Jump to ratings and reviews
Rate this book

Perempuan-perempuan Mahabharata

Rate this book
MAHABHARATA dapat dilihat sebagai kisah tentang perempuan-perempuan tangguh yang berpengaruh dalam masyarakat patriarki. Mereka adalah perempuan yang cerdas, terampil, terpelajar, menguasai urusan kenegaraan, cantik, dan jika diperlukan bisa berbalik membangkang, licik, dan kejam. Para lelaki justru peragu. Tidak seperti para perempuan, tokoh-tokoh lelaki tergagap-gagap berhadapan dengan momen-momen penting.

Ada puluhan lakon perempuan. Di antaranya Satyawati, Amba, Gandari, Kunti, Drupadi, Ulupi, Citrangada, dan Alli. Di dalam buku ini, Kavita A. Sharma menyorot kisah-kisah mereka. Ia memperlihatkan bagaimana mereka mengambil sikap dan keputusan ketika geliat zamannya lebih mengutamakan arus kekuasaan, kenikmatan, kemunafikan, dan segala pragmatisme daripada etika, keutamaan, atau dharma.

Perempuan-perempuan Mahabharata memperlihatkan bagaimana kita bisa memilih, mengambil apa yang dapat kita ambil dan menerima apa yang hanya bisa kita terima, dengan kalis.

195 pages, Paperback

First published January 1, 2013

8 people are currently reading
65 people want to read

About the author

Kavita A. Sharma

16 books2 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
13 (23%)
4 stars
26 (47%)
3 stars
11 (20%)
2 stars
5 (9%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 17 of 17 reviews
Profile Image for Lisna Atmadiardjo.
146 reviews24 followers
April 1, 2017
Membaca buku ini membuat saya merasa kurang perempuan, terutama membaca bagian Drupadi dan kisahnya yang penuh kesengsaraan tapi tetap begitu setia, penyayang, serta mengabdi dengan penuh cinta kepada para suaminya tanpa mengeluh. Lalu, dibuat merasa lemah saat membaca kisah Amba. Bagaimana ia berjuang dengan segala tekad dan kegigihan untuk mengalahkan Bisma.

Intinya, buku ini menceritakan sebuah kisah epik dengan sistem patriarkal yang kuat dari sudut pandang yang berbeda; peran perempuan. Namun, pada akhirnya, Mahabaratha adalah tentang kekuatan dan penalukkan, bahkan para wanita perkasa ini pun harus tunduk pada laki-laki.

Saya memberi diri saya waktu untuk mencerna tiap bagian yang saya baca, setiap bagiannya paling tidak saya baca dua kali.
Profile Image for Chels.
180 reviews3 followers
August 5, 2025
Hal yang ingin aku highlight dari buku ini adalah rupanya karakter tokoh yang ada dalam Mahabharata tidak hitam-putih layaknya penjelasan guru Bahasa Jawa semasa sekolah dulu. Kunti tidak mutlak baik, tetapi ada hal-hal seperti kecemburuan yang juga menghinggapinya. Namun, kembali pada tujuan buku ini yang ingin menceritakan keunggulan para perempuan Mahabharata, aku jadi melihat sisi lain yang sebelumnya tertimbun. Aku sangat salut dengan Drupadi atas keberaniannya, tercengang pada Ulupi yang ahli berbicara, dsb.
Profile Image for Teguh.
Author 10 books335 followers
February 14, 2024
Saya baca ulang sebab kangen dengan ulasan-ulasan terhadap dunia patriarki yang tidak adil terhadap perempuan.

Jika takhta Hastinapura adalah pengungkit, Drupadi merupakan poros yang memungkinkan bandul perang Bharatayudha berayun. […] dialah satu-satunya yang berhasil mempertanyakan norma-norma patriarkal, secara terbuka menantang para lelaki, dan menegaskan bahwa dirinya sederajat dengan mereka. (Perempuan-Perempuan Mahabharata, Kavita A. Sharma)


Mahabharata—dan dunia pada umumnya—memang dikuasai oleh patriarki. Kaitan keduanya seperti lingkaran setan, apakah mahabharata yang mengakar ini membentuk bawah sadar masyarakat sehingga sangat patriarki, atau sebaliknya memang sejak dulu memang patriarki sehingga Abiyasa hanya memotret dan menuangkan dalam epos itu. Namun, lepas dari itu dua buku ini tetap menarik dan auto-kritik.

