Ocha benci Adit! Meskipun cowok itu idola cewek satu sekolah, bagi Ocha, Adit nggak lebih dari sekadar perusak image dan pembawa sial. Sejak kenal Adit, Ocha berevolusi jadi cewek cengeng, malu-maluin, suka bohong, dan doyan melet. Pokoknya Ocha benci Adit. Titik.
Tuhan seperti memberikan jalan untuk membalas dendam ketika tanpa sengaja Ocha menemukan apa yang bakal dianggap harta karun oleh cewek-cewek di sekolahnya: nomor handphone Adit, yang katanya susaaaah banget dicari tahu itu.
Awalnya Ocha berencana menjual informasi nomor handphone Adit ke teman-temannya. Karena nggak tega, akhirnya Ocha cuma ngisengin Adit lewat SMS dengan nama samaran Ayu.
Tapi bukannya sukses balas dendam, Ocha malah jadi tambah pusing. Soalnya kebohongan kecil yang dia ciptakan itu menimbulkan masalah-masalah baru. Misalnya saat Adit ternyata naksir Ayu!
Kenapa saya ngasih buku ini bintang lima? karena di jamannya waktu itu, menurut saya inilah buku teenlit yang terbagus. waktu beli buku ini, saya masih kelas enam SD. baru tau kalau ada buku remaja yang berjenis teenlit. kalau ayat-ayat cinta buku pertama yang habis saya baca, a little white lie adalah novel pertama dengan genre remaja yang pertama kali saya beli.
novel ini habis dibaca secara berpotong-potong. baca dari depan, tapi dari belakang juga. jadi habisnya di tengah. itu juga ngabisin berapa harian. moral pertama yang saya tangkep dari buku ini adalah jangan berbohong, karena mau susah-susah nyembunyiin sampe babak belur, kebohongan itu pasti akan terungkap. mau gimanapun jalannya. hihi... lucu juga, malah akhirnya si ocha yang malu sendiri.
Sampulnya adalah hal pertama yang membuat saya tertarik pada buku ini. gak tau kenapa, kalau ngeliat sampul yang kayak gitu, seneng aja. jadi saya mulai mengambil buku itu dan membaca sinopsisnya. kalau jaman sekarang, mungkin sinopsis yang kayak gitu udah bejibun banyaknya di toko buku indonesia. cewek sebel sama cowok terus akhirnya malah suka. tapi pas 2006? sepenglihatan saya sih enggak. gak tau juga sebenernya. saya tuh suka banget sama gaya bahasanya yang ringan dan ceritanya yang gak harus mikir. tapi walalu gaya bahasanya ringan, gak berarti kata-katanya jeblos langsung kayak kehidupan biasa. yah pokoknya, sopan, dan enak di baca. mungkin karena ini teenlit, jadi bahasanya jelas gak nyastra banget. apalagi kesannya ya? walaupun udah lama, saya masih sering ngeliat buku ini di terbitin lagi, terus dibaca sama pembaca yang emang belum pernah baca. itu ngebuktiin kalau buku yang mau dilihat dunia, harus mengalami tahun-tahun yang cukup panjang dulu. gak bisa pas terbit langsung bestseller, walalupun mungkin ada yang gtu juga. itu sih menurut saya, ya.
Judul Buku : A LITTLE WHITE LIE. Pengarang : Titis A.K. Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama.
