Jump to ratings and reviews
Rate this book
Rate this book
Pembaca tersayang,

Dari Paris, sepotong kisah cinta bergulir, merupakan racikan istimewa dari tangan terampil Prisca Primasari yang sudah dikenal reputasinya dengan karya-karya sebelumnya Éclair, Beautiful Mistake, dan Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa.

Ini tentang sebuah pertemuan takdir Aline dan seorang laki-laki bernama Sena. Terlepas dari hal-hal menarik yang dia temukan di diri orang itu, Sena menyimpan misteri, seperti mengapa Aline diajaknya bertemu di Bastille yang jelas-jelas adalah bekas penjara, pukul 12 malam pula? Dan mengapa pula laki-laki itu sangat hobi mendatangi tempat-tempat seperti pemakaman Père Lachaise yang konon berhantu?

Setiap tempat punya cerita.
Dan inilah sepotong kisah cinta yang kami kirimkan dari Paris dengan prangko yang berbau harum.

Enjoy the journey,

EDITOR

224 pages, Mass Market Paperback

First published January 1, 2013

88 people are currently reading
2284 people want to read

About the author

Prisca Primasari

37 books678 followers
English Literature graduate. A sleeping witch who loves pastel goth, sugar, spice, and everything nice.

Her hobbies are writing, traveling, reading all kinda literary works, watching movies and anime, and listening to music.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
752 (32%)
4 stars
778 (33%)
3 stars
587 (25%)
2 stars
155 (6%)
1 star
31 (1%)
Displaying 1 - 30 of 333 reviews
Profile Image for Moemoe Rizal.
Author 11 books100 followers
February 6, 2013
Enough said, for me this is a five star novel.

Bukan karena Prisca Primasari sahabat saya.
Bukan karena setiap makan siang saya selalu bersama Prisca.
Bukan karena Prisca curhat ke saya soal proses pembuatan buku Paris ini.
Bukan karena bukunya saya dapat gratisan dari Prisca.

Lebih karena memang saya menikmati bukunya.

Satu-satunya review yang bisa saya beri adalah:
Saya iri.

Chocoreto-nya Prisca di Beautiful Mistake saya beri bintang tiga, karena hanya sampai situlah kepuasan saya. Di sini, saya seperti membaca buku sastra yang dikemas kasual. Kalau buku ini minuman, saya akan menyebut ini: Smoothies Lychee-Oreo. Menggigit.

Terima kasih Prisca karena membuka beberapa pandangan saya terhadap ilmu kepenulisan.

NB:
Saya nulis review tidak dalam keadaan disekap Prisca di Place de la Bastille dan ditodong senapan zaman-zaman Medieval, lalu disuruh ngasih review bintang lima. LOL. Dan saya nggak expect Prisca untuk ngasih balik bintang lima juga buat buku saya.

I'm just simply enjoy it.
Profile Image for Anastasia Cynthia.
286 reviews
July 13, 2013
Pertama kali menjumpai "Paris: Aline", gue bergumam dalam hati, untung ini belum hilang. Bisa dibilang gue terlalu mencla-mencle saat memutuskan mana kisah STPC yang harus gue punya selanjutnya. Dari "Paris: Aline", daya tariknya ada pada desain sampul. Kelabu, mungkin bisa dianalogikan seperti gedung-gedung tua yang ada di Kota Paris. Sekaligus membawa kesan vintage yang begitu feminis.

Ini pertama kalinya gue membaca buku Prisca Primasari, setelah sebelum-sebelumnya, para teman yang gemar membaca buku mainstream romance ala Gagasmedia, sempat menyarankan gue untuk membaca bukunya. Well, dan baru sekarang ini nih akhirnya berkesempatan untuk menilik ke balik sampulnya. Dari buku-buku sebelumnya, sepertinya ini bukan pertama kalinya Prisca Primasari menulis dengan latar luar negeri. Ada Eclair yang mengambil setting di Rusia (kalau tidak salah), dan sekarang Paris.

Kisahnya simpel, tentang acara cemburuan seorang Aline, mahasiswa Indonesia yang sedang merasa homesick akan tanah airnya. Di hari yang sama, ia malah mendengar kabar kalau gebetannya, Putra si Ubur-ubur itu ternyata malah memilih Lucie ketimbang dirinya. Tapi, kejadian patah hati itu gak berhenti sampai di sana. Tanpa disangka Aline menemukan sebentuk vas porselen di pinggir jalan. Dibuang oleh pemiliknya. Tapi, di samping vas buatan tangan itu, Aline menemukan sobekan kertas yang bertulisan Aelous Sena. Nama seorang lelaki yang mungkin pemilik dari vas rompal itu. Lantas, ia mencari nama tersebut dengan bantuan Twitter, hingga mengontaknya melalui email. Keduanya berhasil membuat janji. Alih-alih, bukan janji biasa. Bagaimana dengan Place de la Bastille pukul dua belas, tengah malam? Sinting. Aline tahu benar kalau sesungguhnya tempat itu adalah lokasi para tahanan menerima hukuman pancung kepala? Lantas, seperti apakah Aelous Sena yang akan ditemuinya?


---------------------------

Ceritanya konyol, itu kesan pertama yang gue tangkep saat selesai membaca "Paris: Aline". Bisa dibilang gue malah melihat sedikit klise-klise dari anime Nodame Cantabile. Keduanya sama-sama menghuni Paris, Aline pun diceritakan sebagai seorang yang menggandrungi manga "Cinderella Express", mirip Nodame yang gemar "Puri Gorota". Tapi, mungkin bedanya si Aeolus Sena itu. Bisa jadi dia jelmaan dari Megumi Noda dalam wujud seorang laki-laki. Salah satu kepiawaian Prisca, yaitu ia sanggup membuat karakter-karakternya begitu hidup dan kontras. Sena yang digambarkan memiliki watak ekstentrik, sedangkan Aline yang bisa dibilang pesimis. Satu lagi Kak Ezra; ya, sepertinya dia bisa menjadi penengah di sini, seperti Chiaki-sama di Nodame Cantabile. Tapi, sungguh, bagaimana Prisca menggambar Sena itu benar-benar unik. Dengan dialog yang menggebu-gebu dan juga penokohannya yang tidak menggunakan pakaian yang sekenannya.

Jauh di balik itu, Sena juga digambarkan seperti mengubur banyak rahasia. Sampai akhirnya terungkap misteri sesungguhnya di bagian pertengahan hingga ke belakang. Secara keseluruhan, gue bisa menyimpulkan kalau "Paris: Aline" adalah plot anime yang coba diterjemahkan ke dalam bentuk novel. Dari konflik-konfliknya pun terlihat sepreti cerita-cerita drama di teve. Tidak neko-neko, tidak memerlukan pemikiran keras untuk mengikuti alurnya, hanya saja banyak kejadian yang faktanya dapat dibelokkan secara tiba-tiba (seperti plot k-drama).

Endingnya pun terlihat sangat gamblang dan konkret alih-alih bermakna konotasi seperti yang dibuat Winna Efendi dalam "Melbourne: Rewind". Dan untuk urusan jalan-jalannya berkeliling di Kota Paris. Gue suka nih, cara Prisca saat menggambarkannya. Dia gak hanya meng-capture jalanan dan tempat-tempat pentingnya, tapi juga ikut melibatkan sejarah sekaligus sastra-sastra yang memang gue suka juga dari dulu. Mulai dari Victor Hugo sampai Chopin. Kendati, terasa klise, tapi itu malah membantu pembaca untuk tidak neko-neko untuk membayangkan apa yang coba dituliskan olehnya.

Sebagai penutup, gue kasih bintang 3 dari 5. Bukan lantaran kurang memuaskan, tapi lagi-lagi, maybe, it's not my cup of tea. Dari genre-nya, dan juga gue memang kurang suka dengan cerita-cerita yang mirip drama ketimbang novel yang menyisipkan plot-plot ruwet bin aneh di dalamnya.

"Paris: Aline" asyik banget dinikmati sebagai bacaan ringan, seperti berjalan di atas jembatan yang membelah Sungai Sienne, menghibur, tenang, sekaligus asyik juga tersenyum di sore hari.

Profile Image for Shafira Indika.
303 reviews233 followers
March 19, 2023
Akhirnya memutuskan untuk begadang buat namatin buku ini!

Udah lama banget nih aku ga baca romance indonesia lagi dan akhirnya... setelah memendam tidak begitu lama di rak buku... aku baca buku ini. Setelah baca buku ini, aku tuh jadi pengen baca series STPC lainnya. Buku-buku STPC ini sempet jadi objek menarik tiap aku ke gramed. Waktu itu aku masih SMP dan hanya kesampaian beli "London" doang wkwkwk😂 Seingetku sempet baca "Melbourne" juga (minjem temen) tapi ga kelar. Huft kangen banget masa-masa baca romance gumushh deh? Rasanya aku pengen reread "London" serta buku lainnya yang aku baca berulang-ulang waktu SMP🥲

Oke kembali ke buku "Paris" ini. Buku ini merupakan perkenalan pertamaku dengan tulisan Prisca Primasari yang ternyata sangat sesuai dengan seleraku. Dalam buku "Paris" ini formatnya diary tapi bagiku ga kerasa diary-diary amat sih. Tapi aku tetep suka sama layoutnya yang beneran dibikin kyk kertas diary dan disisipkan ilustrasi-ilustrasi estetik juga.