Kavita A. Sharma mendedah kisah 5 perempuan yang memegang kunci mahabharata dan sayangnya selalu ditutupi oleh peran-peran laki-laki. Mereka adalah Satyawati, Amba, Gandari, Kunti, dan Drupadi (Dropadi, Pancali). Porsi Drupadi adalah yang paling besar.

…mereka menumbangkan hegemoni laki-laki, membalik struktur kekuasaan de jure untuk merebut kekuasaan de facto di tangan mereka. Berkali-kali, Kunti dan Drupadi memaksa para lelaki untuk bertindak dan mengambil keputusan-keputusan penting pada saat-saat genting. (Perempuan-Perempuan Mahabharata)


Buku ini menjadi kombo yang menarik sebab saya tadarus ulang dengan buku Divakaruni, The Palace of Illusions
Profile Image for Sutresna.
225 reviews14 followers
December 31, 2016
Secara tidak langsung, saya tidak hanya dapat cerita ttg perempuan di mahabrata, tapi seperti keseluruhan inti cerita mahabrata itu sendiri. Jadi sebegitu besarnya peranan perempuan dalam kisah agung tersebut ya.....
Profile Image for Indira Azikin.
1 review1 follower
July 29, 2016


Buku Perempuan – Perempuan Mahabharata (judul asli: The Queens of Mahabharata) ditulis oleh Kavita A. Sharma, salah seorang cendekiawati India kontemporer yang prestisius dan sejak tahun 2008 menjabat sebagai Direktur India International Centre (IIC). Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Dewita Kusuma Hakimi dan Ining Isaiyas. Buku ini tidak terlalu tebal tapi cukup jelas dalam membahas tokoh – tokoh perempuan yang berpengaruh dalam epik Mahabharata.

The Queens of Mahabharata adalah salah satu karya populer Kavita yang membahas latar belakang kehidupan dan watak perempuan – perempuan Mahabharata. Perempuan yang lantang menyuarakan pendapatnya di tengah norma patriarkal yang kuat demi melindungi harga dirinya sebagai manusia berstatus sosial tinggi; perempuan maskulin nan mandiri pemimpin suatu wilayah dengan ketangguhan fisik dan mental yang tak mudah ditaklukkan oleh lelaki, bahkan oleh lelaki hidung belang macam Arjuna sekalipun; perempuan yang dalam hidupnya telah banyak berkorban - untuk putra atau bahkan untuk suaminya - namun tetap tegar menghadapi situasi sulit demi tercapai satu tujuan: takhta Hastinapura, yang ingin ia wujudkan melalui posisinya sebagai istri raja atau ibu dari raja yang bertakhta.

Menurut saya inti dari Mahabharata adalah politik. Perebutan takhta Hastinapura oleh Kurawa seratus bersaudara dan Pandawa lima bersaudara, dimana masing – masing pihak sebenarnya punya alasan yang logis dan kuat untuk menduduki posisi nomor wahid sebagai penerus dinasti Kuru.

Ironisnya, di tengah norma patriakal yang kuat dalam Mahabharata, justru tokoh perempuanlah yang sangat ambisius dalam perebutan takhta Hastinapura. Gandari, ibunda Kurawa, mengobarkan api kejahatan dalam diri putranya, Duryudana, hingga ke titik di mana api itu tak dapat dipadamkan lagi. Gandari telah membentuk Duryudana menjadi manusia yang jahat, iri hati, dan sombong. Kunti dan Drupadi, dua perempuan pemersatu visi dan misi Pandawa demi kembali ke takhta Hastinapura.

