Bagiku, senyummu termasuk doa yang Tuhan kabulkan. Akulah pencinta kata, ataupun kata itu sendiri, aku sering bermain dengan kata-kata. Kupikir kata-kata adalah bagai keping-keping yang berhamburan di angkasa oleh karena dua bintang yang bertabrakan di langit. Distance is nothing when you are something.
Sebagian keping-keping itu jatuh di dalam kepalaku. Kini aku merapikan keeping demi keeping itu di dalam buku ini. Alasannya sederhana saja, agar kata demi kata yang kukumpulkan ini tidak hilang dihempas angin. Tidak lebih. Semoga kamu pun menikmatinya….
Kamu seperti puisi. Indah, meski sulit di mengerti orang. Dear Zarry's, enjoy the book!
Saya tidak melanjutkan membaca hingga halaman terakhir. Satu hal yang jarang sekali terjadi ketika saya membaca buku. Mungkin ini bukan buku, tapi lebih ke kumpulan puisi. Dan sayangnya puisi-puisi Zarry tidak bisa mengikat saya dalam halaman-halamannya. Ada beberapa puisi yang sulit sekali dicerna, saya sampai berpikir keras mengartikannya. Dan sayangnya, saya membaca buku untuk melepaskan penat, bukan untuk menambah penat. Ini mungkin masalah selera, mungkin juga masalah daya tangkap saya yang masih rendah untuk puisi-puisi Zarry. Bagi saya cuma satu, saya telah salah memilih buku. Kira-kira ada yang mau beli engga buku ini dari saya engga? #eh
"Kamu harus membaca buku ini; bagus sekali. Kamu pasti suka." kata sahabatku, sepuluh tahun yang lalu. Tahun 2022 ini, aku kembali membacanya dan benar aku tetap menyukainya. Zarry adalah penulis pertama yang aku kagumi, Ia mampu mengaduk kata hingga yang membacanya mengalami sakit kepala. Bila dibaca berulang kali, membuat tenggelam dalam kata. Sayangnya, hingga saat ini aku belum pernah membaca Sadgenic (Karya Rahne) yang menjadi pasangan dari buku ini.
Zarry Hendrik pinter nyepik, mungkin itu memang bakat dari alam. Dan oleh karenanya dia beruntung menjadi makhluk yang selalu bisa meluluhkan hati wanita *tsaaah. Berbulan-bulan yang lalu Sadgenic saya mandeg di tengah jalan, lalu beberapa bulan setelahnya saya dipertemukan dengan Dear Zarry's yang akhirnya tamat duluan :p Yap yap, saya sangat menikmati tulisan-tulisan Zarry. Terutama untuk puisi-yang-tidak-terlalu-panjang-tapi-sweet dan cerpennya. Mungkin ide bagus jika Zarry me-release sebuah novel. Si Zarry kelihatan galau berat, hampir semua yang terbaca di sini seakan menyiratkan tentang masa lalu. Masa lalu yang telah berlalu tapi masih dicintai selalu *lalu mulai terbawa :( Buku ini pas dipadu-padankan dengan lemon tea hangat, gemericik air, serta semriwing angin yang membawa serta petrichor. Jika sudah dalam suasana begitu jangan heran kalau buku ini jadi nggak tamat-tamat. Dikit-dikit pasti menerawang, dikit-dikit pasti flashback, dikit-dikit ngantuk, lalu ketiduran deh :p
Membaca dear zarry's seperti sedang menyelam di lautan kata-kata.
Panik, saat kepala terjejali oleh beribu kata-kata. Tapi kemudian kata-katanya juga menenangkan, dan akhirnya menikmati setiap baris kata yang tertulis.
Lewat buku ini cinta terasa universal, cinta pada keluarga, cinta pada Tuhan, cinta pada kekasih, hingga cinta pada masa lalu.
Tak berbeda dengan pasangannya, Sadgenic, Dear Zarry's semakin membuat saya jatuh cinta dengan kata-kata. Menantikan Zarry dan Rahne bercengkerama dalam satu buku yang sama. :)
Entah kenapa baca buku ini saya banyak berurai air mata. Kalo dari kata-kata yang disajikan lebih Indah bukunya Rahne, tapi duku Dear Zarry's ini bikin saya berangan-angan pengen punya pasangan hidup yang selalu memposisikan kita lebih dari apapun disekitarnya. Kaya apa yaa punya pacar romantis kaya Zarry?? *ngayal sebelum tidur*
Aku lebih suka Sadgenic milik Rahne Putri, wanita lebih pandai melukis puisi sepertinya ketimbang pria. Di sini, Zarry terlalu memaksakan puisi, seperti dia telah berjumpa banyak sekali wanita dan dia telah mengetahui seluk-beluk percintaan itu sendiri. Puisi di sini, ialah fakta yang ia coba tuliskan ke dalam fiksi. Aku tahu itu.
sebenernya zarryhendrik ini salah satu penulis favorit saya, hanya saja saya ingin melihat tulisan dia dalam bentuk cerpen atau novel. sayang sekali kalau kata-kata yang indah itu hanya sedikit-sedikit.
Seperti karya istrinya (baca: Sadgenic), buku ini nampol berkali-kali. Kadar overdramatic mellow-nya tinggi (iya, udah over, pun tinggi). Enjoy the photoghraph and the artwork-nya juga kali, ya. So so, sebenarnya. So nampol (buat gue sih, ya, curhat).
Maaf Zarry, aku mau bilang kalau buku ini biasa aja, hampir tidak banyak menawarkan keistimewaan. Di bawah bayang-bayang Sadgenic, buku ini terkalahkan.