Inilah perjalanan rasa. Nikmatilah semuanya. Sambutlah bayi-bayi yang dilahirkan. Peganglah tangan orang yang kamu sayangi. Relakan kepergian orang yang kamu cintai. Jatuhlah pada cinta dan bangunlah sebagai manusia yang berjalan di atas keyakinannya sendiri. Berlututlah pada keagungan. Bentangkanlah sayap saat seseorang menjatuhkanmu dari ketinggian—terbanglah seperti burung mencintai angin. Berjalanlah seperti seorang ayah yang menuntun lengan putrinya. Berbahagialah seperti anak-anak. Waspadalah seperti pertama kali belajar berjalan. Dengarkanlah nyanyian angin. Jadilah air hujan yang membawa kehidupan baru bagi tanah-tanah yang kering. Jadilah matahari yang berani terbit dan siap untuk tenggelam. Jadilah seseorang yang membuat dunia jadi berbeda. Jadilah dirimu sendiri: Kita bukan apa-apa, dan bukan siapa-siapa, sampai kita mewakili pikiran dan perasaan kita sendiri!
FAHD PAHDEPIE, suami juga ayah penuh-waktu untuk Rizqa Abidin serta dua putra mereka Falsafa Kalky Pahdepie dan Alkemia Malaky Pahdepie. Menulis, bekerja, dan berkreativitas dirayakannya di waktu senggang. Orang rumahan yang menulis untuk diceritakan pada istri dan anak-anaknya.
Selain menulis, Fahd juga merupakan pembicara publik, penulis skenario dan sutradara film maupun teater. Saat ini menjadi co-founder dan CEO inspirasi.co. Ia bisa ditemui di www.fahdpahdepie.com atau facebook.com/fahdpahdepie atau twitter @fahdisme.
Seperti biasa, sejak dikenalkan Aji pada buku Fahd Djibran bertahun-tahun lalu, saya selalu membeli buku-buku om Fahd. Dari A Cat in My Eyes sampai Perjalanan Rasa. Saya suka banget tulisannya Fahd Djibran, kalimatnya dirangkai dengan 'cantik', dan isi tulisannya kadang 'melenceng' dari yang selama ini kita pahami, tapi bikin kita merenung, dan berakhir dengan, "Oh iyaya, bener juga.", "Sompret, kok bener banget sih T___T" *HEH*
Menginspirasi, jelas.
Sebenernya, di antara buku-bukunya Fahd Djibran, belum ada yang bisa ngalahin Menatap Punggung Muhammad yang bikin saya mewek-mewek selama baca ;__;)/|| Tapi lebih dari sebagian bab di Perjalanan Rasa saya suka kok :D Mama, Ketakutan, Berdoa, Keberkahan (Halo lagi, Tuan Setan), Rayya, Pertolongan, Keinginan, Dia, banyak deh. Yang paling unik, nama bab di buku ini diambil dari kata terakhir di bab sebelumnya.
Di antara semua bab yang tadi saya sebutin, yang paaaaling saya suka justru bagian kredit (?) di halaman depan:
Untuk Falsafah Kalky Pahdepie
pada saatnya kau akan tumbuh dewasa-- saat pagi tak selamanya seindah puisi dan malam menerormu dengan ketakutan atau kegelisahan-kegelisahan
jika saat itu tiba, barangkali aku sudah tiada, sementara ibumu sudah terlalu tua sebagai tempat bertanya :di sanalah kau diuji untuk menjadi dirimu sendiri
belajarlah dalam kesabaran Ayub berjalanlah bersama keberanian Ibrahim bacalah semesta melalui kecerdasan Sulaiman taklukkan angkuh dunia dengan ketangguhan Musa himpunlah semua kebijaksanaan Yakub kasihilah sesama sepenuh cinta Isa lalu masukilah kebeningan dirimu bersama ketakwaan Muhammad
maka kemanapun kau menghadapkan wajahmu kau akan melihat wajah Tuhan, yang selalu bersamamu seperti laut melindungi terumbu
pada saatnya kau akan tumbuh dewasa-- saat aku hanya bisa menyelinap ke dalam mimpi-mimpimu menepuk pundakmu atau membisikkan doa-doa sederhana, tanpa suara: nak, semuanya akan baik-baik saja
ini buku pertama karangan Fahd Djibran yang saya punya. Meskipun sebenarnya saya sudah lama mengagumi karya2 beliau. Saya juga mengikuti tiap posting yang beliau tulis di fahdisme.com. hehe tp baru kesampaian beli dan pengen banget punya ya pas buku ini ada signature dr beliau pula :D. sebagian isi dari buku ini sebenernya sudah di tulis dalam fahdisme.com, namun entha kenapa meskipun saya sebenrnya sudah baca berulang kali di websitenya, tapi tetep pengen beli dan punya. Alasan utamanya adalah isi dan apa yg disampaian beliau begitu mengena dan sedikit banyak sy jadikan acuan. Keseluruhan buku ini mampu menghipnotis sy sbgai pembaca awam khususnya karya beliau yg dibukukan. Menurutku sih lebih asyik membacanya secara terurut ga random gitu, soalnya tiap babnya saling berhubungan seperti sungai yg mengalir dan mengaduk aduk perasaan pembacanya, termasuk sy. Bab pertama yang bercerita ttg Ibu adalah penanda dan pengingat kalau ibu/orang tua adlh yg utama dalam hidupku.