Mungkin ini hari sial buatku.Pikir Ocha dalam hati sambil manaiki motor dengan cepat karena takut telat.Sesampainya di kelas,dia disambut oleh sahabat baiknya,Pia dan mengajak Ocha untuk menonton pertandingan basket sehabis pulang sekolah nanti. Seperti yang sudah dikatakan Pia tadi pagi,sehabis pulang sekolah,mereka pun nonton pertandingan basket.Dari sekian banyak penonton populasi cewek-lah yang paling banyak,yaah mungkin karena mereka mengidolakan seseorang atau semua anggota klub basket mungkin,hoho.Tebak Ocha dalam hati.Tiba-tiba Pia berteriak sambil nunjuk-nunjuk ke arah seseorang,yang dikagumi oleh cewek-cewek di sekolah Ocha,dan Pia pun dengan bangga bercerita tentang makhluk keren tersebut yang bernama Adit. Sorak sorai penonton menyebut-nyebut nama Adit seakan tiada henti.Ocha yang lagi nggak semangat jadi memilih untuk melamun,tiba-tiba “Awaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasss” “Dug”suara bola basket tepat mengenai wajah Ocha. Ocha pun jatuh dari tempat duduk dan meringis kesakitan.Sayup-sayup terlihat seorang cowok yang menghampirinya dan anehnya,si empunya bola nggak minta maaf malah ngebentak-bentak Ocha.Ya,cowok itu adalah Adit,sosok yang diidolakan oleh cewek-cewek di sekolah Ocha berada.Tanpa ba bi bu lagi Ocha langsung berdiri dan lari begitu aja karena saking marahnya.Dan tempat yang ia tuju adalah tempat terpojok di perpustakaan,di sana,ia menangis sepuas-puasnya tanpa diketahui oleh siapapun. Keesokan harinya,Ocha berangkat kesekolah dengan menggunakan kacamata hitam untuk menutupi kelopak matanya yang membesar karena habis menangis kemarin.Dia sengaja berangkat agak siang agar tidak ada yang mPiahat penampilannya yang mencolok itu.Tiba-tiba ada yang memanggilanya,ternyata Pia...huuh,,syukurlah,,batin Ocha.Kemudian Pia mengajak Ocha untuk mebolos,awalnya Ocha menolak,tatapi akhirnya dituruti juga ajakan sahabatnya itu.Di rumah Pia,Ocha baru mengerti bagaimana kelanjutan kejadian kemarin.Ternyata,saat Ocha berlari meninggalkan TKP (lapangan basket),Adit mengejarnya sampai meninggalkan pertandingan,tanpa diketahui oleh Ocha,padahal Adit memanggil nama Ocha dengan keras dan berulang-ulang,tapi dia tak mendengarkan panggilan Adit tersebut. Keesokan harinya,ketika Ocha pergi ke tko kaset untuk membPia album terbaru Arkarna,band faforitnya,dia bertemu dengan Adit,tapi Adit tidak mengetahui keberadaan Ocha.Langsung saja Ocha sembunyi biar tidak diketahui oleh Adit.Kemudian Ocha diam-diam mendengarkan percakapan antara si karyawan toko dengan Adit.Ternyata,Adit ingin menjadi anggota dari toko kaset VCD tersebut,dan si karyawan tersebut,meminta nomor Hpnya Adit,dengan cepat,Ocha mencatat nomor HP tersebut,karena teringat perkataan Pia kemarin bahwa nomor telepon Adit itu sangat langka dan yang tau sahabatnya Adit doang,dan nggak mungki dikasihin keorang lain.Naah habis gitu Ocha pulang deeh... Ketika udah sampai di rumah,Ocha berfikir mau diapakan tuh nomor,tapi pada akhirnya