Jump to ratings and reviews
Rate this book

The British in Java, 1811-1816: A Javanese Account

Rate this book
An account of the British occupation of Java at the end of the Napoleonic Wars, this volume provides a unique Javanese perspective on the imposition of imperial rule. Based on the diary of a senior Yogyakarta prince, Carey's book sheds light on many aspects of court politics and society and offers a glimpse of some of the main Javanese and British protagonists.

634 pages, Hardcover

First published January 1, 1992

12 people are currently reading
163 people want to read

About the author

Peter Carey

40 books75 followers
Librarian Note: There is more than one author in the GoodReads database with this name. See this thread for more information.

Laithwaite Fellow and Tutor in Modern History at Trinity College, Oxford. Peter Carey works on the history, contemporary politics and socio-economic development of Southeast Asia, specialising on Indonesia, East Timor, Cambodia and Burma.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
22 (44%)
4 stars
18 (36%)
3 stars
8 (16%)
2 stars
1 (2%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 8 of 8 reviews
Profile Image for H Koestanto.
19 reviews2 followers
April 5, 2022
Buku ini berbeda dengan buku terjemahan Babad lainnya. Catatan Panular dalam bentuk macapat diterjemahkan dan ditulis dalam bentuk sinopsis sehingga lebih mudah dipahami oleh pembaca yang tidak mengerti bahasa Jawa. Sedangkan macapat aslinya ada di dalam CD yang diberikan bersama buku ini.

Prawacana yang ditulis panjang lebar oleh Peter Carey memberikan konteks dalam memahami catatan harian Pangeran Aryo Panular ini (putra HB I dengan selir yang diberikan oleh Residen Hartingh). Panular selain Paman dari HB III juga menjadi mertuanya. Sehingga buku sejarah ini memberikan kita perspektif keberadaan Inggris/Raffles dari sudut pandang orang Jawa.
Profile Image for Gema Muchamad.
49 reviews
October 15, 2025
Pertama kalinya saya membaca karya Peter Carey dan saya tidak kecewa. Buku ini mengajak saya pada keadaan Yogya pada masa itu dengan intrik sosial-politik, ekonominya dll. Saya senang dengan pribadi Panular ini. Dewasa, berkuasa, sosok sentral yang religius melengkapi ikhtiar antara refleksi pribadi dan refleksi negara tanah airnya untuk bisa melahirkan atau merubah sesuatu agar lebih baik. Panular begitu peka akan masalah negaranya dan berupaya untuk mencari solusinya dengan kerja nyata dan mendekat kepada Sang Pencipta
Profile Image for David Dewata.
338 reviews3 followers
October 15, 2017
Potongan sejarah dari sudut pandang Pangeran Aryo Panular, tentang era pendudukan Inggris periode 1811-1816 dan pengaruhnya bagi Keraton Yogyakarta. Sekelumit nama Diponegoro juga disebut disini. Salut atas riser Peter Carey disini. Tidak hanya memberikan analisa atas “babad” tulisan sang pangeran, namun juga memberikan sinopsis yang mencerahkan apa yang ditulis sang pangeran di tiap babad.
Profile Image for Victoria Tunggono.
Author 10 books32 followers
September 22, 2017
A very detailed description of the situation back when the British troop invaded Java in 1800s. Mr. Carey even have this book tour going on, which is a great way to understand more about what happened in the past (and to give us great insight to where/how we are going next.)
Profile Image for Nanas Firmansyah.
74 reviews11 followers
December 15, 2020
Saya sudah cukup kenyang membaca babad dan tulisan prasasti. Ternyata, buku ini adalah click bait terbesar yang pernah saya beli. Anyway, bagi mahasiswa Sejarah seperti saya tentu ini berguna. Apalagi ketika mendalami Historiografi Indonesia. Sekian
93 reviews2 followers
February 17, 2024
Menceritakan ulang babad panular tentang hubungan penjajah inggris dengan Kasultanan Yogyakarta pada masa HB II sd. HB IV.
Sejak pertikaian HB II, naik takhta dan pemerintahan HB III sd. Pemgangkatan sultan bocah HB IV.
Profile Image for Adit MKM.
49 reviews11 followers
September 18, 2024
Peter Carey knows better about Java than me. I can explain Batman better than I can explain Javanese Kingdom. Maybe I'm not from Java. I'm from Gotham.

But sure, Javanese Kingdom is full of drama and backstabbing. Joko Anwar or someone should make a series about it.
Profile Image for Maya Murti.
205 reviews7 followers
December 31, 2019
Akhirnya selesai juga baca buku ini. Mulainya bulan November tahun kemarin, tetapi karena ini merupakan karya ilmiah yang dibukukan jadi butuh usaha lebih buat konsentrasi dan terbiasa membaca.