Tokoh utamanya namanya Aline, seorang mahasiswa S2 di Paris. Sejujurnya dia ga pengen kuliah disana. Ayahnya yang pengen dan dia berusaha mewujudkan impian ayahnya itu terlebih karena ayahnya udah meninggal. Oh iya Aline ini kerja di sebuah bistro yang menjual makanan khas Indonesia. Nah suatu hari, salah satu rekan kerja Aline disana, yang merupakan crush-nya Aline, jadian! Sama cewek yang emang cantik sih yaa... tapi Aline kesel. Galau jadinya. Pas pulang, dia duduk di taman meratapi cintanya yang bertepuk sebelah tangan. Lalu, datanglah petugas kebersihan yang menemukan pecahan porselen di sekitar sana. Singkat cerita, Aline bawa pulang dan berusaha cari si pemiliknya ini soalnya tu porselen keliatannya mahal gitu loh. Turns out, yang punya orang Indonesia. Akhirnya Aline mulai berkenalan dengan sosok lelaki yang... unik. Namanya Aeolus Sena.

Sena ini meskipun udah beberapa kali jalan sama Aline, tetep aja misterius. Aline gatau Sena asalnya darimana, tinggal dimana, kerja dimana. Tapi yahh yang misterius gini seringkali lebih menarik kan? Padahal, di sisi lain si Aline ini juga punya tetangga, namanya kak Ezra, yang kelihatannya care sama dia. Tapi ini bukan cerita tentang cinta segitiga kok. Bagi kalian yang gasuka sama love triangle trope, jangan skip buku ini ya.. ceritanya bukan itu kok.

Lama kelamaan, mulai keliatan deh siapa sih Sena ini sebenarnya. Apa sih yang selama ini dia sembunyiin? Kenapa dia tertutup banget? Walaupun yang di bagian sini aku sempet ngerasa aneh dan kurang sreg gitu sih kyk 'hah emang ada ya beginian'? TAPII mungkin akunya aja yang kurang piknik kali yee jadi gatau ada hal-hal begini🤔 Lalu apa kelanjutannya? Susah sih ya nyeritain ini tanpa spoiler. Jadi kusaranin mending baca aja sihh.

Sejujurnya, aku bisa bahas beberapa hal yang menjadikanku ga nge-rate ini dengan sempurna sekaligus hal-hal yang aku kurang sreg dari buku ini. Tapi, karena buku ini entah mengapa terasa comforting dan aku juga merasa buku ini nagih banget buat diselesaikan hingga habis, aku gamau bahas dengan detail sih ya. Terlepas dari apa yang nanti kusampaikan, buku ini tetep bisa dinikmati. Writing style-nya oke. Penggambaran latarnya oke. Penokohannya juga oke2 aja.

Aku suka cara penulis yang unfolds backstory para tokohnya tu pelan-pelan. Kyk kita tu ga langsung ngeh Aline nih siapa sih, ngapain sih dia, kok dia begini sih, melainkan pelan-pelan mengenal sosok Aline ini. Hal yang sama juga berlaku dengan tokoh lainnya. Namun, menurutku hal ini bisa lebih dieksplor lagi sih soalnya potensial buat bikin feeling-nya lebih dapet gitu loh. Singkatnya, menurutku buku ini tuh oke. Dari segi penceritaan, penokohan, penggambaran latar. Oke semua. Tapi bagiku kurang emosional aja gituloh... pas dia seneng/sedih tu aku ga sepenuhnya berbagi rasa tsb dengan Aline ataupun yang lainnya. Laluu sbnrnya aku masih mencari dimana chemistry Aline-Sena gituloh wkwk (dan chemistry dia ddengan kak Ezra jg mana sih?? But at least kak ezra nunjukin dia BETUL BETUL sayang meanwhile si Sena hmm aku masih kurang nangkep sih?)

Gitu sih yaa... despite all of those, i still recommend this book! Especially if u need a light romance read!
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Alvi Syahrin.
Author 11 books725 followers
February 15, 2013
3,5 bintang.

Hal yang saya suka dari novel ini:
- Pemilihan nama tokoh, Aline dan Sena. Nama itu sederhana, tapi bagus. Dan nama-nama yang saya sukai bisa meningkatkan mood dalam membaca.
- Rahasia di balik kehidupan Sena. Itu keren banget, sangat keren bahkan, apalagi ketika Aline terjebak ke dalamnya. Saya tidak bisa berhenti membaca!
- Halaman terakhir dari buku ini. Lucu dan manis. I don't feel much about their chemistry, but to me they are the perfect couple.

Tidak ada yang saya tidak sukai dari novel ini. Semuanya saya suka, tapi...
Andai saja penulis membuat saya semakin 'percaya' mengapa Aline harus bertindak untuk bertemu Sena padahal sudah dikecewakan berkali-kali.
Andai saja rahasia di balik Sena semakin diperdalam, dijelaskan secara rinci. Bagaimana cerita tentang Sena bisa selamat, bagaimana Aline menolong Sena keluar diam-diam/berontak dari rumah itu. Pasti bakal lebih seru. Dan saya nggak segan-segan menggenapkan 5 bintang nantinya. :D

Kalau disuruh memilih antara Kastil Es atau Paris, saya bingung harus memilih yang mana. Akhir-akhir ini, saya baca Kastil Es dan saya semakin suka setiap baca ulang. Lalu, Paris, ada satu hal mengenai Paris yang Kastil Es tidak punya dan sampai saat saya menuliskan review ini, saya belum tahu apa itu. Yang jelas saya selalu menanti novel-novel Mbak Prisca berikutnya.
Profile Image for Devita Natalia.
105 reviews19 followers
February 1, 2013
Saat buka buku ini spontan bilang "Wow".. baru kali ini gue kagum dengan cover gagas. Emank sih cover gagas selalu oke, tapi untuk kali ini keren banget. Di dalam buka ada post card yang bergambar menara Eiffel.. bagus banget. 2 jempol untuk yang desain buku ini. :)
Dan kagum juga sama penulis, ceritanya nggak pernah mengecewakan.

Buku ini menceritakan tentang Aline, mahasiswi asal Indonesia yang belajar di Paris. Aline yang baru saja patah hati karena orang yang dia suka malah jadian dengan wanita lain. Saat meratapi diri di suatu taman, Aline menemukan pecahan porselen yang kalau disatukan terlihat tulisan Aeolus Sena. Bermodal nama itu Aline mencari siapa pemilik porselen tersebut. Sampai ia menemukan alamat email Aeolus Sena. Mereka akhirnya membuat janji bertemu. Dua kali janji, Aeolus Sena tidak pernah datang. Untuk pertemuan berikutnya, Aleous Sena berjanji memenuhi semua permintaan Aline. Tiga permintaan asal Aline mau datang. Pertemuan ketiga berhasil. Alhasil, mereka sering jalan bersama.

Dari tiga permintaan, permintaan yang pertama yaitu Aline ingin kembali ke Jakarta dan bertemu Ibunya. Kedua, Aline ingin hubungan lelaki yang dia suka putus dengan pacarnya. Ketiga.. (mesti baca sendiri ya)

Pertemuan Aline dan Sena yang cukup sering membuat Aline mengetahui masalah yang menimpa Sena. Perjuangan Aline membantu dan menunggu Sena yang membuat hubungan mereka happy ending.

Untuk selanjutnya dibaca sendiri. :)

Dari semua buku Prisca primasari, buku ini lebih ringan untuk dibaca dan yang pasti tetep menarik untuk diikutin karena banyak hal yang bisa dipelajarin di buku ini dari sejarah negara paris dan juga bahasanya.

Dan satu lagi, gue suka kalimat yang selalu ada di awal bab....
"I love you not because of who you are, but because of who I am when I am with you"

Ditunggu buku selanjutnya... :)
Profile Image for Akaigita.
Author 6 books237 followers
July 15, 2021
"Yang percaya diri sedikit kenapa, sih?"
- Sena kepada Aline

Aaaah... seperti biasa, cerita-cerita yang ditulis Kak Prisca itu manis dan muram di saat bersamaan. Atmosfer Parisnya terasa sekali, dan yuniknya tokoh-tokoh di buku ini pergi ke tempat-tempat yang less famous kalau dibandingkan Eiffel dan sebangsanya. Dan nuansa muramnya khas sekali (eh, tadi udah bilang).

Cerita ini, di balik nuansa manis dan sifat-sifat karakternya yang komikal, menyimpan pesan moral yang kelam. Bahwa kasih sayang orang tua itu bisa jadi toxic (aduh, ngeri banget terjebak sama suami-istri Poussin), bahwa bersikap rendah diri di saat semua orang di sekitarmu ingin mengunggulimu hanya akan menghancurkanmu, bahwa cinta itu membuatmu merasa hanya hal-hal terbaik yang terjadi padamu (Kak Ezraaaaaa 😭).

Aku suka plot cewek menyelamatkan cowok kayak di buku ini. Cowok itu nggak harus jadi pahlawan kuat serta macho dan cewek itu nggak harus jadi damsel in distress terus. Begitu tiba di bagian Aline terjebak di rumah tukang reparasi mesin tik aku jadi teringat buku Polisi Kenangan, dan sekarang kelihatannya aku mulai punya fetish sama mesin tik tua, hahaha.

Ada beberapa hal yang ganjil (alias ganjel) juga sih dari cerita ini, tapi termaafkan karena aku sudah bucin sama cerita Kak Prisca dari lama.

Ya ampun Aline, Kak Ezra kamu lupain 😭 emang seganteng apa sih Sena sampai kamu todong di bandara?
Profile Image for Autmn Reader.
881 reviews91 followers
November 3, 2021
Dari seri STPC nya gagas. Aku cuman bca Paris, Melbourne, sama Bangkok. Dan aku lupa total sma Melbourne dan Bangkok. Paris, satu2nya STPC yg kuinget ampe skrang dan root for chara-nya. Sena. Suka aja ku sama dia dari dulu. Keknya, dari semua tokoh buku2nya Mbak Prisca, Sena itu favoritku, deh. Walaupun bisa aja nanti ganti kalau baca yg lain. 😂

Udah, aku nggak berniat review sih, cuman mau mumbling aja. Wkwk. Intiny, aku cinta Aeolis Sena. Uwooow.
Profile Image for Rachel Yuska.
Author 9 books245 followers
September 12, 2013


Dibuka dengan Sevigne yang menerima paket dari sahabatnya, Aline. Paket tersebut berisi undangan pernikahan dan diary Aline.

