Bapak Folklor Indonesia ini memberikan acuan kepada kita tentang apa yang dinamanakan folklor, kategori folklor, dan metode serta teknik pengumpulan folklor yang masih belum terkodifikasi dengan baik di Indonesia.
Melalui buku ini, rasanya hamparan kehidupan sehari-hari menyimpan misteri yang harus dikuak. Segala yang terekspresikan oleh masyarakat, entah melalui cerita-cerita, gosip-gosip, bahkan ungkapan para pencopet pun, tidak bisa lepas dari kajian dalam buku ini. Ya, meskipun diulas secara sekilas, buku ini mengantarkan pada kecermatan, dan kecerdasan yang mampu menggelitik pikiran kita terhadap fenomena yang berkembang di sekeliling kita.
Dari sketsa kehidupan yang beraneka ragam di sekeliling kita, jika kita tekun untuk mempelajarinya, buku ini mendorong kita untuk mengenali budaya, atau nilai yang berkembang pada kelompak masyarakat itu.
Gelar sarjana Antropologi diperolehnya pada tahun 1963 dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Gelar doktor dalam bidang Antropologi Psikologi diperolehnya juga dari Universitas Indonesia pada tahun 1977. Untuk penulisan karya ilmiahnya ia mengadakan penelitian selama kurang lebih setahun di daerah Trunyan Bali, dan menghasilkan buku Kebudayaan Petani Desa Trunyan di Bali, yang diterbitkan pada tahun 1980. James Danandjaja yang mempunyai nama asli James Tan, dengan panggilan akrab Jimmy, diangkat menjadi Guru Besar Universitas Indonesia pada tahun 1983.
Ia merupakan ahli folklor Indonesia yang pertama, mulai menekuni ilmu itu sejak ia belajar di Universitas California, Berkeley, pada tahun 1969. Pembimbingnya waktu itu Alan Dundes, seorang ahli folklor terkemuka dari Amerika Serikat. Dengan karya tulis berjudul An Annotated Bibliography of Javanese Folklore, yang kemudian dijadikan buku, ia memperoleh gelar master dalam bidang folklor dari universitas itu pada tahun 1971.
Sekembalinya ke Indonesia, 1972, ia mengajarkan ilmu tersebut di Jurusan Antropologi FISIP Universitas Indonesia. Menurut dia, folklor yang merupakan bagian budaya berupa bahasa rakyat, ungkapan tradisional, teka teki, legenda, dongeng, lelucon, nyanyian rakyat, seni rupa, dsb, sangat erat kaitannya dengan kebudayaan suatu masyarakat. Untuk itu, ia menugaskan para mahasiswanya untuk mengumpulkan berbagai folklor yang ada di tanah air. Bahan-bahan tulisan tersebut kemudian dijadikannya buku dengan judul Folklor Indonesia (1984). Selain itu, ia juga menulis beberapa buku lain yang berhubungan dengan folklor, seperti Penuntun Cara Pengumpulan Folklore bagi Pengarsipan (1972), dan Beberapa Masalah Folklor (1980).
Kenal buku ini dari dosen agama sekaligus psikologi sosial, Pak Mustafid Amna. Dosen yang mengaku keluar masuk penjara untuk menggondol ijazah S1-nya itu menceritakan sebagian dari kisah yang ada di buku ini.
Al kisah adalah sepasang suami istri. Keduanya memiliki istilah "mengetik" untuk menjalin hubungan yang paling mesra antara keduanya. Suatu saat, sang suami menyapa istrinya, "bu kita mengetik yuk!" Sang istri yang tengah sibuk dengan keseharian urusan rumah menukas, "nanti, lagi repot neh!" Si suami tidak hilang semangat. Diulangi lagi sapaan, semakin mesra tentunya. Si istri tidak juga tergugah, lebih kopen dengan urusan beres-beres. Sekian lama, Si suami berhenti mengajak. Si istri tetap sibuk. Selang waktu, beres semua kesibukan, ganti Si Istri menegur suami, "Pak, jadi...mengetiknya?" Tak kalah mesra dengan sapaan suami sebelumnya. Si suami membalas singkat, "SUDAH TULIS TANGAN!"
Kontan, selesai dengar cerita yang bikin geli itu saya cari buku ini. Kok ya kopen sama urusan joke macam itu dalam buku yang sebenarnya juga jadi buku teks untuk anak antrop ini. Tapi saya gagal beli, cuma bisa pinjam dari seorang teman. Sampai saat ini bukunya masih ada di rak buku saya hehehe
Bapak Folklor Indonesia ini memberikan acuan kepada kita tentang apa yang dinamanakan folklor, kategori folklor, dan metode serta teknik pengumpulan folklor yang masih belum terkodifikasi dengan baik di Indonesia.
Melalui buku ini, rasanya hamparan kehidupan sehari-hari menyimpan misteri yang harus dikuak. Segala yang terekspresikan oleh masyarakat, entah melalui cerita-cerita, gosip-gosip, bahkan ungkapan para pencopet pun, tidak bisa lepas dari kajian dalam buku ini. Ya, meskipun diulas secara sekilas, buku ini mengantarkan pada kecermatan, dan kecerdasan yang mampu menggelitik pikiran kita terhadap fenomena yang berkembang di sekeliling kita.
Dari sketsa kehidupan yang beraneka ragam di sekeliling kita, jika kita tekun untuk mempelajarinya, buku ini mendorong kita untuk mengenali budaya, atau nilai yang berkembang pada kelompak masyarakat itu.
Buku bagus dari salah seorang begawan antropologi Indonesia. Buku ini mengupas berbagai folklor yang ada di Indonesia (mite, epos, dongeng, cerita rakyat, lagu, dll). Mungkin ada sedikit kekurangan dalam mengadaptasi beberapa folklor lokal, namun itu tidak menjadi masalah. Buku ini tetap berharga bagi anda yang suka menjelajahi khaazanah berbagai budaya.
Buku bagus dari salah seorang begawan antropologi Indonesia. Buku ini mengupas berbagai folklor yang ada di Indonesia (mite, epos, dongeng, cerita rakyat, lagu, dll). Mungkin ada sedikit kekurangan dalam mengadaptasi beberapa folklor lokal, namun itu tidak menjadi masalah. Buku ini tetap berharga bagi anda yang suka menjelajahi khaazanah berbagai budaya.
This entire review has been hidden because of spoilers.