Aku di sini. Kamu bisa melihatku, tetapi kamu tidak bisa mendengarku. Aku tahu kamu bingung,tetapi yakinlah... aku tidak pernah bermaksud jahat. Aku hanya ingin meminta tolong, karena kamulah satu-satunya orang yang bisa memecahkan teka-teki ini. Jika kamu melihatku lagi, tolong jangan berpaling. Semoga kamu mengerti isyaratku.
Bahkan sebelum aku membaca buku-bukunya, sudah lama aku jadi penggemar Eve Shi. Alasannya bukan karena kegemarannya terhadap Saint Seiya, tapi karena dia menjadi LO ajang Nanowrimo yang dilakukan setiap bulan November untuk region Indonesia.
Aku sudah lama minat baca Aku Tahu Kamu Hantu. Lama sekali, malah. Tapi karena kesibukan pekerjaan, aku lambat laun lupa soal ini. Baru belakangan, sesudah aku 'gatal' buat baca novel-novel horor lokal dan tahu lebih banyak tentang cara pakai aplikasi Google Books, niat untuk baca novel ini akhirnya kesampaian juga.
Singkat cerita, Aku Tahu Kamu Hantu adalah terbitan novel pertama Eve Shi. Makanya bisa dimaklumi kalau it's kinda rough around the edges. Ada banyak hal di segi ceritanya yang sebenarnya masih agak kurang mulus. Seperti soal pemaparan sifat karakter dan hubungan mereka dengan yang lainnya. (Kayak gimana si tokoh utama selama ini suka sama seseorang yang tahu-tahu mencuat tiba-tiba.)Tapi secara umum ceritanya termasuk enak dibaca.
Soal ceritanya sendiri, novel ini gampangnya seputar siswi SMA kelas 11 bernama Olivia yang mulai bangkit bakat supernaturalnya untuk melihat hal-hal gaib. Selain mengalami banyak penampakan aneh, masalah mulai timbul saat sosok seorang teman sekolahnya, yang diberitakan hanya hilang, mulai bisa dilihat berkeliaran di sekolah oleh hanya Olivia seorang.
Ceritanya sebenarnya separuh horor dan separuh drama remaja, dengan elemen drama remaja di sini benar-benar terbilang dominan. Dengan kata lain, jumlah karakter novel ini terbilang banyak.
Mumpung aku ingat, sedikit merekap: -Olivia, si tokoh utama. Siswi relatif tak menonjol yang suka baca komik Jepang dan ikut ekskul Klub Karate. Bersahabat dengan Daniel. -Kenita, teman sebangku Olivia yang relatif penyendiri dan ketus -Daniel, teman dekat Olivia yang suka berbagi komik dengannya. Anggota Speech Club yang belakangan entah kenapa agak menjauhi Olivia. Beda kelas. -Marsya, teman sekelas Olivia. Cantik. Suka Daniel. -Gilang, teman sekelas Olivia. Berisik. -Tito, teman sekelas Olivia. Berisik juga. -Karina, ketua kelas Olivia. Jago musik. -Stefan, pemimpin Terrific Trio, tiga cowok terelit di sekolah -Aswin, anggota Terrific Trio, pernah sekelas dengan Olivia juga di kelas 10 -Bayu, anggota Terrific Trio, paling sopan -Ines, teman sekelas, agak memusuhi tokoh utama. Cantik juga. -dsb.
Ceritanya berlangsung dalam kurun waktu sekitar satu minggu semenjak Liv mulai sadar tentang bakatnya. Selama kurun waktu ini, selain isu supernaturalnya, novel ini menuturkan berbagai permasalahan Liv--soal persahabatannya dengan Daniel, soal menyukai dan disukai lawan jenis, soal juteknya teman sebangkunya--dengan orang-orang di sekelilingnya, yang juga mencakup ayah dan ibunya yang telah bercerai serta tetangganya yang di depan rumah.
Ceritanya sempat terkesan bakal ke mana-mana. Tapi paruh akhirnya lumayan terfokus, dengan misi Liv untuk menyelesaikan kasus teman sekolahnya yang hilang tersebut. Ini terutama terasa lewat penggambaran adanya sesuatu yang tak wajar dengan kondisi SMA Yutawidya sebagai komunitas.
Meski, kayak yang aku bilang, ceritanya terasa kurang mulus di beberapa bagian, nuansa remajanya benar-benar dapet. Aku berhasil diingatkan akan betapa labilnya aku dulu sewaktu remaja lewat cerita ini. Terasa gimana makhluk-makhluk yang disebut 'remaja' di cerita ini adalah makhluk-makhluk yang kecendrungan dan perilakunya bisa enggak ketebak. Kayaknya, itu jadi kelemahan sekaligus kekuatan novel ini.
Soal horornya, apa yang diceritakan sebenarnya terbilang aneh. Tapi kaitannya seperti soal 'kekurangmulusan' yang kubilang di atas. Begitu separuh jalan, novel ini seperti mendapat momentum baru, dan ceritanya jadi benar-benar rame.
Tamatnya mungkin agak terlalu tiba-tiba bagi sebagian orang. Enggak jelek sih. Lalu karakterisasinya juga mungkin enggak benar-benar bisa langsung kau suka. Bahkan mungkin akan terasa ada beberapa subplot yang tahu-tahu saja ternyata enggak penting. Tapi di akhir, aku bisa bilang kalau aku menikmati baca novel ini.
Pembangunan klimaksnya benar-benar baik. Narasinya juga termasuk enak dibaca. (Walau, itu dia, agak terasa aneh hanya di beberapa bagian. Mungkin ini bukti lain kalau genre horor sebenarnya sisi lain dari koin yang sama dengan genre komedi.) Perlu disinggung bahwa paruh akhir buku ini menurutku jauh lebih seru daripada paruh awalnya, tapi bukan dalam artian paruh awalnya jelek.
Akhir kata, I liked it. Ada kelemahannya, tapi 3 bintang karena aku suka. Juga karena porsi drama remajanya yang lebih banyak dari yang kusangka.
Mwahahaha. Kini aku akan mulai baca buku-buku Mbak Eve yang lain!
Biasanya, ulang tahun ke-17 sangat dinantikan oleh para remaja. Sebab di usia inilah mereka dianggap dewasa. Ulang tahun ke-17 atau sweet-seventeen biasanya dirayakan lebih meriah dari biasanya. Olivia (Liv), tokoh utama cerita ini, adalah salah satu gadis yang beruntung bisa mencapai usia tersebut dalam kondisi yang sehat lahir bathin. Amin. Makasih. Hanya saja, ulang tahunnya tidak dirayakan dengan heboh. Ia dari berasal dari keluarga broken home. Mama kabur dari rumah gara-gara Papa kurang perhatian. Papa yang adalah dosen yang lebih memerhatikan pekerjaannya dibanding keluarga. Interaksi antara Liv dan Papa pun dingin-dingin saja. Nah, perubahan besar apakah yang terjadi setelah seventeen her age? #terVickyPrasetyo. Jadi sodara-sodara, pada usia inilah Liv mendapatkan kemampuan super. Memang nggak super-super benget kayak di film X-Men atau Superman. Bila Superman mampu melihat menembus dinding, maka Liv mampu melihat menembus dunia lain. Yak, tebakan Anda benar: Liv dikasih kemampuan melihat SETAN. Doh. Amit-amit jabang beybeh.
Awalnya hantu yang dilihat oleh Liv adalah cewek pake baju putih dengan rambut awut-awutan di toilet sekolah. Kemudian, Liv melihat Chandra, bocah 6 tahun yang kabarnya meninggal kecelakaan saat jalan-jalan sama... uhm... om-nya kalo nggak salah (omg aku lupa). Si hantu Chandra ini parah banget. Awalnya cuma menampakkan diri di jalan depan rumah Liv. Naik level, si Chandra mulai ngetuk-ngetuk jendela kamar Liv yang berada di lantai dua! Dan Chandra tidak berhenti sampai di situ. DIA MENGGEDOR PINTU KAMAR LIV SAMBIL MEMOHON-MOHON MINTA DIBUKAIN PINTU! Asem banget. Siapa sih yang nggak takut pintu kamarnya digedor-gedor sama setan anak kecil?
