Jump to ratings and reviews
Rate this book

Republik #Jancukers

Rate this book

400 pages, Paperback

First published January 1, 2012

94 people are currently reading
1132 people want to read

About the author

Sujiwo Tejo

27 books432 followers
Agus Hadi Sudjiwo (lahir di Jember, Jawa Timur, 31 Agustus 1962; umur 47 tahun) atau lebih dikenal dengan nama Sujiwo Tejo adalah seorang budayawan Indonesia. Ia adalah lulusan dari ITB. Sempat menjadi wartawan di harian Kompas selama 8 tahun lalu berubah arah menjadi seorang penulis, pelukis, pemusik dan dalang wayang. Selain itu ia juga sempat menjadi sutradara dan bermain dalam beberapa film seperti Janji Joni dan Detik Terakhir. Selain itu dia juga tampil dalam drama teatrikal KabaretJo yang berarti "Ketawa Bareng Tejo".

Dalam aksinya sebagai dalang, dia suka melanggar berbagai pakem seperti Rahwana dibuatnya jadi baik, Pandawa dibikinnya tidak selalu benar dan sebagainya. Ia seringkali menghindari pola hitam putih dalam pagelarannya.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
271 (47%)
4 stars
169 (29%)
3 stars
93 (16%)
2 stars
24 (4%)
1 star
8 (1%)
Displaying 1 - 30 of 43 reviews
Profile Image for Olive Hateem.
Author 1 book258 followers
June 7, 2018
"Jika dengan “Jancuk” pun tak sanggup aku menjumpaimu, dengan air mata mana lagi dapat kuketuk pintu hatimu…" begitu tutur Sujiwo Tejo, presiden tercinta dari Republik #Jancukers.

Republik #Jancukers berisi esai-esai Mbah Tejo akan isu-isu yang sedang atau pernah booming di Indonesia. Dengan kengalor-ngidulannya yang dibungkus dengan bahasa sederhana, saya masih dibikin kagum oleh kecerdasan Mbah Tejo dalam menyampaikan banyak hal. Seolah dengar beliau mendalang secara langsung pas baca. Apalagi kalo pakai backsound lagunya. Hadeh. Intinya nyeleneh tapi bener, cuk!!
Profile Image for Febi Ifdillah.
8 reviews18 followers
July 29, 2016
Sujiwo Tejo berusaha menghadirkan jancuk sebagai simbol keakraban, bukan sebuah simbol ketidaksenonohan. Dalam buku ini ia banyak bercerita masalah-masalah seputar korupsi, perempuan, sosial, nurani, politik dengan merepresentasikan Negara ideal Republik #Jancukers yang telah dicita-citakan oleh Founding Fathers kita.

Koruptor kan memang nggak ada baik-baiknya? Lucu juga nggak. Sejelek-jeleknya kecoa masih ada lucu-lucunya. Acapkali semburat warna di sayapnya mengingatkan kita pada beberapa desain tas Prada. (Hal. 143)

Isu-isu yang dibahas adalah isu-isu aktual yang sedang atau sempat booming di Indonesia dan dengan ciri khas tulisannya yang edan coba dibandingkan dengan yang terjadi di Republik #Jancukers. Misalkan saja di Indonesia, dulu pernah ramai masalah toilet di Gedung DPR yang harganya selangit, tetapi tidak di Republik #Jancukers. Di negeri #Jancukers toilet tidak semahal yang di Gedung DPR kita. Meski murah, di ruang itu etika sangat terjaga. Sekat-sekat tata ruangnya sedemikian sehingga kalau ada guru kencing berdiri murid tidak akan dapat kencing berlari-larian. Kecuali si bocah memang ingin nabrak-nabrak partisi supaya para dokter punya kerjaan (Hal. 58)

