Menikah dini dengan sekian resiko. Arjuna menjadi orang tua tunggal dan menanggalkan segala kecengengan romannya. Mengajari Mada sebagai elang kecil yang harus siap terbang bersahabat dengan angin badai.
Pagi itu Mada mogok sekolah, ia menitikkan air mata ketika Juna mendekatinya dan membentak, "Jangan menangis!" Mada segera mengusap air mata dengan kedua tangan kecilnya sambil terus menunduk, namun ia berani menjawab, "Hari ini hari ibu. Teman-teman Mada datang dengan ibunya. Semua murid harus baca puisi untuk ibunya."
Juna menahan nafasnya yang mendadak terasa sesak menggulung paru-parunya. Ia pun mati kata! Lalu Mada berdiri dan mengangkat kedua tangan sang ayah, menuntut!
Kirana Kejora (lahir di Ngawi, Jawa Timur, 2 Februari 1972; umur 39 tahun) adalah penulis Indonesia. Karya-karyanya berupa artikel, cerpen, dan puisi dimuat di berbagai media cetak. Ia juga produktif menulis novel dan script film, baik layar lebar maupun film televisi. Sebelum memutuskan sebagai penulis penuh waktu, Kirana adalah peneliti Sosial Ekonomi Perikanan Unibraw (1991-1993), Staff pengajar pada SMK Dipasena Citra Darmaja, Lampung (1996-2000), Staf Ahli Sosial Ekonomi proyek Management Monitoring Cosultant JBIC-DPK di Sulawesi Tenggara (2000-2001) Staff pengajar pada Universitas Hang Tuah Surabay (2003-2004), dan wartawati tabloid Infotainment Fenomena (2003-2004).
Saya beli buku ini karena masih dalam euforia Sabtu bersama Ayah-nya Adhitya Mulya. Kok rasanya buku-buku bertema kehidupan seru juga buat dibaca. Nah pas ngecek goodreads, ratingnya juga 4, langsunglah saya penasaran buat baca.
Tapi.... 1. Penggambaran tokoh Juna, Mada, dan almarhumah istri kurang mendetail. Yang dibuat sangat detail malah penjelasan mengenai F1, tokoh musik yang mereka suka, dan hal yang kurang penting lainnya. Jadinya saya skip-skip bacanya. 2. Penggambaran Juna sebagai suami dan ayah yang bertanggung jawab tapi sering merokok didekat istrinya yang hamil dan di kamar anaknya. Gak sesuai yah. 3. Banyak percakapan yang kurang realistis. Contohnya ketika Juna berusaha menjelaskan apa itu "mimpi basah" ke Mada. Kayaknya gak perlu pakai istilah biologi deh. Dan kalaupun perlu pakai istilah tersebut, mbok ya dikasi notes dibawah halaman mengenai penjelasannya. 4. Banyak percakapan dalam bahasa Jawa yang tidak ada artinya. Paham pun saya tidak -_-
Walaupun tujuan buku ini adalah untuk memperlihatkan pengorbanan dan kasih sayang Ayah ke anak, tapi sayang sekali saya tidak mendapatkan feel tersebut dan saya terpaksa harus skip banyak halaman karena terlalu bosan.
Arjuna Dewanga awalnya mungkin tak pernah menduga ia akan menikah muda untuk kemudian menjadi orang tua tunggal. Ketika masih kuliah di Jogya Arjuna berpacaran dengan Keisha Maizuki, gadis Jepang yang sedang mengikuti program penelitian dan pertukaran mahasiswa di jurusan arkeologi FIB UGM. Sayangnya hubungan mereka tidak direstui oleh kedua orang tua mereka. Tidak ingin cinta mereka kandas mereka memutuskan untuk menikah dalam usia muda walau tanpa restu dari orang tua masing-masing.
Pernikahan mereka membuahkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Rajendra Mada Prawira atau kerap dipanggil Mada. Sayangnya Kiesha meninggal saat melahirkan Mada hingga akhirnya Juna harus sendirian mengurus putranya seorang diri dengan dibantu oleh dua orang pembantunya yang setia.