Liv stres dengan apa yang dialaminya. Ia sudah mencoba membicarakan hal tersebut dengan Papa, tapi yah... gitu deh. Papa kan dosen dan biasanya dosen berpikir logis. Dan pikiran logis Papa menyebutkan bahwa semua yang dialami Liv tidak nyata. Alias mimpi. Alias ngigo. Frustrasi dong yah. Liv merasa sebagai anak yang tidak dianggap. Nggak dianggap bisa melihat hantu maksudnya. Belakangan, Liv akhirnya tahu kalo kemampuan melihat hantu ternyata sudah diwariskan secara turun-temurun dalam garis keluarga perempuan Mama. Ternyata, Mama juga punya kemampuan yang sama dengan Liv. Ibunya Mama alias nenek Liv pun memiliki kemampuan yang sama. Karena kemampuan ini tidak bisa dihilangkan, Liv hanya mampu menerima keadaan dan mencoba membiasakan diri dengan ‘anugerah’nya itu. #kipaskipas #tibatibagerah
Masalah lain muncul saat teman sekolah Liv yang bernama Frans dikabarkan kabur dari rumah dan hilang. Liv yakin bahwa Frans sebenarnya sudah meninggal. Mengapa? Yep, Liv melihat hantu Frans wara-wiri di sekolah. Wajahnya lebam, sekujur tubuhnya dipenuhi luka, seperti habis dikeroyok warga se-RT. Liv yang sudah mulai beradaptasi dengan kemampuannya, dan juga sudah mampu mengatasi rasa takutnya, mencoba berkomunikasi dengan Frans. Liv berharap Frans akan memberitahu apa sebenarnya yang telah menimpanya. Liv pikir, bila ia dapat menemukan jasad Frans, maka Frans akan dapat beristirahat dengan tenang di alam sana (atau di mana saja asal jangan gentayangan di sekolah). Masalahnya Frans nggak bisa ngomong. Liv galau. Liv mencoba memberitahu sahabat dekatnya, Daniel, perlihal kemampuannya yang mampu melihat hantu, serta tentang hantu Frans yang keluyuran di sekolah, sambil memandangi beberapa murid dengan tatapan penuh kebencian. Alih-alih mencoba membantu Liv—atau setidaknya menenangkan Liv, Daniel malah terlihat gusar dan menjauhi Liv. Sahabat macam apa ituh?
Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Frans benar-benar meninggal? Apakah Daniel ada hubungannya dengan hilangnya Frans? Mengapa ‘hantu’ Frans nggak bisa bicara? Lalu siapa saja murid sekolah yang ditatap dengan ganas oleh Frans? Mampukah Liv mengungkap misteri di sekelilingnya? Baca selengkapnya dalam Aku Tahu Kamu Hantu karya Eve Shi. *background music: Silet!*
Terus terang, novel ini sempat membuat saya merinding. Apalagi saya sengaja membacanya pada malam hari, sendirian di kamar, agar suasana horornya lebih terasa. Akibatnya saya malah ketakutan sendiri. Pada akhirnya saya memutuskan menuntaskan novel ini di kantor biar lebih rame dan agar saya nggak merinding lagi. Iya, memang malu-maluin. Saya juga harus mengaku ke si Kucing (btw novel ini pemberian beliau) bahwa saya merinding membaca novel ini—padahal sebelumnya saya menertawakan si Kucing yang nggak mampu menyesaikan membaca novel ini.
Oke balik lagi ke review. Untuk ukuran novel debut bergenre horor, Eve Shi mampu menciptakan atmosfer horor dalam novelnya ini. Dan bicara soal konsep cerita, sebenarnya konsep SETAN MINTA TOLONG SAMA ORANG YANG BISA LIHAT SETAN termasuk sudah sering digunakan dalam film-film atau serial tv horor. Membaca buku ini membuat saya membayangkan sedang menonton serial tv Ghost Whisperer yang dibintangi oleh Jennifer Love Hewitt yang cantik seksi bohay ituh *mimisan* di mana setiap episodenya si Jennifer membantu setan-setan yang belum selesai dengan urusannya di dunia yang fana ini... (menatap jendela dengan pandangan galau) *iya garing, maap*
Kabar baiknya, novel ini nggak hanya fokus pada cerita SETAN MINTA TOLONG SAMA ORANG YANG BISA LIHAT SETAN, tapi juga diselingi dengan konflik-konflik sampingan yang... yah... okelah. Seperti hubungan keluarga yang kurang harmonis yang coba diangkat oleh penulis lewat tokoh Eve (dear Papa, mbok ya yang lebih perhatian gitu sama anak) dan kasus bully-membully yang cukup marak di sekolah-sekolah. Ada romance-nya juga loh. Dikit sih, tapi lumayanlah untuk bikin saya ber-aaaww-ria. Nah, alur cerita novel ini sebenarnya seru. Sayangnya mendekati akhir malah jadi kayak film horor model Scream dan I Know What You Did Last Summer. Oke sih, tapi beberapa adegan agak lebay, terutama adegan sekumpulan pisau yang melayang... Wow keren! <--- *itu maksudnya sinis, haha* Dan adegan Liv manjat pohon itu... sumpah bikin ngakak! Tuyul yang nongol di bawah pohon (saya mengansumsikan itu tuyul) kesannya jadi kayak figuran. Cuma ngongol gitu doang, nggak ngapa-ngapain selain senyum pepsodent ke arah Liv yang sedang dikejar-dikejar untuk dibunuh sama... ooops, no-spoiler. ^.^
Secara keseluruhan, novel ini oke kok. Buktinya bisa bikin saya merinding. Gaya beceritanya juga baik. Buku ini sebenarnya lebih cocok dinikmati oleh remaja, karena yah, ceritanya remaja sekali. Apalagi setting-nya sebagian besar di sekolah. Dan saya agak bosan dengan setting sekolah. Juga bosan dengan tokoh utama remaja. Begitulah. Semoga mbak Eve Shi menerbitkan novel lagi. Horor lagi juga boleh. Hehe.
PS: Saya penasaran sama setan perempuan yang ada di mobil suami baru Mama. Itu setannya serem pake banget. Siapa ya dia? #penasaran
Banyak yang bilang kalau buku ini menakutkan, bahkan sampai berpengaruh ke kehidupan nyata bagi beberapa pembacanya. Saya nggak takut, suer deh, saya pernah bilang kan di review Danur kalau saya punya teman kuliah yang mempunyai kemampuan bisa melihat makhluk tak kasat mata? Saya pun bekerja di tempat yang masuk kategori serem kalau di malam hari, jadi yah, sudah biasa. Alasan saya menunda-nunda baca buku ini padahal udah punya dari tahun lalu karena.... moodnya lagi nggak bagus baca genre horor XD. Sebenernya baca buku ini semalam pun nggak direncana, saya baca tweet seseorang yang mereview buku ini, penasaran lah saya, maklum orang kepo.
Ada yang menyarankan jangan baca di malam hari kalau nggak ingin merasakan aura seramnya, ada lagi yang nyemangatin baca, suruh lihat-lihat dulu gambarnya dari awal sampai akhir, perasaan nggak enak nih, pasti ada apa-apanya antara satu gambar dengan gambar yang lain, ternyata......tebakan saya bener, untung saya nggak penakut. Saya mulai baca pada pukul sebelas malam dan selesai pada pukul tiga pagi. Iya, emang uji nyali, habisnya rasa kepo mengalahkan rasa takut. Selesai membaca buku ini, saya tidur dengan menahan rasa ingin pipis.
Entah mitos atau beneran, teman saya yang memiliki kemampuan seperti Liv ini mendapatkan kemampuan istimewa dari neneknya, dan dia anak pertama, sama seperti Liv. Hanya saja saya lupa apakah dari kecil dia sudah mampu 'melihat' atau setelah berumur tujuh belas tahun saya lupa. Dan cerita Aku Tahu Kamu Hantu ini mengingatkan saya sama anime Ghost at School, dulu suka banget nontonnya, hehehe, suka banget sama sountracknya dan menjadikan lagu yang dimainkan hantu Alise lewat piano menjadi salah satu lagu horor :p.