dia memutuskan untuk me-NEROR si empunya nomor HP tersebut. Sudah 2 bulan Ocha menyimpan rahasia itu,rahasia bahwa dia selama ini menyimpan dan meneror nomor HP Adit, mengaku sebagai Ayu dan tidak ada yang tau mengenai hal itu,tetapi hari-hari yang ia lewati menjadi lebih menantang.Suatu hari,tiba-tiba di tasnya ada secarik kertas,yang isinya memberitahukan pada Ocha agar sepulang sekolah nanti Ocha harus datang ketempat dimana ia pernah nangis dulu.Ocha langsung kaget,apakah surat ini dari Adit? Sesuai dengan isi surat tadi,sepulang sekolah,Ocha langsung pergi ke lapangan basket tempat ia nangis dulu,tapi disana ia tidak menemukan siapapun,mungkin Adit udah pulang,pikirnya,tapi apakah ada tempat lain dimana aku nangis dulu?perasaan cuma lapangan basket deh,pikir Ocha sekali lagi.Akhirnya,Ocha pun menyerah dan memilih untuk ke perpustakaan saja merenungi nasib.Kemudian ia pergi ke tempat pojok yang biasanya ia jadikan tempat untuk menyendiri,tapi,apa yang ia dapatkan,disana ada seorang cowok yang lagi tidur dengan lelap,merasa ada yang mengawasi,si cowok jadi terbangun dan bergumam dengan anehnnya.Ternyata yang dimaksud Adit sebagai tempat nangisnya Ocha adalah perpustakaan bukan lapangan basket.Mendengar hal tersebut Ocha jadi terharu dan menangis ,Aditpun bingung dibuatnya,untungnya Adit bisa menenangkan Ocha.Habis gitu,Adit to the point mengatakan tujuan aslinya berbuat seperti ini.Dan tak disangka-sangka,Adit nembak Ocha,dan mangatakan bahwa selama ini Adit udah tahu bahwa cewek yang mengaku sebagai Ayu itu adalah Ocha.Dan pada akhirnya,Ocha pun menerima tembakan dari Adit,hohoho kok kayak tembakan senapan gini ya....hehehe,,,begitulah...mereka pun resmi jadian.selesai.
Baca di Gramedia Digital. Novel ini ngingetin saya sama kehidupan SMA dan masa-masa lagi classmeet. Biasanya classmeet di SMA saya jadi ajang buat saling nunjukin solidaritas antar kelas atau angkatan (sampai semua kelas buat kaos sendiri-sendiri atau pesan topi nama kelas dan dipakainya pas lagi classmeet, bahkan per angkatan sampai buat spanduk gede nama angkatan sama adu yel-yel saking niatnya) serius saya bingung emang di sekolahan saya doang yang heboh apa gimana :(
Sama kayak di novel ini, classmeet tuh buat ngilangin stress abis UAS dan nonton lomba buat liat kakak kelas cogan tanding hahaha.
Lucuuu 😚 Kehidupan Ocha relatable banget dah buat abg tahun 2000an wkwkkw. Sepanjang baca gelundungan sambil ketawa ketiwi karena hampir setiap bab selalu memunculkan kenangan zaman segitu 😂😂
1st read : Oct 2022 2nd read by audiobook : Jul 2023 3rd read by audiobook : Sep 2024 Baca endingnya (re: pengakuan Adit tentang Ayu) ketawa ngakak 2 menit full!!! Ocha, Ocha, dodol banget ahhh =D
Emang lagi mood baca yg menghibur, ketemunya buku ini. Lumayan bikin ketawa dan senyum2 sendiri. Plus, bikin nostalgia banget! Kakak kelas yg diincer, missedcall2an engga jelas, sampai gaya ketikan SMS alay, MMS, betul2 bikin flashback ke jaman sekolah dulu.
