Rasa Sayange is an anthology of short stories written by Nugroho Notosusanto, revealing events and situations in everyday lives in Indonesia that appeared to be normal on the surface, but has elements which are magical, endearing, dreadful, sometimes filled with sadness, tied to the resilience of the human spirit - which reflect the author's involvement with surounding communities. It's his most important works and a milestone in Indonesia's literary scene (translated from book jacket's blurb)
Dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah 15 Juli 1931, dan meninggal di Jakarta, 2 Juni 1985. Karya-karya sastrawan dan sejarawan yang pernah menjabat Rektor Universitas Indonesia (1982-85) dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI (1983-85) ini antara lain: Hujan Kepagian (1958), Tiga Kota (1959), Rasa Sayange (1961), Hijau Tanahku Hijau Bajuku (1963), Norma-norma dasar Penelitian Sejarah Kontemporer (1978), Tentara Peta pada Zaman Pendudukan Jepang (1979), Sejarah dan Sejarawan, Tercapainya Konsesus Nasional 1966-1969 (1985), Sejarah Nasional Indonesa I-IV (bersama Marwati Djoened Poesponegoro), dan sejumlah karya terjemahan. Adalah Nugroho Notosusanto, seorang ahli sejarah era orde baru yang menggagas didirikannya sebuah museum untuk mengabadikan peran TNI dalam perjalanan sejarah Indonesia. Ahli sejarah bergelar Profesor Doktor itu memang punya hubungan yang erat dengan TNI, ia pernah menjabat Kepala Sejarah ABRI, Pengajar SESKO ABRI, juga pengajar pada Lemhanas.
tragic, gut-wrenching, sometimes absurd, mystical, ironic and magical, this is my favorite of all the books that my father penned (Tiga Kota is also unforgettable, even more absurd, but now i understand it completely - it felt strange because we are from a totally different societies, living only mere miles apart). Now i look at today's news and i understand how all these stories he wrote reflected what was going on back then and how hauntingly beautiful these relationships are.