Kembali ke cerita buku ini. Olivia atau Liv di ulang tahunnya yang ketujuh belas mendapati kemampuan yang lain daripada yang lain, bisa melihat hantu. Awalnya dia tidak menyadari, baru setelah melihat teman sekolahnya Frans, yang hilang beberapa hari dengan muka habis ditonjok, sesuatu yang aneh di kamar mandi sekolah dan Chandra, tetangganya yang meninggal karena kecelakaan mobil mengetuk-ngetuk jendela kamarnya pada malam hari, padahal kamarnya ada di lantai dua, mau nggak mau Liv menjadi was-was. Untungnya ibunya tahu itu akan terjadi pada Liv, dan dia meminta Liv untuk menemuinya dan menceritakan keahlian yang turun temurun di keluarga mereka.
Saran ibu Liv adalah abaikan saja, lama-lama nanti juga terbiasa. Tapi ketika melihat Frans yang terlihat sangat muram dan memandang penuh dendam kepada Arwin, teman sekelasnya, membuat Liv harus mencari tahu. Dia menceritakan kalau Frans sudah meninggal dan masih berada di sekolah kepada sahabatnya, Daniel, tapi dia malah menjauhi Liv dan mengatakan kalau dia seharusnya menyelesaikan masalah keluarganya dulu. Liv sangat kecewa, dia harus berjuang sendirian.
Kuncinya ada pada anggota Terrific Trio; Stefan, Arwin dan Bayu. Pasti ada apa-apanya dengan mereka karena Frans terlihat sangat benci pada mereka, belum lagi Stefan, menyilet tas Saras, dan membuat dia ketakutan di sekolah. Terrific Trio adalah anak kaya raya dan pandai, disayangi para guru. Kalau Liv langsung menuduh Stefan membully Saras, dia hanya akan dibilang memfitnah karena mereka dipuja banyak orang. Kenyataannya dia juga mengalaminya sendiri, bahunya di pukul Stefan gara-gara dia menyukai Bayu, tapi dia tidak bisa berbuat banyak.
Karena Liv merasa harus membantu Frans agar bisa pulang dengan damai, dia membuat keputusan paling nekat dan berani. Frans tidak bisa bicara, tapi dia bisa menunjukkan. Dengan alasan menginap di rumah temannya, Kenita -Liv tidak menyangka kalau teman sebangkunya itu yang judes dan jarang berbicara menjadi orang yang paling dipercaya Liv untuk menjaga rahasia dan berkorban demi dirinya- Liv akan menyusuri sekolah di malam hari bersama Frans, mencari mayatnya.
Saya rasa, kelebihan penulis adalah dia pandai menakut-nakuti pembaca. Dia sukses membangun atmosfer seram waktu menceritakan sesuatu yang aneh di sekitar Liv, bagian mengetuk-ngetuk jendela itu sumpah serem banget. Di lain hal, dia juga bisa menciptakan suasana santai, khas bacaan teenlit, dengan karakter yang menyenangkan, seperti teman sekelas Liv yang 'ramai'. Seperti ada dua aura yang muncul bersamaan di novel ini, ceria dan suram, penulis bisa membaginya dengan adil, deskripsinya pun jelas dan mencekam :D. Jadi, buku ini tidak hanya bercerita tentang seorang cewek yang bisa melihat hantu dan dikehidupan nyata mempunyai masalah keluarga, tetapi seperti teenlit, suka dukanya menjadi remaja, suka sama teman sekelas dan ditindas orang populer di sekolah.
Untuk karakternya sendiri, saya suka dengan Liv, dia cewek yang kuat, nggak menye-menye ketika tahu dia dibebani keahlian yang nggak semua orang bisa menerimanya, dan dia berani, tidak hanya menghadapi kekuatannya tapi juga mengatasi masalah perceraian orangtuanya dan genjetan dari Terrific Trio. Saya juga suka Kenita, sinis tapi setia kawan, dan sebel banget sama Daniel, dia menghindar kalau Liv bercerita tentang Frans, ternyata ada sesuatu yang disembunyikan dan penulis menyimpannya untuk ending.
Berbicara tentang kekurangan, saya nggak tahu maksud cover buku ini apa, bagus sih tapi nggak menakutkan. Dan sebenarnya saya ingin tahu lebih banyak tentang Terrific Trio, penulis kurang mengeksplor mereka, hanya dijelaskan kalau mereka kaya raya, ada salah satu dari mereka keluarganya berantakan, itu saja. Karena, kalau melihat dari sifat mereka yang semena-mena bahkan melakukan tindakan kejahatan sampai berani memukul cewek, berarti dia sakit. Daniel pun juga tidak banyak diulas, justrus Kenita yang awalnya seperti pemeran pembantu tidak berarti malah seperti pahlawan di akhir. Romancenya kurang berasa, hehehehe. Dan untuk endingnya, kurang greget, seharusnya bisa lebih wow lagi :p
Buku ini mendukung banget untuk dijadikan cerita berseri, melihat genre horor belum terlalu booming di sini dan masih banyak hantu-hantu di sekolah yang memerlukan pertolongan Liv, hehehe. Saya nggak mau mengakui, okelah saya suka karyanya Edgar Allan Poe, Risa Saraswati, dan Eve Shi akan menjadi salah satunya juga melihat saya cukup menikmati buku ini, saya nggak akan langsung bilang kalau genre horor menjadi favorit, saya hanya menyukai cerita beraura suram XD.
Saya rekomendasikan banget buat kamu yang ingin uji nyali, sarannya sih baca di malam jumat kliwon =))
3.5 sayap untuk hantu di kamar mandi, hiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.
Saya jarang membaca buku genre horor, apalagi yang ditulis oleh penulis Indonesia. Saya kebetulan diberi kesempatan untuk menjadi host Gagas Debut Tour dan saya memilih buku ini karena penasaran. Selain itu, buku ini juga merupakan buku bacaan Reight Book Club yang menjadi salah satu pemenanang Arisan Buku Gagas dan Bukune bulan ini. It’s like killing birds with one stone.
Aku Tahu Kamu Hantu bercerita tentang Olivia (yang sering dipanggil Liv saja), siswi SMA Yutawidya yang bisa melihat makhluk halus ketika usianya menginjak 17 tahun. Liv mencoba mengalihkan pikirannya, berpura-pura tidak melihat makhluk halus di toilet sekolahnya. Namun, sosok Frans, teman sekolahnya, muncul di hadapan Liv. Frans hilang selama beberapa hari. Orangtuanya juga terlihat bolak-balik ke sekolah untuk mencai informasi tentang keberadaan anak mereka.
Dalam usahanya mencari tahu tentang Frans, Liv harus berhadapan dengan Ines, salah satu anggota gank cewek populer di sekolah. Liv juga harus berjuang melawan trio cowok ganteng yang juga populer, Bayu, Arwin, dan Stefan.
Liv juga memergoki Saras yang ketakutan di kamar mandi dengan tas sobek karena sayatan pisau. Liv akhirnya sadar, ia tidak hanya menghadapi hantu, juga bullying di sekolahnya. Dan akhirnya, Liv mengalami hal yang serupa dengan Saras.
Di rumah, Liv juga harus menerima kenyataan kedua orangtuanya bercerai. Ayah Liv tenggelam dengan pekerjaan, sedangkan ibu Liv sudah memiliki keluarga baru.
Yang saya sukai dari novel ini adalah: it’s a page turner. Mulai dari halaman pertama, pembaca diajak oleh Liv untuk menghadapi suasana mencekam dan kengerian, dan saya tidak mau berhenti membaca.
Lalu, konflik keluarga yang disajikan Eve Shi juga pas. Pemberontakan kecil khas remaja juga ada di novel ini. Namun, saya masih kurang puas dengan beberapa bagian. Salah satunya adalah tentang hantu berambut panjang penjaga kamar mandi. Siapa dan apa masalahnya?
Ada beberapa percakapan dan kalimat yang terdengar janggal.
Liv merenungkan bantalnya dengan penuhdamba, ingin menyurukkan wajahnya kembali di sana. (hal. 24).
This sentence sounds odd to me.
Overall, saya menyukai alurnya, konflik, dan tokoh-tokohnya yang menurut saya wajar. Liv digambarkan agak tomboy karena ia menyukai karate dan ia termasuk dalam golongan cewek tough. Pembaca akan mudah menyukai Liv.
