Jump to ratings and reviews
Rate this book

Zero Class #1

Zero Class

Rate this book
Nagita Valda murid baru di SMA Nusa Jaya. Dia tidak sadar dirinya berada di tengah pertempuran sengit.
Medannya, kelas 11 IPS 4.
Musuhnya? Tidak terdeteksi.
Asal-muasal penyebab perselisihan belum tersibak kebenarannya oleh Gita.

Banyak rumor mengudara, sesungguhnya pertempuran sengit itu hanya kamuflase. Jika ditelaah lebih detail, segala gejolak dan baku-hantam yang terjadi di kelas itu bersumber dari masalah sepele yang sentimental antara Nathaniel Rahardja, anak pemilik yayasan sekolah, dan Raditya Widiantoro, teman sebangku Gita di kelas.

Gita tak bisa duduk manis menerima situasi itu! Berbekal tekad kuat dan strategi jitu, ia melancarkan serangan balik. Tujuannya jelas, ingin menghancurleburkan segala macam tindakan diskriminasi kolot yang membelenggu 11 IPS 4.

Perlahan... Gita malah masuk terlalu dalam ke setiap jengkal pertikaian. Sampai ia tak lagi mengenali Nathan., yang sebelumnya ia kenal sebagai sosok hangat dan menyenangkan.

Akankah pertempuran di medan sulit ini membuat Gita menyadari siapa kawan dan lawan? Dan berdiri membela pihak yang benar?

272 pages, Mass Market Paperback

First published November 22, 2012

74 people are currently reading
1110 people want to read

About the author

Pricillia A.W.

10 books84 followers
Penggagum angka 22 yang selalu menganggap sebagai angka keberuntungan. Menyukai beragam cerita sejak kecil. Sangat suka ditemani anjing-anjing kesayangannya waktu menulis. Berharap dapat produktif menulis setiap tahun.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
296 (42%)
4 stars
186 (26%)
3 stars
148 (21%)
2 stars
41 (5%)
1 star
27 (3%)
Displaying 1 - 30 of 70 reviews
Profile Image for Juno Tisno.
Author 1 book20 followers
February 1, 2013
Well, saya menyelesaikan buku ini dengan waktu yang terhitung cepat, mungkin dengan total waktu kurang dari 12 jam. Anyway, kita akan langsung masuk ke sinopsis

Secara ringkas, cerita buku ini adalah tentang Gina yang kembali ke hometown-nya di Jakarta, setelah sempat betah di Bandung. Gita sendiri dimasukkan ke SMA Nusa Jaya karena pemilik yayasan sekolah itu adalah teman mamanya, sehingga tidak perlu repot dalam administrasi. Singkat cerita, entah atas alasan apa, dia dimasukkan ke kelas XI IPS 4, yang disebut dengan Zero Class, karena para anggota kelas tersebut disebut-sebut sebagai para siswa bermasalah (After School Club by Orizuka, anyone?). Adapun Zero Class ini sudah sejak lama mengalami diskriminasi; sebagai contoh, mereka tidak diperkenankan ikut kegiatan sekolah.

Di kelas baru ini, Gita bertemu dengan beberapa kawan baru. Ada banyak, sebenarnya, tapi beberapa di antaranya yang berpengaruh bagi plot cerita: trio Radit, Raga, Bimo, serta Letta. Selain itu,ia juga bertemu dengan Nathan, sahabat masa kecilnya yang entah bagaimana sudah berubah sedemikian jauh akibat .

Singkat cerita, Gita merasa bahwa diskriminasi kelas itu perlu dihapuskan karena tidak sesuai dengan undang-undang serta... Well, anyway, heroine kita ini dengan gigih berjuang agar diskriminasi kelas itu dihapuskan .

Cukup dengan sinopsis, sekarang ke reviu. Pertama, saya akan bahas tema. Tema kritik sosial yang memfokuskan diri pada diskriminasi dapat terlihat di sini, dan nampaknya menjadi seperti alegori. Namun, karena ini adalah novel remaja, maka semangat kritik tersebut menjadi tercampur dengan kisah percintaan. Well, wajar, sih, namanya juga buku YA. Anyway, tema diskriminasi itu tampak menggelora di awal-awal, tapi semakin ke belakang, kelihatannya semakin padam. ^^

Next, saya akan bahas mengenai karakter. Jujur saja, saya merasa bahwa--seperti yang sudah dibilang--ada terlalu banyak nama di sini. Tengok 30 halaman pertama, dan hitung berapa nama karakter yang sudah muncul. Untuk introduksi, saya bisa bilang kurang smooth. Namun, untunglah ada beberapa nama yang disortir untuk menjadi karakter yang "berpengaruh bagi plot cerita", sehingga makin ke belakang, saya semakin dapat mengenali tiap tokoh. Adapun antarrelasi tokoh terlihat cukup solid. Memang sudah seharusnya, karena ini buku I.