Lalu kisah tentang Aline dimulai ketika ia patah hati melihat Ubur-Ubur yang jadian dengan Lucie di bistro Indonesia tempat Aline bekerja part time. Karena patah hati, Aline minta cuti seminggu dari pekerjaannya (hmmm... agak berlebihan. Gara-gara patah hati gebetan jadian sama orang lain minta cuti seminggu, bagaimana kalau ada anggota keluarga yang meninggal?). 
Setelah diijinkan untuk cuti, Aline berjalan-jalan di Jardin du Luxembourg. Ketika ia duduk di bangku taman, Di dekat kaki bangku taman, seonggok porselen pecah menarik perhatian Aline. Setelah menyatukan kepingan-kepingannya, sebuah nama yamg diduga sebagai pemilik porselen itu terbaca dengan jelas: Aeolus Sena. 
Akhirnya Aline memutuskan untuk membawa porselen tersebut ke apartemennya di Quartier Latin. Setelah browsing, Aline menemukan alamat email Sena dan mereka mengadakan janji temu di Place de la Bastille jam 12 malam. Ok, memamg seniman itu rata-rata eksentrik. Namun janji temu jam 12 malam di penjara Bastille? Sounds like a serial killer. Ironisnya, si pria bernama Sena tidak muncul dan membatalkan janji via email. Minus dua deh penilaian gue terhadap cowok tidak gentleman ini.
Esok paginya, Aline menerima email dari Sena yang meminta bertemu kembali di Penjara Bastille (teuteup) jam 12 malam (cape deh). Dan, berapa kali dia membatalkan janji? Dua kali berturut-turut, menelantarkan seorang gadis tengah malam di Bastille. Untung malam kedua Aline ditemani oleh Ezra. Minus tiga buat Sena.
Esok siangnya, Aline dan Sena bertemu untuk pertama kalinya waktu makan siang di Beaumarchais Boulangerie, toko roti khas Prancis di dekat penjara Bastille.

20130912-112917.jpg
Pic from here

Sena ternyata berpenampilan seperti member boyband Korea yang memakai shawl berlapis warna-warni. Kebayangnya sih dia ini rada androgyny. Ditambah bawel dan narsis, mirip banget sama Kim Heechul ya. 

20130912-111249.jpg

Sebelumnya, Sena janji untuk berusaha mengabulkan permintaan Aline karena membatalkan janji dua kali. Aline bercerita bahwa ia minta dibelikan tiket pulang ke Indonesia karena simpanannya menipis.
Menurut penuturan Aline, ia ke Paris karena menuruti kemauan ayahnya agar ia mengambil program S2 Sejarah di Pantheon-Sorbonne atau Universite Paris 1.

20130912-112404.jpg
Pic from here

Aline merasa perlu merecharge diri di Indonesia sebelum kembali lagi ke Paris. Drame bergulir antara Aline-Sena-Ubur-Ubur-Lucie. Gue nggak akan memberi spoiler, silahkan dibaca sendiri saja novelnya.


Kalimat yang agak mengganggu:
"Apa paling kamu rindukan dari Indonesia apa?" (hal. 52)
Mungkin seharusnya apa yang paling kamu rindukan dari Indonesia. 

Lalu, adegan Aline yang mengirim email kepada mamanya. Ia sebenarnya kangen pada mamanya dan ingin mendengar suaranya, namun biaya international call mahal. Ehem, jaman sekarang sudah canggih. Ada YM yang bisa sekaligus webcam atau Skype. Entah setting novel ini tahun berapa. Mungkin sebelum ada webcam ya. Tunggu, seharusnya sih tahun-tahun sekarang, karena ada adegan Tina menyodorkan ipad pada Sena ketika ia ingin Sena membaca hasil tulisannya.

Lalu, ketika Aline dan Sena mencicipi makanan di bistro tempat Aline bekerja, Sena mengeluh kalau rasanya hambar. Aline meracau tentang rekan-rekannya yang terkesan asal dalam membumbui masakan dan tidak mendengar saran dari Aline. Pemilik bistro tersebut Monsieur Borodin, mantan chef Prancis yang kurang ahli dalam meracik masakan Indonesia. 
Ok, I don't get this. Sebuah resto atau bistro pasti memiliki head of chef yang mengontrol kualitas makanan. Sebelum makanan tersaji di meja customer, bukankah seharusnya head of chef mencicipi terlebih dahulu? Dan ini bistro di Prancis lho, bukan warteg di Indonesia yang kerap luput dari quality control. Ditambah kinerja para pekerja bistro yang bersikap profesional jika ada bos saja. 

Mungkin novel ini lebih cocok diberi label teen lit ya, karena ceritanya sangat remaja, dan terus terang gue yang sudah kepala tiga kurang cocok dengan genre ini. Seperti tidak ada koneksi. This novel is definitely not for me.

Di luar itu semua, novel ini asyik buat diikuti. Kita diajak menyusuri kota Paris bersama Aline dan Sena. 





Profile Image for Bila.
315 reviews21 followers
June 16, 2020
Berhati-hatilah dengan yang kau sukai. Suatu saat, kau akan mengerti bahwa seantero kesuraman ini tidaklah semenarik kelihatannya. Sama sekali. (hal. 85)


Whew, walaupun buku ini kubaca berdekatan dengan Éclair, tapi ga bikin aku bosan. Biasanya kalau baca 2 buku dari satu penulis dalam waktu berdekatan bosan loh wkwk.

Lhoo kenapa? Tentu saja karena Sena yang unik! Gayanya nyentrik dengan senyuman aneh dan super antusias. Tapi belum tentu bisa dicintai (diterima) banyak orang 🤣🤣🤣 (baca sendiri!)

Bagaimana dengan Aline? Sekilas dia mengingatkanku akan Rachel di Evergreen tapi versi leeeeebih mending (IYA AKU MALAH BACA ITU DULU WKWK). Setidaknya Aline ga seputus asa itu. Aaah, intinya, dia tokoh yang manusiawi. Kekesalan hatinya sangat bisa dimaklumi walau kadang gemes IH pengen cubit 🤣🤣

Ceritanya ga dominan dengan kehangatan seperti biasanya. Ada kesal, tawa haha hihi, ledakan cinta, kengerian juga ada. Serius, after feel-nya beda. Bukan berarti jelek sih.

Sayang ada bagian kecil yang sedikit mengganggu, yaitu beberapa kata bahasa Perancis yang ga ada catatan terjemahannya (walau kalau dibaca terus bakal paham juga) (kuberi tahu aja, aku baru ngeh kalau Boulangerie berarti bakery bukan pas baca chapter yang menyebutkan itu pertama kali, tapi malah pas "belajar bersama Duo" 🤣(baca: itu, Duolingo *plak))

Dan satu lagi: aku kurang suka Ezra yang too good to be true.

Kalau kalian butuh bacaan yang tipis dengan tokoh yang unik dan kalian bosan dengan kisah yang terlalu hangat...coba baca ini deh.
Profile Image for Unn Lovegood.
259 reviews1 follower
May 17, 2023
3,7/5🌟
(📚57/100)

Well, unfortunately kedua kalinya baca karya kak Prisca dan yang ini sedikit kureng dari segi ceritanya. Kaya kenapa Sena ended up ditempat itu, terus kenapa kejadian Putra sama Lusi putus, itutuh menurutku masih kurang diperdalam.

Tapi disisi lain ku akui kalau narasinya enak banget buat dibaca, so aku tetep bakal baca buku-bukunya kak Prisca yang lain.

Overall ya fine read for me.

@unn.withbooks 🌻
Profile Image for Vania Macaire.
112 reviews53 followers
April 27, 2022
Rate: 3.5🌟
Hal yg aku suka dari buku ini:
1. Aku malah salfok ke perasaanya Ka Ezra yg bertepuk sebelah tangan.
2. Isi video yg dibuat Sena utk Aline (ttg Ka Ezra).
3. Perjuangan Aline utk menolong Sena di kediaman pasangan Pousin
4. Latar tempatnya, Paris!!

Buat temen² yg suka sama genre romance yg bikin perasaan nano², dan pendukung para second lead kek aku, boleh bgt baca buku ini hihi.

Review lengkapnya bisa cek di Instagramku @macairebooks.
Profile Image for Pauline Destinugrainy.
Author 1 book265 followers
September 18, 2013
Akhirnya… saya memulai journey ke beberapa tempat di dunia melalui Setiap Tempat Punya Cerita. Persinggahan pertama adalah Paris. Prisca Primasari sebagai “pemandu”-nya membawa saya berjalan-jalan ke Quartier Latin, Place de la Bastille, Beaumarchais Boulangerie, Place des Vosges dan masih banyak tempat lainnya. Bonusnya, saya disuguhkan sebuah buku harian yang berkisah tentang Aline, gadis Indonesia yang sedang menempuh studinya di sana.


Aline bekerja paruh waktu di sebuah bistro yang menyajikan masakan Indonesia. Rupanya Aline menyukai salah satu rekannya (asal Indonesia juga) yang sama-sama bekerja di bistro itu. Sayangnya, Putra (a.k.a Ubur-Ubur) malah jatuh cinta pada gadis Perancis dan menjelek-jelekkan Aline. Karena kesal, Aline mumutuskan untuk cuti seminggu dari pekerjaannya. Aline kemudian pulang ke apartemennya, tetapi sebelumnya dia menemukan porselen dengan sebuah nama Aelous Sena. Melihat porselen yang mahal itu, Aline berpikir bahwa mungkin Aelous Sena ini membutuhkan benda yang ada di tangannya. Aline menghubungi Sena setelah mencari informasi tentang dirinya di internet.