Aku Tahu Kamu Hantu bersih typo (yaaay!!!). Siap-siap dengan ilustrasinya yang agak menakutkan.
Oiya, sedikit berbagi saja, hari pertama saya membaca buku ini, ada suara aneh seperti mendesis di luar jendela yang diikuti oleh sekelebat bayangan yang lewat. Saya juga seperti merasakan ada makhluk halus berdiri di pojok tangga. Ketika tidur, anak saya tiba-tiba ketakutan dan pindah tidur di sebelah saya. Tangannya menunjuk ke arah makhluk halus yang berdiri di sisi ranjang.
Testimonial penampakan makhluk halus juga saya dengar dari editor Gagasmedia dan pembaca yang berbagi di linimasa @Gagasmedia. Cek aja kalau berani :) )
Novel Aku Tahu Kamu Hantu adalah bacaan pas buat Halloween.
Novel Eve Shi yang ini sudah sejak lama ingin saya baca. Tapi jujur saja jiper sama reviewnya di Goodreada, apalagi proofreadernya punya pengalaman horor saat mengedit buku ini. Jadi saya nemilih lost sebagai buku Eve shi pertama yang saya baca, dan ternyata ketegangannya cukup terasa tapi toh saya berhasil menamatkannya. Lalu saya makin tertantang membaca ATKH ini, yaah setidaknya saya sudah punya pengalaman sama gaya tulisan beliau, jadi ngga horor horor banget lah.
Ceritanya tentang seorang anak perempuan bernama Liv, yang setelah ulang tahunnya ketujuh belas, ia memiliki kemampuan melihat makhluk gaib. Jrenjengjeng. Paniklah dia, tetapi ternyata kemampuan tersebut memang sudah turun temurun dari keluarga Mamanya. Tak perlu waktu lama sebelum Mamanya menjelaskan yang ia tahu tentang kemampuan itu kepada Liv. Sialnya makin lama Liv makin sering bertemu makhluk tak kasat mata tersebut. Termasuk salah seorang temannya di sekolah yang sudah menghilang berhari-hari, Frans. Dari firasat Liv, jelas jasad Frans masih terkurung di sekolah sehingga arwahnya bergentayangan di sana. Sementara itu, ada rahasia yang disembunyikan Daniel, sahabatnya,sampai sampai ia menjauh dari Liv. Si Daniel ini malah bergaul dengan para "pentolan" di SMA mereka, yang terkenal pintar dan kaya. Anehnya, Frans selalu muncul sambil memandang gerombolan itu. Apakah mereka berhubungan dengan kematian Frans? Lalu, bagaimana cara Liv mengungkap misteri hilangnya Frans?
Menurut saya, novel ini lebih seru daripada lost yang sebelumnya sudah saya baca. Sebenarnya ceritanya sih nggak terlalu seram, tapi sialnya ada ilustrasi di tiap awal bab yang bikin saya jiper tiap ngelihatnya. Akhirnya setelah sok sokan kuat di bab bab awal, kemudian berikutnya tiap awal bab saya ambil buku lain buat menutupi ilustrasi tersebut. Benar benar bikin merinding, seklaigus penasaran. Kok ilustrasi ama jalan ceritanya...ngga sejalan? Nah, ini yang membuat saya makin berdebar debar menantikan akhir ceritanya. Ternyata memang benar, Eve Shi jempolan deh kalau bikin penutup untuk kisah-kisahnya.
Alur ceritanya cepat, bahasanya juga ringan. Emm, tapi tokoh yang saya suka bukan Liv, melainkan teman sebangkunya yang tomboy, terlihat cuek tapi sebenarnya dia bisa menjadi sahabat yang baik. Kadang gitu sih ya, yang terlihat dari luar tidak sama dengan yang ada dalam hatinya ((halah)).
Sebenarnya bahasan hantu, arwah dan hal hal yang supranatural sudah sering kita dengar sehari-hari. Tapi karena masih sedikit novel novel yang mengambil tema tersebut, saya salut karena penulis mau dan mampu menghadirkan cerita yang berbau mistis tanpa terkesan terlalu klenik. Sepertinya akhir akhir ini cerita cerita horor sudah mulai berkembang di Indonesia, tapi saya juga belum membaca buku buku sejenis lainnya. Mungkin saya akan menamatkan buku bukunya beliau dulu baru mencicip novel horor dari penulis lainnya.
Tidak seperti novel-novel thiller Lixie Xu atau Agatha Christie yang membuat pembaca mencurigai banyak tokoh. Disini, aku tidak mencurigai banyak tokoh. Pada awalnya, aku mencurigai Daniel, kemudian tiga cowok populer itu. Hanya itu saja, tidak ada yang lain.
Aku membaca buku ini hanya dalam waktu beberapa jam. Sekitar jam 11 sampai jam 2. Sudah lama aku tidak membaca buku sedemikian cepat. Mungkin karena ‘semangat’ku karena baru habis ujian (btw, aku nggak baca satu bukupun selama satu minggu ini). Beli buku ini pun kemarin. Aku bukan tipe pembaca yang menyukai novel horror. Aku lebih prefer nonton film horror daripada membaca. Ada beberapa novel horror yang aku baca, beberapa merupakan novel fantasteen, dan berakhir dengan kekecewaanku akan tokoh hantu yang menurutku tidak cukup ‘horror’ untuk menguji adrenalian. Maka dari itu, aku juga lebih menyukai genre thiller yang selalu membuatku mencurigai tokoh ini-itu.
Cover pada novel ini ‘cukup’ misterius. Gambar bunga di cover sebenarnya cukup manis. Hanya saja, jika diteliti lebih mendalam, kalian akan menemukan gambar tengkorak di tengah-tengahnya. Benar-benar mencerminkan kehorroran dari novel horror (minus bunga mawarnya yang aku kira lebih cocok buat cover novel romance)
Jadi ya, inti cerita disini (Liv dapat melihat makhluk gaib) aku rasa sudah terlalu mainstream untuk novel horror. (Ya kali, kalo nggak bisa lihat bukan novel horor dong!(?)!). #lupakanbagianini
Tidak ada satupun tokoh yang aku favoritkan dalam buku ini karena aku rasa dibalik kelebihan Liv yang dapat melihat hantu, aku tidak melihat kelebihan-kelebihan lain yang dipaparkan penulis. Ah, jangan lupa tentang hati mulia Liv yang ingin menolong hantu. Hanya saja, sifat Liv yang beginian aku rasa terlalu naif.
Tokoh Daniel, sahabat Liv yang malah menjauh saat sahabatnya dilanda ‘kegalauan’. Bagaimana tipe yang beginian dijadikan sahabat?! Ah, ya, aku bersyukur banget penulis nggak buat persahabatan Daniel-Liv jadi sahabat tapi cinta. Kan nggak bangett untuk novel horror.
Overall, meskipun novel ini tidak cukup ‘horror’ untuk menguji adrenalinku, novel ini telah menolong aku untuk melewati waktu senggangku yang membosankan. Meskipun aku rasa novel ini tarafnya ‘biasa-biasa’ saja untuk genre horror, untungnya novel ini tidak membosankan. Novel yang tidak membuat pembaca merasa bosan sudah bisa mendapat nilai plus, meskipun banyak unsur yang membuat pembaca tidak puas.
Suka, meskipun bacanya sambil merinding dan sesekali lirik jendela. Ditambah lagi tiap pergantian bab ada gambar serem si hantu yang makin lama makin jelas rupanya. Udah deh, langsung ambil buku lain buat nutupin gambar itu kalau baca di halaman awal bab.
Cerita diawali dengan kejadian-kejadian aneh yang dialami Liv di hari ulang tahunnya yang ke 17. Alih-alih mendapatkan hadiah spesial, hadiah ulang tahunnya kali ini sungguh di luar batas impian seorang remaja saat berulang tahun.
Liv mulai melihat penampakan!
Ternyata kemampuannya melihat makhluk tak kasat mata ini menurun dari neneknya, ibunya, hingga kini dirinya. Di mulai dari penampakan seorang anak kecil tetangganya, lalu sosok putih di kamar mandi, dan terakhir sosok teman sekolahnya. Tak hanya itu, ketika berjalan-jalan ke mal pun Liv melihat penampakan. Hiy... serem ajah!