Buku yg kece maksimal. "Semoga Tuhan mendekatkan semua rahasia perasaan pada jawabannya"
"kita selalu diberi kesempatan untuk menoleh ke belakang, memeriksa apa saja yang pernah kita lakukan dan putuskan. Tetapi bukan untuk kembali. Waktu tak bisa diulang dan hidup tak bisa ditegakkan dengan kata 'seharusnya' atau 'semestinya', kan? Apa yang 'seharusnya' hanyalah bayang-bayang yang nisbi, sementara apa yang ada di hadapan kita dan sedang kita jalani adalah kenyataan yang pasti. Maka hiduplah dalam kenyataan : apa yang telah terjadi barangkali memang harus terjadi dan tak pernah ada manusia yang sanggup lolos dari hisapan lubang hitam kesalahan."
Dari judulnya, sudah terlihat jelas mau dibawa kemana pembacanya. Sebuah antologi perjalanan hati. Judul Mama, dirasa pas sebagai pembuka buku ini. Sebuah catatan kecil pengingat layaknya post it yang diletakan di pintu kulkas. Kita ada sekarang karena Ibu, Dibalik semua sikap Ibu ada terselip harapannya yang ingin selalu membahagiakan anaknya walau itu menghapus keinginannya sendiri.
Dan yang unik dari buku ini adalah setiap habis satu judul, kata terakhir judul tersebut akan menjadi kunci sekaligus judul berikutnya. Walaupun dibeberapa bagian, agak sedikit maksa. Secara keseluruhan isi buku ini, menurut saya, seperti menceritakan keseharian yang sudah manusiawi dialalmi oleh setiap orang.
Seperti dalam kisah Berjalan, dimana seorang manusia menemukan kesejatiannya hanya dengan berjalan bukan malah berhenti, sesekali mealingkan wajah diperukan tapi bukan untuk berhenti. Atau ketika rasa cinta yang dikalahkan oleh egonya dalam Keraguan. Yaa semacam buku yang merepresentasikan rasa yang pernah dihadapi hampir setiap orang.
Karena kebetulan saya mengikuti blog Fahd, jadi banyak kisah yang ada di buku ini sudah saya baca sebelumnya. Jadi untuk pembaca blognya tidak asing lagi dengan kisah-kisahnya.