Anehnya, pemilik porselen itu malah mengajaknya ketemu di Place de la Bastille pada jam 12 malam. Penasaran dengan pemilik porselen itu, Aline memenuhi permintaan Sena hanya untuk mendapati bahwa Sena tidak datang. Untungnya ada Ezra, seniornya yang mau menemaninya di sana. Setelah berkali-kali membuat janji, akhirnya Aline bisa bertemu dengan Sena. Sebagai rasa terima kasihnya, Sena berjanji memenuhi 3 permintaan Aline.

Permintaan Aline yang pertama adalah dia ingin sekali pulang karena kangen dengan mama-nya. Sayangnya dia tidak bisa pulang karena tidak punya uang. Sena pun memberikan uang tiket dan menyarankan kepada Aline, supaya mama-nya saja yang datang ke Paris. Tapi tentu saja tidak semudah itu mendatangkan mama-nya. Ada banyak surat-surat yang harus diurus. Permintaan kedua Aline adalah dia ingin Sena membuat hubungan Ubur-Ubur dan gadis Perancisnya putus. Hal yang menurut Sena tidak bisa berhasil karena keduanya terlihat saling mencintai. Sena malah menyarankan Aline mencari cowok lain saja.

Sayangnya… saya tidak bisa “masuk” dalam kisah Aline. Mungkin karena terlalu banyak detail tentang Aline yang diceritakan oleh Prisca tapi semuanya terasa nanggung. Aline yang pandai menggambar, Aline yang kangen mama, Aline yang takut mengecewakan almarhum papanya, Aline yang patah hati, Aline yang tidak percaya diri tapi berani menolong Sena yang misterius. Belum lagi tokoh Ezra yang hanya muncul sebagai pemanis. Atau tokoh Sevigne yang seakan memperkuat rasa Paris di dalam hidup Aline.

Ada banyak hal yang membuat saya bertanya-tanya. Aline di Paris pada tahun 2010 (dilihat dari tanggal di diary-nya). Aline mengeluhkan dia tidak bisa menelpon mamanya untuk melampiaskan rasa kangennya, dan hanya berkirim email. Rasanya internet di Perancis bukan hal yang mewah seperti kita di Indonesia ini. Apa salahnya sih pake Skype? Kalau mamanya cukup familier dengan email, bisa dong pake Skype. Mama saya saja yang di pelosok sana, ga punya email menuntut untuk Skype-an hampir tiap minggu :D

Yang kedua, ketika Aline datang ke rumah keluarga Poussin untuk menjemput Sena. Berhari-hari disekap di sana, dia tidak bisa bertemu Sena yang ada di dalam rumah yang sama. Lalu tiba-tiba Sena tampil bak pahlawan yang berani mengeluarkan diri mereka berdua dari dalam rumah itu. Kalau Sena bisa melawan keluarga Poussin hanya untuk membawa Aline keluar, apa yang membuat dia mau tinggal menderita di rumah itu sebelumnya? Rasa hormatnya pada mendiang Nino anak keluarga Poussin? Atau cintanya pada Aline? Entahlah.

Mungkin memang saya yang ga pas dengan kota Paris. Kota penuh cinta dimana cinta dalam bentuk yang rumit pun bisa terjadi. Di tangan saya sudah ada tiket ke Melbourne dan Bangkok. Well… saya sebaiknya segera bersiap-siap untuk mencari cerita di kota lain.
Profile Image for ☆ chu ☆.
96 reviews17 followers
November 19, 2022
wah page turning banget ahahaha ga nyangka bakal secepet ini bacanya🙈

alur dan plotnya fast paced, tp aku malah kurang dapet chemistry antara aline & sena:( trs jg side characters and their problems kyk apa ya hm... nanggung gitu rasanya(?)

narasi dan bahasanya mudah dipahami kok! jd pengen ke paris deh😢😢
Profile Image for C Savita.
38 reviews
May 9, 2013
"Muncul, lenyap, muncul, lenyap... dia benar-benar terbiasa melakukannya ya...? Bagai kerlip bintang.. Apa dia tidak mengerti bahwa aku..."

Aline Ofeli. Gadis yang mendamparkan diri di kota Paris demi memenuhi permintaan sang ayah untuk melanjutkan kuliahnya disana. Kota Paris yang terlihat indah ternyata tidak membuatnya nyaman tinggal krn kehidupannya yg bertolak belakang dg keindahan tersebut membuatnya enggan menjalani hari2nya. Gebetannya jadian.. Teman2 kerja part-time nya yg menyebalkan.. Kuliahnya yg tidak disukainya..... Sampai ia menemukan pecahan porselen milik Aeolus Sena. Laki2 jahil, konyol, tapi misterius yg tidak bisa ditebak. Atau bisa dibilang agak gila? Bagaimana Aline menganggapnya waras jika Sena memintanya mengembalikan porselen itu di Place de la Bastille yg konon berhantu.. dan parahnya, jam 12 malam? Rasa penasaran membawa Aline ke tempat itu, mencoba mengenal sena, dan kebiasaannya yang muncul lalu menghilang tanpa alasan jelas..

"Trés bien.. Sampai ketemu."

Huwaaah, akhirnya sy baca novel ini! Belinya sebelun UN, nitip, dan baru sempet kebaca sekarang. Yah sebenarnya 12 halaman terakhir di novel yg dibeli ini hilang, cacat maksudnya.. Tp sudahlah, nnti sy baca lanjutannya.. Hm, jadi review sy ga banyak2 deh. Mbak Prisca mmg gaperlu diragukan lagi kemampuan nulis novelnya.. Udh TOP. Menarik, Unik, Rapi, Detailnya menyenangkan. Apalagi dg desainnya yg skrg.. Nyaman bacanya ;) Tapi, untuk masukan aja, sy agak aneh sdkt baca awalannya.. Agak kurang jelas, pemindahan latar dari tempat ke waktunya terkesan maksa. Jadi agak bingung sedikit sih ya hehe.. Terus.. kayanya karakter Ezra nya kurang diceritain lg sdkit, mungkin. dr sudut pandang Sena, utk memuaskan rasa penasaran sy sebenernya hihi.. oh, dan ttg knp waktu itu sena janji ketemuan sm aline di tempat berikutnya pakai darah segala? tp its no use juga mungkin buat bberapa pembaca. Lalu, beberapa kata2 & kalimat bahasa perancis yg tdk ada terjemahannya sdikit bikin gusar krn gatau artinya T.T

Tapi overall, novel ini recommended dan aku sukaaaa :'3
Profile Image for Sulis Peri Hutan.
1,056 reviews297 followers
April 23, 2013
read more: http://kubikelromance.blogspot.com/20...

Buku ini merupakan salah satu seri dari Setiap Tempat Punya Cerita, proyek kolaborasi pertama GagasMedia dan Bukune. Seri ini menggabungkan fiksi dan traveling experience. Paris adalah seri pertama yang diterbitkan gagasmedia dan buku keempat dari Prisca Primasari yang saya baca setelah Eclair, Beautiful Mistake, Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa (ingatkan saya untuk membuat reviewnya ). Sejak buku pertama saya sudah jatuh cinta dengan tulisan Prisca, jatuh cinta akan karakter tokohnya, setting yang dibuatnya, dan tema cerita yang biasa tetapi dibuat berbeda.

Dari kemasannya aja dulu kali ya, mungkin banyak yang sependapat dengan saya kalo cover dan ilustrasi buku ini kece badai. Cover bagian depannya simple hanya berisi tulisan judul dan informasi lainnya, tapi waktu kita membukanya kita akan menemukan satu halaman lagi yang sejajar dengan halaman judul dan ada bonus post card di dalamnya, di baliknya ada tulisan Paris yang besar sampai tembus cover bagian belakang. Cover bagian belakangnya dibuat seperti post card yang berisi blurb buku ini. Tampilan isinya seperti buku diary disertai ilustri yang sesuai dengan apa yang sedang diceritakan. Jadi, ketika membaca buku ini kita seakan membaca diarynya Aline.

Sekarang ke ceritanya, Di awali dengan Sevigne Devereux, sahabat Aline yang berada di Paris, menerima paket dan sebuah undangan dari Aline, isi paket tersebut adalah sebuah diary yang disertai pengantar yang sangat membuat penasaran. Ketika Sevigne membuka halaman pertama diary tersebut, kita seakan berada di sampingnya untuk ikut membaca dan mengetahui kisah lengkap yang dialami Aline sebelum kembali ke Jakarta.

Aline sangat marah ketika mengetahui Putra atau yang biasa dia sebut dengan si Ubur-Ubur -koki di bistro tempat Aline bekerja paruh waktu- jadian dengan Lucie, rekan sesama kokinya. Terluka kalau melihat pasangan yang sedang mesra itu setiap hari, Aline pun langsung minta cuti, dia pulang dengan mata sembab. Sebelum sampai rumah dia duduk di sebuah taman dekat jalan Jardin du Luxembourg, ada petugas kebersihan yang memberinya pecahan porselen. Untuk melupakan sejenak kesedihannya, dengan iseng Aline mencoba menyatukan pecahan tersebut dan menemukan sebuah nama Aeolus Sena. Karena sepertinya sangat berharga, Aline membawa pulang porselen tersebut dan mencari tahu tentang Aeolus Sena, Aline mencoba memberitahu melalui e-mail Sena yang entah aktif atau tidak kalau porselennya ada padanya. Tidak lama kemudian Sena membalas dan mengajak Aline bertemu di Place de la Bastille pukul 12 malam. Aline langsung menolak, siapa yang mau pergi ke salah satu tempat peling berhantu di Paris? Tempat di mana para tahanan menerima hukuman pemengalan kepala. Aline pun mengiyakan karena permohonan Sena. Ketika Aline tiba di tempat itu sendirian, Sena tidak datang.