Frans, adalah salah satu hantu yang menampakkan diri padanya. Frans menghilang sejak seminggu dan belum pulang ke rumah. Apakah yang terjadi pada Frans? Kenapa dia muncul di sekolah? Liv mengambil kesimpulan kalau Frans sudah tiada, dan arwahnya penasaran ingin ditemukan.
Liv merasakan keganjilan saat Frans muncul di kelasnya, hantu Frans memandang salah seorang teman sekelasnya dengan penuh dendam. Lalu di kelas lain pun dia melakukan hal yang sama pada anak lain yang termasuk dalam genk Terrific Trio, tiga cowok ganteng dan berprestasi di sekolah, dan pastinya merupakan idola para gadis. Apakah mereka terlibat?
Merasa kasihan pada Frans, Liv memutuskan untuk mencari di mana mayatnya disembunyikan, agar Frans dapat pulang dengan tenang dan tak terkurung di sekolah selamanya. Melawan Terrific Trio adalah hal terakhir yang ada dalam pikiran semua siswa di sekolahnya, namun Liv mencurigai mereka, dan dia harus membuka tabir yang menyelimuti misteri hilangnya Frans. Dan menemukan mayat Frans ternyata tidak semudah yang dia pikirkan.
Saya sebenarnya lebih suka baca novel thriller dengan action gitu. Makanya pas baca ini, agak-agak merinding disko juga. Tapi sumpe bikin penasaran banget! Jadi meskipun takut, tetap pingin nyelesein baca buku ini sampai habis. Cuma sehari kelar. Gitu lah kalau buku bagus, nggak mau stop baca kalau belum selesai.
Cucok sangat buat yang suka hantu-hantu dan penampakan. Ceritanya ringan, dikemas rapi. Gambar per bab nya juga bikin ngeri ke kamar mandi sendirian *Gleg*
Judul: Aku Tahu Kamu Hantu Penulis: Eve Shi Penerbit: Gagas Media Halaman: 268 halaman Terbitan: Juli 2013
Sinopsis
Ulang tahun ke -17 harusnya menjadi momen khusus bagi tiap remaja. Itulah yang Liv harapkan. Sayang, harapannya itu begitu jauh dari kenyataan. Bukannya mendapat pesta atau kado khusus dari kedua orang tuanya, dia jstru memperoleh kemampuan untuk melihat hantu. Yang mengejutkan, dia kemudian tahu bahwa ibunya juga memiliki kekuatan yang sama. Begitu pula dengan nenek, ibu dari ibunya.
Kekuatan ini membuat Liv mampu melihat sosok wanita di toilet sekolahnya, hantu anak tetangganya yang meninggal dalam kecelakaan, serta Frans, salah seorang murid di sekolahnya.
Kemunculan Frans menjungkirbalikkan hidup Liv. Sosok itu seolah meminta bantuan Liv, tapi Liv tidak yakin dia harus melakukan apa. Ada misteri apa di balik hilangnya Frans secara mendadak?
Review
Saya butuh perjuangan lebih untuk memperoleh novel ini. Harus ke toko buku yang letaknya 1,5 jam dari tempat tinggal, bo. :))
Saya suka dengan ceritanya. Gaya bercerita penulisnya mengalir dan enak dibaca. Walau beberapa kali bertemu dengan kata yang jarang terdengar, tapi okelah. Plot lain, semisal kondisi keluarga Liv yang kurang harmonis, serta soal bullying di sekolah juga menambah warna dalam cerita ini.
Ada beberapa misteri yang menurut saya bisa dimanfaatkan lebih jauh. Semisal, hantu cewek yang ada di WC sekolah, serta hantu perempuan yang ada di mobil suami baru ibunya Liv. Kemunculan mereka kesannya tanggung. Seperti ada suatu sub-plot yang mau menggunakan mereka, tapi akhirnya urung penulisnya pakai.
Adegan akhir Liv
Secara keseluruhan, saya suka dengan buku ini. Ilustrasi setiap perpindahan harinya juga mantap. Salah satu faktor yang bikin deg-degan pas baca.
Huaaaaa. Saya bukan penikmat hal-hal horror. Kalo nonton film aja, saya kebanyakan nutup mata dan nontonnya lewat sela-sela jari. Tapiii waktu saya surfing dan ga sengaja dapet review soal Aku Tahu Kamu Hantu, it intrigued me somehow, so when I found it in IBF book sale, tanpa pikir dua kali saya beli.
And I'm glad I did buy it. Ceritanya lebih mirip detektif kriminal alih-alih horror, jadi lebih cocok dibaca Sherlockian ketimbang pembaca setia Nightmare Side. I couldn't put it down. Seru banget. Action from the very first page. Nggak banyak basa-basi, to the point. Nggak ada tokoh yang cuma jadi figuran, semuanya berfungsi. Nggak ada aksi yang pointless apalagi bikin ngawur.
Dari Liv, ibunya, Daniel, Kenita, Marsya, Karin, Gilang, Saras, Bu Isabel, Ines, Terrific Trio, sampai si korban Frans. Semuanya punya benang merah yang bikin klimaksnya boom. Perencanaan buku ini pasti matang dan detail, karena plotnya apik, intriknya cerdik, dan eksekusinya cantik. Belum lagi diksinya yang bikin betah baca dan nggak nguap sepanjang cerita. Nggak ada typo dan jaraaaang banget nangkep kata yang diulang dalam satu halaman. Bervariasi.
Gila, ni buku keren banget. Nggak ngerti kenapa saya nunggu selama ini buat baca. 5 stars and I'm looking forward to Eve Shi's next book! :)
Buku proofreadan ini istimewa. Entah ada hubungannya atau enggak, gue ngelihat penampakan-penampakan aneh selama baca buku ini. Sekitar semingguan gitu, didera rasa takut tak beralasan. Dan anehnya, temen-temen kantor yang ga ikutan baca juga digangguin. Hahaha.
Bukunya sih buku remaja. Seremnya juga ga serem-serem amat. Hantunya keluar sedikit-sedikit tapinya bisa bikin kaget. Ceritanya tentang Oliv, anak SMA yang pada ulang tahunnya ketujuh belas, mulai bisa melihat hantu. Konfliknya selain hantu, juga masalah keluarga Olivia (orangtuanya cerai), juga isu-isu bullying di sekolah.
Untuk ukuran buku remaja dan debut dari Eve Shi, buku ini keren!
bukunya bagus. bahkan bisa dibilang menakutkan. sayangnya akhirnya kurang greget. padahal menurut gue yang bikin penasaran itu bukan si Frans-nya. malahan cewe yang sempet nongol di kelas sama anak kecil yang gedor-gedor itu harusnya yang diceritain. at all gue takut juga sih
"Lambat laun kamu akan terbiasa. Kalau tak dihiraukan, mereka bosan sendiri."
Buku bacaan Reight book club edisi November, yang akhirnya kebagian juga buku hasil arisan GagasMedia. Buku inilah yang ditunjuk untuk dibahas.
Sinopsis:
Liv (Olivia), di ulang tahunnya yang ke 17, bukannya dapet hari yang membahagiakan, malah menerima hadiah tak mengenakkan berupa 'penglihatan'. Sewaktu di toilet sekolah dan bercermin, dia melihat penampakan wanita berpakaian serba putih berambut panjang yang membelakanginya. Disusul dengan penampakan-penampakan lain, seperti anak kecil yang mengetok2 jendela kamarnya... yang terletak di lantai 2! Kemudian ada pula Frans, salah satu murid di sekolahnya yang sudah hilang berhari-hari.
Setelah bertemu dengan mamanya yang sudah bercerai dengan ayahnya, Liv diberitahu kalau penglihatan yang dimilikinya merupakan turunan dari keluarga ibunya. Intinya, sekarang dia bisa melihat roh halus. Liv tentu saja mesti membiasakan diri dengan hal ini, di samping permasalahan lain yang sedang dihadapinya sebagai seorang murid SMA. Perseteruan dengan murid2 populer yang sok, sahabat yang menjauh, murid lain yang suka sama dia, dan seubrek masalah dan subplot lain.
Liv punya satu misi penting yang mesti dia selesaikan. Menemukan Frans, dan mencari tahu siapa pelaku yang sudah menyebabkan kematiannya.