Next, saya akan bahas konflik. Konfliknya sendiri terbagi atas dua konflik utama, yakni usaha untuk penghapusan diskriminasi, serta konflik Nathan-Radit. Selain itu ada juga subkonflik (dan subplot) yang mencakup beberapa karakter, tapi saya tidak (at least, belum) melihat signifikansinya terhadap perkembangan plot, semisal . Yah, tapi saya maklumi karena ini masih buku I, jadi harapannya, subplot dan subkonflik yang dipaparkan di sini juga ada penjelasannya. Meskipun begitu,dinamika konflik utama yang disuguhkan cukup tertata. Mengenai resolusi, hm, rasanya entah kenapa ada yang kurang.


Pengungkapan alur sendiri dibuat cukup rapi, dengan pengungkapan sedikit-sedikit layaknya mengupas kulit pisang yang masih mempertahankan beberapa foreshade. Meski begitu, kadang kala, ada saatnya pengungkapan alur itu menjadi jebol. Terutama pada bagian backstory, di mana . Selain itu, banyak juga subplot dan subkonflik yang tiba-tiba melibatkan nama baru yang tidak pernah disebut-sebut sebelumnya, dan well, bagi saya cukup mengganggu .

Pilihan adegan cukup baik; seperti adegan wajib "jalan-jalan ke suatu tempat" yang di sini direprentasikan dengan pasar malam. Meski begitu, saya menyayangkan beberapa typo dan ketidakkonsistenan penulis yang melabeli Zero Class antara 11 IPS 4 dan 11-4.


Kesimpulannya? Well, terlalu banyak karakter (lebih tepatnya sih, terlalu banyak nama yang muncul di buku ini, sehingga sedikit tersendat dalam membacanya. Meski demikian, pengungkapan jalannya alur yang sedikit-sedikit kayak buka kulit jeruk itu yang dipadu dengan subplot juga baik menurut saya, meski saya mengharapkan agar "tradisi" ini dieksekusi dengan lebih baik di buku kedua sehingga dampaknya kelihatan.
Profile Image for zah.
476 reviews
January 31, 2021
Finished this in 6 hours! *sigh* Buku ini bermulai sangat segar dan bagus di sisi penulisan dan penokohannya, bermain-main di setting SMA yang seru, berantakan, ricuh, penuh dengan angst dan hormon yang tentunya kemana-mana. Aku menikmati suasana sekolah dan murid-murid di sekitar Gita yang diciptakan penulis, dan banyak momen yang bikin aku ketawa karena akan polos, receh,

Sayangnya, menurutku plot dan jalur cerita, terutama di segi karakter dan dialog, bagian-bagian akhirnya bener-bener mengecewakan. Nathan yang di permulaan masih biasa-biasa aja di mataku, skrg aku udh positif nggak suka dan nggak akan suka dengan dia. Banyak hal yang dia lakukan di buku ini yang secara langsung, nggak jelas dan nggak nyambung dengan apa yang secara konteks terjadi di cerita, dan well, dia udh [spoiler] narik-narik tangan Gita tanpa consent, meluk tanpa consent, ngomel-ngomel di depan dia sampe hampir satu sekolah nonton dan dengar (tanpa alasan pula, ingat, Gita ini tahu sesuatu tetapi dia orang luar, secara detail dia nggak tahu apa-apa)

Untuk gaya penulisan, secara keseluruhan runut, dan gampang dibaca. Ada sekumpulan momen di mana penulis memakai sudut pandang orang ketiga untuk narasi, tetapi bolak-balik karakter tanpa adanya jeda dan secara random yang buat aku kadang bingung dialog ini terjadi dimana, kenapa topiknya tiba-tiba berubah, sekarang yang lagi diberi spotlight siapa, dsb.

Banyak trope yang sungguh cheesy dan klise yang digunakan penulis untuk merangkai plot yang berlapis-lapis di buku atau serial buku ini. Jujur, beberapa secara teori bagus, memikat pembaca banget apalagi remaja, dan jika di buku kedua akan dikembangkan jadi lebih baik, aku bakal lebih menikmati membacanya. Memang, ada beberapa catatan yang narator katakan, sebagai Gita terutama, yang agak bikin aku nggak nyaman (contohnya komennya mengenai Lia yang dia bilang menonjol karena penampilannya yang beda dengan murid-murid cewek yang lain karena lebih pendek, lucu, montok, lalu meremehkan budaya merokok yang seakan-akan normal *memang iya, tapi alangkah baiknya jika kebiasaan ini dari awal tidak usah ditambahkan ke tokoh-tokoh ini hanya untuk memberi tambahan ke karakter mereka yang seharusnya bad boy itu, not cute* , tidak apa-apa, dan Gita yang memprotes pun diledek, ini bisa dijadikan contoh lho oleh pembaca) APALAGI bercandaan laki-laki dan ledekan Radit ke Gita yang tidak senonoh dan overall, ga. lucu. dan. memang. seharusnya. nggak. lucu.