Penulis juga mengangkat isu yang dekat sekali dengan kita, seperti twitwar yang terjadi berulang dan karena masalah sepele.
Yang kebablasan sinisnya itu biasanya kecewa dalam hidupnya. Kecewa karena nggak direken. Ia lampiaskan rasa tak berharga itu ke wujud sinisme. Padahal nggak dihitung, nggak direken, kan hal biasa dalam hidup. Lha Sjafruddin Prawiranegara saja jadi presiden RI waktu 1948-1949 tapi nggak kunjung dihitung pernah jadi presiden kok. Sinisme yang kebablasan pangkal twitwar. (Hal. 140)

Buku ini menawarkan sajian yang menarik selain karena penyampaiannya yang selengekan dan kocak, tapi juga berisi pemikiran dan pendapat yang akan mengingatkan kita tentang kebenaran yang selama ini sering terlupakan karena sebuah kebiasaan.

Tapi hal yang tak lumrah belum tentu salah sebagaimana hal yang telah menjadi kebiasaan belum tentu betul. Berapa banyak orang yang baru tahu bahwa cara gosok giginya keliru setelah diberi tahu dokter. Padahal sudah puluhan tahun mereka rajin dan biasa menggosok gigi. (Hal. 157)

Dengan membaca buku ini, kesadaran kita akan tergugah kembali karena isu-isu yang diangkat benar-benar terjadi di Negara tercinta ini. Betapa kita akan sadar bahwa masalah yang kita hadapi tak kunjung usai dan berlarut-larut karena hampir semua diselesaikan dengan topeng kesopan-santunan. Buku ini mungkin bisa menjadi pembanding dan cerminan sebagai negara khayalan yang ideal bagi Negara ini.

Mungkin karena Bima yang paling dianggap punya tata krama oleh orang Nusantara. Mungkin karena walau tampak munafik, orang Nusantara itu jauh di lubuk hatinya tak munafik. Sejatinya mereka mengutamakan tata krama ketimbang sopan santun. Sopan-santun itu topeng, adalah wujud luar dari tata krama. Tata krama itu sesuatu yang lebih berlangsung di dalam. (Hal 129)

Aduh. kenapa susah sekali sih memohon imajinasi untuk memberantas segala yang kotor tanpa rasa benci?
Bukankah amat mudah membayangkan mandi, hal yang sehari-hari telah kita lakukan, untuk membersihkan debu tanpa harus membenci debu? (Hal. 136)

Saya sering berharap moga-moga segala kebaikan yang kelak akan saya lakukan adalah kebaikan yang tanpa saya sengaja. Begitu, sehingga luputlah saya dari rasa sombong lantaran merasa sudah berjasa. (Hal. 385)

Jika dengan “Jancuk” pun tak sanggup aku menjumpaimu, dengan air mata mana lagi dapat kuketuk pintu hatimu… (Sujiwo Tejo, Presiden Republik #Jancukers)
Profile Image for Andika  Abdul Basith.
66 reviews12 followers
February 16, 2013
sujiwo tejo mengajak kita berpikir tentang banyak hal, dari soal yang berat sampai hal ringan.
Beliau berusaha menyebarkan cara berpikir yang ngawur tapi karena benar. Buku ini mengajak kita untuk tidak munafik sebagai pribadi maupun bangsa
Profile Image for Nanaku.
155 reviews9 followers
July 1, 2013
Selalu menggelitik namun penuh makna. Nyeleneh tapi benar, tampak ngawur tapi pikirannya selalu menarik.
Profile Image for Iwan Harli.
9 reviews1 follower
March 20, 2022
Pembaca pasti akan terhibur dengan bahasa apa adanya Sujiwo Tejo. Ini adalah kumpulan tweet dari akun @sudjiwotedjo tentang kondisi sosial, politik, nurani, yang dibawakan dengan santai seperti di pantai dan selow seperti di pulau, tapi mencerahkan.

