Cerpen-cerpen yang saya tulis sebagian berangkat dari deretan fakta yang kemudian saya dramatisasi menjadi fakta yang terbayangkan atau cerita. Dan fakta-fakta itu, terutama situasi-situasi yang menyentuh langsung kehidupan pribadi, sosial, serta kultural saya sebagai manusia Bali.
Putu Fajar Arcana (lahir di Negara, Bali Barat, Bali, 10 Juli 1965) adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia asal Bali. Memulai debutnya sebagai penulis sejak menempuh pendidikan di jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Udayana. Dia adalah salah satu redaktur di harian Kompas.
Tentang kehidupan masyarakat Bali. Tentang posisi perempuan dalam suatu masyarakat patriarki yang seringkali harus menanggung penderitaan entah dimadu atau ditinggal mati suaminya, terutama bagi mereka yang kawin lari sehingga dibuang dari keluarga dan tak mendapat hak waris, juga tentang dahsyatnya dampak bom Legian yang telah melumpuhkan perekonomian masy. Bali. Di sini Arcana merutuk, mengeluh dan berkeluh kesah tentang bagaimana tragedi itu telah begitu mengguncang kehidupan masyarakat Bali hingga ke akar. Karena memang berlatar masyarakatnya sendiri, Arcana tentu sangat menjiwai sehingga mampu menuturkan cerita-ceritanya dengan dalam. Sayang dalam cerpen-cerpennya, eksekusi endingnya seringkali terasa kurang greget.
Beberapa cerpen ditulis pada masa Pasca Bom Bali. Bagaimana penduduk mencoba bertahan dengan "kehancuran ekonomi" pasca peristiwa itu. Dan ada satu cerita yang lumayan menggelitik. Tentang Tuhan, do'a dan peristiwa Bom Bali.
Kumcer ini punya keunikan tersendiri dibandingkan dengan karya penulis lainnya. Terasa sekali nuansa jurnalistik dalam kumcer ini. Hanya saja, nuansa tersebut masih kurang digarap dalam estetika yang kuat. Cukup menyentuh.