Sepeninggal istrinya, Juna memutuskan untuk tinggal di Jakarta bersama anak dan dua orang pembantunya. Karir Juna sebagai seorang apoteker melejit dan dengan usahanya sendiri ia menjadi eksekutif muda yang sukses yang dengan segala kesibukannya tetap memperhatikan Mada. Juna adalah sosok pria pekerja keras, dengan ketampanan dan kekayaannya ia banyak dikagumi para wanita. Namun tekad Juna sudah bulat, ia memilih tidak menikah dan mengurus Mada sendirian. Ia memilih menjadi seorang ayah sekaligus Ibu yang mencintai dan membesarkan Mada dengan cintanya yang tiada berakhir.
Novel ini menceritakan dengan detail bagaimana Juna membesarkan anaknya mulai dari bayi hingga beranjak remaja dengan segala suka duka dan tantangan-tantangan yang dihadapi seperti bagaimana menghadapi Mada yang sakit, mengantar Mada ke sekolah untuk memperingati hari Ibu, bagaimana Juna menghadapi perubahan- perubahan fisik dan cara berpikir Mada yang mulai menginjak remaja, hingga perjalanan napak tilasnya ke Jogya dan Solo bersama Mada untuk menjejaki tempat-tempat dimana Juna dan Keisha pernah menikmati kebahagiaan sebagai sepasang suami istri.
Tadinya saya mengira novel ini adalah novel yang mengharu biru dan sarat dengan drama romantik dari seorang ayah yang begitu menyangi anak semata wayangnya. Ternyata tidak. Kisah mengharukan baru akan kita temui di bab-bab terakhir novel ini ketika Mada terserang penyakit mematikan. Tidak banyak konflik yang terjadi di sepanjang novel yang terbagi dalam 46 bab ini. Kalaupun ada konflik antara tokoh-tokohnya semua terselesaikan dalam satu atau bebarapa bab yang dalam setiap babnya hanya menghabiskan 3-5 halaman saja.
Novel ini tidak sekedar menceritakan bagaimana suka duka seorang ayah membesarkan anak semata wayangnya seorang diri dan gambaran cinta seorang ayah terhadap anaknya saja namun novel ini juga kaya dengan muatan-muatan ensiklopedis tentang banyak hal yang membuat pembaca terbuka wawasannya baik secara filosofis maupun pengetahuan.
Seiring perjalanan tokoh Juna dengan Mada yang merupakan tokoh sentral dalam novel ini, penulis memasukkan banyak sekali ragam pengetahuan bagi pembacanya mulai dari filosofi elang dan filosifi baju tradisional Jawa, kota buku Jimbocho dan perayaan Hanami di Jepang, perjalanan sebuah grup band rock, keraton Pakubuwana, sejarah warung angkringan sego kucing, candi sukuh, prambanan dengan sendratari Ramayana, profil Gajah Mada, dan masih banyak lagi.
Ragamnya muatan enskiklopedis dalam novel ini di satu sisi memang dapat menambah wawasan pengetahuan pembacanya namun di sisi lain dapat membuat alur cerita dari novel ini menjadi tersendat karena adanya paragraf-paragraf yang menjelaskan tentang hal-hal di atas. Bagi mereka yang menyukai kisah dengan alur kisah yang mengalir dan dramatik kehadiran muatan ensiklopedis dalam novel ini dapat dianggap sebagai hal yang cukup mengganggu.
Sebaliknya bagi mereka yang menyukai novel yang tidak hanya menyuguhkan sebuah drama kehidupan semata novel ini dapat menjadi pilihan terbaik. Kisah dengan muatan budaya, filosofi, sejarah, dan pengetahuan dalam buku ini membuat novel ini sangat baik dibaca oleh para pelajar atau siapa saja dan memiliki rentang keterbacaan yang panjang mulai dari usia remaja hinga dewasa.
Yang menjadi ganjalan bagi saya di novel ini adalah adanya beberapa adegan merokok yang dilakukan Juna, jika adegan merokok itu dideskripsikan ketika Juna seorang diri, atau bersama teman-temannya mungkin tidak terlalu masalah, tapi sayangnya yang dideskripsikan adalah adegan Juna merokok di depan istrinya yang sedang hamil, dan di depan anaknya yang masih remaja. Bahkan ada satu adegan ketika Juna dan Mada berada dalam perpustakaan pribadinya Tentunya merokok dalam satu ruangan baik itu bersama istri yang sedang hamil atau dengan anak bukanlah tindakan yang baik untuk kesehatan si istri dan anak.