ohiya, gimana nanti nasib Bimo dan Lia, dan Matthew? Gita-Nathan-Radit? apa ya plot twist atau kelanjutan plot yang bakal terjadi? Letta yang seperti itu apakah bakal jadi karakter yang lebih baik, dan apa geng-gengnya Radit itu bakal lebih penting di buku selanjutnya? terus, urusan Rachel apa sih? ini rachel kelas 12 itu kan? kenapa dia bener-bener ga relevan banget di buku ini, belum waktunya kah?

all that say, aku masih mau ngelanjutin series ini karena emang penasaran apa ya ide penulis yang bakal dipake buat buku-buku selanjutnya.
Profile Image for Devita Natalia.
105 reviews19 followers
November 27, 2012
Patut diakui kalau zero class jauh lebih bagus dari buku yang penulis buat sebelumnya. Zero class lebih menarik dan lebih detil ceritanya.

Oke mulai review..

Cocok sama judul novelnya yaitu zero class. 11 IPS 4 SMA Nusa Jaya mempunyai murid-muria yang dianggap sebelah mata. Dari guru sampai murid kelas lain nggak bersikap baik sama mereka. Setiap ada kegiatan sekolah 11 IPS 4 nggak akan bisa berpartisipasi.

Nagita atau sebut aja Gita, dia murid pindahan dan ia menjadi murid baru di 11 IPS 4. Hari pertama masuk sekolah Gita mulai merasa ada yang aneh dengan kelas 11 IPS 4. Sikap yang diterima Gita dari guru dan orang lain tiap mendengar 11 IPS 4 akan berubah menjadi sinis. Dan dibalik itu semuanya ternyata teman kecil Gita yaitu Nathan yang berperan dalam diskriminasi itu. Gita berusaha keras untuk mengubah 11 IPS 4 untuk diakui. Ia meminta bantuan teman-temannya salah satunya Radit. Untuk diakui Gita mengajak teman-temannya untuk mengikuti lomba yang diadaakan sekolah. Walaupun sempat ditolak, Gita tetep berusaha keras.

Seperti biasa, selanjutnya baca sendiri ya..hoho.

Yang pasti buku ini bagus koq. Gue penasaran dalang sesungguhnya sampai 11 IPS 4 digituin separah itu..
Hm, smoga buku ke-2 cepet terbit.



Profile Image for Ramadani Moza.
2 reviews
June 26, 2013
hm.. pertama lihat cover zero class lgsg penasaran sih sama ceritanya hehe :D
ganyangka kalo ceritanya itu seru banget!!! aaaa jd pengen cepet-cepet tahu kelanjutan ceritanya hihi
pokoknya novl ini ga kalah deh sama novel ka pricil yg pertama, kalo yg kedua ini lebih detil ceritanya dan seruuuu :) lovethisnovel ;;)
Profile Image for Rizky.
1,067 reviews86 followers
August 18, 2015
Khas teenlit banget, sebagai permulaan cukup menarik. Jadi ingat masa-masa SMA dulu, jadi penasaran buat lanjut ke buku berikutnya, semoga lebih menarik lagi =D
Profile Image for R.A.Y.
292 reviews47 followers
Want to read
July 1, 2016
setelah lama mejeng di currently-reading, I finally decided to give it up. fix udah ga cocok lagi sama teenlit GPU.
Profile Image for Fera Flies Free.
339 reviews30 followers
December 22, 2012
Benar feeling-ku.. Semenjak baca sinopsisnya, aku ngerasa buku ini bakal jauh lebih baik dari buku karya penulisnya yang sebelumnya pernah aku baca.
Dan benar saja..
malah aku nggak menyangka bakal ada sekuelnya; Zero Class: Revelation
Bahkan sudah nggak sabar ini kapan keluarnya buku kedua!
Konflik dalam Zero Class benar-benar cocok banget kayak salah satu teenlit yang sudah lama pingin aku baca!
Buat yang pernah baca Nakayoshi, mungkin novel ini seperti perpaduan unik 'Ouji to Hero' nya Daisy Yamada dan 'School X Fight' nya Asumi Hara ditambah kreasi penulisnya sendiri.
Overall, novel ini memenuhi ekspektasiku sebagai novel yang asyik dan seru buat dibaca.