udah cari buku ini hampir gaada. pasrah. pas cari di pejaten ternyata ada! seneng banget. pas pertama-tama gw kira yg nolongin si Ocha itu si Adit, eh ternyata Mas Bintang. sampe penasaran, dimana sih si Adit itu? eeh pas di lapangan basket akhirnya muncul juga nih si Adit. lucu, abis dibalik sikap cueknya si Ocha ternyata dia suka nangis. suka dari caranya Ocha nyembunyiin perasaannya kalo dia suka sm Adit. dan ternyata, si Adit yg balik ngebohongin si Ocha. bacanya sih sampe gak nyangka.heran. tp keren! "kok bisa ya kok bisa ya?" yabisalah-_- pas bab akhir, rawrrr si Adit terlihat unyu sekali... gak nyangka dibalik sikap pendiemnya itu ternyata bisa berubah jd seseorang yang...sesuatu bgt lah pokoknya. endingnya lucu. walaupun gw mengharapkan lebih. cara penyampaiannya juga gampang dimengerti. santai. pokoknya keren masbro mbasis :)
overall, kasih 4 bintang deh. abis gak nahan sama gaya smsan-nya Ocha-Adit. tulisannya itu loh, bikin harus berenti dan mikir dulu bacanya. tapi kocak juga sih wkwk. baca buku ini sampe senyum-senyum sendiri. gak dari Ocha, Adit, Mas Andri, Pia dkk.. dan disini diliatin bgt kehangatan keluarga harmonis. setiap malem kumpul bareng di ruang tamu, jarang2 ada keluarga yg masih sempetin waktu buat kumpul2 setiap malem. 2 jempol deh!
Berita baiknya, Ocha akhirnya tahu seperti apa sebenarnya sosok Adit yang selama ini dipuji oleh cewek-cewek sekolahannya, tapi berita buruknya, lemparan bola 'sang idola' cewek satu sekolah itu tidak sengaja mengenai wajah Ocha!! Sudah sakit, jerawatnya pecah, terus habis ini pasti diomongin sama anak-anak lain! Pokoknya, ini semua karena Adit! Mana Ocha nggak ngelihat Mas Bintang pula di pertandingan itu, gimana sih Pia, temannya ini asal nebak aja atau cuma niat ngebuat Ocha nemenin dia nonton pertandingan basket demi ngelihat si Adit Adit itu tanding?!
Seakan memang diberi kesempatan balas dendam pada Adit, pertemuan mereka di tokoh kaset (atau apa ya? tempat pinjem dvd? tempat sewa dvd? pokoknya itu lah 😂) siapa sangka membuat Ocha mengetahui alamat rumah dan nomor hp cowok itu? Awalnya, Ocha berniat 'menjual' informasi menarik ini pada Pia dan kawan-kawannya yang naksir berat sama Adit tapi sampai sekarang belum mendapatkan nomor hp cowok yang terkesan misterius itu, tapi setelah dipikir-pikir lagi sepertinya hal itu terlalu mudah, lebih baik Ocha sendiri-lah yang ngisengin Adit, dengan nama samaran Ayu, misi ini pun berjalan lancar, SMS demi SMS, miss call demi miss call> dari Adit selalu mewarnai hp Ocha. Sampai akhirnya, Ocha tahu... kalau Adit ternyata malah naksir sama Ayu!!
*****
Minjem di IJak dan dibaca sekali duduk, betul-betul butuh lebih banyak buku teenlit lucu lucu gemezin kayak gini 😂😂 . Ini masih ada di Gramedia nggak ya? Pengin punya buku fisiknya rasanya 😆 Teenlit Gramedia jaman dulu rasanya memang punya aura-nya sendiri. Nggak berhenti ngakak waktu liat isi SMS Ocha, Adit, sama si Mas Bintang. Gimana nggak ngakak coba? Si Adit yang misterius gitu model SMS-nya pakai bahasa bahasa yang kalau jaman sekarang tuh bisa kita sebut alayy, okelah bukan cuma Adit aja, Ocha sama Mas Bintang gaya bahasa SMS-nya juga gitu. Tapi emang sih nggak jarang nemuin anak muda kalau sms-an modelnya gitu, pakai "q" sebagai "-ku", pakai "x" sebagai "nya" dan banyak lagi. Masalahnya kalau mereka ngomong face to face rasanya beda banget sama SMS-nya itu lhoooo, jadi kayak liat pribadi yang beda.
Twist di akhir kalau buatku, nggak ketebak, sama sekali nggak pernah terlintas di pikiranku, aku dibuat cengo dan rasanya nggak bisa berhenti ngakak. Betul-betul A Little White Lie.