Review
(1) First Impression Waktu tahu kalo klub buku kita kebagian buku ini, saya berpikir "yah, kok dapetnya ini, bukan buku lain yg lebih terkenal.. mana horor pula." Mana waktu cek di goodreads, kok beberapa yg komen nyebut kalo mereka dapet pengalaman yg ga enak sewaktu baca, ya ngeliat penampakan2 seperti Liv lah. Saat itu, anggapan saya ke buku ini langsung berubah. Buku ini buku yg ga bisa dianggap enteng, mesti diwaspadai, berbahaya. Kemudian setelah itu, temen2 saya di klub yang udah baca bilang kalo ga seserem yg dibayangkan, tapi setuju kalo buku ini bagus. Baiklah, sepertinya ga terlalu seram.
(2) How did you experience the book? Saya membaca buku ini selama 3 hari, di dua hari pertama baca sewaktu hari terang, di sepertiga akhir, di bagian klimaksnya, baca pas dini hari. Tujuannya biar bisa lebih meresapi isi dan suasana yg ada di dalam bukunya.
Seperti yang sudah dikatakan teman2 yg lain, ceritanya memang tidak seram atau menakutkan. Sewaktu awal2 Liv ngeliat hantu, dia memang ketakutan, tapi berikutnya dia lebih merasa terganggu dan ga nyaman ketimbang takut. Semakin ke belakang, bagian tentang melihat hantu ini pun bukan menjadi permasalahan utama bagi Liv.
Tentang buku ini yang tidak terlalu seram, saya punya dua pendapat. Pertama, karena mungkin tema utamanya bukan horor atau hantu, melainkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi Liv. Kedua, karena cerita horor akan lebih efektif jika disampaikan melalui media film, karena ada aspek audio visual yang tidak ada pada buku.
Meskipun tidak terlalu seram, tapi saya suka dengan buku ini, yang tidak terjebak dengan pola-pola cerita horor biasa dimana karakternya terus menerus ketakutan, dan hantu2nya ga berhenti menakuti orang. Penjelasan di buku ini, yang disampaikan lewat karakter2 mamanya Liv atau tetangganya Liv, cukup logis dan bisa diterima, sehingga Liv dan juga yang baca ga merasa takut.
Saya juga kagum dengan kompleksitas karakter dan subplot di buku ini. Baru memasuki halaman 20an, saya sudah bertemu banyak karakter yang masing-masing ada namanya. Semakin ke belakang, makin banyak lagi karakternya, dan masing2 punya subplotnya sendiri, yang ga dibiarkan liar, tapi ada tujuannya ketika cerita memasuki bagian akhir. Rapi pokoknya.
Kemudian detail2 lain juga ditulis dengan rapi, dan pastinya sudah melalui riset yang sungguh-sungguh. Misalnya penamaan kelas di SMA jaman sekarang, atau penyanyi yg populer di jaman dulu, dan lainnya.
(3) Characters Karakter utamanya adalah Liv, cewek yang baru berulangtahun ke 17, bisa ngeliat hantu, dan ikut klub karate. Mandiri dan kuat. Ini jenis karakter yg saya suka.
Karakter lainnya adalah orangtua, guru-guru, dan murid-murid sekolah yang... banyak banget. Seperti yang tadi udah saya sebut, masing2 dibangun dengan rapi. Kalo dibahas satu-satu bisa panjang sekali. Saya mau nyebutin tiga karakter aja.
Pertama, Kenita. Saya suka dengan karakter ini. Dari teman sebangku yang cuek, dia menjelma menjadi sahabat baik Liv.
Kedua, Daniel. Saya ga begitu suka, karena karakternya mengecewakan. Yang awalnya teman baik Liv, tapi malah makin menjauh. Di akhir banget buku ini, terkuaklah penyebabnya.
Ketiga, Ines. Dia pacarnya Stefan, salah satu murid populer yg jadi antagonis di buku ini. Saya ga suka dan ga simpati sama karakter ini, meskipun dia sempat jadi korban. Sebabnya adalah, udah tau pacarnya brengsek, tapi dia masih belain, dan niat banget cari masalah sama Liv.
(4) Plot Keseluruhan cerita terjadi dalam 9 hari, dan saya suka dengan pembagian yang sistematis ini. Diurutkan sesuai hari, kemudian di dalamnya ada lagi bab-babnya. Klimaks terjadi di hari ke-8, di malam harinya.
(5) POV Sudut pandang orang ketiga dari Liv, yang kalau diamati sebenarnya mirip sekali dengan POV 1.
(6) Main Idea/Theme Masalah-masalah yang dapat muncul dalam kehidupan seorang murid sekolah, ketika dia bisa melihat hantu.
(7) Quotes Jika rumah ini hidup oleh tawa, semarak oleh kasih sayang, mungkin ia takkan pernah melihat hal-hal tak terjelaskan di sekolah. (hal 31)
"Lambat laun kamu akan terbiasa. Kalau tak dihiraukan, mereka bosan sendiri." (hal 59)
"Yang mereka datangi cuma manusia yang tahu keberadaan mereka," (hal 90)
(8) Ending Cukup memuaskan, semua antagonis mendapat balasannya, dan menyisakan satu twist di akhir cerita.
(9) Questions - Sewaktu menulis buku ini, si penulis ingin menjadikannya genre apa? Apakah cerita horor yg menyeramkan, atau ingin mengangkat genre lain? - Kenapa hantu Frans tidak bicara sama sekali? Hantu2 lain biasanya memanggil-manggil Liv.
(10) Benefits Membuat saya lebih paham dengan situasi yang dialami orang2 yang bisa melihat penampakan, bahwa hal itu bukanlah sesuatu yang mesti ditakuti terus-terusan.
(11) Lain-lain Ilustrasi bukunya yang muncul di tiap bagian Hari Pertama, kedua dst, menurut saya ga cocok, karena isinya tidak seseram yang digambarkan ilustrasinya.
Cover yang manis. Buku ini mengisahkan Liv dengan kemampuan barunya berusaha menolong Frans. Aku takjub dengan Liv yang berani dan rela berkorban demi temannya. Aku menyukai karakter Liv yang jujur dan terus terang. Aku juga suka Kenita, ia teman yang baik, sungguh.
Setiap tokoh dalam buku ini mempunyai latar belakang yang beragam, dan itu bagus untuk memperkaya cerita. Permasalahan yang diangkat pun juga menarik, kehidupan remaja SMA dengan cara penulis dapat tersampaikan dengan baik saat aku membacanya. Aku cukup menyukai penuturan penulis tentang bagaimana interaksi tokoh yang saling berkaitan dan akhir cerita yang mengesankan. Aku suka dengan ilustrasi gambar yang berantai. Itu sangat mengesankan. Kuharap buku ini bisa dibaca oleh lebih banyak orang, sehingga tidak terjadi hal serupa di kemudian hari. Terima kasih telah menerbitkan buku ini 4 🌟 #novelremaja #novelreview #akutahukamuhantu #eveshi
Novel horor lokal pertama saya! Berhubung sudah pernah menulis mini reviewnya di IG, saya coba bikin ulasannya yang sedikit lebih lengkap.
Hmmm boleh tidak saya mulai dari konsepnya? Saya suka dan menghargai buku atau karya lain yang terkonsep (jadi ingat album Mae yang The Everglow). Dimulai dari judulnya, saya suka dengan kejelasan dan kesederhanaannya. Nggak muluk tapi langsung menunjukkan kalau ini buku horor, plus menjual. Ilustrasi di dalamnya bukan sekadar gambar, dan menurut saya itu cerdas (saya baru menyadarinya di Hari Ke-4 haha). Dan... ya, kavernya! Ini juga sudah dibahas di IG jadi lihat saja di sana, ya :D
Alurnya tergolong jenis yang membuat pembaca langsung menyadari siapa pelakunya, tapi belum tahu bagaimana caranya. Terkadang berbelit dengan subplot yang menurut saya ujungnya begitu saja, seperti 'hantu' Chandra, tapi menjelang akhir semuanya terkuak. Suspensnya cukup terasa terutama ketika Liv--si tokoh utama--bertemu dengan the real danger (karena musuh sesungguhnya bukanlah si makhluk yang bisa Liv lihat). Saya jadi gemas sendiri sama Terrific Trio itu dan ingin akhir yang mengenaskan bagi mereka.