Keesokan paginya, Sena mengirimkan e-mail untuk bertemu di tempat dan jam yang sama seperti kemarin, merasa dihantui porselen mahal yang tergeletak di apartemennya Aline menyanggupi. Untungnya kali ini Aline tidak sendirian, tetangganya yang juga mahasiswa dari Indonesia bersedia mengantar Aline ke Bastille, kak Ezra, yang awalnya mengaku ingin melihat eksterior Opera de la Bastille, yang diam-diam menyukai Aline. Sampai pukul satu pagi Sena tidak kunjung datang juga, dia malah mengim e-mail meminta nomor telepon Aline dan seketika itu orang yang sepertinya kurang waras langsung menelepon dan mengatakan kalau tidak bisa datang lagi dan besok saja ketemuannya. Aline pun terpaksa menyetujui karena iming-iming dia boleh minta apa saja dan Sena berjanji kalo tidak datang lagi dia bakalan ketimpa menara Eiffel . Di malam ketiga Sena menepati janjinya.

Permintaan pertama Aline dilontarkan ketika keesokan harinya mereka bertemu di Beaumarchais Boulangerie, dia ingin kembali ke Jakarta tapi masalah financial dan jadwal kuliah yang padat tidak memungkinkan Aline Pulang. Sebenarnya Aline tidak ingin mengambil S2 di Sejarah Pantheo-Sorbonne, almarhum ayahnya bersikeras agar ia bisa kuliah di Paris. Alternatif mengatasi kendala Aline yang tidak bisa pulang, Sena memberikan tiket PP Jakarta-Prancis untuk ibu Aline, yang paling dirindukannya dari Indonesia. Permintaan kedua adalah si Ubur-Ubur dan Lucie putus, dan permintaan ketiga adalah...... baca sendiri

Bersama Aline dan Sena kita akan mengikuti perjalanan mereka menyusuri kota Paris, ke Mainson Victor Hugo, membaca surat cinta dari Victor Hugo untuk istrinya Adele Foucher. Ke pemakaman Pere Lanchaise melihat kuburannya Chopin, Oscar Wilde, Jim Morrison. Menikmati secangkir teh di Mariage Freres.

Ehehehe, dikit banget yak sinopsisnya, ehmmmm karena perjalanan Aline dan Sena mengelilingi kota Paris sangat asik untuk langsung dibaca sendiri, terlebih kenapa Sena sering menghilang dan hanya dapat ditemui di jam-jam tertentu, kenapa selama delapan tahun tinggal di Paris dia belum mengunjungi tempat yang dia datangi bersama Aline, ada apa dengan dia sebenarnya? Kalau saya katakan semua twist-nya akan hilang. Selain kisah yang sangat romantis, buku ini kental banget aura misterinya, terlebih identitas Sena yang minim sekali, hanya sediit informasi tentangnya seperti dia suka fotografi, sudah lulus dua tahun yang lalu dari jurusan perfilman, bekerja paruh waktu di reparasi mesin tik, sudah delapan tahun tinggal di Paris, belum pernah bertemu dengan kakak iparnya.

Selain kemasannya yang saya suka, saya suka sekali dengan Sena, penuh misteri dan ceplas ceplos. Dia tidak tanggung-tanggung dalam hal mengutarakan pendapatnya, terlebih ketika dia jujur akan Aline yang gambarnya sangat bagus daripada teman Aline yang mengaku pandai melukis, Sena langsung bilang kayak benang ruwet, menumpahkan semua cat air ke kertas dengan berkata tanpa memikirkan perasaan yang dikomentarinya. Sedangkan Aline lebih ke yang cepat meledak, sering mengambil keputusan tanpa dipikirkan terlebih dahulu, seperti permintaannya yang kedua. Tetapi dia termasuk orang yang sabar, mau aja diajak ketemu di tempat seram, tiga kali lagi. Penggambaran settingnya pun lumayan rapi, mendatangi tempat satu ke tempat lainnya, kita serasa seperti melihat orang piknik atau yang pernah nonton film Before Sunset bisa dibilang alurnya seperti itu, jalan-jalan sambil mengenal satu sama lain. Bagian favorit saya adalah ketika Sena memberikan rekaman film yang dia buat, isinya romantis sekali .

Kekurangannya kalau menurut saya terlalu cepatnya penyelesaian konflik, masih terlalu misterius antara Sena dan 'atasannya' di mana saya merasakan banyak sekali ganjilnya dan bagaimana nasib permintaan pertama Aline, tidak ada penyelesaiannya. Sebenarnya di kata pengantar penulis sudah berkata jujur, "Bukan berarti diary ini cukup membantu... banyak gab, gambar-gambar nggak jelas, dan pergantian scene yang rasanya terlalu cepat. Tapi, mudah-mudahan kamu nggak keberatan -saya yakin, di tanganmu buku ini akan berubah menjadi vinyet-atau novel- yang indah.". Buku diary ini memang ditujukan Aline untuk sahabatnya yang membutuhkan inspirasi dalam menulis dan ingin menulis vinyet pertemuan antara Aline dan Sena, kalau mengacu pada tujuan awalnya isinya pun sangat sesuai dan lengkap, misteri-misteri yang mengelilingi Sena cukup dia sajalah yang tahu.


To Adele Foucher,
My dearest, when two souls, which have sought each other for, however long in the throng, have finnaly found each other
... a union, fiery and pure as they themselves are...begins on earth and con tinues forever in heaven.


Buku ini saya rekomendasikan buat kamu yang pengen menikmati kota Paris dari sisi yang unik. Dan ya, buku ini sangat indah.

4 sayap untuk reparasi mesin tik.
Profile Image for Winny Puteri.
12 reviews
March 18, 2024
The book that made me so incredibly intrigued about paris. Biasanya paris digambarkan bright and lovely dibuku ini malah tentang sisi ‘anker’nya love bgt 🤍
Profile Image for Vita Masli.
11 reviews
March 1, 2013
Don't judge the book by its cover. Sekali lagi, i warn you (and i warn myself everytime i go to bookstore). Apalagi dengan peraturan toko buku yang seringkali menempelkan secarik kertas bercetak "Terima Kasih Untuk Tidak Membuka Segel", Uh.. pembaca harus pintar pintar menentukan buku manakah yang perlu dibelinya ( dan pintar pintar bagaimana membuka segelnya dengan cantik). Jangan juga terlalu percaya dengan cover back story yang terkadang terlalu galau itu. Read the two paragraph randomly is always helping to decide whether you need to buy a book or just skip it.

Anyway, Paris Aline inilah salah satu contohnya. Covernya sederhana dan bisa saja tertutupi oleh keindahan dan ke-"cute"an sampul-sampul novel lainnya. Warnanya Hijau, dengan tulisan PARIS berwarna merah. Sebuah stempel "Setiap Tempat Punya Cerita" menjadi penanda bahwa novel ini adalah salah satu proyek Gagas Media-Bukune yang sering beredar di timeline twitter. Saya memutuskan untuk membeli ( dicatat yah,dibeli bukan numpang baca!) setelah mengintip isinya. Tentu saja saya harus membuka segel plastiknya dengan niat "kalau gaya penulisannya tidak menarik novel ini akan saya masukkan lagi kedalam bungkus plastiknya dengan hati-hati dan serapih mungkin". Ternyata...

Saya tertarik.
Secara acak saya membuka buka halamannya dan membaca cara penulisannya. Menarik. Huruf tidak terlalu kecil dan rapat, ada ilustrasinya bak stationery dari Korea yang lucu-lucu itu dan hey! Ada postcardnya juga.. Akhirnya saya membawa novel ini ke kasir dan membacanya dalam perjalanan pulang. 212 halaman yang layaknya Diary ini tuntas dengan kepuasan tersendiri.

Paris.. Top of mind kebanyakan orang tentang kota ini adalah "Menara Eifel" lalu disusul "Kota Romantis". Di novel yang bersetting kota Paris ini jangan berharap adegan pertama langsung disuguhi moment romantis lengkap dengan menara Eifell nya. Sudah pernah dengar Place de la Bastille? Salah satu tempat paling berhantu di Paris ini menjadi tempat pertama kalinya sang peran utama Aline,si mahasiswa pasca sarjana Sorbonne bertemu dengan peran utama pria, Sena, seorang Indonesia yang sudah delapan tahun tinggal disana. Awalnya Aline yang sedang patah hati karena cowok teman sekerjanya di sebuah bistro pacaran dengan sesama teman kerja mereka. Tak sanggup menghadapi kenyataan yang begitu membuatnya sedih dan patah hati dia memutuskan untuk minta libur selama seminggu. Dalam perjalanan menuju apartemennya, disebuah sudut bangku taman ia menemukan pecahan porselan. Usut punya usut ternyata porselen itu adalah milik seseorang bernama Sena dan ia orang Indonesia. Setelah dihubungi via email Sena pun mengusulkan untuk bertemu di Place de la Bastille jam 12 malam. Tengah malam di tempat berhantu,perempuan,sendirian pula ternyata tidak membuat Sena berpikir dua kali ketika membatalkan janjian mereka yang pertama, begitupun yang kedua. Tapi Sena bukanlah tipe orang yang tidak tahu berterima kasih apalagi suka merepotkan orang lain. Asalkan porselen itu sampai ke tangannya, Aline bisa minta apa saja pada Sena. Apa saja.

Aline punya tiga permintaan.
Ketika akhirnya mereka bertemu kembali Aline pun memutuskan untuk meminta tiket pesawat pulang kembali ke Indonesia. Aline merasa tak lagi nyaman berada di Paris. IPnya tak pernah bagus, temannya tak pula banyak dan tentu saja ada sedikit unsur patah hati di dalamnya. Aline rindu rumah, dia rindu mamanya. Sena pun mengusulkan jika hanya rindu mama, mengapa bukan mamanya yang datang ke Paris? Sena bersedia menanggung biaya perjalanan pulang pergi. Aline pun setuju.