Satu hal lagi seperti luput dari penceritaan penulis adalah tentang kayakinan Juna dan Keisha yang pada dasarnya berbeda budaya . Dalam hal ini penulis tidak menceritakan apakah mereka sedari awal memang memiliki satu keyakinan/agama? penulis hanya menceritakan bahwa mereka melakukan akad nikah di sebuah masjid kecil di Semarang. Jika memang sudah satu keyakinan sebaiknya ada sedikit penjelasan yang melatari bagaimana Keisha seorang gadis Jepang menjadi seorang muslim mengingat tidak banyak orang Jepang yang menganut agama Islam.
The cover is interesting, the ending is unpredictable, but...
1. Are you trying to show-off your wealth? Urgh for God's sake? 2. Anyway it's a LIGHT-READING and SOOTHING novel, isn't it? Why there are so many encyclopedia thingies?! 3. I love the encyclos after all but it should not be a DOMINANT (so what little girl? submissive? LOL) 4. Too many descriptions and they're WAY TOO LONG. 5. We're at 'café' not a 'college'
(seems like i repeated similar things)
6. The plot is so flat, i can't feel anything 7. History, cultures, BRANDS, automotives, wrist-watches, fantasy, philosophy, what else teacher yet sales???? 8. I'M NOT JAVANESE!!!!! WHAT THE HECK ARE YOU TALKING ABOUT? can't you just put footnotes beneath it? 9. To be honest i wanna know much about Mada, Juna, Keisha.... Can you be more detailed about them? They're the roots of this story! 10. I started googling about the existence of 'Yayasan Elang Rajendra' but it's likely i found nothing... well were you undercovered it or...? *not gonna mention*
I LOVE THE ENDING!!! YEAAYYY my eyes were teary *burst into tears*
not trying to be harsh :( but unfortunately these are what i feel :(( anyway it makes me cry :') motivate me too, feel like studying :3 cheers Juna and Mada :)) and absolutely Ms (or Mrs.?) Kirana Kejora (y)
Berawal dari tugas sekolah yang membuat saya harus membaca novel ini, saya benar-benar menikmati cerita hingga lembar terakhir. Saya mampu menyelesaikan 372 halaman dalam waktu yang cukup singkat karena pembawaan cerita yang begitu mudah dicerna namun sarat akan emosi.
Konsep yang menarik, didukung dengan cara penulisan yang menarik pula! Terimakasih bu Kirana Kejora untuk tulisannya yang benar-benar menghibur.
Buku ini benar-benar mampu mengaduk-aduk emosi pembaca, dan tentu tidak luput saya menangis saat membaca banyak bagian yang mengharukan maupun menyedihkan di sini.
Namun kekurangan dari buku ini adalah, penulis menyisipkan terlalu banyak informasi yang berbunyi seperti ensiklopedia, yang menurut saya malah mengganggu jalan cerita. (Contoh pada halaman 30-32).
Tapi untuk keseluruhan, saya sangat suka buku ini! Bukan cerita muluk yang memberi banyak kejutan-kejutan besar, namun buku ini bercerita tentang kasih sayang dalam keluarga yang sangat, sangat, sangat manis hingga saya tidak mampu berhenti hingga lembar terakhir.
Awalnya tertarik untuk baca karena rating novel ini tinggi. Tapi sedikit kecewa pada akhirnya. Ide ceritanya memang menarik, hanya saja sepertinya tokoh-tokoh di buku ini justru bukan menjadi yang terutama, melainkan penjelasan seperti ensiklopedi justru mendominasi buku ini, sehingga harus diskip-skip bacanya. Kalau karakter dan kehidupan para tokoh lebih digambarkan pasti akan lebih menarik.
ceritanya disajikan dengan sederhana dan apa adanya yang secara alami membuat pembaca tersentuh dan terbawa suasana tentang perjalanan dan perjuangan seorang ayah memberikan makna mendalam dan pesan moral tersirat tentang arti seorang ayah.
2014 baca buku ini, kado dari mantan wakakaka. Saya kurang sreg sama tokoh-tokohnya, dulu pas masih remaja, dapat kado ini karena saya sering gelud sama ayah wkwk. Selebihnya, beberapa menarik perhatian, seperti perihal lagu-lagu, saya juga suka A7x, dan pesan moralnya saya bisa merasakannya.
