Ja(t)uh merupakan kumpulan cerpen, puisi, serta prosa-prosa ringan yang sebagian besar pernah dipublikasikan di blog azharologia dan ditulis selama tahun 2011-2013. Ja(t)uh berisi proses pencarian jati diri, pemaknaan terhadap cinta, serta renungan-renungan sederhana tentang kehidupan. Tanpa bermaksud menebarkan kegalauan di muka bumi apalagi menggurui, Ja(t)uh hadir terutama untuk mengajak kita memaknai kembali cinta: betapa suci dan indahnya ia.
Dalam buku ini, Azhar mengajak para pembacanya untuk ikut jatuh dalam pusara kehidupan yang tidak utopis, namun indah. Sakit, tapi juga nikmat. Rindu, tapi juga bahagia. Bukan, bukan kegalauan ala anak muda yang cengeng dan tidak berlandaskan akal sehat. Semua yang ditulis oleh Azhar, meski—katanya—adalah apa yang ia rasakan dalam hati, namun mampu menularkan sebongkah semangat dan optimisme. Bahwa cinta itu indah. Dan orang yang tak mampu melihat indahnya cinta, hanya perlu melihat ia dari sudut pandang yang berbeda saja. Bahwa rindu, sekali pun sesak, kadang lebih baik dan lebih suci untuk menjaga cinta itu sendiri.
Pemaknaan yang religius namun tidak menggurui, dan bahasa yang mengalir dengan diksi yang begitu indah, membuat buku ini sangat cocok bagi siapa pun. Siapa pun yang ingin jatuh, pernah merasakan jatuh, ataubahkan sedang jatuh. Nisa Salsabila (Mahasiswi FK UGM)
First, this book is nae style aniya... Nggak tau kenapa aku mesti ngantuk kalo baca buku seperti ini, gampang bosen, terus yaudah ntar lanjutin bacanya nunggu kalo kepengen. Tapi segala macam buku yang baik-baik bolehlah coba dibaca walaupun bukan novel dengan genre kesukaan. As long as that book will give a good influence to reader, dan buku ini emang bagus buat dibaca.
Isinya seperti puisi, prosa, gitu-gitulah, dengan berbagai macam bahasa kiasan. Cerita tentang apa saja yang bisa dialami manusia.
Judul yang paling ngena banget buatku itu yang "(bukan) budak dunia" Iya iya aja aku baca yang ini, bagus banget.
"Rahasia kepuasan sejati bukan terletak pada segala daya upaya kamu yang luar biasa untuk memenuhi semua keinginan, melainkan belajar untuk puas dengan yang kamu punya"
Ja(t)uh: “Menjauh untuk menjaga. Kau tahu, sejujurnya aku benci konsep itu.”
Terima kasih pada seorang teman yang telah mengenalkan saya pada website azharologia.com. Di sanalah saya menemukan semacam kerinduan saya pada tulisan-tulisan berbentuk prosa. Setelah beberapa bulan yang lalu saya baru menyadari bahwa apa yang selama ini kebanyakan saya tulis (dalam diary pribadi) adalah prosa. Hmm. Saya tidak tahu bagaimana itu bentuk prosa, sebelumnya saya lebih sering menyebutnya sebagai kata-kata.
Membaca tulisan-tulisan di website tersebut, memantapkan saya untuk membeli buku si penulis yang rupanya sudah terbit sejak April 2013. Sebenarnya rada dilema, sebab beliau sudah menerbitkan dua buku. Yang satunya berjudul Tuhan Maha Romantis. Judul yang menarik. Tapi kenapa saya lebih memilih Ja(t)uh, sebab beberapa kali saya baca resensi buku tersebut, nampaknya menarik. berisi kumpulan cerpen, puisi dan prosa yang ditulis – si penulis sejak tahun 2011-2013.
“Saya menikmati cara Azhar berusaha menemukan dirinya dalam kata-kata, dalam antologi berjudul Ja(t)uh ini. Dan saya menyukainya.” – Fahd Djibran
Benar saja, buku ini seperti menjawab kerinduan saya. Kata-kata yang disajikan di dalamnya tak semata sekedarnya, melainkan sarat makna cinta dan kehidupan. Azhar berhasil menularkan semangat dan keoptimisannya lewat kata-kata. Bahwa tidak ada hidup yang percuma. Cinta yang semu. Rindu yang tidak bahagia. Dan semuanya, terangkum dalam balutan metafora di buku ini.
"Berhenti di sana. Jangan lagi kamu berjalan meski pelan-pelan. Aku takut ketika kamu jatuh, tanganku belum siap di sana untuk menangkapmu. Jadi tunggu dulu. Jarak dicipta, tiada lain agar ia punya makna. Maka stop. Berhentilah di sana. Adanya rasa bukan untuk diterka, jadi biarlah ia tetap indah sebagai sesuatu yang tidak disangka. Suka tidak suka."