Tambahan resolusi 2017: Ngumpulin banyak teenlit GPU.
Terhitung sudah 4 tahun yang lalu sejak pertama kali baca buku ini di Ambon waktu mudik libur tahun baru. Terpaksa baca buku ini minjem punya adik karena memang waktu itu lagi gada bacaan lain, karena memang ga hobi baca teenlit.
Novel ini dari segi tema sangat sederhana tapi dikemas dengan bahasa yang mudah dicerna tapi tidak membosankan. Awalnya kukira novel ini bakalan tenggelam ke jurang yang sama spt halnya teenlit2 yang lain, dalam hal alur cerita yang seperti sinetron, peristiwa2 kebetulan yang dipaksakan demi kelancaran penceritaan, kalimat percakapan yang gituuu deehh, tapi ternyata novel ini ga seperti itu.
Ada beberapa hal yang bikin aku suka dari novel ini, anatara lain pertama, setting penceritaan di Jogja, mungkin ini bersifat subjektif, karena aku juga dulu sempat tinggal dan kuliah di jogja, jadi beberapa tempat yang diceritakan di dalam novel itu terasa akrab di telinga. ini cukup membantu dlm membentuk gambaran dalam pikiran. Entah kalau settingnya bukan di jogja mungkin saja aku belum tentu suka dengan novel ini. Kedua, novel ini lumayan sukses menggambarkan bagaimana anak ABG SMA yang sedang jatuh cinta dan patah hati tanpa ada yang dilebih-lebihkan, semua bumbunya terasa pas di lidah.
Jadi, karena ini pengalaman pertama aku baca teenlit skaligus pengalaman terakhir baca teenlit (setelah itu ada baca beberapa juga, tapi ga pernah bisa tahan sampai halaman terakhir), aku kasih bintang empat..hahaha..selamat buat penulisnya...
Saya cukup suka dengan jalan ceritanya. Tapi masih kurang puas karena ada adegan yang menurut saya tidak penting penting amat. Adegan yang menurut saya tidak penting-penting amat itulah yang kayaknya sedikit menebalkan novel berkover jingga ini.
Ceritanya gak klise, ya. Saya suka cara Kak Titish menulis ceritanya. Tapiiiii...ada kekurangannya juga. Saya gak suka saat bagian Adit dan bagian Ocha sms san pakai bahasa yang nauzubilah gak saya mengerti. Jadi saya sempat berhenti sejenak sambil memahami Ini-artinya-apaan.
Selain itu, rasanya Ocha disini apes melulu. Karakternya yang kekanakan kadang bikin saya gemes sendiri, dan ngerasa Ocha terlampau kayak anak anak anak padahal dia udah remaja.
Info: Saya juga gak suka saat Ocha menghitung jumlah kacang ketika Ocha sedang galau meratapi nasib
i just... get bored i guess. this book is certainly not up my alley anymore. i read this book for the sake of re-tracing back the stuffs that i used to enjoy before, for nostalgic value. but for some reason, i just couldn't get through this. i feel lukewarm from beginning to end, and had an epiphany that perhaps I should've stopped wasting my times reading books that i used to like because reading them now, not only it doesn't give me the nostalgia that i longed, but also, it makes me rate them less.
this book was okay. the writing was alright? but I'm clearly not the market target anymore
Baca buku ini pas SMP dan langsung jatuh cinta! Bagus banget dan kebetulan ceritanya sama persis kayak yg aku alamin. Sayang, di toko buku gak ada lagi bukunya. Plis, Cetak ulaaaang!!!