Sudah lama pengen baca buku ini, tapi baru kesampaian kemarin belinya. Dan begitu baca, langsung tidak ingin ditutup sebelum halaman terakhir terbaca. Terlebih dengan kalimat yang membuat nyesek, tahun pertama Arjuna merayakan ulang tahun Mada tanpa Mada ..., whuih, langsung pengen baca seluruhnya.
Dan benar, dengan setting maju mundur yang manis, kita dibawa berkenalan dengan siapa Arjuna Dewangga dan putra samata wayangnya kebanggaannya Rajendra Mada Prawira.
Kisah suka duka Juna membesarkan Mada seorang diri, dengan segala tentangan dari keluaga kedua belah pihak, ditolak di sana sini, dia harus bisa berdiri sendiri, membuktikan bahwa dia mampu bertanggung jawab dari keputusan sepihak yang telah ia buat dengan atas nama cinta.
Sisispan filosofi dan sejarah Nusantara, menujukkan ia sangat mencintai Negaranya. Profesinya sebagai apoteker tidak terlalu dikupas, hanya tentang cerita Indonesia
Juna, seorang apoteker muda yang memiliki hobil membalap dan suka sekali mobil, memupuskan imej para apoteker yang hanya tahu tentang reaksi kimia di laboratorium. Sisi nakal dan jantan juga setia Juna melengkapi kesempurnaan laki-laki idaman para wanita. Terlebih dengan ia mampu membesarkan seorang putra seorang diri.
Sosok Mada digambarkan dengan sempurna, sempurna sebagai anak yang dibesarkan oelh single parent tanpa ibu. Bertarung antara masih ingin bermanja dengan harus kuat sebagai anak laki-laki. Sifat kritis Mada menunjukkan dia anak yang cerdas dan tentunya itu warisan orang tuanya yang sama sama cerdas.
Yang paling nyesek adalah, saat Mada divonis kanker otak. Kita tahu Mada meninggal muda, tapi tidak akan menyangka dia meninggal karena sakit. Imajinasi terliarku adalah dia meninggal saat dikecolongan minjem mobil and nyetir nggak bilang-bilang. Tapi saat itu, ilmu yang diberi Juna belumlah cukup untuk Mada.
Seluruhnya, ini buku recomended sekali untuk dibaca. Dari sisi psikologisnya, dari sisi humanisnya, dan dari sisi sejarahnya.
Terlepas dari sedikit typo, saya lega dan puas telah membaca novel ini.
Cukup bagus. Beberapa bagian buku ini bisa mengisahkan suka duka kisah Arjuna Dewangga dengan baik. Saya suka bagaimana Kirana Kejora menggambarkan perasaan tokohnya. Namun, di beberapa bagian yang lain, entah mengapa terasa seperti katalog. Berbagai barang dijajarkan dalam alinea-alineanya. Mungkin detail seperti itu bisa menggambarkan apa saja sih yang ada di situ, tapi secara pribadi saya merasa hal itu mengganggu. Kisah-kisah Juna dan Mada yang diceritakan dalam novel ini berlangsung singkat. Saya rasa, penulis kurang mengeksplorasi karakter novelnya, sehingga hal yang saya anggap menonjol dari novel ini hanya penjelasan ensiklopedis dan pembawaan emosinya. Bagaimana konflik terjadi, apa yang menyebabkannya, bagaimana mereka menyelesaikannya, hanya dijelaskan secara singkat, kurang mendetail.
Terlepas dari segala kekurangannya, terima kasih kepada Kirana Kejora atas novelnya yang menyentuh hati. :)
Ceritanya sangat menarik. Tentang bagaimana seorang ayah, yang juga berperan sebagai ibu, membesarkan, mendidik, dan bersahabat dengan anaknya, Mada. Tentang bagaimana seorang lelaki yang begitu menjaga kesetiaannya dengan wanita yang sangat dia cintai. Tentang ayah dan anak yang selalu berusaha menjaga perasaan keduanya.
Buku ini juga menyelipkan pesan mengenai kehidupan, arti keluarga dan persahabatan, dan pentingnya berbagi dengan sesama yang membutuhkan.