* Mengapa kita selalu membuat diri kita merasa bersalah? mengapa kita cenderung memilih jadi pemurung? mengapa kita tak pernah mengucapka terima kasih pada diri kita sendiri? * Mamalah yang pertama kali mengajariku berkata-kata, tapi mama jugalah orang pertama di dunia yang kusakiti dengan kata-kataku sendiri * (..) sementara aku hanya bisa mengaku-ngaku mencintaimu dan ingin membahagiakanmu * ADa saatnya kita harus melepaskan harapan, kadang-kadang harapan adaah pengalih perhatian * Permainan memang tak perlu dimengerti secara utuh, kan? * Apakah jika badai tsunami sudah menganga di depan matamu kau masih bisa mangatakannya? nanti dulu? * Waktu adalah apa yang kita sangkakan kepadanya. * Maka teruslah merasa bodoh, sebab kau harus terus berjalan. * Seseorang yang memuji-muji dirimu sambil menjelekkan musuhmu adalah seseoramg yang sama yang di waktu lain berkemungkinan menjelek-jelekkan dirimu dan memuji-muji musuhmu. * Maka lihatlah dirimu, apayang sudah kamu lakukan pada hidupmu? * Tak ada satu pun permainan yang bisa dimenangkan dengan main-mainkan? * Sesungguhnya air bersih yang diam lebih busuk daripada air kotor ang mengalir * Sulitsekali kita bisa menolong orang lain, bahkan keluarga kita sendiri, sebelum kita selesai dengan urusan menolong diri kita sendiri terlebih dahulu * Tetapi puncak bukansoal ketinggian * sebab jiwa yang tenang adalah perasaan yang dibebaskan! * Didengarkan adalah saat lawan bicara kita mendengar dengan penuh perhatian * Setiap hari perbedaan-perbedaan itu selalu ada dan nyata-bahlan dalamdiri kita sendiri. * Kita bukan apa-apa, dan bukan siapa-siapa,sampai kita mewakili pikiran dan perasaan kita sendiri * JAdilah matahari yang berani terbit dan siap untuk tenggelam * Mereka yang tidak bisa mengharagai perbedaan adalah mereka yang tidak bisa menghargai diri sendiri * KAu telah dibutakkan oleh kemilau-kemilau palsu *
Kalau saja saya tak mengintip Goodreads terlebih dahulu, mungkin saya akan terjebak, dan berpikir bahwa buku ini adalah sebuah novel (sesuai keterangan yang ada persis di atas barcode di bagian belakang buku). Setelah cukup lama menimbang, akhirnya saya memutuskan untuk memutuskan untuk membelinya. Ini karya kedua Fahd Djibran yang saya baca setelah "Menatap Punggung Muhammad".
Berbagai pemikiran penulis akan berbagai rasa hidup ditumpahkan melalui lembar-lembarnya. Kadang terselip lirik lagu dan quotes filsuf di sana-sini. Sangat bagus sebenarnya. Menyentuh di banyak bagian. Dan saya sangat yakin akan begitu banyak pembaca yang jatuh cinta dengannya. Lalu mengapa bintang tiga? Hanya masalah personal saya yang kurang nyaman 'diberondong' gagasan secara kontinyu dengan intense pada setiap halamannya. Terkadang saya butuh diayun kisah yang 'salah' terlebih dahulu, sebelum diantarkan pada kebenaran, maupun 'mencari' kebenaran sendiri dari kisah yang ada. Sangat personal, bukan?
Buku paling lama tak bergerak dalam senarai Goodreads aku. Dari 2015 sampai 2018.
Waktu bertapa ke Bandung, Indonesia tahun 2015, antara cita-cita tidak kesampaian aku ialah nak mengembara dalam toko buku lama sebab terpengaruh dengan Cinta-Rangga dalam Ada Apa Dengan Cinta. Tapi, harapan tinggal harapan sebab sampai ke sudah aku tak jumpa mana-mana toko buku legend macam wayang Indonesia. Akhirnya masuk ke Gramedia, dan, takdir pertemukan aku dengan Perjalanan Rasa. Baca sinopsis, terus ke kaunter dan bayar, berjalan pulang ke hotel dengan senyuman sejuta rasa sebab rasa macam baru menang cabutan bertuah hadiah utama.
Helaian pertama dibuka waktu tunggu flight balik ke Kuala Lumpur. Masih ingat lagi aku duduk diam-diam hanyut seorang. Kawan aku kat sebelah pun senyap baca buku motivasi. Epik sungguh perjalanan sebab sambil baca dapat tengok pemandangan kapal terbang dan penumpang pelbagai latar belakang, pelbagai kerenah. Memori.
