Triyanto Triwikromo (lahir di Salatiga, Jawa Tengah, 15 September 1964; umur 50 tahun) adalah sastrawan Indonesia. Redaktur sastra Harian Umum Suara Merdeka dan dosen Penulisan Kreatif Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang, ini kerap mengikuti pertemuan teater dan sastra, antara lain menjadi pembicara dalam Pertemuan Teater-teater Indonesia di Yogyakarta (1988) dan Kongres Cerpen Indonesia di Lampung (2003). Ia juga mengikuti Pertemuan Sastrawan Indonesia di Padang (1997), Festival Sastra Internasional di Solo, Pesta Prosa Mutakhir di Jakarta (2003), dan Wordstorm 2005: Nothern Territory Festival di Darwin, Australia.
Cerpennya Anak-anak Mengasah Pisau direspon pelukis Yuswantoro Adi menjadi lukisan, AS Kurnia menjadi karya trimatra, pemusik Seno menjadi lagu, Sosiawan Leak menjadi pertujukan teater, dan sutradara Dedi Setiadi menjadi sinetron (skenario ditulis Triyanto sendiri). Penyair terbaik Indonesia versi Majalah Gadis (1989) ini juga menerbitkan puisi dan cerpennya di beberapa buku antologi bersama.
Membaca kumpulan cerpen ini umpama merasai pengalaman bermimpi. Ia tidak akur pada hukum konvesi waktu dan tempat. Masa bergerak secara non-linear. Tempat berselerak, tidak statik. Seperti kad yang diacak-acak, tiada permulaan dan pengakhiran yang pasti dalam sesebuah cerita. Setiap satu ada kemungkinan yang rencam. Unsur fiktif dan realiti saling berbenturan sehingga alur cerita menjadi chaos, melompat-lompat tetapi mengalir lancar.
Seperti mimpi, satu saat kita sedang bersantai-santai di bawah pohon rendang tiba-tiba kita menjadi guru matematik di sebuah kelas. Potongan-potongan peristiwa yang saling tidak berhubungan tetapi dicantumkan dalam satu aliran.
Mungkin ini yang orang panggil sebagai magis realisme, ataupun postmodern yang relatif dan bercabang-cabang.
Satu lagi karya Triyanto Triwikromo yg gw baca (dan pada kumcer ini, lagi-lagi gw ketemu sama cerpen "Mata Sunyi Perempuan Takroni" :D). Jujur, ada beberapa cerpen yg bikin gw gagal paham, macam "Belenggu Salju","Iblis Paris" dan "Dalam hutan Hijau Friedenau" (btw, di dalam kumcer ini, Triyanto banyak sekali menggunakan kata malaikat dan sayap). Beruntung gw "diselamatkan" esay Tia Setiadi yg disertakan dalam kumcer ini, yg banyak mengupas metafora-metafora yg digunakan oleh Triyanto. Dari esay itu juga, gw belajar banyak bahwa sebuah cerpen, bisa dibedah sedemikian rupa, sehingga ternyata banyak pesan, fakta tersembunyi bahkan gagasan-gagasan baru bersemayam di dalamnya. Bagi gw yg awam dengan sastra, hal ini seolah-olah membuka pemahaman baru bahwa sebuah cerpen, tidak hanya sebuah cerpen.
mungkin saya akan menyukainya ketika membaca cerpen2 ini sepotong sepotong.. namun ketika membacanya sebagai sebuah buku, rasanya seperti membaca sebuah cerita berulang-ulang dengan sedikit perubahan di tokoh, setting, dan lain..
mungkin itulah yang disebut sebagai ciri khas seorang penulis, dan saya hanyalah pembaca yang tidak mengerti
Kumpulang cerita pendek terbaik yang pernah saya baca. Kumcer karya Triyanto Triwikromo ini tidak hanya mengenai tulisan semata, namun lebih dari itu. Ia menjelaskan lebih detail tentang sesuatu yang kontradiktif mengenai budaya, sejarah, dan cerita yang menganut, namun tidak sedikitpun menyentuh hal-hal yang sangat kontroversial. Sastra yang sangat sulit dicerna, ending yang selalu terbuka, dan kemungkinan yang tak terbatas membuat kumcer ini tidak layak dibaca oleh mereka yang tidak mengerti sastra. I love it!
Buku kumpulan cerpen yang menarik. Sangat menarik. Meskipun, ada beberapa cerpen yang saya kurang paham semacam: "Iblis Paris". Buku ini merupakan buku karya Triyanto Triwikromo yang kali pertama saya baca. Sebelumnya, saya mengetahui cerpen-cerpennya yang sering dimuat di koran minggu. Sejauh ini, Celeng Satu Celeng Semua merupaka buku kumcer terbaik bagi saya.
Jempol. Jempol lagi. Membaca Kumcer ini terasa melakukan rekreasi ke negeri-negeri antah berantah. Tonjokan tonjokan ceritanya yang tidak terduga seringkali membuat jantungku berdetak kencang. Terkaget-kaget. Pembaca karya sastra pemula wajib membaca Kumcer ini untuk melatih mental. Hahaha. T O P.
cerita pendek di buku ini temanya serius. saya belajar berbagai aspek dan hal-hal yang berkelindan dengan spiritualitas. good book to read when you need something to distract your mind~