What do you think?
Rate this book


128 pages, Hardcover
First published October 1, 1994
sementara kita saling berbisik
untuk lebih lama tinggal
pada debu, cinta yang tinggal berupa
bunga kertas dan lintasan angka-angka
ketika kita saling berbisik
di luar semakin sengit malam hari
memadamkan bekas-bekas telapak kaki, menyekap sisa-sisa
unggun api
sebelum fajar. Ada yang masih bersikeras abadi
Hujan turun semalaman. Paginya
jalak berkicau dan daun jambu bersemi;
mereka tidak mengenal gurindam
dan peribahasa, tapi menghayati
adat kita yang purba,
tahu kapan harus berbuat sesuatu
agar kita, manusia, merasa bahagia. Mereka
tidak pernah bisa menguraikan
hakikat kata-kata mutiara, tapi tahu
kapan harus berbuat sesuatu, agar kita
merasa tidak sepenuhnya sia-sia.
ia turun dari ranjang lalu bersijingkat dan membuka jendela lalu menatap bintang-bintang seraya bertanya-tanya apa gerangan yang di luar semesta dan apa gerangan yang di luar luar-semesta dan terus saja menunggu sebab serasa ada yang akan lewat memberitahukan hal itu padanya dan ia terus bertanya-tanya sampai akhirnya terdengar ayam jantan berkokok tiga kali dan ketika ia menoleh nampak ibunya sudah berdiri di belakangnya berkata “biar kututup jendela ini kau tidurlah saja setelah semalam suntuk terjaga sedang udara malam jahat sekali perangainya”
Jangan kaudorong aku
ke atas bukit itu
kalau hanya untuk berguling kembali
ke lembah ini.
Aku tak mau terlibat
dalam helaan nafas, keringat,
harapan, dan sia-siamu.
Jangan kaudorong aku
ke bukit itu; aku tak tahan
digerakkan dari diamku ini.
Aku batu, dikutuk
untuk tenteram.
hidup telah mendidikmu dengan keras
agar bersikap sopan –
misalnya buru-buru melepaskan topi
atau sejenak menundukkan kepala –
jika ada jenazah lewat
hidup juga telah mengajarmu merapikan
rambutmu yang sudah memutih,
membetulkan letak kacamatamu,
dan menggumamkan beberapa larik doa
jika ada jenazah lewat
agar masih dianggap menghormati
lambang kekalahannya sendiri
"dalam setiap telur semoga ada burung dalam setiap burung semoga ada engkau dalam setiap engkau semoga ada yang senantiasa terbang menembus silau matahari memecah udara dingin memuncak ke lengkung langit menukik melintas sungai
merindukan telur "
"saat tiada pun tiada
aku berjalan (tiada-
gerakan, serasa
isyarat) Kita pun bertemu
sepasang Tiada
tersuling (tiada-
gerakan, serasa
nikmat): Sepi meninggi"
"ketika Engkau seketika memijar dalam Kata
terbantun menjelma gema. Malam sibuk di luar suara"
"seperti juga aku: namamu siapa, bukan?"