Jump to ratings and reviews
Rate this book

Psikologi Kematian 2 Menjemput Ajal dengan Optimisme

Rate this book
“(Allah) Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya ….”
--QS Al-Mulk (67): 2

Buku ini mengajak kita untuk menjadikan kematian sebagai pendorong munculnya optimisme. Bila ketakutan diganti dengan optimism maka kematian akan mampu kita tempatkan seperti teman bagi kehidupan. Untuk itu, kita perlu berdamai dengan kematian. Bila itu bias kita lakukan, ajal pun akan kita songsong dengan senyuman. Saat malaikat pencabut nyawa dating, kita tak sungkan untuk mengucapkan “Assalamu’alaikum ya Izrail. Silakan engkau ambil nyawaku.”


Endorsment:
“Sebuah buku yang mengajak kita berdamai dengan sebuah kepastian (kematian) melalui jalan bersalaman dengan kehidupan yang tidak pasti.” _Gobind Vashdev, Penutur Kebahagiaan

“Buku saudara Komaruddin Hidayat ini, menyimpan banyak pesan optimistik untuk menjemput kematian.”
--Haidar Bagir, penulis buku bestseller Buku Saku Tasawuf

236 pages, Paperback

First published January 1, 2013

4 people are currently reading
67 people want to read

About the author

Komaruddin Hidayat

34 books28 followers

Prof. Dr. Komaruddin Hidayat , nama yang tidak asing lagi di dunia dakwah Islam, khususnya dakwah dengan pendekatan sufistik. Sejak menyelesaikan S3nya dalam bidang filsafat di Universitas Ankara, Turki pada 1990, pria yang biasa dipanggil Mas Komar ini bergabung dengan Yayasan Wakaf Paramadina di Jakarta. Dari Paramadina inilah ia mulai mengguratkan namanya sebagai cendekiawan Muslim yang cukup diperhitungkan. Memulai karirnya sebagai dosen dan kemudian Direktur Eksekutif Paramadina, ia lalu dipercaya menjadi Ketua Yayasan yang didirikan cendekiawan Nurcholish Madjid tersebut. Penguasaan ilmu-ilmu agamanya yang sangat mumpuni, ditambah reputasi publik yang disandangnya sebagai intelektual kelas wahid di negeri ini, membuatnya begitu sibuk memenuhi undangan diskusi, ceramah dan acara unjuk wicara (talkshow) baik di televisi maupun radio. Sejak Januari 2005, Mas Komar resmi diangkat sebagai Direktur Program Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
8 (33%)
4 stars
10 (41%)
3 stars
3 (12%)
2 stars
2 (8%)
1 star
1 (4%)
Displaying 1 - 6 of 6 reviews
Profile Image for Osya.
6 reviews1 follower
July 3, 2013
Menamatkan buku Psikologi Kematian yang ditulis Bapak Komaruddin Hidayat membuat pembaca -saya dalam hal ini, menyadari satu hal:

Embusan napas kita hari ini, boleh jadi adalah napas terakhir bagi orang lain di luar sana. Maka, selayaknyalah kita tidak mengeluh dengan apa-apa yang kita alami detik ini, saat ini.

Ada beberapa catatan penting yang sekiranya harus kita waspadai dan pahami tentang serba-serbi kematian dalam buku ini. Here we go:

Diperlihatkan seluruh catatan amalnya.
Ketika ruh meninggalkan tubuh atau dikenal dengan istilah OBE (Out of Body Experience), apa yang dialami berbeda-beda. Namun, secara umum mereka diperlihatkan rekaman amalnya selama hidup, sebagaimana diisyaratkan dalam berbagai ayat Alquran. Bahwa kelak di akhirat masing-masing jiwa akan menerima dan melihat catatan amalnya, sekecil apa pun, dan mereka akan memperoleh imbalan suka ataupun duka.