*spoiler alert*
Aku pro Radit-Gita, tapi di sisi lain aku senang kalau lihat Nathan peduli sama Gita dan bagaimana Nathan menenangkan Gita waktu di nangis di depan kelas yang jadi backstage band RBR x))

Ayo kapan rilisnya nih buku kedua!! Zero Class: Revelation
Profile Image for Dinur A..
255 reviews97 followers
January 19, 2013
ceritanya seru dan bikin penasaran setengah mati. cuma satu yang kurang aku suka, yaitu covernya.

overall, a good start! ditunggu buku keduanya :)
Profile Image for Linda Novitasari.
7 reviews
May 5, 2013
sebenernya ceritanya banyak diangkat, tapi cara penulisannya ok lah :)
ditunggu lanjutannya
Profile Image for Riski Oktavian.
460 reviews
January 15, 2024
"Segala sesuatu yang dilakukan memang ada harga yang dibayar. Karena tidak ada yang gratis di dunia ini. Semua hal memiliki risiko tersendiri." -halaman 182

Aku sudah cukup lama punya buku ini di Google Play Books dan kupikir bolelah mencoba membaca cerita teenlit setelah udah lumayan lama aku nggak baca cerita serupa. Kayaknya aku sampai sekarang masih belum terlalu bisa menerima kisah romance ya sepertinya? Karena terlihat dari rating yang aku berikan untuk novel ini juga nggak begitu tinggi.

Bukan, bukan karena ceritanya jelek. Mari kita kesampingkan unsur romance yang ada di dalam buku ini. Aku pribadi sebenernya cukup suka dengan main idea novel ini, tentang Gita yang mana posisinya anak pindahan di SMA Nusa Jaya dan dia mendapati kalau ternyata di sekolah barunya, lebih tepatnya di kelas barunya, ada semacam diskriminasi. Gita yang notabenenya anak baru, nggak tahan melihat ini semua dan memutuskan memperbaiki keadaan.

Ditambah, ada beberapa dalang atau penyebab terjadinya diskriminasi itu, yang menyangkut teman masa kecil Gita yang bernama Nathan.

Well, bisa kubilang novel ini cukup banyak ya konflik yang terjadi. Tapi sayangnya, lagi-lagi, aku merasa cerita di sini seperti membaca kisah di Wattpad. Aku belum cek kapan novel ini terbit, tapi melihat di Goodreads ternyata ada versi cover lama yang mana khas teenlit pada masa itu, mungkin novel ini terbitnya udah lumayan lama ya?

Beberapa kejanggalan atau ketidak-masukakal-an yang aku temukan di sini itu adalah, kenapa anak-anak di sini tampak sangat cuek dengan sekitarnya. Dan apalagi ini dikisahkannya di sekolah elit ya? Bukannya harusnya mereka lebih bertata krama? Ini purely opini aku aja sih ya, karena aku juga bukan orang Jakarta. Jadi kayak ada semacam culture shock buat aku pribadi, dan mungkin bisa saja menimbulkan persepsi bahwa orang Jakarta itu kasar, seperti yang diceritakan di novel ini.

Belum lagi aku heran melihat kondisi lain seperti, kok bisa anak kelas 11 SMA sudah bawa mobil ke sekolah!? *emot nangis, *emot tengkorak. I mean like... "???". Ini benar-benar khas-nya cerita Wattpad, bisa kubilang.

Juga di novel ini aku bisa merasakan adanya kasta tak kasat mata yang bisa kubilang mungkin sudah lumrah di mana-mana sih ya, nggak memandang di ibukota ataupun kota-kota kecil.

Lagi, ada satu hal yang bikin aku gregetan. Ada satu tokoh di sini yang diceritakan dia mempunyai kondisi keluarga yang tidak cukup baik. Bukan broken home sih, lebih tepatnya dia anak yatim yang kini tinggal dengan ibunya yang mulai sakit-sakitan. Tapi tingkahnya di sekolah: merokok, bolos, bikin onar. Aku kayak gemes banget jadinya ya membacanya. Kalau kata meme-meme di luar sana: "dikasih cobaan malah dicobain", hahaha.

Aduh maaf banget mungkin di luar sana banyak yang menyukai novel ini. Tapi mungkin novel ini hanya kurang cocok saja di aku. Masih banyak juga hal-hal yang belum terjawab di dalam novel ini. Dan aku merasa novel ini semakin ke belakang semakin kehilangan fokus, kayak terlalu banyak konflik yang ingin dimasukkan sama penulisnya di sini.

Ternyata memang benar kalau novel ini ada buku lanjutannya. Tapi so sorry, aku memutuskan untuk tidak melanjutkan cerita ini~ Peace peace.

2,8 stars.
Profile Image for Annelice.
200 reviews8 followers
May 22, 2022
Bintang 3,5!!

Entah kenapa ya, ketika saya baca ini vibesnya berasa seperti gabungan antara novel Our Story-nya Orizuka dengan Jingga dan Senja-nya Esti Kinasih wkwkw.

Zero Class, series pertama dari trilogi Zero Class karya Pricillia A.W.

Saya baru pertama kali baca karya Pricillia A.W dan saya lumayan suka dengan gaya penulisannya.