Quotes :-
"Kita bukan apa-apa, dan bukan siapa-siapa, sampai kita mewakili pikiran dan perasaan kita sendiri." (hlm. 87)
"Ah, kadang-kadang kita hanya perlu jeda, menunda semua asumsi dan prasangka… lihatlah ke kedalaman masing-masing dan percayalah: everything is going to be amazing!" (hlm. 41)
“… Cara Tuhan tidak mengabulkan sebagian doa kita adalah untuk mengabulkan doa-doa kita yang lainnya. Tuhan Maha Tahu mana yang paling baik bagi kita, sementara kita hanya bisa mengira-ngira.” (hlm. 50)
"Dengan ambisi, kita mungkin akan sampai ke tempat yang tinggi, atau lebih tinggi, atau lebih tinggi. Tetapi “puncak” bukan soal “ketinggian”. Ia adalah sebuah titik di mana kita bisa berdiri dengan perasaan tenang, bebas, dan bahagia; Titik yang membuat kita bisa melihat segala hal dari dimensi yang lebih tinggi secara lebih luas, lebih dewasa dan bijaksana." (hlm. 67)
"Jika keyakinan mengajarkan kebencian, terberkatilah orang-orang yang meragu." (hlm. 80)
“Berhentilah gelisah. Tak usah terlalu percaya pada hitung-hitungan. Hiduplah dalam keberkahan.” (hlm. 94)
"Jadilah orang sombong yang baik: Tersebab sejatinya kesombongan sepenuhnya merupakan hak Tuhan, maka pinjamlah sebentar, lalu bekerjalah sungguh-sungguh untuk sampai pada pengertian bahwa kesombongan yang tak dibuktikan jauh lebih hina dan lebih kerdil daripada kekalahan manapun." (hlm. 121)
"Dan inilah saatnya untuk membuat dosa berhenti berkuasa dalam hidup kita yang tak pernah jelas masa kadaluarsanya." (hlm. 160)
2015, Bandung. 2018, Kuala Lumpur.
“Semoga Tuhan mendekatkan semua rahasia perasaan pada jawabannya.”
Buku ini merupakan kumpulan tulisan pendek mengenai perenungan diri, yang akan mengajak kita memikirkan tentang makna cinta yang tulus (cinta yang memberi dan bukannya mengambil), tentang empati, tentang nostalgia, bahkan menafsirkan mimpi, dan pelajaran-pelajaran hidup lainnya yang bermanfaat.
Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari buku ini; seperti dalam judul "Perasaan" yang mengajarkan betapa pentingnya ziarah itu. "Ziarah adalah momen menengok perasaan orang-orang yang kita sayangi." Dalam ziarah, kita tidak hanya mendoakan yang sudah wafat, tapi juga sekaligus mendoakan diri sendiri. Jika ada harapan dari almarhum yang belum tercapai, kita bisa berjuang untuk mewujudkan harapan itu untuk menghormati perasaannya.
Saya akan memajang satu percakapan indah yang tertuang dalam buku ini di sini: Apabila saatnya engkau bersedih, "Mengapa kecerdasan tak selamanya mengantarkan pada kebahagiaan?" Akan kami bisikkan, "Kecerdasan paling agung adalah kesederhanaan."
(Sementara usiaku ditumbuhkan dengan kasih sayangmu, nyawaku disambung tangis dan keringatmu, hidupku diselamatkan doa-doa sucimu. Tak kan pernah cukup meski kugadaikan seluruh hidupku untuk membalas cintamu, IBU) #7
-Inilah Perjalanan Rasa. Resapilah setiap episode kehidupan yang pernah kita lalui...
adalah kumpulan - kumpulan perasaan yang mungkin pernah kita alami dalam menjalani hari - hari di kehidupanan ini, diulas dengan sudut pandang yang berbeda. Selamat membaca semoga Tuhan mengarahkan perasaan pada Jalan-Nya.. Aamiin :-)
PERJALANAN yang diawali tentang MAMA dan berakhir pada Ayah yang menggabungkan segala sesuatu yang berhubungan tentang RASA. Nikmati PERJALANAN Anda dan RASAkan setiap sensasinya. Semoga Semua perasaan akan didekatkan dengan jawabannya. :)
saya bingung menjelaskannya, apa sebenarnya buku ini. tapi buku ini yang pasti unik. ini buku yang dipenuhi paragraf deskriptif atau mungkin lebih tepatnya naratif, yg bertujuan untuk mendefinisikan perasaan.
Seringkali, kita memang dibuat tak mengerti, sebab kita memang tak perlu mengerti. Seringkali, hidup memang harus dilanjutkan dengan cara yang tak kita inginkan..
Seperti judulnya, buku ini memberikan sebuah perjalanan rasa yang beraneka macam bentuknya padaku. Kumpulan cerita acak yang saling bertaut lewat satu kata / kalimat akhir yang menjadi suatu judul di bab selanjutnya. Aku jadi ingat perkataan salah seorang temanku, "Hidup sejatinya adalah perjalanan rasa. Setiap kejadian dalam hidup pasti akan berbeda bentuknya kalau semuanya netral. Tak ada perasaan di dalamnya". Aku setuju dengan pernyataannya.