Terus, apa akhirnya sesuai dengan harapan saya? Baca sendiri saja!
Lanjut ke karakter. Tentu saja Liv otomatis jadi favorit karena dia tokoh terkuat. Karakterisasinya sendiri juga bagus, tampak terbentuk dari lingkungan keluarga dan teman-temannya. Saya juga suka Kenita, meski namanya agak ambigu (karena mama saya yang juga baca mengira dia cowok). Namun untuk tokoh lain... saya melihat gaya bahasa dan cara berbicaranya mirip-mirip, padahal berbeda generasi. Misalnya mama Liv dan teman-teman Liv, saya membacanya seperti orang yang seumuran saja. Entah jika saya baca ulang atau dilihat-lihat lagi.
Nah, satu lagi--paragraf akhirnya itu loh! Kok saya merasanya jadi nanggung padahal seharusnya sudah selesai. Saya juga menangkap sense selesainya, apa seharusnya ada kalimat yang ditukar, ya? Jadi yang posisinya terakhir jadi di atas, kemudian yang tadinya di atas jadi kalimat pamungkas (maaf kalau bingung). Biar horornya lebih terasa.
Pengalaman membaca yang menyenangkan. Saya jadi ingat penulis juga mengeluarkan buku non-horor yang kavernya neon. Siapa tahu bisa jadi inspirasi IG lagi.... hehe.
Setelah tertunda... Eh salah, menunda-nunda bertahun-tahun, akhirnya saya menyelesaikan membaca buku ini, meski hanya berani membaca saat siang atau saat ada teman. Ketika mencapai ending yang kata anak sekarang "membagongkan" itu, lega betul rasanya, dari berbagai sisi.
Sebelum cerita mengerucut di akhir pada beberapa karakter saja, saya cukup bingung karena rasanya ada banyak betul karakter, yang padahal sebagian numpang lewat saja. Termasuk yang gaib. Lumayan membikin bingung, karena ceritanya juga sudah riuh dengan berbagai masalah yang dihadapi Liv, si tokoh utama, baik di sekolah ataupun di rumah. Rumahnya dua, lagi. Cukup kaget juga ketika terlontar tuduhan "tukang sihir". Kalau ini di negara Barat yang tahu-tahu cewek dikatai "witch!!" rasanya masih masuk akal.
Overall, lumayan menghibur dalam pengertian bikin deg deg serrr. Mana ilustrasinya nggak santai, lagi!
Ini benar-benar buku yang mecahin rekor bacaanku sebagai buku paling the bestt banget plot twistnya dan tepat banget menjelang akhir cerita.
Walaupun gaya bahasa ringan, ringan detail dan narasi tidak bertele-tele.
Alurnya sendiri membahas seputar penemuan jasad anak sma oleh seorang anak yang dikarunia penglihatan di umur 17 tahun. Yang paling gak disangka banget, dibagian konflik tensinya dimainkan dengan luwes. Gak terlalu tegang, gak terlalu ringan jadi benar-benar pas banget.
Rekomendasi bangett buat yang nyari bahan bacaan ringan tapi seru
I like this book! Kekurangan buku ini, menurut saya terlalu menakutkan. Buku ini ditulis oleh penulis berbakat yang punya gaya cerita yang begitu nyata.
Tertarik baca buku ini karena covernya. Hehe. Duh, bener deh, artistik banget. Mawar dan tengkorak jadi satu? Siapa yang sangka?
Dan lagi buku ini enggak tebel-tebel amat, jadi cocok saya bawa keluar sekalian mengisi waktu pas lagi senggang. Nggak butuh waktu lama untuk menyelesaikan ini.
warn: soft spoiler
Oke, mari bahas isinya. Jujur saya suka buku ini. Jarang-jarang lo novel horror yang bisa dapet kesan horror beneran. Dan ini salah satu yang berhasil. Kalau saya bacanya tengah malam atau di suasana yang sepi, saya bisa merinding juga. Sayang aja saya bacanya di waktu yang salah, hehe.
Karakter Liv juga menarik. Sebagai cewek yang biasa-biasa aja, dia enggak biasa. Yah, berapa orang sih yang mau bela-belain tinggal di sekolah sampe tengah malem, nyari mayat temennya? Saya juga belum tentu mau.
Tapi yang paling menarik perhatian saya di sini bukan Liv, melainkan Kenita. Teman sebangku Liv yang awalnya cuek, enggak peduli, enggak perhatian dan enggak perlu perhatian orang. Tapi dia inilah yang paling dipercaya Liv sampai akhir.
Menurut saya, karakter Kenita ini kuat banget. Memang enggak digambarkan secara gamblang Kenita begini, Kenita begitu, tapi dia orang paling jujur di seantero sekolah. Kalau menurut dia enggak penting, ya dia enggak mau repot-repot ngomong. Kalau menurut dia apa yang dilakukan orang lain salah, ya dia bilang salah. Dia jujur tanpa mempedulikan pandangan orang sama dirinya sendiri. Dia tipe yang punya dunia sendiri. Liv juga akhirnya justru percaya sama Kenita karena Kenita orang yang ngomong blak-blakan dan jujur sejak awal, meski sering nyinyir.
Ending cerita ini juga cukup memuaskan. Menurut saya sih oke. Rasanya kayak nonton movie horror di bioskop. Nggantung-nya pas. Hoho. Dan sejak awal saya memang sudah curiga sama Daniel :)
Sayangnya, ada beberapa bagian yang membuat saya akhirnya memberi bintang 3 untuk novel ini.
1. Karakter yang terlalu banyak Waktu pertama baca, saya agak bingung dengan begitu banyak karakter yang muncul hampir secara bersamaan. Saras, Tito, Gilang, Karin, Ines, Stefan, Bayu, Arwin, dll. Ini membuat saya agak bingung waktu baca beberapa adegan. Ini siapa? Yang mana? Lanjut lagi di tengah-tengah ada Wulan, Johan, Lulu, dll. Makin bikin bingung. Sayangnya, beberapa karakter cuma numpang nama aja, perannya enggak seberapa penting. Cerita sih pasti butuh figuran yah, ini enggak bisa dipungkiri. Tapi menurut saya ini terlalu banyak. Kasihanilah pembaca yang agak susah mengingat macam saya ini....
2. Plotnya agak lompat-lompat Alurnya oke, karena maju dan yah...dijelaskan dengan hari ke-berapa setiap chapter, jadi enggak bikin bingung. Lain dengan plot. Menurut saya plotnya terlalu lompat-lompat. Begitu banyak misteri yang dijabarkan satu-persatu, tapi kurang greget. Jatuhnya malah bikin bingung. Apalagi, beberapa enggak terjawab sampai akhir. Saya masih penasaran lho sama nasib Chandra. Minimal kasih satu adegan Liv dan Chandra meski cuma sedikit, yang menunjukkan kalau Liv enggak terus menolak keberadaan anak itu. Masa Frans aja dibela-belain dibantu, tapi Chandra dicuekin? Kesannya agak bertolak belakang.
3. Beberapa adegan yang kurang penting Ada beberapa adegan yang menurut saya mending enggak usah ditulis sekalian, karena kesannya enggak bermakna apa-apa. Misal, makhluk hitam yang tiba-tiba muncul waktu Liv manjat pohon mangga gara-gara dikejar Stefan. Atau waktu Kenita ngobrol sama Wulan. Bahkan, menurut saya Wulan enggak perlu ada di cerita ini. Ada atau enggaknya dia sama sekali enggak merubah jalan cerita.
Oke, baru itu aja yang kepikiran. Tapi secara keseluruhan, saya suka novel ini. Semoga penulisnya mau lanjut nulis novel horror lagi :)
Jujur merinding sendiri. Entah bawaan ngeliat review yang cukup 'serem' atau memang beneran serem jadinya parno sendiri. Pas pertama kali buka halaman pertama dan tahu ada gambar 'sesuatu' di sana, langsung kaget (maklum bacanya pas jam 1 pagi).