Dan jujur saja, saya memang udah dari lama pengin baca novel teenlit ini. Dan baru kesampaian sekarang, itupun baca di Ipusnas. Hehe.

Oke, back to the review.

Jadi Zero Class bercerita tentang Nagita alias Gita yang kembali bersekolah di Jakarta setelah 4½ tahun dia dan keluarganya merantau ke Bandung.

Di Jakarta dia bersekolah di SMA Nusa Jaya dan dia masuk kelas 11 IPS 4 yang diktegorikan sebagai kelas buangan alias zero class. Dikelas tersebut dia duduk bersama Radit, si pentolan kelas yang dingin dan misterius.

Di satu sisi, ia juga satu sekolah dengan Nathan, sahabatnya yang juga anak pemilik yayasan sekolah. Namun ternyata Nathan dan Radit memiliki konflik panjang yang mengakibatkan 2 cowok tersebut yang tadinya bersahabat berubah menjadi musuh.

So, apakah Gita mampu mengembalikan persahabatan mereka? Dan apa pula penyebab mereka bisa sampai saling dendam begitu?

Yup, ceritanya khas Teenlit sekali! Tapi saya suka, wkwkwk. Novel inipun plotnya ringan namum penuh misteri. Maksudnya misteri antara Radit dan Nathan ya.

Namun sayangnya misteri permusuhan mereka berdua belum terungkap di novel pertama ini. Yah, kecuali tentang Rachel. Tentang gadis yang menjadi rebutan kedua cowok itu.

Saya suka-suka aja sih dengan setiap tokoh di novel ini walaupun untuk karakter cowoknya masih agak abu-abu ya. Untuk Gita sendiri saya suka dia karena dia tipe cewek tangguh yang nggak cengeng. Dia juga tegas dan engga manye-menye, apalagi kalau udah marah. Wuuss kata-kata mutiara alias makian keluar semua wkwkw.

Tapi ya itu saya suka gaya Gita yang sebenarnya cukup cool, dia nggak suka meletup-meletup, dia lebih suka menyerang mental daripada fisik wkwk. Keren sih.

Hm.. sepertinya bakal ada kisah cinta segitiga di novel selanjutnya. Atau mungkin poligon mengingat :

1. Letta suka Radit
2. Radit suka Gita - Gita juga menyukai Radit
3. Tapi disatu sisi Radit suka Rachel
4. Lalu Naomi menyukai Nathan
5. Nathan menyukai Gita - Gita sahabat rasa pacar dangan Nathan
6. Tapi Nathapun juga menyukai Rachel
7. Dan Rachel yang sepertinya sangat lengket dengan Nathan

HAHAH rumit sekali ya kisah cinta mereka. Jadi nggak sabar baca novel selanjutnya.

Kalau saya mah tim Gita dengan siapapun, sama Rega atau Bimopun hayukkk ajalah wkwk.

Oh iya untuk zero classnya sendiri, saya nggak ngerasa buruk dengan kelas tersebut karena anaknya yang kelewat normal. Mereka nggak keliatan ZERO seperti penjelasan penulis. Hanya karena mereka merokok bukan berarti ZERO kan. Saya jadi agak bingung kenapa mereka disebut ZERO kalau kenakalan mereka seperti normal layaknya anak SMA pada umumnya.