Hanya saja, menurut saya, terlalu banyak penjelasan detail yang tidak begitu penting dan tidak terlalu berhubungan dengan cerita yang dituliskan di buku ini, yang malah membuat saya jadi melewatkan beberapa kalimat, paragraf, dan bahkan beberapa halaman karena saya merasa detail tersebut membuat saya bingung dan bisa membuyarkan alur cerita.
Ayah Menyayangi Tanpa Akhir, sebuah novel yang sangat menginspirasi. Apalagi ini merupakan kisah nyata, sebenarnya saya sempat penasaran siapa tokoh asli Mada di novel ini. Tapi, memang hal tersebut memang privasi penulisnya bunda Kirana. hehe Menceritakan perjuangan seorang ayah Arjuna Dewangga, sekaligus ibu bagi anakanya Rajendra Mada Prawira. Perjalanan hidup Juna begitu menyedihkan, berawal dari hubungannya yang tidak direstui oleh orang tua dan keluarganya, serta keluarga dari Keisha istrinya. Lalu istrinya, Keisha meninggal saat melahirkan anakanya Mada. Serta yang paling memilukan ialah, ketika Mada divonis mengidap kanker otak, dan tak lama setelah vonisnya, Mada pun meninggal. Sosok Juna begitu kuat, sabar, dan tabah dalam menjalani kehidupan.
Ayah Menyayangi Tanpa Akhir, sinopsis singkat di cover belakang bukunya udah cukup jelas sih. Buku ini bercerita tentang Juna yg jadi single parent untuk Mada. Alur cerita yg cepat bikin aku bisa kelar baca buku ini dua hari. The fact that this is based on a true story is surreal! Banyak bgt pelajaran hidupnya! Dalem dan penuh moral story, this book reminds me of something that i talked about with my brother about family lately "hidup normal itu adalah hidup dengan cacat". Buku ini nyeritain banget keluarga itu seperti apa, dimana saat keluarga sendiri terkadang nggak bisa jadi keluarga dan orang yg nggak ada hubungan darah dengan kita justru menjadi keluarga. Bagus banget! Baca! Biar makin kaya hati banyak bersyukur dan tetep setrongggg!!
Berbeda dengan buku-buku kisah nyata yang lainnya. Buku ini bercerita tentang seorang ayah yang single parents, Juna, dan bagaimana dia mendidik anaknya Mada. Buku ini sukses membuatku menangis. Sosok ayah disini sangat sempurna (menurutku). Dari buku ini juga bisa lebih tau gimana sih interaksi antara Ayah dan Anak. Gimana cara Ayah menunjukkan kasih sayangnya pada anaknya yang terkadang tidak bisa dia tunjukkan. Perjuangan menjadi Ayah memang tiada akhir. :) Setelah membaca buku ini semakin sayang dengan Bapakku. :) Sangat bagus.
Ide pokok dari cerita ini bagus banget. Tentang cinta dan kasih sayang seorang ayah kepada anaknya yang dituangkan melalui berbagai macam cara dan hal khas seorang ayah yang biasanya tidak seluwes sosok ibu. Ini adalah alasan utama kenapa aku tertarik banget untuk beli buku ini.
single dad, with all his faithful. only has his own child, and he taught many things. GOD! if I could, want to order father like that.
Filosofi, makna, mata, dan apapun yang ayah punya, harus milikmu juga. tapi apa daya, jika kamu bukan untukku dan dia bukan untukku. ayah tahu, apapun yang direncanakan Tuhan adalah yang terbaik. Kau memberiku banyak hal, guru untuk sahabat. Kamu nak, kamu Mada..
ceritanya luar biasa bagus. saya bisa bayangin kalau novel ini dijadikan film, pasti berlinang air mata. tapi sayang, penulisannya kurang memancing emosi, datar dan banyak penjelasan hal2 yang, menurut saya, ga begitu penting.
Buku ini keren banget. Tentang Ayah(Arjuna Dewangga) yang membesarkan seorang putra (Rajendra Mada Prawira) tanpa pernah mengenal lelah. Setelah baca buku ini bikin kangen Ayah. huhuhu. Dan pengen cari suami seperti Juna
Kisah perjuangangan seorang ayah juara sedunia Arjuna Dewangga untuk membesarkan sang elang kecil Mada walau harus tanpa belahan jiwany Keisha.. Jalan cerita yg bagus dan mengharukan, namun ada beberapa penulisan yang kurang begitu penting..