lho, baik banget malah. Eh, si mbak malah milih melarikan diri dari kencan buta yang diatur oleh ortunya. Baru kencan buta, lhoo, belum pertunangan atau apa. KENCAN BUTA DOANG (diulang dan di capslock biar drama dikit). Mungkin dia takut begitu dia datang ke kencan buta itu, si cowok udah siap dengan penghulu dan kuade (hmmm, di Paris ada kuade gag ya?), kalau benar itu yang terjadi, bolehlah dia pake acara kabur segala, instead of, dunno ya, ngomong baik-baik ke si cowok kalau dia sama sekali nggak tertarik, mungkin? Selain itu, dia lebay banget menggambarkan akibat yang akan terjadi seandainya dia berhasil 'ditangkap' oleh Celine temannya, bahwa dia akan diseret pulang kerumah oleh temannya itu. Well, HALOOOO??? Dia ini (sekali lagi) sudah dewasa, kan ya? Bukan bayi atau batita yang nggak bisa mengutarakan keinginannya, yang nggak bisa melawan atau menolak seandainya dia benar-benar diseret pulang oleh siapapun?? Apa bener pemikiran demikian ini dimiliki oleh seorang guru? Saya pasti langsung memindahkan anak saya ke tempat lain kalau tahu gurunya seperti ini. Serius.

Sementara untuk tokoh Vinter dan yang lainnya, saya malas berkomentar. Buat saya mereka cuma terlihat dua dimensional, sama sekali nggak terdengar nyata. Vinter terlalu sok misterius, Zima terlalu maksa anehnya, yang lain cuma tempelan (lhoo, katanya tadi nggak mau komentar?). Pokoknya, novel ini buat saya seperti gula-gula kapas, manis sekali, tapi sebenarnya nggak ada isinya.

Dua bintang saja untuk covernya yang keren dan informasi dan pengetahuan yang lumayan komplit.


Profile Image for arin.
144 reviews
June 13, 2021
* 4.5

Awalnya, aku kira buku ini bakal jadi buku fairytale-esque yang romantis dan ringan. Wow, sepertinya aku cukup salah.

Content warning : death, death of loved ones, drowning, suicide, grief, self harm (graphic), blood, potential rape/sexual violence (mentioned), domestic abuse (mentioned)

Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa karangan Kak Prisca Primasari ini bercerita tentang tokoh utama kita, Florence, yang kabur dari rumahnya untuk menghindari kencan buta yang disusun oleh kedua orang tuanya. Dalam pelariannya, Florence bertemu seorang pria bernama Vinter di kereta yang akan mengantarkan mereka ke Honfleur. Dari situlah cerita ini dimulai.

Seperti yang aku bilang di awal, buku ini jauh di luar ekspektasiku. Aku nggak mengira buku ini bakal jadi sekelam ini, apalagi kalau dilihat dari covernya. Tapi itu bukan berarti aku nggak menikmati buku ini karena well, I think I found a new comfort book.

Hal yang paling aku sukai dari buku ini adalah gaya kepenulisan Kak Prisca yang, apa ya istilahnya, indah dan manis. Kak Prisca berhasil menggambarkan suasana kota Paris di musim dingin dengan baik. Bahkan aku benar-benar merasa sedang berada di kota Paris itu sendiri. 10/10 untuk gaya kepenulisan Kak Prisca.

Selain itu, setiap tokoh juga punya ciri khas. Aku bisa membedakan tiap tokohnya dengan mudah karena mereka memiliki "suara" masing-masing. Nggak hanya tokoh utamanya aja, tapi tokoh sampingannya juga. Semuanya benar-benar memiliki karakteristik dan kelebihan serta kekurangan sendiri-sendiri yang membuat mereka terasa semakin nyata.