Membaca buku ini tak bisa cepat-cepat. Perlu jeda untuk sejenak bernapas dan merenungi setiap kalimatnya. Kisah-kisahnya dekat. Beberapa cerita menggunakan sudut pandang orang pertama yang seolah mengisyaratkan pengalaman penulis sendiri. Di lembaran-lembaran awal, aku sudah cukup dibuat berpikir tentang konsep "fish love". Saat ku bilang, "I love fish". Itu bukan berarti aku cinta ikan. Tidak, kamu tidak cinta ikan. Kamu mencintai dirimu sendiri karena tak ada tentang ikan itu dalam dirimu, tetapi semua yang memenuhi keinginanmu ada pada ikan itu. Semua hanya tentang dirimu sendiri. Karena ikan itu terasa enak buat kamu, kamu memakannya untuk memuaskan dirimu sendiri. Ikan itu tak mendapatkan apa-apa dari sesuatu yang kau sebut cinta. Aku mengerti. Banyak di antara kita menjalani "fish love" semacam ini.
Perjalanan rasa dimaksudkan untuk melatih diri kita menemukan cinta yang memberi, bukan mengambil. Cinta yang tak merasa terkurangi ketika berbagi, cinta yan tidak kurang untuk dirinya sendiri dan ingin terus diberi. Perjalanan rasa adalah tentang empati, bahwa di dalam diri orang lain juga terdapat sesuatu yang sama seperti apa yang kita punya. Tentang pengembaraan ke dalam inti diri. Tentang aneka nostalgia yang menuntut kita untuk lebih dewasa. Tentang hal-hal yang kita pikir belum selesai, padahal memang sebenarnya tak akan pernah selesai...... Tentang segala sesuatu yang harus terus bergerak, setia pada laju waktu, dan membawa kita kepada penemuan-penemuan makna yang lebih dalam.
Lalu, sudah sampai mana perjalanan rasamu?.
This entire review has been hidden because of spoilers.
"Berhentilah gelisah. Tak usah selalu percaya pada hitung-hitungan. Hiduplah dalam keberkahan. Lihatlah dari apa yang sudah kualami selama jutaan tahun cahaya: keinginan adalah sumber penderitaan" ~Tuan Setan (Hlm. 85)
"Tapi, keputusan terbaik tak dibuat agar semua orang mengerti, bukan? Keputusan terbaik adalah apa yang paling kita mengerti tentang diri kita sendiri dan apa yang paling membahagiakan untuk kita jalani." (Hlm. 163) ➖➖➖➖➖
Ini buku pertama karya Bang Fahd yang saya baca. Sebenarnya sudah lama ingin membaca karya beliau, karena jika dilihat dari judulnya saja pasti isinya menarik. Hanya saja, isi dompet belum berjodoh untuk membeli buku-bukunya. Alhamdulillah, ternyata teman kantor memiliki minat baca yang sama dengan saya dan kebetulan memiliki buku Bang Fahd ini dan dengan senang hati meminjamkan, Alhamdulillah. Terima kasih ❤️ (Maaf jadi curcol, hehe)
Siip..masuk ke isi Buku. Sesuai dengan judulnya "Perjalanan Rasa", buku ini saya anggap menarik karena cara menceritakannya saling sambung antar bab. Kata terakhir dalam bab tersebut akan menjadi Judul baru pada Bab berikutnya. Begitu seterusnya, sehingga membuat pembaca (khususnya saya) tak bosan untuk mengikuti perjalanan kisah ini.
Banyak, bahkan sangat banyak hal baru yang saya pelajari dari buku ini akan makna kehidupan yang selama ini sedang saya jalani.
Terima kasih Bang Fahd untuk karya yang memukau ini. Baarokallahu lakum.