Inggris di Jawa adalah buku yang memaparkan isi Babad Ngengreng, yaitu sebuah karya sastra Jawa berformat sajak macapat dari abad ke 19. Disusun oleh sejarawan Inggris yang bernama Peter Carey, buku ini ditujukan sebagai pembanding sumber primer sejarah kolonialisme Inggris di Jawa dari sudut pandang orang Jawa. Carey menilai bahwa narasi sejarah kolonialisme Inggris di Jawa kebanyakan berasal dari sumber-sumber Inggris, yang mana interpretasi realita sejarah yang telah dilakukan mungkin menjadi timpang tanpa adanya perbandingan dokumen sejarah dari pihak lain. Dan dari semua sumber sejarah yang berasal dari Hindia Timur, Babad Ngengreng lah yang dinilai sebagai dokumen pembanding paling layak dalam hal waktu penulisan yang dekat dengan waktu terjadinya peristiwa Sejarah.

Babad Ngengreng ditulis oleh Pangeran Panular, seorang bangsawan Yogyakarta yang bergaris keturunan dari Sultan Hamengkubuwono I. Babad Ngengreng dimulai dari jatuhnya keraton Yogyakarta akibat serangan Inggris. Inggris bermaksud menjatuhkan kekuasaan HB II yang telah melakukan pembunuhan terhadap patihnya (Danurejan). Keadaan waktu itu kacau balau, dengan putra mahkota dan para punggawanya yang harus mengungsi ke tempat aman. Pangeran Panular lah yang mendampingi pengungsian itu, bahkan ia mengajukan dirinya sebagai tameng terhadap tembakan senapan pasukan Inggris. Setelah keraton menjadi porak-poranda dan harta-benda para bangsawan dijarah oleh gabungan pasukan Inggris dan Sepoy, HB II dan punggawanya menyerahkan diri dengan mengibarkan bendera putih.

Penyerahan diri HB II kemudian diikuti pengasingannya di luar Pulai Jawa dan diangkatnya putra mahkota sebagai HB III. Mulai dari sinilah Panular menceritakan tentang keadaan keraton, pemerintahan negeri Yogyakarta dan para bangsawan yang menjalankannya, berbagai upacara dan resepsi yang dilakukan antara keraton dan residen Inggris, jatuh sakitnya HB III, hingga diangkatnya sultan bocah HB IV.

Sebagai bangsawan senior yang setia pada kesultanan dan selalu menjunjung etika keraton, Panular juga dihadapkan pada perubahan tata krama yang dilakukan para bangsawan muda, masalahnya tentang tanah apanase sebagai hak bangsawannya, hingga perolehan kemurahan hati sang raja yang sempat salah memahami maksudnya. Dari cerita-cerita Panular ini, sesuatu yang bisa saya tangkap adalah ia selalu berusaha menjalankan kewajibannya sebagai punggawa kesultanan dan mengharapkan timbal balik yang baik dan layak dari semua upayanya. Namun terkadang timbal balik yang diharapkan tidak kunjung ia terima dan berada di luar jangkauannya. Pada situasi semacam itu Panular hanya bisa mundur dengan sopan dan menyerahkan diri dan takdirnya kepada Yang Maha Kuasa, seperti halnya masyarakat Yogyakarta yang menerima kejatuhan keraton oleh serangan Inggris sebagai nasib yang tak terelakkan.

Bicara tentang kejatuhan keraton, Panular tampak sebagai seorang moralis dan mengedepankan sifat ksatria. Ia mengkritik punggawa-punggawa lain yang malah melarikan diri saat serangan Inggris terjadi. Menurut Panular, menurunnya moralitas dari sebagian bangsawan Yogyakarta inilah yang menyebabkan kejatuhan keraton. Pada kesempatan lain, Panular juga menilai karakter putra HB III, Raden Mas Ontowiryo (kelak disebut dengan Diponegoro), sebagai seorang yang kena pengaduning blis (terkena guna-guna setan). Mulanya saya menganggap penilaian Panular ini mengada-ada saja karena bagaimana mungkin seorang pahlawan Nusantara di masa kecilnya bisa disebut demikian? Namun saya dapat menerka dari cerita babad itu bahwa Diponegoro muda tidak terlalu jeli dalam menjalankan tugas kenegaraan sehingga ia mengabaikan hal-hal yang penting menurut Panular. Selain itu, ia juga melakukan penilaian terhadap watak bangsawan lain, seperti kakaknya Pakualam I yang ambisius dalam politik kerajaan dan Prangwedono (pemimpin pasukan Mangkunegaran yang berpartisipasi dalam serangan Inggris) yang selalu berbangga atas kecakapan dirinya.

Kemenarikan buku ini bagi saya adalah aspek sikap kebangsawanan dalam masyarakat Jawa. Ada tuntutan peran bangsawan yang harus dilakukan seperti memahami tata krama dan kesetiaan terhadap sultan. Kemudian sikap Panular untuk pasrah (pada asrahing) kepada Yang Maha Kuasa sebagai bagian dari ikhtiarnya dalam mempertahankan hak bangsawan. Dan beberapa istilah Jawa yang disebutkan dalam buku, baik istilah kuno maupun yang masih digunakan sampai saat ini.

Penting untuk dicatat bahwa buku setebal 300+ halaman ini hanya menyajikan ringkasan isi Babad Ngengreng beserta foto-foto dan ilustrasi pendukung. Untuk isi Babad Ngengreng yang lebih lengkap dan berbahasa Jawa dapat diakses dalam cakram digital pendamping buku. Tetapi sayang sekali saya tidak memperoleh CD itu.
Displaying 1 - 8 of 8 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.