Trus selesai gitu? Konfliknya mana?
Tenang.. Aline masih punya permintaan kedua. Aline ingin Sena membantunya agar cowok teman sekerjanya ( yang dipanggilnya ubur-ubur) itu putus dengan pacarnya. Lalu ada Ezra, tetangga apartement yang diam-diam juga menyukai Aline. Lalu ada misteri yang disimpan Sena yang membuat Aline akhirnya ikut terlibat. Aline malah sempat berpikir dia sakit jiwa karenanya. Siapakah Sena sebenarnya? Berhasilkah Aline merebut si Ubur-ubur dari pacarnya? Lalu pada siapakah hatinya akan tertambat?

Ah...
Baca novel ini seperti baca diary,karena memang disettingnya seperti itu sih. Dari hari ke hari, satu tempat ke tempat yang lain. Menyusuri tempat-tempat menarik dan "menarik" di Paris dan menemukan kisah cinta tak selamanya romantis walaupun itu terjadi di Paris. Ending bisa jadi tertebak pada siapa hati Aline akan menepi. Toh, novel ini menarik dibaca karena permainan kata-kata dan ilustrasi isinya yang menarik. Ringan tapi tidak cheesy. Romantis tapi tidak picisan. Love is scattered in the air along with the scent of Paris. Sepotong kisah cinta karena semua tempat punya cerita.


http://bittersweet-m-e.blogspot.com
@vitamasli
Profile Image for Khairisa Primawestri.
32 reviews19 followers
February 15, 2014
Nama 'Aline' memang nama yang cukup bagus dan "cantik" untuk dijadikan judul yang mewakili kisah STPC yang ditempatkan di Paris sih ya. Konsep judul STPC keluaran GagasMedia yang "mutlak" menempatkan nama latar tempatnya di depan memang kayaknya membuat "kreasi" pembuatan judulnya jadi mengikuti agar terkesan gak meng-"overshadow" latar tempatnya dengan memilih kata yang irit, tapi tetap mewakili cerita yang dimuat.

Soalnya saya rasa memang bakalan agak gak lucu sih kalau judulnya misal Paris: Dari Pecahan Keramik, atau Paris: Misteri Pemuda Bagai Angin... OKE MAAF INTRONYA =)) but seriously, yah, saya pikir soal judulnya STPC itu menarik, dan khususnya yang Paris ini menariknya karena pakai nama tokoh utamanya untuk judul. Aline, dan "pemuda misterius bagai angin karena seperti kata Aline sendiri, suka tiba-tiba datang dan pergi", Aeolus Sena (dan omong-omong, Aeolus juga nama Dewa Angin bukan sih, fellow PJO fans? #halah) - keduanya bertemu karena pecahan hiasan keramik yang ditemukan Aline di Jardin du Luxembourg. Hiasan keramik yang sudah pecah itu ternyata asalnya dimiliki oleh si pemuda yang meminta tolong Aline mengembalikan padanya dengan janji-temu tengah malam di Bastille, bekas penjara yang konon angker.

Tanda-tanda kalau tokoh cowok ini nyebelin? Iya sih sebenernya, kalau menurut pandangan Aline yang gak-butuh-paparan-cowok-nyebelin lagi (tunggu, kenapa kesannya cowok jadi kayak sinar UV? Oke skip) setelah sukses dibuat patah-hati sama si Ubur-Ubur yang sama-sama kerja di bistro makanan Indonesia milik Monsieur Borodin. Terlepas dari gimana Aeolus Sena ini cukup bisa bikin Aline sebel dengan janji-ganjilnya, si Aeolus Sena ini ternyata memberikan kesan yang "gak biasa" setelah akhirnya Aline bertemu dengannya.


Tadinya, kupikir dia adalah penjaja keliling dari Montmartre. Lehernya penuh syal yang tampaknya dikumpulkan dari semua toko fashion di Paris, dengan beraneka ragam motif, dari yang polkadot hingga Lily of the Valley, menjulur hingga ke perutnya. Pakaiannya kedodoran, berupa sweter bergambar Big Ben dan celana panjang kargo. Kacamata bulatnya pun terlihat kebesaran. Tapi, senyumnya yang sangat lebar itu membuatku lupa untuk bersikap sinis.


Aline yang tidak membiarkan pemuda itu "lolos" begitu saja setelah membuatnya mengikuti janji-temu yang ganjil itu pun meminta agar tiga permintaannya dikabulkan. Jadilah, saat-saat Aline dan Sena yang dihabiskan bersama di Paris pun berlanjut dari janji-temu-ganjil itu. Aline jadi tahu bahwa gak hanya dari penampilan yang membuat Sena terasa berbeda, tapi juga dari sikap dan tindak-tanduk Sena yang berkesan seenaknya sendiri tapi juga ekspresif. Rasanya ada yang disembunyikan Sena di balik keseluruhan paket unik yang diperlihatkannya. Itu, ditambah lagi dengan bagaimana sikap Sena bisa membuat Aline kebingungan dan kepikiran (asek asek jos), apakah Sena akan menjadi masalah atau "hadiah" bagi kehidupan Aline yang sedang cukup down di Paris karena Ubur-Ubur dan juga "kejenuhan" terhadap "berada di Paris karena ambil S2 sesuai keinginan papa"?


"... Nanti pasti kamu akan dapat yang jauh lebih baik.

Tetanggamu itu contohnya."


Musibah atau hadiah dari Sena nggak ada hubungannya sama kak Ezra, tetangga flat Aline yang selalu baik dan perhatian. Bahkan saat Sena ilang-ilangan tak jelas nan penuh misteri serta bertingkah yang senada (#...), kak Ezra akan selalu siap mendengarkan Aline. Widih, sosok karakter Ezra ini emang terasa "abang idaman" banget karena pembawaannya yang tenang bikin ayem. Mau sih ya pesen yang kayak gitu ((PESEN KATANYA)). Meskipun demikian, kenapa juga ya kak Ezra dan Sena sering terlihat membicarakan sesuatu dengan agak sembunyi-sembunyi agar Aline tidak tahu? Apakah ada hubungannya dengan sikap perhatian yang ditunjukkan kak Ezra pada Aline selama ini?

Yehe, yehe, saya pribadi memutuskan untuk menyukai kedua karakter cowok yang dihadirkan kak Prisca di sini setelah benar-benar membaca bukunya^^. Kedua karakter punya kekhasan masing-masing dan berperan beriringan dengan cerita untuk membuat keseluruhan buku ini enak dibaca - mungkin karena halamannya yang gak terlalu tebal juga kali ya? Kisah Aline jadi punya warna tersendiri dengan kedua hommes (maksudnya "laki-laki" dalam bahasa Prancis kalau saya gak salah tata bahasanya) yang seperti bisa mendukung sifat Aline yang merasa inferior dan mudah "ribut" sama hal-hal yang sebenernya sepele (sedikit mengutip perkataan Sena dan kak Ezra di sini).

Baca review selengkapnya di sini: http://krprimawestri.blogspot.com/201...
Profile Image for Leila Rumeila.
990 reviews30 followers
September 3, 2025
The whole story just didn't make sense.
Trope insta-love di sini bener2 engga berhasil di gue.
I can't stand the fact that Sena is a grown man! Kenapa bisa bertahun2 dikurung di rumah stranger yg (not really dikurung sih, mengingat dia masih bisa keluar rumah), but c'mon, engga ada alasan yg masuk akal dari bagian cerita ini, buat gue hal itu cringed banget.
Profile Image for Rayna Marchyiane.
7 reviews6 followers
June 30, 2013
Pas baca judul novel ini di salah satu bookstore terkemuka di jakarta, saya langsung teringat teman baik saya yang sangattttttt menyukai kota paris. Aduh, wanita mana sih yang tidak menyukai kota yang terkenal romantis dengan menara eiffel yang bisa menambah suasana romantis?hahahha. Alasan kedua saya membeli buku ini, saya merasa sering mendengar nama penulis novel ini. Dan setelah saya googling, ternyata saya sudah banyak membaca karya-karya Mbak Prita, seperti eclair, kastil es dan air mancur yang berdansa, beautiful mistake.

Ketika sampai rumah dan membuka lembar pertama novel ini. Saya sangattttt suka design postcard yang terdapat dalam novel ini(makanya beli serial #STPC karena semua serial-nya free post card loh! Hahhaha

Oke, jadi cerita ini mengisahkan cerita seorang wanita bernama Aline yang berasal dari jakarta dan memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Paris. Aline yang kerja paruh waktu di sbuah bistro yang menjual masakan-masakan Indonesia jatuh hati kepada salah satu lelaki yang juga bekeja disana. Akan tetapi, cinta-nya bertepuk sebelah tangan. Aline yang patah hati secara tidak sengaja di pertemukan dengan Sena. Tidak disangka, mereka menjadi sering bertemu&berteman. Sena yang misterius, memberikan 3 permintaan yang akan dikabulkan untuk Aline. 3 permintaan itu menyebabkan mereka menjadi lebih sering bertemu&otomatis menjadi dekat. Kepribadian Sena sangat berbeda dengan Aline. Sena yang sangat cuek(tetapi perhatian), blak-blak an, melengkapi Aline yang simple, baik hati dan selalu mencoba menyenangkan hati orang. Akan tetapi disaat mereka semakin dekat, adapula kak Ezra yang juga sama perhatian(walaupun berbeda dengan Sena). Dimanakah pada akhirnya hati Aline akan berlabuh? Baca sendiri yaaa:))

Ada beberapa hal yang saya sukai dalam buku ini:
1) karakter Sena yang tidak begitu romantis, akan tetapi perhatian. Saya selalu suka dengan karakter Sena yang blak-blak an akan tetapi 'nancep'. Disini, Sena sangat melengkapi Aline yang rapuh.
2) sangat terlihat di novel ini bahwa Kak Prita sukses membawa saya pada indahnya kota paris(selain menara eiffel tentunya).
3) ending yang sweet dan sukses membuat saya tersenyum lega:))
4) yang paling saya sukai adalah lewat karakter Aline, saya bisa semakin mengerti bahwa kadang kita mempunyai kelebihan(lebih tepatnya, semua orang mempunyai kelebihan) akan tetapi kadang kita tidak menyadari. Dan pelajaran yang bisa diambil dari karakter Sena adalah ketika rasanya beban di dunia ini berada di pundak kita, tidak ada salahnya kita masih tersenyum&menikmati dunia ini.