Dari segi alur dan plot, bisa dibilang aku suka banget. Mungkin banyak yang berpikir romancenya insta love-y, tapi menurutku nggak juga. Perasaan tertarik kepada seseorang yang baru kamu temui itu mungkin terjadi, dan aku kira yang ada di antara Florence dan Vinter itu baru ketertarikan. Lambat laun, barulah muncul percik-percik cinta. Also, thanks God there's no miscommunication.

Pembaca cukup dibuat naik turun oleh alurnya. Ada banyak twist yang nggak tertebak. Walau dari awal aku punya firasat tentang sesuatu dan hal itu benar terjadi, ada banyak hal lain yang masih terselubung tentang tiap tokoh dan masa lalu mereka. Bahkan tokoh sampingannya juga memiliki masa lalu yang bisa dibilang cukup relevan.

Hal lain yang aku suka dari buku ini adalah referensi seninya. Seni musik, seni rupa, seni sastra, semua ada di buku ini. Rasanya refreshing bisa belajar nama-nama seniman yang belum pernah aku dengar dan karya-karya mereka.

In addition, aku bersyukur Kak Prisca menambahkan point of view Vinter di bagian akhir cerita karena itu memberikan Vinter lebih banyak character depth.

Overall, aku sangat merekomendasikan buku ini untuk semua orang karena buku ini bukan hanya memberikan kisah cinta yang penuh suka dan duka, tapi juga pelajaran hidup yang dapat dipetik dari kisah para tokoh ini.
Profile Image for Orinthia Lee.
Author 12 books123 followers
August 28, 2012
Beautiful. Cuma satu kata itu yang bisa aku sebut waktu mama bertanya buku kayak apa yang membuatku nggak bisa berhenti membaca dengan emosi yang berubah-ubah. Kadang aku senyum sendiri, kadang aku nahan napas dan gigit bibir, seringnya aku nangis karena sedih sekaligus terharu.

Inti ceritanya mungkin klise, udah banyak yang pakai, tapi Prisca punya kekuatan bercerita yang luar biasa... Yang membuat cerita klise jadi sesuatu yang istimewa dan cantik. Dari pertama kali aku baca novel pertama Prisca yang judulnya Eclair, aku udah jatuh cinta sama gaya ceritanya dan di buku Kastil Es & Air Mancur yang Berdansa ini aku semakin jatuh cinta.

Menurutku, tulisan Prisca berkembang banget. Two thumbs up. Cerita ini meninggalkan kesan jauh lebih dalam daripada buku sebelumnya yang tak kalah bagus. Aku bisa menikmati Paris tanpa perlu pergi ke sana. Aku bisa ngebayangin tiap adegan seperti sedang melihatnya langsung.

Adegan favoritku adalah ketika Vinter mengajak Florence berdansa di taman, diiringi kelompok musik akordion dengan lagu Pigalle. Lalu adegan ketika Vinter mengajak Florence ke galerinya dan air mancur berdansa mulai menari-nari. Romantis dan sweet banget!

Satu lagi yang aku suka dari buku ini, karakteristik tokoh-tokohnya kuat banget. Tiap tokoh punya latar belakang yang jelas dan Prisca sangat mengenal mereka semua, tanpa terkecuali. Itu membuat aku merasa ikut kenal mereka semua.

Dan bab-bab setelah epilog itu... Omaigat, itu ide yang keren banget. Ketika semua pertanyaan terjawab satu persatu... Ketika semuanya jadi makin jelas... Keren!

Aku suka semua tokohnya, bahkan aku merasa pengen pelukin om Zima ._. Tp lebih pengen lagi pelukin Vinter dong~

Intinya, buku ini recommended buat yang suka cerita yang romantis, menyentuh, sweet dan bikin berkaca-kaca!!