Bertemu teman-teman lama.
Ada di antara mereka yang masuk lorong gelap berkepanjangan dan sangat tersiksa, mirip mimpi buruk berkepanjangan yang membuat badan lelah berkeringat serta ketakutan. Mereka dihadapkan pada hal-hal yang serba menakutkan, melebihi jenis ketakutan yang pernah dialami dan dibayangkan selama hidup. Sebaliknya, ada yang berjalan-jalan di taman yang sangat indah, bertemu saudara dan teman lama yang telah meninggal dalam suasana yang sangat nyaman dan damai, yang tidak mampu diterangkan dengan kata-kata. Dan semua itu tidak lain adalah hasil dari keseluruhan amal saat masih hidup.

Enggan kembali ke dunia.
Di antara kita yang pernah mengalami mati suri, ada yang merasa enggan kembali ke dunia karena sudah merasa nyaman di alam sana. Sebaliknya, ada yang ingin dikembalikan ke dunia lagi sehingga dengan begitu dia masih bisa memperbaiki amalnya.

Hati-hati dengan janji.
Janji sekecil apa pun dengan sesama manusia selama masih hidup akan menjadi siksa bagi kehidupan ruhaniyah jika kita tidak memenuhinya. Maka, penuhilah janji itu sebelum ajal tiba.

Jangan mengambil hak orang lain.
Hal ini juga penting untuk diwaspadai. Jika sudah terlanjur pernah mengambil hak orang lain atau menyakiti hati orang lain, maka meminta maaf denga orang yang bersangkutan adalah mutlak wajib. Atau dapat ditebus dengan shadaqah jika berhubungan dengan perampasan hak orang lain.

Dosa sosial tidak bisa diputihkan dengan haji atau umrah.
Hati-hati dalam menjaga lisan agar tidak mudah menyakiti dan memfitnah atau menuduh sesama tanpa bukti karena hal itu akan mendatangkan kegelapan dan siksa serta menggerogoti ibadah ritual, seperti salat, puasa maupun haji.

Tiada hari tanpa menolong orang.
Sekecil apa pun pertolongan yang kita berikan pada sesama akan menjadi penerang bagi alam ruhaniyah kita nantinya.

Doa keluarga dan teman sejawat sangat menggembirakan.
Diceritakan, dalam perjalanan ruhaninya, seseorang tersesat dalam perkampungan yang gelap, bau busuk, serta penuh hewan yang menjijikkan dan berbisa. Pendek kata, perkampungan itu sangat menyengsarakan. Lama-lama muncul cahaya dan bau harum yang menuntunnya untuk keluar dari sana. Ketika cahaya itu diikuti, rupanya dia kembali mendekati jasadnya yang tengah terbaring di rumah sakit. Mata ruhaninya melihat dengan jelas dokter, perawat, dan keluarga yang tengah berkumpul di kamar itu Dia kemudian menyadari bahwa cahaya dan bau harum itu berasal dari doa tulus karib kerabatnya yang saleh/ah saat mereka mendampinginya di rumah sakit. Subhanallah!

Layanan medis saja tidak cukup.
Orang yang sakit keras rupanya memerlukan suasana yang menyebarkan aura damai, riang, dan religius. Dalam kaitan ini, kecintaan dan keikhlasan dari orang-orang terdekatnya sangat diperlukan. Bahkan, dalam sebuah sebuah cerita, ruhnya mampu melihat jasadnya yang tengah dioperasi sekaligus melihat orang-orang terdekatnya yang tengah mendoakannya.

Jika berdoa, sebutkan namanya yang utuh.
Sebuah cerita lagi dari seseorang yang pernah mengalami mati suri, ketika ruhnya berjalan jauh dan sudah akan kembali masuk ke jasadnya, dia mendengar dokter memanggil namanya dan mempersilakannya masuk. Rupanya dokter sudah biasa mengucapkan selamat datang kembali kepada mereka yang dinyatakan OBE. Ruhnya mendengar jelas panggilan dokter, tetapi belum tergerak untuk masuk ke jasad. Namun, setelah anggota keluarganya menyebut namanya dengan utuh, ibarat password yang digunakan secara sempurna, ruh tadi merasakan kontak dan terus kembali ke jasad lalu tersadar bersama jasadnya. Maka, jika mendoakan seseorang, sebutlah namanya secara utuh, jika perlu dengan nama kedua orangtuanya agar alamatnya jelas tertuju.