Semua luka akan sembuh, tapi tidak semuanya akan hilang --halaman 171 Baru sampai halaman persembahan sudah dibuat mewek, bagaimana tidak Fadh Pahdepie mempersembahkan buku ini pada kedua anaknya dengan bahasa yang seolah-olah esok hari akan meninggal dunia. Salah satu buku inspirasi terbaik, karena di setiap halamannya pasti terdapat kata mutiara yang menguatkan, terdapat lebih dari 20 sticky note mewarnai kutipan-kutipan favoritku di buku ini. Yang membuat menarik adalah sebuah kata terakhir di akhir bab akan menjadi judul bab di halaman selanjutnya. Sehingga benang merah dari buku inspirasi ini dihubungkan dengan kata-kata yang saling berkaitan. Diawali dengan judul bab "Mama" dan diakhiri dengan bab "Ayah" menunjukkan bahwa perjalanan rasa berawal dari kasih Mama dan berakhir dengan cinta Ayah. Semua makna perjalanan hidup baik jatuh maupun berdiri, semuanya lengkap di buku ini. Seperti sehimpun nasihat orang tua kepada anak, agar mereka dapat mengelola rasa dan perasaan pada perjalanan kehidupannya. Teruslah berjalan: sebab satu-satunya cara untuk berusaha menjadi manusia yang lebih baik adalah dengan tidak berhenti mencobanya --halaman 23
#PerjalananRasa sebuah buku Inspirasi yang penuh akan gizi. Buku ini unik meski isinya tidak selalu terkait antara sub babnya tapi tiap bab membahas tentang kata terakhir di bagian bab itu. banyak sekali pelajaran di dalam buku ini, tentang memahami perjalanan rasa, berbagai rasa yang kita rasa. Tentang cinta dan melepaskan yang dicinta pun ada, tentang memahami orang lain, tentang berdamai dengan masa lalu, tentang memahami perbedaan dan tentang arti persahabatan. Ya seperiti di dalam buku ini katakana, “Kita bukan apa-apa, dan bukan siapa-siapa, samapi kita mewakili pikiran dan perasaan kita sendiri!” Nah, kawan buku ini sangat bagus dikonsumsi karena lewat buku ini kita bisa tahu sudah sampai mana perjalanan rasa kita. Kutipan yang kusukai pada buku ini terdapat pada halaman 135 membahas tentang Keikhlasan, “Ada yang Kau tunda: Kebahagiaan. Ada yang Kau nyalakan: Harapan. Ada yang Kau tunggu: Kesabaran. Tuhan, aku tetap bersama-Mu dan baik-baik saja”
This entire review has been hidden because of spoilers.
Buku yang berisi kisah-kisah pendek yang berisi tentang perjalanan rasa dalam proses menjalani kehidupan, nasihat dan pesan moral dan tentang motivasi.
Salah satu keunikan dari buku ini adalah setiap judul bab diawali dari kata terakhir dari judul bab yang sebelumnya. Namun begitu setiap bab mempunyai cerita yang berbeda.
Banyak kutipan yang menarik di dalam buku ini, bacanya sambil direnungi jadi dapet feel-nya :)
"Ambisi ibarat doping yang dapat mencegah kita merasa lelah, untuk terus menerus bekerja, mendaki dan mendaki, tetapi membuat kita kehilangan kepekaan, kesadaran, dan perhatian. Dengan ambisi mungkin kita akan sampai ke tempat yang tinggi, atau lebih tinggi, atau yang lebih tinggi. Tetapi "puncak" bukan soal "ketinggian". Ia adalah sebuah titik dan kita bisa berdiri disana dengan perasaan tenang, bebas, dan bahagia. Titik yang bisa membuat kita melihat segala hal dari dimensi yang lebih tinggi secara lebih luas, lebih dewasa, dan bijaksana.
This entire review has been hidden because of spoilers.
"Hiduplah dalam keberkahan, bukan dalam hitung-hitungan!." (Hal.84)
"Hai, bagaimana jika manusia kembali ditakdirkan bergerak ke masa depan: Membukakan kesempatan-kesempatan baru, menemukan pengalaman-pengalaman baru, cinta yang baru, dan takdir yang lain?" (Hal.21)
"Maka, lepaskanlah earphone-mu, simpan telepon genggammu, sapalah teman di sampingmu. Bukalah pintumu dan keluarlah untuk menemui orang-orang yg selama ini terlalu lama tak kau sapa. Peluklah orang-orang yg kau sayangi. Ketuklah pintu tetangga dan berikan sesuatu untuknya. Tersenyumlah. Kembalilah jadi manusia!" (Hal. 106)
Buku ini berisi sekumpulan tulisan-tulisan mengenai berbagai rasa di kehidupan ini, disetiap akhir cerita akan ada satu kata diujung kalimatnya yg dijadikan judul untuk cerita selanjutnya. Sederhana tapi sangat menyentuh sekaligus penuh makna disetiap tulisan yg disajikan.