"Saya sering berharap moga-moga segala kebaikan yang kelak akan saya lakukan adalah kebaikan yang tanpa saya sengaja. Begitu, sehingga luputlah saya dari rasa sombong lantaran merasa sudah berjasa." (Hlm. 385)
33 reviews
April 1, 2018
Khas Sujiwo Tedjo banget, anyway sebenarnya sudah cukup lama banget beres baca buku ini, tapi baru sempet update sekarang.
Profile Image for Hayik Lana.
13 reviews
February 4, 2019
Heuheuheuheuheuheuheuheuheuheu..
sepertinya udah cukup untuk menggambarkan buku ini :D
1 review
February 27, 2019
Bagus sekali 😱
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for 沈沈.
737 reviews
February 12, 2020
memang selalu edan baca karya-karya dalang satu ini. Ada saja yang buat kepala ini menyadari sesuatu tiap kali membaca setiap cerita yang dibawakan.
2 reviews
Currently reading
January 18, 2021
Ygf
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Sinondang.
72 reviews3 followers
March 12, 2017
Pertama lihat cover buku ini: lucu. Dalang Sujiwo Tedjo sedang berdiri, tangan kanan memegang lispstick. Ternyata isi bukunya sesuai dengan covernya, lucu dan tentunya menghibur. Terdapat 14 bab yang terbagi ada 85 subbab. Saya baca ini di waktu senggang, selama 2 hari @2jam.

Quote:
Jika dengan "Jancuk" pun tak sanggup aku menjumpaimu, dengan air mata mana lagi dapat kuketuk pintu hatimu.
1 review
March 10, 2017
Baru beli tadi, telat nemen, nemen lek telat maneh, tapi jancuk cuk!!!.
Profile Image for Ilham Alhafizh.
17 reviews
November 25, 2017
saya nggak tau apa sinopsisnya, bagaimana isinya. Setelah saya baca hmm sepertinya menarik. Pemikiran mbah Tejo memang tinggi, tapi IQ saya belum sampai. Ngawur tapi ada benarnya, memang Jancuk :D.
Profile Image for Rizwan Handika.
1 review
May 28, 2020
Buku ini menghadirkan banyak sekali kritik sosial terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, beberapa satire keras dituangkan dalam bentuk cerita fiksi yang bersembunyi dibalik republik jancuker.
Profile Image for jessie.
167 reviews9 followers
January 15, 2016
Saya kasi tiga, bukan karena cara penulisan Mbah Sudjiwo Tedjo. Juga bukan karena isinya enggak berbobot. Apalagi karena ada kata jancuk bertebaran dimana-mana.

Saya kasi tiga, karena saya telat membaca buku ini. Sehingga ada beberapa hal yang dikritisi oleh Mbah Sudjiwo Tedjo jadi kurang relevan dibaca dengan situasi dan kondisi negara saat ini. Contohnya saat kondisi 'presiden bikin album' dan 'negara autopilot' jika dibaca saat ini jadi kurang greget begitu. Kurang menohok. Sebab presiden sudah ganti.

Sedih juga, karena meyadari bahwa saya payah banget membaca bahasa jawa-nya Mbah Sudjiwo Tedjo dalam lirik lagu-lagu Mbah yang terselip diantara esai-esainya. Lebih sedih lagi ternyata saya lebih ngeh dengan artinya saat membaca terjemahanya dalam bahasa inggris. Enggak, saya ngga lagi menyombongkan diri karena bisa bahasa inggris. Saya yakin saya bukan satu-satunya anak negeri yang lebih paham bahasa asing daripada bahasa daerah setempat.

