What do you think?
Rate this book


308 pages, Paperback
First published July 1, 2013
... Seperti biasa, Elena dan Dylan berusaha menghiburnya, tapi Yasmine hanya menolak ajakan mereka dengan cahaya kecil yang tak sempurna di bibirnya....
... Ia harus menghabiskan waktu berjam-jam di udara, menembus awan-awan di langit, melewati samudra dan pulau-pulau kecil, menyeberangi benua Asia....
Baru saja saya menamatkan membaca salah satu seri STPC ini, dan... lagi-lagi saya dikecewakan. Sebenarnya, saya berharap banyak untuk setiap seri STPC. Saya pikir, dengan latar tempat yang demikian bagus, ceritanya juga akan sama bagusnya. Tapi ternyata saya salah. Waktu saya membaca halaman-halaman pertama novel ini, saya kurang tertarik. Semakin saya membacanya, saya mulai berharap lebih, karena cerita semakin bagus. Tetapi menjelang akhir, harapan saya tak terwujud.
Swiss bercerita tentang kisah antara Yasmine dan Rakel, tentang persahabatan dan kesalahpahaman, tentang kehilangan, serta tentang sekecap rasa yang bernama cinta. Kalau ingin tahu lebih lanjut, silahkan baca sendiri novel ini. Atau boleh pinjam kepada teman adik saya, karena saya juga meminjam novel ini dari dia.
Sebenarnya, konflik yang terdapat dalam novel ini lumayan. Tapi sayang, menurut saya, masih kurang greget. Kok sepertinya hanya dibahas sepintas lalu kemudian dilupakan. Penyampaian konfliknya cenderung hambar. Datar. Itu pendapat saya, saya tidak tahu pendapat pembaca lainnya. Saya suka dengan bahasa yang digunakan dalam buku ini, tetapi sayangnya ada beberapa kata-kata dan kalimat yang mengganggu. Seperti di halaman 154:
...tapi Yasmine hanya menolak ajakan mereka dengan cahaya kecil yang tak sempurna di bibirnya...
Cahaya kecil yang tak sempurna? *hening* *mikirkeras* Itu maksudnya apa?
Saya juga kurang sreg dengan karakter tokoh dalam novel ini. Yasmine terlalu... cengeng? Rakel... sebagai cowok, saya rasa dia terlalu... plin-plan? Ah, mungkin kak Alvi ingin menggambarkan Rakel sebagai sosok yang suka menyangkal perasaan sendiri, tapi yang saya tangkap bukan seperti itu. Lalu Dylan. Errr... di novel dikatakan kalau dia mau memperjuangkan cintanya, tapi kenapa dia malah bersikap sebaliknya? Dari segala interaksi kaku yang digambarkan dalam novel, saya samasekali tidak menangkap bagian mananya dari Dylan yang memperjuangkan cintanya. Untunglah tidak ada yang salah dengan karakter Elena. Saya cukup menyukainya.
Kelebihan novel ini terletak pada kovernya (yang menurut saya sangat-sangat-bagus!) serta ilustrasi-ilustrasi cantik yang menghiasi halaman-halaman novel ini. Tetapi bagusnya kover dan ilustrasi tidak akan memengaruhi jalan cerita, kan? Oh, latar tempatnya juga bagus sekali. Dari dulu, Swiss selalu menjadi negara impian saya. Dan Zürich adalah kota pertama yang ingin saya kunjungi kalau saya berkesempatan pergi kesana. Penggambaran latarnya menurut saya sudah cukup bagus. Saya bisa membayangkan seperti apa kiranya tempat-tempat yang disebutkan dalam novel ini, meskipun saya yakin bayangan saya pasti jauh daripada yang aslinya. Ah, saya suka penggunaan bahasa Jerman dalam novel ini. Lumayan untuk menambah ilmu :p
Meskipun saya cukup terhibur dengan novel ini, saya hanya bisa memberi 2 bintang. Maafkan saya, kak Alvi...
... salju yang membekukan,
angin yang menusuk-nusuk tulang,
jika cinta adalah dongeng yang indah,
mengapa harus ada rasa sakit di dalamnya? (hal. 116)