Hmm. Mungkinkan benar memang gara-gara Nathan? Kalau memang iya, fix lebay banget deh tuh cowok dalam menyikapi orang-orang yang nggak disukai. Tapi semoga aja bukan ya.
Profile Image for Milkalia.
26 reviews
April 11, 2020
Gita akhirnya bertolak kembali ke Jakarta karena urusan pekerjaan Ayahnya yang tidak bisa ditinggalkan. Gita tidak tahu menahu, bahwa setelah meninggalkan Nathan 4,5 tahun yang lalu membuatnya tida tahu apapun yang berubah dengan teman masa kecilnya itu. Apalagi ketika hari pertama kepindahannya, dia tidak tahu akan badai apa yang terjadi di sekolahnya itu terkhusus Kelas 11 IPS 4 yang dikutuk oleh hampir semua warga sekolah itu.
Gita merasakan diskriminasi dahsyat yang menimpa kelasnya itu. Tapi justru membuat semangatnya bangkit untuk melakukan reformasi dan membuktikan kepada seluruh warga sekolah Nusa Jaya bahwa 11 IPS 4 berhak memperoleh hak yang sama. Selain itu, ia pun berjanji untuk mengembalikan masa-masa bahagia teman-temannya yang hampir terenggut karena hal ini.
***
Zero Class series #1 ini lebih fokus pada perkenalan karakter kalau menurutku termasuk peran setiap tokoh bagi tokoh yang lain. Sedih sekali karena baru menemukan novel seseru ini. Ini masalah anak SMA tapi entah kenapa segala keruwetannya masih masuk akal dan logika.
Saya suka dengan karakter-karakter dalam tokoh ini. Mereka cerdas, caranya menyelesaikan masalah adalah dengan berfikir.
Saya suka karakter Gita, dia bukan tipe-tipe cewek yang menye dan menyebalkan. Bukan yang bisa tergiring pilihannya karena perasaan semata. Cewek yang punya kharismanya sendiri dan tentu saja smart. Saya suka cara penulis menuturkan karakter Gita ini, seakan tanpa disebutkan oleh tokoh lain segala tindak-tanduknya sangat jelas sekali dipahami.
Saya sayang banget sama karakter Gita.
Selain itu, satu tokoh lagi, yang bikin saya pengen unyel-unyel buku fisiknya padahal saya banya digital, Raditya. Entah mengapa justru diamnya dia seakan memberikan pengertian kepada kita semua bahwa dia memang bukti nyata dari "diam itu emas". Saya senang dengan cara penulis menghadirkan tokoh Raditya dan bagaimana memperlihatkan cara Raditya ini perhatian pada Gita seakan-akan kita bisa memahami dan membedakan perlakuan Raditya pada Letta hehe.
Saya makin was-was melanjutkan novel ini, takut dengan plot twistnya :(
kuatkan aku wkwkwk
Profile Image for Nathania.
139 reviews3 followers
February 4, 2023
Aku paham bahwa buku ini dipublikasi pada awal tahun 2010-an dan pasti bakal ada hal-hal yang tidak relatable saat dibaca di tahun 2023. Namun, keseluruhan buku ini cukup membuat aku menghela nafas selama membacanya. Pertama, tiap karakter terlalu sama satu sama lain, terutama cara berbicara. Tiap karakternya rasanya nggak punya warnanya sendiri dan cenderung copy-paste, cuma dibedakan secara jenis kelamin dan gambaran fisik saja. Kedua, aku nggak paham alurnya ini mau dibawa ke mana.

Ada perselisihan, oke. Tokoh utama berperan heroik untuk kelasnya, oke. Namun, semakin dibaca, aku malah melihat bahwa cinta segitiga atau apalah itu menjadi fokus utama cerita ini. Setelah mengetahui sedikit soal terbentuknya kelas 11 IPS 4, minat bacaku juga mulai turun. Ketiga, alurnya terbilang lambat dan terlalu banyak hal yang dirahasiakan. Seakan-akan kelas XI IPS 4 ini paling misterius sedunia dan hal itu agak aneh bagiku. Jadi, intinya aku nggak akan mau repot-repot untuk melanjut membaca kisahnya Nagita, Radit, dan Nathan di buku kedua maupun ketiganya.
Profile Image for Bookish Dungeon.
105 reviews
November 26, 2021
Secara konflik garis besar, permasalahan ini belum pernah aku ketahui karena biasanya diskriminasi alami secara individual, bukan kelompok seperti 11 IPS 4 ini. Tapi semakin menuju ending, semakin menegangkan bahkan perlahan kembali membuka trauma baik Nathan ataupun Radit berkat kehadiran Gita tentunya.

Aku sangat menyukai sosok Gita, meskipun ia pendatang baru, cewek itu nggak cuek bebek melainkan ikut membaur secara diam-diam untuk mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Bahkan Gita sampai repot-repot ingin berjuang demi kelasnya, demi menegakkan keadilan untuk kelas barunya.

Rekomend untuk kalian pecinta teenlit, karena konflik utama novel ini bisa dibilang berbeda dari teenlit yang lainnya. Unik, seperti berusaha melibatkan seluruh karakter baik itu figuran ataupun utama untuk mencapai tujuan utama.
Profile Image for Amaya.
710 reviews58 followers
March 28, 2022
Ulasan si bawah menurut pendapatku dan nggak ada niat untuk menjelekkan siapa pun, terutama penulis. Ini murni berdasarkan apa yang aku rasakan. Jika kalian enjoy selama membaca ini dan dirasa bagus, then good. Kita hanya berbeda selera saja.

Oke, pertama, sepertinya gaya story telling penulis nggak cocok buatku. Entah karena faktor teenlit ini terbit tahun 2012 terus nggak begitu relate denganku atau memang alurnya terlalu cepat.

Kedua, aku selalu mengeluhkan perihal emosi dalam cerita dan emang iya. Susah rasanya bersimpati ke Gita atas apa yang menimpa dia terlepas dari perjuangannya mengeluarkan kelas 11 IPS 4 dari diskriminasi. Soal pengasingan 11-4 juga ugh, keterlaluan banget. Entah benar atau nggak kalau pengajuan mengasingkan kelas itu dipicu pertengkaran pribadi antara Nathan dan Radit, rasanya tetap aneh banget 😭.