Setiap saat kita berjalan menuju kematian. Masing-masing kita sudah memiliki nomor urutnya. Namun, jalan dan penyebab menuju kematian masih diberi ruang pilihan oleh Allah, apakah jalan yang mulus dengan didampingi amalan-amalan kebajikan ataukah jalan terjal dengan dibebani amalan-amalan keburukan.

Pilihan jalan kematian masih bisa dinegosiasikan dengan Allah.

Ya Allah, Engkau pencipta kehidupan dan kematian. Dalam genggaman-Mu nasib saya dan semesta ini. Tanpa bimbingan dan petunjuk-Mu, saya tidak akan tahu apa makna dan tujuan hidup ini. Terlalu sedikit yang saya ketahui tentang rahasia lapis-lapis kehidupan yang Engkau ciptakan.

Ya Allah, bukalah hati pikiran telinga mata saya, untuk bisa memahami hidayah dan cahaya kasih-Mu. Sehingga saya selalu istiqomah, optimis, dan tidak menyerah dalam menjalani kehidupan ini. Sesulit apa pun itu. Bimbing hati dan pikiran saya agar bisa menjadikan setiap desah napas dan langkah kaki ringkih ini sebagai zikir, agar selalu khusyu' bersujud di atas sajadah panjang, terbentang sampai pintu kematian.

Ya Allah, dengan kasih dan pertolongan-Mu, bimbing dan tunjukilah saya untuk senantiasa mensyukuri nikmat kehidupan dan kemerdekaan yang Engkau anugerahkan dengan iman yang kokoh, pikiran yang cerdas, hati yang bersih, dan amal kebajikan yang tak pernah henti.

Ya Allah, ketika suatu saat ajal ini tiba, jadikanlah hari itu sebagai hari wisuda saya mengakhiri jadwal hidup di dunia, tempat bertanam untuk bekal perjalanan saya lebih lanjut. Tetapkanlah iman dan kecintaan saya kepada-Mu. Dengan kasih-Mu, semoga di kampung akhirat nanti Engkau berkenan memasukkan saya ke dalam komunitas para anbiya dan syuhada, meski pada barisan yang paling belakang sekalipun. Allahumma Amin.

Selamat datang kematian :)
Profile Image for Cahya.
14 reviews1 follower
June 19, 2013
Lebih bagus dari yang pertama, lebih mengena
Profile Image for Truly.
2,753 reviews11 followers
November 23, 2020
Jika bisa, tentunya setiap manusia ingin hidup selamanya. Sayangnya, tak bisa begitu. Kematian, pada akhirnya akan menjadi akhir perjalanan manusia di dunia. Yang perlu kita siapkan selain bekal kebaikan, adalah menjaga segala tingkah laku kita agar segalanya memudahkan kita kelak.

Buku ini membuat saya merenung, apakah sudah benar "jalan" saya. Apakah ada yang harus diubah, diperbaiki, atau bahkan dhilangkan jika salah.
Profile Image for Lutfi hendrayana pratama.
21 reviews
April 10, 2013
buku ini berisi renungan, pengalaman masa lalu, pemikiran optimis yang dituangkan penulis demi mempersiapkan ajal. bahwa ajal adalah hal terdekat yang senantiasa setia bagai kekasih yang menunggu kita dan kematian pasti adanya dan pasti mengalaminya dan pastinya kita tidak tahu kapan ajal itu menjemput kita. mari kita hadapi ajal dengan senyuman keakraban. mari kita buat kenangan yang manis di dunia ini untuk bekal kita di akhirat kelak.
32 reviews3 followers
October 20, 2015
Banyak kalimat kalimat renungan untuk mengingat yang akan datang.
Displaying 1 - 6 of 6 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.