Mahabharata dicap sebagai kitab terpanjang di dunia. Konon jika ada kejadian yang tidak dipaparkan di dalamnya, berarti kejadian itu memang tidak ada dalam kehidupan ini. Mahabharata memaparkan garis keturunan Dinasti Kuru yang panjang dan rumit. Ada begitu banyak tokoh di dalam Mahabharata, dimana masing -masing tokoh memiliki kepribadian dan pola pikir yang khas. Memaparkan norma – norma patriarkal dan matriarkal khas India Kuno, semisal poligami dan poliandri. Menurut saya, rumitnya garis keturunan di dalam Mahabharata bisa jadi karena poliandri yang dimainkan oleh tokoh – tokoh perempuannya.
(note: Saya pribadi sulit menemukan adanya kesetiaan murni satu lawan satu alias monogami dalam kisah ini).

Membaca buku Perempuan – Perempuan Mahabharata bisa sedikit membantu kita mengenal tokoh – tokoh inti Mahabharata, menguraikan garis keturunan dan hubungan kekerabatan dalam kisah epik ini, serta memahami latar belakang Bharatayudha. Saya sarankan untuk membaca buku ini terlebih dahulu sebelum membaca keseluruhan kitab Mahabharata agar tidak bingung, puyeng, pusing, Bravo Tenggo, dan sebagainya yang disebabkan oleh panjang nan banyak bin ribetnya alur cerita Mahabharata.

Uniknya, menurut saya, Mahabharata merefleksikan perwatakan diri manusia yang sejatinya memang ada dalam diri manusia di kehidupan ini, bahkan di tengah era modern ini. Watak tokoh – tokoh Mahabharata dapat kita lihat dalam diri manusia di tengah pergaulan kita. Ada banyak manusia, entah perempuan ataupun laki – laki, yang berjuang dengan berbagai cara untuk mendapatkan posisi aman dan nyaman lagi terhormat. Bahkan seorang manusia “baik” pun bukan tidak mungkin menggunakan kebohongan ataupun cara licik untuk mencapai keinginannya.

Ada banyak pemimpin yang justru goyah, tak dapat berpikir rasional, malah termakan hawa nafsu yang kemudian menggadaikan harta bendanya, saudara – saudaranya, bahkan istrinya, seperti saat Yudhistira menerima tantangan Sengkuni untuk bermain dadu meskipun Yudhistira hanyalah gemar bermainan dadu namun aslinya tidak pandai bermain dadu, apalagi melawan penjudi lihai semacam Sengkuni. Yudhistira kalah dalam permainan dadu melawan Sengkuni. Drupadi adalah harta terakhirnya yang tergadaikan.

Saya berpendapat bahwa epik Mahabharata mampu memberi kita hikmah bahwa dalam hidup, politik adalah hal yang tak terelakkan. Jangan dikira bahwa perempuan adalah makhluk Tuhan yang hanya duduk diam dan bernaung di balik bayangan suami atau ayah atau saudaranya. Bahwa politik adalah bagian dari kehidupan manusia, laki – laki maupun perempuan. Sekaligus Mahabharata memperlihatkan bahwa untuk mencapai cita – cita hidup memang mutlak diperlukan pengorbanan lahir batin, kekompakan, dan fokus. Oleh karena itu manusia sepatutnya bersabar. Kurawa tidak senang melihat kekompakan Pandawa karena Kurawa paham betul kekompakan itulah yang kelak membawa Pandawa menjadi pemenang takhta Hastinapura. Pandawa sendiri harus berulang kali menghadapi pengasingan di hutan dan penyamaran di tengah masyarakat selama bertahun – tahun.