Sudah membeli buku ini lupa tepatnya dari SMP atau SMA. Tapi tidak pernah benar-benar selesai aku baca, mungkin karena pemahaman akan dunia yang minim membuat diriku sudah bosan di halaman pertama. Entah kenapa saat membereskan kamar kemarin aku iseng-iseng kembali membuka buku ini dan baru di chapter pertama tentang ‘mama’ aku sudah menitikan air mata. Setelahnya chapter demi chapter aku resapi, dan benar seperti judulnya buku ini merupakan ‘perjalanan rasa’.
Tak terasa aku menyelesaikan hanya dalam sehari, mungkin karena banyak hal yang relate denganku di dalam buku ini membuatku hanyut di dalamnya. Membaca buku ini membuatku bernostalgia dengan kehidupan. Mungkin untuk orang yang mudah termotivasi dengan kata-kata sepertiku akan cocok menikmati buku ini karena menjadi refleksi diri bagiku saat membacanya.
"Terima Kasih", Katamu tiba-tiba, kepada diri sendiri. "Untuk semua hal-hal yang terkatakan dan tidak terkatakan"
Membaca Perjalanan Rasa ibarat duduk bersama seorang teman dekat yang menepuk punggung kita sambil berkata "Jangan sedih, semua masalah punya solusi", dia lalu memberikan petuah panjang tentang banyak hal dari persoalan penghasilan, kecantikan, kemapanan, uang, persahabatan, kebahagiaan, keluarga, agama, jodoh dan banyak lainnya. Kalimatnya yang lembut membuat pengalaman membaca yang meresap dan susah dilupakan. Lewat buku ini saya akhirnya menggemari tulisan Fahd setelah kurang terpuaskan dengan "curhat tuan setan" kemarin. Next readlist dari Fahd harusnya "Menatap Punggung Muhammad", tapi bukunya gak ada dimana-mana 😢
Buku yang terbit beberapa tahun lalu, saya baru memilikinya sekarang. Tapi tidak ada kata terlambat dalam menjelajahi ilmu, bukan? Buku ini mengajarkan bagaimana bermuhasabah diri dengan perumpamaan-perupamaan yang masuk akal. Tidak perlu bersedih, tak perlu menyesali. Sambutlah kebahagiaan di setiap peristiwa. Kadang perjalanan hidup yang kita jalani tidak selalu seperti yang kita inginkan. Kata-katanya renyah mudah dipahami. Buku ini bagus untuk menemanimu di pesawat dengan perjalanan 2 jam. Mantap Djiwa.
Seperti yang saya selalu suka dari setiap tulisan A' Fahd. Tulisan yang selalu mengajak saya untuk merenungkan kembali apa yang sebenernya saya cari di dunia ini. Dengan tema yang unik, mengajak untuk tidak berhenti membaca ceritanya sampai tuntas.
Hanya saja, saya berharap kisahnya dijadikan menjadi satu cerita kesatuan yang berakhir pada kesimpulan dari seluruh bab nya.
Secara keseluruhan, saya suka membacanya. Terima kasih untuk mengajak saya merenung dalam kata a' fahd
Mengingatkan saya tentang berbagai hal kecil yang sering kali terlupakan.
- Jika kita punya cara pandang yang lebih kaya, perspektif yang lebih luas, dan cakrawala berpikir yang lebih lapang, maka kita akan selalu bisa menemukan alasan untuk; memberi daripada meminta, memaafkan masa lalu, berdamai dg diri sendiri, untuk menjalani hidup dengan kepala tegak dan langkah yang riang.
Buku pertama yang saya baca di tahun ini. Awalnya tertarik karena cover buku, setelah dibaca isinya memang menarik dengan gaya penulisannya yang bagus. Tentang perjalanan kehidupan dan di setiap chapter kita diajak untuk merenunginya. Membawa positive vibes, mengenai hal-hal dalam proses kehidupan manusia, pesan yang disajikan sederhana tapi ngena, dan ringan.
tulisan Bang Fahd emang selalu unik, berani dan jujur. nggak bucin. yang ngira buku ini isinya cinta-cintaan, siapkan ruang kecewa aja. buku ini lebih dari itu, buku ini bisa bantu healing, instrumen yang bisa bantu memfasilitasi dialog diri. dalem. Tabik!
I really like this book. Ceritanya seringkali kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Dari hubungan anak dengan orangtua, manusia dengan Tuhan, keraguan manusia, dll. Banyak nilai moral yang aku dapat dari buku ini.