Menurutku alurnya lompat-lompat dan banyak yang seharusnya bisa jadi surprise untuk pembaca, malah berakhir dikeluarkan semua dan yap agak aneh. Bahasanya campur antara baku dan nggak di narasi. Terus (maaf) candaannya agak garing. Head-loop cepat berpindah jadi bingung loh tadi bukannya pov Letta, kok udah Gita? Yah, kira-kira seperti itulah.

Anyway, aku suka sama kegigihan Gita untuk menunjukkan ke SMA Nusa Jaya bahwa kelas 11-4 nggak serendah yang mereka pikirkan. Sekaligus mematahkan stigma bermasalah = enggak bisa berprestasi. Sorry for the rating, writer-nim. I can't help but sometimes felt boring. Usaha yang bagus bisa menyelesaikan satu buku ini. Apa aku bakal lanjut baca buku keduanya? Mungkin.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Gabriella Halim.
194 reviews13 followers
July 22, 2019
more on: https://whatsgabyread.blogspot.com/20...

Pas baca novel ini awalnya masih biasa aja. Soalnya, template ceritanya masih template yang lama, pun dengan font tulisannya. Jalan ceritanya juga masih sama. Nggak ada yang berubah.

Yang aku suka di sini tuh semangatnya Gita. Anaknya pantang menyerah. Ada hambatan, dia tetep maju terus. Pokoknya sampe masalah terpecahkan! Dia juga cukup peduli sama anak-anak yang di sekitarnya, pinter baca situasi juga, meskipun kalo udah dihadapin sama pertengkarannya Nathan-Radit, atau gosip-gosip pekara Nathan-Radit, anaknya jadi cengo gitu.
Profile Image for Noer Anggadila.
83 reviews
March 6, 2023
Bagi saya yg menyukai cerita berlatar dunia persekolahan, novel ini sangat cocok untuk dibaca! Untuk pemunculan tokoh-tokoh sebagai pemain tambahan sedikit membuat bingung karena lumayan banyak nama-nama yg muncul, tapi itu bukan masalah yg berarti. Pemunculan konflik pada cerita tidak terlalu cepat ataupun lambat, pas! Bahasa yg digunakan cukup ringan dan bersahabat. Humor yg sesekali diselipkan juga menggelitik, saya suka :D Namun ada beberapa bagian cerita yg saya rasa 'ditinggal' begitu saja, menyisakan tanda tanya bagi pembaca, sehingga kurang pas rasanya bila tidak melanjutkan buku sekuelnya :D
Profile Image for Lau.
11 reviews
January 7, 2018
Masih bocah udah beli novel ginian tapi ga nyesel sih wkwk Seru banget ceritanya, gua serasa ikutan nyesek kayak si Gita :‘) Recommended banget buat remaja jaman now yang genre novelnya kebanyakan dari wattpad kategori 18+ because ini ada sequel sama triloginya jadi bakalan seru banget dan misterinya kepingin kamu pecahkan 😄
Profile Image for nasya.
762 reviews
August 12, 2021
beberapa penggambaran katanya tuh agak berlebihan sih kataku. di beberapa sekolah emang masih ada diskriminasi sama kelas-kelas yang dicap buruk. tapi ini kecurigaan si gita teh kayak seolah kasus pembunuhan gitu. dan banyak dialog yang pake bahasa campur antara baku sama nggak baku, jadi dibacanya agak aneh
Profile Image for Dini Habibah.
29 reviews
September 29, 2022
Ceritanya khas teenlit banget yang masalahnya berkisar di persahabatan dan juga keluarga. Bukunya masih bersambung di seri 2&3, masalahnya belum kebuka semua. Bagus tapi enggak ngebuat aku pengen langsung baca seri selanjutnya. Buku ini cocok dibaca buat selingan abis baca buku yang berat. Overall aku suka.
Profile Image for Afifah.
409 reviews16 followers
May 27, 2017
Kurang cocok sama gaya menulisnya. Tapi cukup suka dengan jalan ceritanya sih.. jadi lanjut baca yang kedua di ijak :)
Profile Image for Jeyaa.
95 reviews
July 8, 2021
Buku ini lumayan menghibur dan santai. Masalahnya juga kompleks tapi ngga bikin bingung. Makanya aku tuntas habisin lanjutan ceritanya di dua buku selanjutnya.
Profile Image for aurel.
111 reviews8 followers
May 17, 2022
didn't really pay attention to the plot gue cuma baca biar kangen sma <3 gita raditya <3
Profile Image for Mochi.
33 reviews
February 6, 2025
Random aja 😅 lagi pengen baca yang ringan eh ketemu ini, seharian langsung tamat karena emang ceritanya simple sih
Profile Image for ima.
102 reviews3 followers
December 4, 2018
Review:

Nagita Valda, siswi pindahan dari Bandung ini ‘terpaksa’ memasuki kelas XI IPS 4 di SMA Nusa Jaya. Dan dengan terpaksa pula ia harus duduk sebangku dengan Raditya Widiantoro.