Sedangkan ada juga beberapa kelemahan dalam buku ini(menurut saya lho!):
1) saya nggak begitu suka dengan konflik yang ada, seperti konflik Sena dengan keluarga 'angkat'nya itu sampai kepergian Sena yang tidak memberikan kabar kepada Aline. Entah kenapa menurut saya kurang pas, heheheh.

Sekian review saya, akan tetapi balik lagi, pada awalnya semua itu tergantung tiap orang. Karena semua orang mempunyai selera yang berbeda-beda:))
Profile Image for Lidya Renny Ch.
67 reviews10 followers
February 18, 2015


Judul : Paris - Aline
Penulis : Prisca Primasari
Penerbit: Gagas Media
Jumlah Halaman : 214 Halaman
ISBN : 979-780-577-8
Harga : Pinjem sepupu :D
Rating : 3/5

Aku belum pernah membaca karya Prisca Primasari sebelumnya. Nah kebetulan aku lihat novel PARIS di tempat sepupuku yang kuliah di
Sastra Perancis, UGM, so aku pinjem aja novel ini.

Don't judge a book by it's cover mungkin pantas disematkan kepada novel ini. Bagiku yang menyukai cover dengan gambar-gambar cantik dengan warna menarik tentu covernya yang hijau dan hanya bertuliskan judul PARIS kurang mengundang untuk membeli. Tapi melihat di bagian dalam tertera bahwa novel yang kubaca ini sudah memasuki cetakan ketiga, tentu isinya tidak bisa diremehkan. Jadi aku baca dalam waktu cepat sampai selesai.

Well, ternyata isinya bagus meski kurang romantis padahal berlokasi di Paris yang terkenal sebagai kota dengan keromantisannya.

Novel ini mengisahkan tentang Aline, mahasiswi Indonesia yang kuliah
disana sekaligus bekerja sambilan sebagai kasir di Bistro Lombok.
Disana dia jatuh cinta dengan seorang cowok Indonesia berjulukkan
Ubur-ubur. Sayang cinta itu bertepuk sebelah tangan karena si cowok
lebih memilih wanita yang cantik secara fisik daripada Aline yang
terlihat biasa.

Aline yang patah hati karena si Ubur-ubur ( yang akhirnya diketahui
bernama Putra ) pacaran dengan Lucie ( yang katanya mirip Marion
Cotillard, artis favoritku ) memutuskan untuk cuti sementara dari
pekerjaannya. Saat Alien menyusuri sore hari di Jardin du Luxembourg,
dia menemukan pecahan porselen dengan tulisan "Loin Des Yeux, Loin Du
Coeur" ( Jauh di mata, dekat di hati ). Nama yang tertera di porselen
itu "Aeolus Sena" membuat Alien mengira orang tersebut yang membuat
porselen mahal itu. Jadi dia memutuskan untuk mencari nama orang itu di internet dan mengirim email. Setelah berkali-kali Sena membatalkan
janjian bertemu, akhirnya Sena datang dan mengambil porselen yang telah dilem Alien.

Kisah Aline dan Sena bergulir menjadi drama keluarga. Sena menawarkan
Aline untuk mengabulkan permintaannya karena telah menemukan porselen
yang berharga baginya. Bagai menemukan jin, Alien melemparkan 3
pemintaan. Yang pertama sempat bikin aku mikir, Alien matre juga ya?
Karena dia minta Sena membayarinya pulang ke Indonesia. Lalu pada
permintaan lain Aline yang katanya inferior ( kurang percaya diri ) itu kenapa meminta "menikah" pada Sena?

Well, novel itu cukup menarik, mengingat aku tidak berhenti membacanya sebelum tamat. Dengan bahasa Perancis yang disertakan di beberapa percakapan, membuat pembaca mengetahui sedikit bahasa yang katanya romantis itu.

Oh ya di dalam novel ini juga ada kata "Sailor Pluto" dan "Saint Seiya" yang adalah film anime kesukaanku waktu SD, juga "Cinderella Express", komik karangan komikus Yoko Matsumoto, favoritku. Kisahnya kan Aline ini memang pandai menggambar dan menggemari anime juga.

Jadi kukasih 3 bintang dari 5 bintang di Goodreads deh :)

Profile Image for Dian Putu.
232 reviews9 followers
June 22, 2013
Resensi - PARIS : ALINE “Cinta di sudut lain Kota Paris”

“Gambar saya jelek, kamu cari clip-art dari internet aja.” Dia menatapku tajam. “Kamu tahu berapa banyak orang yang berusaha keras biar bisa ngegambar kayak kamu, termasuk dia?” Sena menunjuk dapur dengan dagunya. “Kamu buta atau apa, sih, sampe nggak tahu alasan temanmu yang satunya tadi minta gambar ke kamu? Kamu nggak sadar, dia pengin nunjukin gambar itu ke pacarnya, lalu ngaku-ngaku kalo itu gambarnya sendiri.” (Sena - halaman 79).

Paragraf di atas adalah dialog yang dilakukan Sena, tokoh pria di Novel Paris. Kata-katanya memang seperti asal ucap dan tanpa perasaan, tapi terdengar begitu membekas di telingaku. Ajaib!
Novel ini makin ajaib karena berkisah tentang cinta yang menurut aku tidak biasa, sedikit melencong dengan cara penulis lain menyampaikan cerita cintanya. Tidak romantis, tidak juga terlalu manis, kadang terasa hambar, bahkan mungkin lebih ekstrim.
Ini tentang Aline, Aline Ofeli. Gadis yang menganggap dirinya di bawah standar, dan biasa-biasa saja. Gadis yang memilih sekolah di Paris hanya demi mewujudkan impian ayahnya yang sudah meninggal. Gadis yang merana karena cintanya pada ubur-ubur bertepuk sebelah tangan. Dan, gadis yang berbakat menggambar, namun menganggap gambarnya sendiri tak menarik.
Kemudian, dia bertemu manusia eksentrik, manusia yang selalu berlebihan dalam segala hal, berselera aneh, dan suka tempat-tempat menyeramkan, juga misterius. Dia Aeolus Sena, pria yang dikenal Aline karena sebuah pecahan porselin.
Perlahan, mereka dekat karena janji tiga permintaan Aline yang akan dikabulkan Sena karena telah mengembalikan porselinnya. Dan, dari sanalah Aline mulai disadarkan tentang banyak hal, dari bagaimana sebenarnya sosok seorang Aline dimata orang lain, tentang kenapa Ubur-ubur terkesan membencinya, tentang perasaan Kak Erza padanya, tentang bakat Aline, bahkan akhirnya juga tentang cinta.
Tapi, Aline tak pernah tahu banyak tentang Sena. Bagi Aline, jawaban-jawaban pertanyaannya hanya dijawab Sena dengan candaan. Termasuk dimana tempat Sena bekerja, Aline mengaggap itu aneh dan tak mungkin.
Lalu, Sena perlahan-lahan semakin masuk mempengaruhi hidup Aline. Sampai-sampai Aline melakukan hal yang berbahaya hanya untuk bertemu Sena. Dan, itu membuat Sena tak bisa lepas lagi dari cinta Aline.
Keputusan Aline untuk nekat memanjat pagar rumah Keluarga Poussin dan menantang mereka, bagiku terdengar wajar. Walaupun, banyak yang berpendapat itu aneh. Tidak, tak ada yang aneh jika cinta sudah menguasai otak. Begitu juga dengan Aline. Cintanya mengharuskan dia berjuang tanpa peduli pada keselamatannya sendiri.

Baca Selengkapnya disini >> http://dianputu26.blogspot.com/2013/0...
Profile Image for calla.
130 reviews1 follower
November 5, 2020
Ya ampun, kangen banget sama buku ini. Aku baca pas kelas 8 SMP. Dulu sampai nangis-nangis setelah selesai baca dan cerita ke temen tentang isinya, bener-bener dramatis banget deh bahkan sampai dibilang lebay sama temen-temenku.

Jujur, aku udah agak lupa sama ceritanya. Sama endingnya juga. Tapi setiap kali liat buku ini masih aja berkesan buat aku. Sayang banget sama aline dan sena huhu😭 Buku ini juga bikin aku tertarik buat belajar bahasa Prancis dan bahkan cari sekolah SMA yang pelajaran bahasa asingnya prancis, special thanks untuk Kak Prisca karena udah menulis buku ini💗
Profile Image for Lea Citra.
Author 13 books58 followers
March 9, 2013
Akhirnya baru merasakan efek judge the book by its cover. Tercengang waktu pertama kali buka plastik pembungkusnya & menemukan banyak kejutan di dalamnya. Mulai dari postcard, sampai ilustrasi di dalamnya. Two thumbs up untuk Gagas Media yang mmg selalu kreatif dalam pengemasan novel2 mereka :)

Nah, kalau beralih ke cerita, ini pertama kalinya aku baca karyanya Prisca. Cuma aku bisa menangkap kayaknya Prisca hobi nonton film2nya Tim Burton, karena aku melihat aura2 gaya2 Johny Depp (yg selalu ada di setiap film Tim Burton) yg nyentrik di tokoh Sena. Selain itu pasangan sakit jiwa yang menawan Sena itu bikin aku ingat Helena Bonham Carter (istri Tim Burton) yg sering memerankan perempuan sakit jiwa atau aneh. Cth nyata waktu dia berperan jadi Bellatrix Lastrange (Harry Potter). Kental banget nuansa gaya gelap Tim Burton ketika bicara tentang Sena yg misterius.