Kak Prisca, aku ga sabar nunggu novelmu berikutnya :D aku mau cari Beautiful Mistake, ah~


PS: aku pengen tau cerita cinta antara Zima ama Annelies! Kak, ceritain kaak...
Profile Image for Acipa.
141 reviews12 followers
July 4, 2014
Buku ketiga dari Kak Prisca Primasari yang aku baca. Baiklah, ini dia penulis kebanggaan GagasMedia yang kini juga menjadi penulis favorit aku. Hmm, Kak Prisca kapan menulis buku baru lagi ya? :D

Bukankah ketika kau ingin sekali bahagia, kau tidak akan pernah menyia-nyiakan setiap uluran yang datang...? (hal. 227)

“Kau takkan pernah bisa bahagia sebelum memaafkan, memberi kesempatan, dan menyayangi dirimu sendiri,” (hal. 277)

Nggak bisa berkata banyak untuk buku ini, karena KABAR GEMBIRA UNTUK KITA SEMUA. Oke, sudahlah, aku nggak akan bahas bagaimana cara mengesktrak kulit manggis. Yang pasti, aku suka buku ini dari berbagai segi, selain gaya penulisan Kak Prisca, juga setting-nya yang selalu mengambil latar di Eropa–khususnya Prancis dan Rusia, informasi baru disini juga bermanfaat, cerita Les Quatre Saisons tentang seri gubahan Antonio Vivaldi mengenai empat musim (Spring, Summer, Autumn, Winter) yang berhubungan juga sama nama lain dari Monsieur Zima. Terus, cerita tentang Snegurochka juga. Wah, aku belum tahu banyak sih, sedang dalam masa peng-googling-an nih!

“... Snegurochka, yang selalu merasa yakin tidak akan pernah merasa lemah, akhirnya meleleh dan menghilang karena kehangatan cinta yang dia rasakan.” (hal. 174)

Cover, entah untuk yang keberapa kalinya, sudah masuk kategori Gagas sekali. Unik dan manis, menyiratkan tentang kenangan masa lalu di Eropa djaman doeloe. Pantas sih, karena latar waktu ceritanya mengambil tahun 80-90-an.

“Lari tidak akan menyelesaikan masalah. Kau harus berani menghadapi segalanya.” (hal. 88)

Benar-benar buku yang aku rekomendasikan untuk para kamu semua yang (mungkin) baru mengenal GagasMedia atau sudah jadi #GagasAddict. Beberapa di antara koleksi GagasMedia lainnya yang juga aku ceritakan, bisa kamu baca di #11TanpaBatas: 11 Buku GagasMedia yang Wajib Baca ala ASYSYIFAAHS BOOK (asysyifaahsbook.blogspot.com/2014/07/...)
Profile Image for Stefanie.
126 reviews6 followers
March 12, 2013
love will find a way.
itulah deskripsi yang tepat menggambarkan novel ini.

cinta akan mempertemukan 2 orang yang memang berjodoh, yang sudah ditakdirkan bersama oleh cinta :)

novelnya keren, ngena. penggambarannya juga cukup bagus.

menceritakan seorang perempuan bernama Florence yang kabur dari perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Pada pelarian itu dia bertemu dengan Vinter, seorang pemahat es. Dan boom. Mereka saling jatuh cinta. Tapi kemudian mereka berpisah jalan, karena tau masing-masing ada yang menunggu di tempat mereka masing-masing.

Tapi kenyataan berkata lain. Orang yang dijodohkan dengan Florence ternyata adalah Vince sendiri. hahahhaa. dan mereka sama-sama tidak mengetahui hal itu. :) well, i really love a happy ending~

hanya saja, agak nggak kebayang aja buat gue tentang latar belakang Vinter. Ia harus kehilangan kedua adik kembarnya dalam kecelakaan yang tragis. Tapi itulah hidup. Kita harus move on, tidak boleh terpaku di suatu titik. Ada kalanya kita berada di titik terendah kita dan membutuhkan orang lain untuk berbagi perasaan. Dan saat kita tidak menemukan orang lain, maka kita akan menyakiti diri kita sendiri. Seperti yang dilakukan Vinter pada tangannya.