Dapat buku ini pas lagi "menjarah" koleksi buku kakak sepupuku pas tahun 2016 kemarin. Kesempatan emas banget karena koleksi novelnya udah satu rak buku dan udah mau diwarisin. Karena blurbnya menarik dan ada embel-embel "teenlit" nya, yaudah aku ambil. Sebenarnya aku tuh gak hobi baca-baca teenlit mengingat teenlit indo jaman sekarang kebanyakan dari wp yang menurutku udah agak gimana gitu ya (meskipun umur aku sekarang ini masih 17 tahun), tapi pada akhirnya baca juga karena takut reading list semakin menumpuk. Kan gak enak ya bukunya udah diambil terus gak dibaca.
Dan... ternyata aku suka.
Ceritanya kocak parah, gaya bahasanya ngalir dan ala-ala remaja banget (yaiyalah teenlit) dan ceritanya lumayan seru. Aku sampai sekarang masih ngakak di bagian yang Adit selama ini sudah tahu kalau temen chat dia itu ternyata Ocha. Meskipun buku ini udah lama banget, buku ini tetap membekas di hati.
KENAPA AKU BARU TAU TEENLIT SEGEMES INI???? Jujur aku ga nyesel sih tiba tiba ngelirik teenlit ini! aku ngebut sekitar 4 jam buat nyelesain ini!! sepanjang baca ini aku senyum senyum sendiri mana ikut ikut salting lagi T_____T terus ya aku kira tuh si adit gatau kalo sosok ayu itu ocha eh ternyata dari awal udah tauuu mana aku greget, pengen ngasih tau dit kalo ayu itu ocha. Terus kira kira gimana ya reaksi pia kalo si ocha nih beneran jadian sama kecengannya
This entire review has been hidden because of spoilers.
wow 2019 dan aku kayaknya jadi orang terbaru yg review wkwkwk karena aku lupa akun lama dan belum sempet review ini huhu novel teenlit pertama yang aku baca! asli bikin nagih sampai detik ini masih doyan teenlit padahal udah masuk kepala 2 inget banget baca ini masih jaman sd akhir atau smp awal kali ya wkwkkw still one of my fav book so farrr!!
Nggak tahu keberapa sekian kali aku baca ini... novel iniselalu ngingetin memori tentang yg duku masih suka SMS, friendster... sekarang buka app messages aja jarang apalagi friendster... nostalgia lewat buku memang kesenangan sederhana yang bisa lakuin
baca ini karena banyak yang ngerekomendasiin di twitter, tapi ya menurutku pribadi tidak semenarik itu. apalagi di bagian sms-nya, itu pr banget sih, karena aku susah bacanya (mungkin karena nggak berada di fase itu, jadi susah). ceritanya ya, kayak teenlit pada umumnya sih..
Apakah novel yang pertama kali rilis di tahun 2007 dengan latar saling mengirim SMS masih relate dibaca di tahun 2025? Menurutku, MASIH banget. Malah jadi berasa diajak nostalgia. Ketika dulu bisa salah kirim pesan, terus jadi kenalan. Ketika dulu kirim gambar harus pakai MMS dengan sinyal GPRS.
🍃 Ringkasan Cerita Berawal dari Ocha yang bete karena mukanya kena timpuk bola saat nonton pertandingan basket. Adit, sang pelaku, bukannya minta maaf, malah nyalahin Ocha. Dia pun bete dan kesal juga karena temannya, Pia, masuk club penggemar Adit—yang notabene adalah cowok cool anak basket paling hits di sekolahnya.
Suatu hari Ocha dapat—mengingat—nomor Adit. Awalnya iseng misscall, malah berujung SMS-an. Tetapi, Ocha memulai semua dengan kebohongan. Dia mengaku bernama Ayu. Dari sanalah kebohongan-kebohongan lain pun terjadi.
🍃 Karakterisasi
Ocha. Beliau ini kalau berada di tahun 2025, udah disebut cewek pick me. Ketika semua cewek satu sekolah ngecengin satu cowok, Ocha nggak mau ikut-ikutan. Tapi, sebenarnya dia naksir juga, cuma nggak mau sama kayak cewek-cewek lainnya. Iya deh si paling beda.