Menceritakan kisah Olivia atau Liv, yang mendapat kemampuan untuk melihat 'sesuatu' saat ia berualng tahun yang ke-17. Setelah diselidiki, ternyata semua nak perempuan sulung di keluarga mereka (turun temurun) mempunyai bakat yang sama dengan Liv.
Di sekolah Liv sedang gempar karena ada seorang siswa yang menghilang tanpa kabar. Nah, si Liv ini meyakini kalo si Frans -cowok yang hilang itu- udah meninggal.
Mulailah Liv menyelidiki kasus itu. Namun banyak yang enggak percaya dengan Liv. Daniel, sahabatnya enggak percaya. Trus dia juga sempet dibully dan difitnah bahkan pake kekerasan juga.
Kelanjutan kisah Liv silahkan dibaca sendiri :)
Sempet tegang (banget). Pas baca buku ini berkali-kali nengok ke belakang takut ada yang ngikutin (saking parnonya)-__-
Endingnya agak kurang 'nendang' sih menurutku. Terus ada beberapa dialog formal-campur-informal.
Tapi sebagai novel debut, kayaknya oke deh bukunya :)
NB: Itu informasinya salah. Harusnya buku ini 268 halaman bukan 208 halaman.
Kenapa cuma kasih tiga bintang? Maybe, just because I don't really like horror novel. Just that. Sebenarnya, cuma iseng baca novel ini, karena kemarin di twitter pada happening dan banyak yang suka. Viola, I like it too:-) Meski, genre horror, selama membaca saya menikmati setiap alur yang mampu membuat bulu kuduk merinding dan nafas tercekat dengan ringan.
Novel ini berkisah tentang Olivia yang memiliki kemampuan khusus yaitu dapat melihat makhluk yang tak dapat dilihat orang lain. Hingga mengakibatkan ia harus terlibat memecahkan kasus hilangnya Frans, temannya secara misterius yang kerap muncul dihadapannya dalam wujud makhluk lain. Liv, dengan segenggam keberanian dan tekad tulus, akhirnya berhasil menguak kebusukan dari tiga cowok keren di SMA nya, Arwin, Bayu dan Stefan yang ternyata menjadi tersangka pelaku pembunuhan Frans.
Recommended buat kalian yang suka genre horror! Satu hal yang sangat membekas di pikiran saya tentang novel ini "Don't judge everything just by looks a cover" Coba ingat, temanmu yang berparas cantik atau ganteng atau keren dengan senyum menawan, coba tilik, telusuri, hatinya se-indah penampilannya kah?
Aku Tahu Kamu Hantu, novel bergenre Horror yang emang disetting bernuansa horror, bukan bertokoh hantu namun nggak ada ngeri-ngeriannya kayak beberapa novel yang aku baca. Sebenarnya, aku ini penakut. Baca novel ini aja aku nggak berani malam-malam. Paling pol sebelum magrib, abis itu ganti baca novel lain. Liv yang terganggu sekali dengan kemampuannya, aku bisa memahami perasaannya, karena dulu, aku pernah hampir punya kemampuan seperti itu. Alhamdulillah, bukan langsung bisa lihat, tapi aku bisa merasakannya. Namun, karena aku nggak mau, jadi kemampuan itu meluruh dengan sendirinya. Aku suka cara berceritanya Eve Shi. Makanya, aku berani-beraniin baca novel ini. Padahal, beberapa rumor tentang novel ini bikin merinding. Dulu, pas novel ini baru terbit, ada yang cerita saat baca novel ini ada yang ngetokin jendela, kayak yang dialami Liv sama Chandra. Trus, ada yang anaknya ngelihat sesuatu, dll. Nah lho, jiper deh aku. Cuma, penasaran aja, sih. Akhirnya setelah beberapa hari kelar juga bacanya.
ini novel horor pertama yang gue beli lagi setelah sekian lama nggak beli, dan pertama kalinya beli karyanya anak negeri. mulai dari awal baca, niatnya cuma nunggu ngantuk, eh, ternyata malah nggak bisa tidur, sampe selesai baca. jadilah buku ini selesai dalam 4 jam saja.. :D
okay, here's the review
buku ini bercerita tentang Olivia, yang setelah berulang tahun ke-17 tiba-tiba mendapatkan sebuah bakat istimewa yang ternyata turunan dari nenek dan ibunya, setelah itu, seorang temannya di sekolah menghilang, dan menampakkan diri hanya kepada Liv. Liv dengan "bakat"nya itu mengerti bahwa temannya itu sudah meninggal dan minta ditemukan.. disinilah inti ceritanya, usaha menemukan jenazah yang sudah meninggal..
secara keseluruhan, gue suka dengan jalan ceritanya.. cukup membuat deg2an juga, mengingat gue baca mulai dari jam 8 malem, saat lingkungan sekitar kontrakan udah sunyi senyap. setiap mendengar bunyi aneh dr luar, gue kaget saking konsentrasinya sama acara membaca gue ini.. hhahaha
overall, 3,5 stars dari gue. :) semoga bisa membaca karya horor lainnya dari penulis ini.
Buku ini awal-awalnya menjanjikan, horror nya dapet. Apalagi pas kejadian ngeliat hantu cewek di kamar mandi sekolah.. jadi penasaran, itu kenapa dia bisa kejebak di situ? eh tp dia bisa jalan2 di kelas sih ya.. mungkin emang sukanya di kamar mandi.
Itu awal2nya aja.. tapi makin lama, buku ini makin biasa banget. Gak ada twist tentang siapa pembunuh frans ada dimana jenazahnya Frans. Soal Daniel agak mengejutkan sih tp ya cuma gt aja.. Bahkan sempet bosen sama ceritanya.. padahal cm 200an halaman. Trus gak habis pikir sih, knapa stefan dan arwin tuh digambarkan peduli siapa aja cewek yang suka sama Bayu.. kastanya sama or gak sama mereka yg kaum popular di sekolah.. emang ada ya cowok serepot itu?
Sama kayak gambar yg ada di tiap pergantian bab, makin ke belakang makin gak seram.. bahkan aku ngakak lihat gambar terakhir.. lobang hidungnya gede banget hahhaha..
Ide ceritanya mungkin biasa. Tapi, feel horornya beneran dapet. Bahkan sampe dibikin deg-degan sama satu adegan. Tapi..... menurut saya nih ya, dialognya sering garing dan tak jarang bikin mengerutkan kening. Lagi adegan serius malah dirusak dengan "celetukan" konyol. Dan, menurut saya sih ada hal-hal tertentu yang dilakukan tokoh utamanya yang sama sekali tidak logis. Iya, saya tahu kalau ini fiksi, tapi terlalu konyol untuk seseorang yang terancam nyawanya malah menyuruh si itu untuk menelepon ambulans dan mengkhawatiikan si itu & itu. Dan sempat-sempatnya mengkhawatirkan si kepala kecil ketika ranselnya dijatuhkan. Satu lagi, pendalaman karakternya kurang. Serignya sih tertukar-tukar antara karakter satu dan yang lain. Mungkin memang bukan selera saya kali ya?
Buku ini jauh lebih bagus dari yg saya ingat. It's thrilling and kind of chilling, teenlit tapi bahasanya gak lebe dan masih enak buat dibaca. IMO, buku ini terasa agak sesak. Ada beberapa tokoh pendukung yg sebenarnya perannya gak penting-penting amat, selain nyeletuk gaje dan jadi pelengkap kisah-kasih Liv di sekolah. Terus ada beberapa plot holes, tapi somehow, lobang-lobang itu tidak terlalu terasa mengganggu karena saya terlalu asyik mengikuti aksi Liv. Liv sendiri adalah salah satu dari sedikit karakter utama teenlit yg saya suka. Sifat-sifatnya kerasa remaja banget, dan saya suka suka pake banget sama sisi badass-nya dia. Buat yg seneng baca seri Lexicopath, saya sangat merekomendasikan buku yg satu ini!
This book has successfully kept me up until 2 AM to finish reading it. The story is so fun to read. Even though the plot and ending are predictable and the conflicts are not unusual, I can't seem to put the book down before I reach the last page.
The story is about a girl who suddenly has the ability to see ghosts after she turns 17. Coincidentally, one of her high school friend goes missing and she sees his ghost. Convinced that he is murdered, the girl, Olivia or Liv, starts her own investigation to search for his body and to put his ghost at peace.