“Kita sebagai anak kenapa selalu harus ngikutin kehendak mereka yang kadang hanya satu arah ya?” (hal. 47)


Dari awal memasuki kelas itu, Gita merasa ada sesuatu yang aneh dengan XI IPS 4, semacam diskriminasi. Yang bahkan seorang guru dengan terang-terangan menunjukkan sikapnya itu. Info yang didapatnya dari the gosippers mengatakan bahwa diskriminasi itu bisa terjadi dikarenakan putra pemilik yayasan yang memintanya, Nathaniel Rahardja. Tentu saja, Gita tak sepenuhnya percaya, karena Nathan itu adalah sahabat kecilnya.

“Dia dalang utama di balik semua ini.” (hal. 52)


“Biasanya feeling cewek kan kuat kalau menyangkut orang yang dia sayang.” (hal. 92)


Tetapi lama-kelamaan Gita sadar kalau apa yang dikatakan rumor tersebut benar adanya. Nathan dan Radit memiliki kesalahpahaman yang berdampak pada lahirnya kelas XI IPS 4.

“Lo harus tahu, kehormatan banget bisa gabung bareng kami di 11 IPS 4. Kelas yang beda dari kelas-kelas lainnya.” (hal. 21)


Tapi, Gita merasa, awal masalahnya sangatlah konyol. Memperebutkan seorang perempuan? Yang benar saja. Nathan bukan tipe yang seperti itu, menurut Gita. Walaupun pada akhirnya orasi yang Gita lancarkan berhasil, akankah masalahnya selesai begitu saja? Apa Nathan dan Radit akan menjelaskan kesalahpahaman tersebut?

^*^*^*^*^*^*^*^*^*^

Ya ampun, akhirnya selesai juga baca ini.

Komentar singkatku untuk novel ini: “GILA!! DISKRIMINASINYA PARAH AMAT. DAN, YA AMPUN RADIT KEREN GILAAA!!” Yah semacam itulah. Dan dari kalimat pendek itu saja kalian pasti tahu aku tergila-gila pada siapa.

Oke, sekarang komentar panjangku.

Waktu pertama kali membaca sinopsisnya aku enggak ngeh kalau kelas yang dimaksud tuh kelas XI IPS 4. Namun, di kovernya ada tulisannya. Dan, kamu perlu tahu, aku juga kelas XI IIS 4 saat menulis review ini!

Yah, untung saja kelasku bukan kelas buangan. Enak saja! Dan lagipula di Jakarta kayaknya diskriminasi terang-terangan tidak begitu terlihat.

Kelas XI IPS 4. Kelas buangan. Kelas sampah. Penghuninya tidak bisa apa-apa. Biang onar semua. Begitulah kesan terhadap kelas XI IPS 4 ini. Dan Gita, yang walaupun berstatus ‘murid baru’, telah memulai perjuangannya untuk menghapuskan semua diskriminasi yang membelenggu XI IPS 4.

Aku suka Gita deh. Karakternya nampoool banget. Em, maksudnya tuh dia gigih banget gitu. Toh, anak sekelasnya juga ga peduli-peduli amat awalnya, jadi ngapain repot-repot. Tapi Gita ini beda. Dia sangat tidak menyukai diskriminasi itu. Makanya, ketika bulan bahasa, ia mendaftarkan kelasnya. Tentu saja, awalnya ia dicemooh bahkan sama teman sekelasnya sendiri. Tetapi akhirnya perjuangan Gita berhasil.

Terus yah, si Nathan ini. Aku suka dia, tapi karakternya terkesan jahat, deh. Masa cuman masalah cewek dan mentang-mentang anak pemilik yayasan dia bisa seenak jidat gitu? Ya kali! Tapi, tetep yah dia keren. Tak kuasa untuk menolak pesonanya.

Dan Radit. Aduh, ni cowok emang manis banget deh. Walaupun kadang hidup di dunianya sendiri, tapi diam-diam dia perhatian. Perhatian kecil itu manis banget. Aku kalau jadi Gita juga bakal klepek-klepek deh.

Cowok itu menenangkannya tanpa bahasa verbal sedikit pun. (hal. 198)


“Hebat, lo selalu melakukan hal yang berarti dan berkesan tanpa gue minta… tiap hari ada aja surprise buat gue.” (hal. 206)


Tapi nih, ya. Novel ini diceritakan melalui sudut pandang orang ketiga, tapi pembaca juga dikasih petunjuk samar banget. Aku jadi merasa kayak Gita juga. Diombang-ambing oleh kejadian masa lalu. Soalnya engga dijelasin apa awal penyebab munculnya kelas XI IPS 4. Yah memang hanya karena cewek sih, tapi masih sedikit banget infonya. Gantung deh pokoknya! Makanya kudu wajib banget beli Zero Class #2: Revelation.
Displaying 1 - 30 of 70 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.