Menurutku secara umum ceritanya menarik dan unik. Deskripsi tentang Paris & orang2 Indonesia yg tinggal di sana mampu menguatkan gambaran kehidupan si tokoh utamanya. Aku jatuh cinta pada sosok Kak Ezra, yg perasaan jatuh cintanya ke Aline terlihat banget. Nah kenapa justru perasaaannya Kak Ezra lebih kentara ketimbang Aline ke Sena ya? Padahal harusnya dengan POV sbg orang pertama, Prisca lebih punya banyak kesempatan utk mengungkapkan perasaaannya. Malah lebih kelihatan waktu suka sama Ubur-ubur.

Novel ini kurang bisa memberitahukan aku tentang, apa sih yg sebenarnya mau diangkat? Banyak masalah2 kecil yg kurang bisa dikaitkan satu sama lain. Ada banyak hal-hal yang menurutku jg kurang tergali:
1) Kenapa adik Aline lebih disayang ortunya? Apa karena adiknya punya kelebihan yg ia gak punya? Terus bagaimana kondisi perasaan mereka skrg stlh Papanya meninggal? Apa sebenarnya mmg ada permasalahan antara Aline & keluarganya?
2) Kenapa Sena bisa mau saja ditawan sama keluarga itu sih? Alasannya kurang masuk akal. Terus keberadaan si Aline berhari2 bantuin ngetik di rumah itu, tujuannya buat apa ya? Ngerasa kayak masuk ke negeri dongeng yang gak masuk akal :)
3) Endingnya terlalu cepat, seperti ingin buru-buru selesai aja & apakah memang butuh waktu 2 tahun untuk masukin kedua orang tua angkat sakit jiwa itu ke Asylum? Lama beneerrr.

Segitu saja sih, semoga di buku2 selanjutnya Prisca bisa bikin cerita yg lebih kuat. Tetap ambil setting di luar negeri juga kalau bisa. Good luck!! :)

Profile Image for Ochie Motskee.
40 reviews24 followers
October 5, 2013
Ini pertama kalinya saya membaca karya Prisca Primasari. Dan ini juga seri pertama STPC yang saya baca. Kenapa saya memilih Paris? Karena saya amat suka dengan sampul bukunya yang bergaya vintage. Elegan. Cocok untuk menggambarkan kota Paris yang terkenal romantis.

Sayangnya, nuansa romantis dari sampul bukunya justru bertolak belakang dengan isi cerita. Paris versi Prisca jauh dari kata romantis. Walaupun pada bukunya diselipkan kartu pos bergambar Menara Eiffel yang cantik, tidak ada adegan yang berhubungan dengan gambar itu di buku. Saya jadi sedikit kecewa, karena menurut saya, biasanya sampul buku itu mencerminkan cerita yang ingin disampaikan. Paris versi yang saya tangkap dari isi cerita bergenre teenlit fantasy; lebih mirip dongeng.

Kenapa saya bilang teenlit? Karena saya tidak merasakan chemistry hubungan dewasa antara Aline dan Sena. Entah mengapa saya merasa plot dan cara berpikir baik Aline maupun Sena masih seperti ABG yang sedang pacaran, malu-malu tapi mau. Aline dan Sena memang saling suka tapi tidak sampai ada bonding yang kuat antara keduanya. Makanya saya bertanya-tanya *SPOILER ALERT* bagaimana Aline bisa menunggu Sena selama 2 tahun yang sama sekali tidak ada kabar beritanya, padahal pada saat itu keduanya masih sama-sama di Paris.

Kenapa saya bilang fantasy? Karena yang ada di benak saya ketika membayangkan kediaman Poussin adalah sebuah kastil tua yang megah dan berpagar tinggi, mirip kastil di film-film. Terasa agak dongeng juga ketika saya membaca bagaimana latar belakang keluarga Poussin dan bagaimana mereka berinteraksi. *SPOILER ALERT* Saya juga merasa aneh bagaimana mungkin Sena dan Aline yang disekap di rumah keluarga Poussin bisa meloloskan diri dengan alasan yang sangat mudah. Entah mengapa saya merasa Prisca tampak terburu-buru menyelesaikan konflik.

Terlepas dari cerita yang tampak aneh, sebetulnya saya masih bisa menikmati Paris. Saya juga baru tahu dan mulai belajar mengenai tulisan Vignette. Gaya Aline yang membagi ceritanya melalui diari kepada Sevigne juga menarik. Oh ya, saya juga suka dengan ilustrasi yang ada di bukunya.

Review Paris: Aline juga bisa dibaca di :
http://motsky.blogspot.com/2013/10/ir...
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Deta NF.
234 reviews6 followers
July 24, 2014
Uhm.. sweet :) Sesuatu yang baru yang disajikan penulis dimana tokoh utama merupakan orang Indonesia asli sehingga mempengaruhi dialog yang tidak terlalu memakai kata-kata baku seperti novel-novel beliau sebelumnya. Ini yang saya tunggu mengingat novel-novel Prisca yang sudah saya baca menyajikan cerita tentang orang-orang luar, seperti Eclair, Kastil Es & Air Mancur yang Berdansa dan Evergreen. Saya ingin membaca sajian yang baru yang berbeda dari sebelumnnya ya kecuali jalan cerita yang sudah pasti berbeda hehehe dan akhirnya terkabulkan. Selain itu, Paris; Aline ini menggunakan POV orang pertama yang lagi-lagi berbeda dengan novel-novel beliau sebelumnya. It's good job, saya patut berbangga pada beliau ^^

Ceritanya membuat saya penasaran, tak ingin menutup buku hingga membaca kata terakhir dari buku ini. Hehehe seriussss! Selalu seperti ini ketika membaca buku beliau. Namun, saya masih belum puas menyantapnya mengingat novel ini hanya memiliki 212 halaman, saya masih ingin mengetahui tentang dua orang yang menampung Sena paska mereka masuk RS.

Alurnya rapi, penggambaran mengenai tempatnya pun sangat bagus namun penyelesaian konfliknya terlalu cepat menurut saya. Walaupun begitu, saya terkesan oleh Sena, ya that guy! Pria Indonesia yang sudah tinggal di Paris selama depalan tahun namun belum pernah bertemu dengan kakaknya yang sama-sama menetap sana. Pria Indonesia yang mengaku bekerja di tempat reparasi mesin tik. Pria Indonesia yang tak pernah jaga image, mengatakan apa yang ingin ia katakan sekali pun itu menyakitkan untuk orang yang dituju hahaha dan masih banyak sekali definisi-definisi yang menggambarkan Sena. Keren! xD

Beberapa kalimat favorit:
1. "Orang yang nggak punya bakat sama sekali bisa nyombong sampai segitu-gitunya. Sementara yang berbakat malah bilang gambarnya jelek." - Sena, halaman 79
2. Beginikah cinta itu? Saat kita tahu tak kasat mata bagi orang yang dicintai tapi tetap melakukan apapun demi orang itu? Halaman 167

This novel has a very nice story but not the best one from Prisca Primasari. Aku lebih suka Kastil Es & Air Mancur yang Berdansa, yang sama-sama mengambil latar Perancis ^^ But overall, nice! 4,5 stars. Untuk cerita yang manis dan romantis :)
84 reviews
April 28, 2013
Begini..
Ngeliat novel ini yang punya kover cantik dan punya warna menggoda bener bener bikin aku tergoda. Aku memang bukan pecinta kota Paris-tapi sekali lagi-GagasMedia memang cermat dalam bikin Kover. Apalagi di dalem nih novel ada postcard yang kece. Dua hal itu sukses bikin aku langsung melayang untuk membaca buku ini.

Saat ngebaca, aku ngerasa aneh karena kertas yang dipake adalah kertas burem, bukan kertas yang biasanya dipake yang bewarna putih. Kesan pertama aku memang cukup buruk melihat kertas burem itu. tapi saya merasa enjoy karena di novel ini ternyada ada ilustrasi yang-sekali lagi-menggoda. Dan ironisnya juga, aku kira cerita ini cerita Horror karena si Aeoulus Sena minta Aline ketemuan jam 12 malem hanya demi sebuah porselen. Sayangnya, ekspetasiku yang mengira cerita ini adalah cerita horror menguap langsung begitu membaca lebih lanjut.

Kalau aku hubung-hubungkan, Aeolus berarti dewa angin. Namanya si Sena ini kece ya ada unsur dewa-dewanya :p, sayangnya nama si Sena ini memang cocok-Aeolus, dewa angin, yang sering menghilang tiba-tiba.

Tapi..tapi, yang kurang hanya masalah dialog dan problemnya. Kukira Sena punya masalah besar sampai sampai dia ngajak Aline ketemuan pukul 12 malem, ngaku ngaku kerja jadi tukang mesin tik, dialognya yang cenderung 'cewek'dan selalu menghilang kayak angin. Ternyata endignya tidak seperti yang kukira, Kesan horror yang hancur karena masalahnya ternyata masalah..sepele.

TIDAAAAAAK!!!!!!!
Kenapa ekspetasiku begitu tinggi hingga akhirnya aku harus bengong dulu begitu menutup buku ini?
Aku tau di cerita ini Sena yang malang punya masalah sendiri seperti halnya Rapunzel yang dikurung sampai lumutan di 'penjaranya'. Aku tau endingnya mereka berdua akhirnya akan bahagia. Tapi tema misteri disana.. apakah hanya itu?

Tapi cukup seneng juga sih. Apalagi di setiap pergantian babnya selalu ada gambar dan menunjukan bagaimana perasaan Aline saat itu.


Displaying 1 - 30 of 333 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.