Ja(t)uh merupakan buku kumpulan puisi dan prosa yang ditulis Azhar dalam blognya. Azhar sendiri lebih suka menyebutnya, surat cinta. Bagi saya, buku ini merupakan teman paling cocok untuk diajak duduk merenung di danau siang-siang bolong sampai sore-senja datang. Satu-dua kalimat, kemudian termenung melihat cerminan diri kita. Apakah itu aku yang dimaksudnya? Ia berbicara tentang kehidupan, tentang cinta, tentang eksistensi juga esensi. Khas Azhar, penuh makna dan kaya metafora. Menggelitik sekaligus tertohok dibuatnya. Untuk gaya penulisan, saya bisa melihat Dee dan Fahd di dalam Ja(t)uh, sebagaimana mereka berdua adalah idola Azhar juga. Dan karenanya, ia mampu menyampaikan pesan tanpa kesan menggurui. Mengetuk pelan-pelan, tanpa paksaan. Ah, saya sungguh suka itu.
"Tuhan pasti bertanggung jawab. Menciptakan perpisahan, berarti siap menanggung resiko menerima rentetan doa-doa tentang pertemuan yang antri untuk dikabulkan."
Untuk siapa saja yang sedang mencari atau sekedar menikmati...
Membaca Ja(t)uh karya Azhar seperti halnya membaca kehidupan. Kadang kita ikut terhanyut, kadang kita merasa indahnya mencintai dan dicintai, dan pernah pada satu titik kita akan merasa jatuh. Azhar mampu menanamkan apa yang ia dapatkan dari kontemplasinya terhadap semua aspek tentang kehidupan ke dalam catatan kehidupannya. Diksi yang ia tanamkan termasuk baik, ia secara cerdas mampu memilih dari sekian banyak kata ke dalam satu atau banyak lembar kata-kata yang pada akhirnya menjadi sebuah prosa yang menggugah. Saya berharap Azhar terus menulis lagi dengan berbagai pengalamannya.
Kak Ayay? i cant comment anything. this book too perfect. Sempurna adalah cerita terbaik yanga ada di dalamnya. "Haruskah semua begitu sempurna? Sementara apa yang kucinta darimu adalah ketidaksempurnaanmu."
Aku bisa melihat beberapa gaya tulisan Dee ada di dalamnya. But thats why Azhar said she was his inspiration. Dan karena novel ini, aku menjadi begitu addicted dengan tulisan-tulisan karya Fahd Djibran. Great work wakil BEM UI :)
Membaca karya-karya Azhar dalam ja(t)uh membuat saya benar-benar jatuh hati dengan tulisannya. Prosa dan cerita pendek di dalamnya ditulis dengan bahasa yang ringan dan mudah dicerna. Apalagi dalam Ja(t)uh banyak bagian yang menulis tentang perasaan. Kamu siap untuk membaca Ja(t)uh? maka bersiap-siaplah untuk jatuh hati juga :D
Sebuah antologi berisi puisi dan prosa karya Azhar Nurun Ala. Beberapa di antaranya mampu menggerakkan hati dan membuat kita termenung akan pemikiran-pemikiran yang tersirat di dalam tiap kalimatnya. Namun, sayangnya kebanyakan yang lainnya seperti hanya 'selewat lalu' dalam arti tidak begitu banyak meninggalkan kesan yang bermakna. Bagaimanapun, karya ini tetap menjadi bacaan yang menarik.
Kumpulan prosa, puisi dan cerpen yang sungguh menarik. Penggunaan metafora yang 'anak muda' banget. Buku yang sedikit banyak membahas topik kegelisahan remaja. Secara garis besar bukunya bagus. Rangkaian kata oleh Wakil BEM UI ini sungguh sastra sekali.
Buku ini sebenarnya bagus. Saya juga kagum pada penulisnya yang bisa menyusun kata-kata sedemikian indahnya. Sayangnya saya bukan orang yang mengerti kata2 puitis. Saya juga bukan pecinta puisi. Jadi 3 bintang yang saya berikan hanyalah rating berdasar pada preference saya aja.
Manis dan sangat jujur sekali bukunya. Apalagi prosa Tertawan. 'Ada yang jatuh cinta padamu, aku' Seperti sedang membicarakan aku, padahal semua orang termasuk di dalamnya haha.
jika sedang malu-malu untuk jujur atau bahkan hanya untuk sekedar mengakui yang sedang dirasakan, cobalah sajian coretan di buku ini. selamat menikmati. saran saya, temani dengan secangkir kopi dan jujurlah ;)
bener-bener for the very first time baca karya PakBos dan rasanya... melemparkan saya pada zaman-zaman nulis di Notes FB masa-masa SMA. hahaha. bikin senyum-senyum sendiri dan jadi (sangat) paham mengapa pada akhirnya kami "dipertemukan" dalam "ruang yang sama" :))
aku suka cara Azhar menuangkan rasa yang ia rasa dalam antologinya Ja(t)uh ini... diksi dan analogi yang begitu kreatif dan penuh permainan kata menguntai kalimat, menarik sekali :D
Buku ini yang bikin gue tertarik sama sastra, rangkaian kata penuh makna. Meskipun Azhar bukan penyair yang sudah berpengalaman istilahnya, gue banyak belajar tentang pemilihan kata-kata.