Perempuan – Perempuan Mahabharata sangat menarik dan baik untuk dibaca oleh siapa saja, terutama oleh kaum perempuan, yang membutuhkan inspirasi dan semangat baru di tengah era emansipasi wanita saat ini. We are valuable. We are the important ones. We actually don’t need any drama.
Profile Image for Amal Bastian.
115 reviews4 followers
August 16, 2018
Meruntuhkan sebagian nilai-nilai patriarki yang seolah selalu lekat dalam kisah Mahabharata, mulai dari tokoh hingga kebijakan baik dan buruk yang dibuat tokoh-tokohnya dalam tiap babak cerita. Menyesapkan sistem matriarki yang diperlihatkan secara implisit oleh sikap dan laku para tokoh perempuannya. Ibu, istri, ratu, dan segala peran yang diemban, ternyata memiliki andil kuat dalam plot hidup para tokoh prianya: ksatria, raja, hingga dewa-dewa. Perang bergejolak karena perempuan, perluasan wilayah kekuasaan disebabkan karena peran perempuan, bahkan murka dan anugerah dewa-dewi juga dikiblatkan pada keberadaan perempuan. Menikmati kisah Mahabharata tak lagi bisa disemayamkan pada alur yang menitikberatkan para tokoh pria sebagai peran dominan.
Profile Image for Adhitya.
148 reviews7 followers
October 6, 2020
Saya betul-betul tertarik untuk membaca cerita ini sampai saya cuma butuh waktu sekitar 2 hari untuk menyelesaikan ini.

Pada awalnya mau menyerah karena banyak sekali tokoh yang disajikan, jadinya saya merasa ini seperti buku companion atau penegasan atas suatu cerita. Akhirnya saya tetap melanjutkan dan masih cukup mengerti meski terkadang harus melihat silsilah keluarga Pandawa/Kurawa.

Di cerita ini memang tidak banyak tokoh utama yang disajikan tapi akan benar-benar mempertanyakan bagaimana seorang perempuan dapat berperilaku sepatuh dan sebaik itu terhadap suami/keluarganya yang kalo saya sendiri sebagai cowok aja udah ngamuk duluan kalo ada di kondisi mereka.
Profile Image for Ryan.
Author 2 books17 followers
September 12, 2013
Mahabharata, yang merupakan peristiwa penting yang sangat berbau patriarki, siapa sangka menyimpan perempuan-perempuan tangguh yang menjadi tokoh penting dan pengendali dari para lelaki ksatria. buku ini berhasil mengupas peran dan kiprah mereka dalam dunia lelaki yang keras. bagaimana mereka bertahan hidup sekaligus 'menghidup' para lelaki. satu hal yang sering luput dari pengamatan para pembaca Mahabharata.

buku yang segera jadi one of my favorite nonfiction book (despite kisah Mahabharata yang termasuk cerita fiksi) ini ternyata terjemahan dari buku berbahasa India, yang tersaji dengan amat apik. buku ini tidak terlihat seperti buku terjemahan lain, karena penerjemah seperti menceritakan kembali isi dari buku asli, bukan menerjemahkan. ini yang saya suka.
Profile Image for Ali Athi Ullah.
34 reviews
February 4, 2017
Dikemas dengan terjemahan yang sempurna buku ini memiliki ciri khas tersendiri bagi pecinta cerita Mahabharata, Memang benar.. dalam kehidupan mungkin tidak ada satupun kejayaan yang tidak ada peran perempuan di dalamnya.

Namun ada baiknya sebelum membaca buku yang satu ini saya sarankan untuk membaca tuntas dari keseluruhan Kisah Mahabharata.
Profile Image for Lina Maharani.
271 reviews15 followers
October 8, 2015
too many names in one book! hanya berhasil menghapal 3 nama hingga akhir buku. selebihnya 'entahlah-siapa-dia-aku-tak-faham'. Terbantu dgn membaca Mahabharata sblmnya tp ini khusus soal para perempuan nya.
Hmm, perempuan2 ini ternyata...
Profile Image for Son.
30 reviews
June 4, 2013
Cinta, harapan dan dendam seorang wanita adalah kekuatan yang mengerikan sekaligus mengagumkan
Profile Image for NA.
52 reviews102 followers
Read
August 26, 2013
harus baca Mahabrata dulu sebelum baca ini, bair nyambung --"
16 reviews
July 16, 2016
bacaan sejarah yang terlalu banyak tokoh dan hubungan mungkin tidak terlalu cocok untuk ane, apalagi belum tau sama sekali tentang cerita dan tokoh2 yang ada
Profile Image for Setadipa.
95 reviews3 followers
April 23, 2017
Perempuan - ibu - adalah pemegang kehidupan, patriarki hanyalah bungkusan dari ketertaklukan kepada perempuan
Displaying 1 - 17 of 17 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.