Well. A very recommended novel.
Happy reading!
Profile Image for VeenAuthor.
58 reviews1 follower
November 22, 2012
Oke, ini buku pertama Prisca yang saya baca. Saat saya hunting di toko buku, Kastil Es & Air Mancur yang berdansa ini tiba-tiba muncul di pandangan dengan cover buku yang meneduhkan dan blurb yang membuat saya penasaran dengan karakter Vinter. Alhasil saya membeli buku ini tepatnya empat hari yang lalu dengan beberapa buku terbitan gagas media lainnya. Di rumah pun saya memilih membaca buku ini terlebih dahulu dan voilaaa.. Saya tidak salah pilih! Awal membaca saya merasa novel ini seperti novel terjemahan dengan latar belakang Paris yang kental. Detail setiap setting tersusun manis disini. Chemistry antara Florence dan Vinter pun sangat kuat. Beberapa peran pendukung seperti Zima dan Annelise pun turut andil dan menghidupkan cerita lebih dalam lagi. Saya merasa berempati dengan karakter Zima disini. Saya membayangkan seseorang yang hidup dengan keadaan seperti itu.
Saya merasa sebuah takdir dan benang merah antara Florence dan Vinter sudah terajut dari awal cerita yang ternyata memang mereka lah pasangan itu. Well, segini dulu aja saya gak mau spoiler..Hehe..Pokoknya two thumbs up buat Prisca Primasari.. :D
Profile Image for Enya Rahman.
32 reviews6 followers
May 13, 2013
Saya bingung harus bilang apa mengenai novel ini. Awalnya saya pikir Florence masih SMA atau setidaknya kuliah, ternyata umurnya sudah sangat cukup. Seenggaknya usianya sudah cukup untuk punya keputusan sendiri. Dan masih main petak umpet karena jodoh-jodohan itu? Hmm ...
Dan terlalu banyak kata kesepian di novel ini. Saya jadi, oke dia kesepian saya tahu. Kesepian kan? fine.
Mungkin cuma saya aja tapi kok saya rasa jalan ceritanya seperti drama korea-korea itu ya? Perkenalan nggak sengaja dan nggak bisa berhenti untuk bertemu.
Saya juga nggak nemu alasan kenapa Zima tiba-tiba cerita soal Vinter dan bagaimana dengan mudahnya memutuskan kalau Florence satu-satunya orang yang bisa membuat Vinter bahagia, secara tersirat.
Terakhir, saya orang yang kurang sependapat dengan cinta pada pandangan pertama. Karena cinta berdasarkan informasi. oh dia cantik, oh dia baik, oh dia bikin ada kupu-kupu di perutku. Kalau hanya berdasar tiga informasi itu menurut saya belum cinta tapi masih ... kagum.
Tapi saya suka gaya menulisnya, mengalir sekali. Oh, rasanya saya lebih suka Paris daripada karya mbak Prisca yang ini

Ini, oke :D
Profile Image for Shanya Putri.
345 reviews160 followers
February 11, 2018
16th book of 2018!

SO BEAUTIFUL!

Baca ini bikin pengetahuan saya tentang seni bertambah. (Padahal sebenarnya nggak begitu mengerti).

Buku ini page turner banget. Gaya bahasanya itu enak banget dibaca. Ceritanya maniiss banget.

Memang, sih, secara garis besar ceritanya itu ala sinetron banget. Bedanya, latarnya di Honfleur dan Paris, dan ceritanya juga nggak se-lebay itu.



“Kau takkan pernah bisa bahagia sebelum memaafkan, memberi kesempatan, dan menyayangi dirimu sendiri,” – halaman 277


Itu intinya. Buku ini juga mengajarkan pembaca untuk memaafkan, memberi kesempatan, menyayangi diri sendiri, dan percaya bahwa cinta akan datang setelah melakukan ketiganya.
Displaying 1 - 30 of 212 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.