Terus kesana ok kesini ok di tengah-tengah pulau Jawa. "Boleh juga Andra jadi cadangan kalau aku nggak jadi sama Adit." GWS untuk kita semua.
Meskipun begitu, menuju akhir cerita, Ocha ada perkembangan karakter. Ia mulai "lelah" dengan segala kebohongan dan denialnya. Nggak melulu keras kepala, meskipun sisi pick me-nya tetap ada. Kayaknya itu udah trademark deh, haha.
Adit. Nama Adit setelah 18 tahun novel ini rilis pun, masih happening lho. Dit, tolongin, Dit. Eh, bukan Adit itu, hehe.
Adit ini paket komplit. Bayangin ketika gebetanmu berdalih nggak bisa SMS lagi karena pulsanya limit, tanpa tedeng aling-aling, Adit langsung kirim pulsa 150ribu. Bahkan di zaman sekarang, pulsa segitu bisa banget dapat kuota untuk sebulan. Act of service-nya juara. Mana sweet talk-nya jagoan banget.
"Ehem... ehem... Cha, mmm... boleh nggak aku jadi cowokmu? Ini lebih bagus, setuju kan, Cha? Kesannya nggak posesif, ya? Kamu kan bukan benda, masa mau aku 'jadiin' cewekku. Tapi kalo aku diumpamain benda dan 'dijadiin' cowokmu, aku rela kok. Jadi gimana, Cha? Boleh nggak aku jadi cowokmu?" (p. 268)
Still the best line in teenlit that I've ever read.
Pia. Supportif banget sebagai teman. Sebagai yang crush-in Adit, alih-alih ajak saingan, Pia malah ingin Ocha ikut Adit fans club biar ada temannya, hehe. Terus Pia ini juga meskipun ada sebelnya sama Ocha, tapi baikannya pun cepet. Malah Pia udah punya "radar" kalau Ocha tuh bakal *uhuk ke Adit. Karakter Pia ini balancing karakter Ocha. Such a best friend.
🍃 Gaya Penulisan Ala teenlit yang fresh dengan menggunakan penceritaan sudut pandang orang pertama, yaitu Ocha, membuat aku sebagai pembaca ikut terbawa gemes, kesel, deg-degan tiap Ocha melontarkan kebohongan-kebohongannya. Terus Ocha ini rumpi banget, jadi pas dia cerita kayak berasa lagi baca curhatan temen.
🍃 Momen favorit 1. Saling tunggu depan toilet Gemes banget ini anak remaja. Ocha ingin ke toilet, terus Adit nunggu di depan sambil pegang tas Ocha. Terus gantian, Adit ke toilet, Ocha yang pegang bola basket Adit, duh.
2. Uang 20 ribu Adit ini bucin certified banget deh. Uang 20 ribu yang dibuat kapal-kapalan oleh Ocha terus dikasih ke mamang mamang fotokopi, minta dituker sama Adit. Dia mau punya uang hasil origami Ocha.
🍃 Rekomendasi Buku ini bisa banget dibaca di era sekarang dan cocok buat kamu yang: 1. Lagi terjebak reading slump dan butuh cerita yang fresh, page turner, dan bikin mesam-mesem 2. Ingin bernostalgia masa-masa berkirim pesan dengan SMS
hampir 20 tahun yang lalu terbitnya, jelas udah banyak hal yg gak relevan di novel ini– kirim gambar via MMS, missed call biar hemat pulsa, sms yang terlalu disingkat kata²nya, sampe isi pulsa via M-kiosk.
tapiiii celetukan dari masing-masing karakter di sini masih bisa dinikmatin banget! baca A Little White Lie emanga ga perlu pake mikir sih, pure hiburan dan entah gimana malah page turner.
berharap novel percintaan anak SMA kayak gini tetep eksis– ga perlu konflik berat, klise, cukup menghibur aja