Terlepas dari semuanya itu, Mbah Sudjiwo Tedjo masih pantas dinobatkan jadi dalang edan. Baca buku ini kayak denger dia mendalang. Coba saja.
Profile Image for Widyarini.
12 reviews14 followers
September 10, 2016
Yang membahagiakan membaca buku Sujiwo Tejo itu melihat keberaniannya untuk menjadi seorang manusia.
Terlepas dari setuju atau tidak atas apa yang diungkapkan, tapi dia adalah seorang dari sedikit pemberani yang memilih menjadi dirinya sendiri. Kalo rasa kopi kira-kira yang original lah.
Gaya tutur ngalor ngidul yang khas, kekayaan bahasa dan pengetahuan akan hal-hal yang kadang perlu kadang tidak, sambil ditemani cd musik jawa berpiano membuat buku ini rasanya seperti berjumpa kawan lama.
Cuuuk banget!
Profile Image for Muhammad Aziz.
15 reviews1 follower
December 5, 2013
Seperti dalam tweet-tweetnya, pemikiran liar dan urakan ala Sujiwo Tejo ditumpahkannya dalam Republik #Jancukers. Pembaca diajak untuk mengikuti alur pikir Sujiwo Tejo yang sepertinya ngawur, tapi kalau dipikir-pikir ya sebenarnya benar.
Seperti esainya berjudul "Pipis" di Bab II (Within). Pertanyaan si dokter kepada seorang anak dengan penyakit kurang kencing sebenarnya sudah umum, "Kamu sehari habis berapa gelas?". Lha kok dijawabnya, "Saya nggak minum gelas dok". Tekkew malah ndagel. Tapi jan-jan e kok yo bener.
Bisa-bisa jadi gila sendiri kalau kelamaan baca buku ini. Tenan wes.
Profile Image for Agustina Masito.
20 reviews2 followers
June 18, 2014
I love this man so much!

Buku ini cuma berisi coretan sang dalang edan. Coretan yang remeh temeh tapi sebenarnya penting. Semuanya berbaur jadi satu, politik, pewayangan, sosial sampai IPTEK. Campur baur kaya nasi rames.

Pemikiran mbah Jiwo super out of the box. Sama sekali nggak provokatif, hanya membuka cakrawala pembaca. Dan rangkaian kata-katanya itu loh penuh sastra dan filosofis terutama cara tertawanya, heuheuheuheu.

He always be my favorite !
Profile Image for Novie.
3 reviews2 followers
February 26, 2013
Secara umum buku ini cukup menarik dengan membayangkan bagaimana gaya Sujiwo Tejo membawakannya secara langsung. Entah mengapa, seiring bertambahnya halaman buku ini terasa tidak terlalu menggigit seperti lontaran-lontaran pemikiran Sujiwo Tejo biasanya. Banyak topik yang dibahas dan kita diajak untuk melihat suatu permasalahan dari kacamata yang berbeda. ^^
Profile Image for Tuteh Pharmantara.
Author 4 books11 followers
May 1, 2013
Ini buku, bagi saya, seperti pencerah pikiran dan jiwa. Membacanya lembar demi lembar, dengan bahasa yang sederhana tetapi permainan katanya yang luar biasa, siapa yang bisa menolak pikatan Sujiwo Tejo di sini? Kalian wajib membacanya apalagi orang-orang seperti saya yang suka mer-Monyonglogi hahahaha.

THUMBS!!!
Profile Image for Rahmi Kasri.
29 reviews
December 26, 2013
cerdas....kaya diksi, nyeleneh tapi banyak benernya...
seandainya tembang jawa diterjemahkan juga ke Indonesia dan tidak hanya ke bahasa Inggris mungkin lebih baik buat kami pembaca non jawa dan males menterjemahkan inggrisnya.
Profile Image for Kukuh  Wiryawan.
38 reviews
December 14, 2013
Ketok'e omongane ngawur lan urak'an, tapi nek dipiker-piker sejatine bener.... Mugo-mugo ono seng abang kupinge.
Profile Image for Sekar Hanafi.
5 reviews4 followers
July 21, 2013
Buku ini berisi Logika yang sangat cerdas dalam mengkritik sosial politik. Dianalogikan dengan fenomena dalam negeri Jancukers dengan gaya seniman khas Mbah Sujiwo Tedjo yang nyentrik, Cuk!!
Profile Image for Doddy.
3 reviews
March 22, 2014
Ide ide yg cerdas dan liar, puitis yg nyeleneh. Pengetahuan yg luas persoalan negeri ini, bermain dalam hakikat.
Profile Image for Muhammad Khuluk.
6 reviews
July 22, 2014
saya ingin ada di republik ini, dan menjadi salah satu elit politiknya,
heuheuheu
Displaying 1 - 30 of 43 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.