Jump to ratings and reviews
Rate this book

Delapan Sisi

Rate this book
Seorang remaja harus memilih antara cinta atau masa depan.
Seorang ibu harus memilih untuk menuruti tuntutan sosial atau tuntutan anak kandungnya.
Seorang pengasuh harus memilih satu dari puluhan anak yang diasuhnya.
Seorang bapak menghadapi pilihan untuk percaya pada mimpi atau pragmatis saja.
Seorang dokter harus memilih untuk setia pada janji atau setia pada diri.
Seorang pendidik harus memilih untuk tutup mata atau menghadapi kesalahannya.
Seorang mertua harus memilih kebahagiaan dirinya atau anak menantunya.
Seorang istri dihadapkan pada pilihan cintanya pada suami atau anaknya.

Ini adalah delapan kisah tentang kehidupan, delapan cerita tentang pilihan. Tentang seorang lelaki yang berprofesi sebagai dokter aborsi. Seperti sebuah berlian dengan delapan sisi, delapan kisah di dalamnya adalah pantulan dari kehidupan satu orang. Kisah delapan orang terkait karena pilihan satu orang. Karena manusia bukan sebuah pulau yang hadir sendiri, pilihanmu bukan milikmu saja.

182 pages, Paperback

First published July 19, 2013

10 people are currently reading
49 people want to read

About the author

Adityarakhman

4 books1 follower

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
6 (7%)
4 stars
27 (33%)
3 stars
32 (39%)
2 stars
15 (18%)
1 star
1 (1%)
Displaying 1 - 25 of 25 reviews
Profile Image for Zachira Indah.
Author 9 books21 followers
November 17, 2013
Buku yang mengusung genre omnibus, yang dilabeli Omnibook oleh penerbitnya ini, ditulis ramai-ramai oleh delapan penulis yang belakangan saya tahu merupakan alumni dari program kepenulisan Plotpoint.

Setengah dari total halaman buku pertama saya baca sebelum hari raya. Pilihan temanya saya akui berat. Namun berat sekalipun jika piawai menuliskannya, suatu karya pastilah enak dibaca. Jujur saya masih berat menggolongkan buku ini sebagai buku yang enak dibaca. Karena meski teknik penulisnya cukup bagus, tapi rasanya tidak mengalir. Terlalu banyak faktor ujug-ujug, tiba-tiba dan voilaa... Tahu-tahu begini dan begitu. Meski sebenarnya itu adalah usaha menciptakan alasan yang membawa si tokoh pada pilihan-pilihan hidup yang diambilnya. Tapi kembali lagi ini kumpulan cerpen. Ruang untuk mengeksplorasi banyak hal pastilah sangat sempit.

Semua tokoh dalam cerpen ini semuanya berpusat pada tokoh central yang menjadi benang merahnya, Dr. Urip. Sudut pandang tiap cerpen bervariasi namun berhubungan dengan dokter pelaku praktik aborsi itu. Rini, si pasien. Surti, ibu kandung Dr. Urip alias Sugeng. Lastri, ibu asuh pengurus panti asuhan. Mujis, tukang becak suruhan si dokter. Tris, mantan dosen si dokter. Urip, si dokter itu sendiri dan Fendira, istri si dokter.

Masih kurang satu? Ada cerpen satu lagi Jeremy. Saya nggak bisa bilang cerpen ini nyambung sama benang merahnya. Kalo mau nyambung bisa kok disambungin, tapi jauhhhh... Konfliknya hampir ga bersentuhan dengan si dokter kecuali dalam selembar kertas sobekan berita koran. Tapi justru cerpen ini yang bikin saya bolak-balik baca. Secara ide lebih menarik dan beda, dan ada ironi dibaliknya. Tapi cerpen Jeremy lebih layak dinikmati tersendiri. Biarlah cuma penulisnya yang tahu keterkaitannya dengan Dr. Urip.

Delapan Sisi buku yang menarik. Secara ide dan pengemasannya pun saya suka. Barangkali karena temanya terlalu serius saya berharap menemukan yang berbeda antara cerpen satu dan yang lainnya. Separuh halaman pertama nuansanya gloomy. Saya tidak terlalu suka sama dramatisasi / sinetronisasi di cerpen Surti. Terlalu melelahkan, dan cerpen yang saaangat panjang. Harusnya bisa lebih efisien konfliknya, sepanjang pembaca tahu alasan si Surti meninggalkan bayinya.

Baru di cerpen Mujis saya mulai menikmati jalinan cerita keseluruhan. Baru di cerpen ini pula saya bisa tersenyum dikit dengan cara penulis meminimalkan dramatisasi adegan dengan menambah efek suara TV "Eaaaaa". Good job.

Ada satu dialog yang saya rasa ganjil di cerpen ini,

"Yah, namanya juga mantan presiden. Kalau meninggal ramailah beritanya. Orang pasti bingung siapa yang bisa ganti dia sekarang. Jangan-jangan calonnya anak kita nanti."

Dialog di atas adalah tanggapan istri Mujis tentang meninggalnya Pak Harto. Ganjil karena fakta meninggalnya Pak Harto adalah jauh sesudah masa reformasi (RI sudah dibawah pemerintahan Pak SBY) jadi pertanyaan si istri udah terjawab, lah wong presidennya udah ganti empat kali, jhe...

Begitupun yang ada di cerpen Fendira. Endingnya terlalu tiba-tiba. Terlalu twist sampai saya mikir, ini gimana ceritanya kok Fendira jadi gila begini? Dan menemukan ke belakang, sisi psikis Fendira masih cukup stabil untuk tiba-tiba berubah gila.

Meski begitu, saya menikmati keseluruhan buku, apalagi saya mendapatkan langsung dari salah satu penulisnya (asiikkk... :D ). Pesan moralnya juga oke tanpa bermaksud menggurui. Sesuai tagline-nya : pilihanmu bukan milikmu saja.
Profile Image for Eksa.
292 reviews25 followers
December 17, 2017
Nggak ngerti...
Well, aku menikmati setiap cerita kelam yang disuguhkan, walaupun agak jijik temanya aborsi, tapi semua akhir cerita ini nggak ada satupun yang aku paham. Hahaha😂
Aku sadar semua cerita ini berkaitan satu sama lain, tapi tetep aja nggak bisa dapet pointnya tuh apa. Belum lagi ada beberapa cerita yang bikin puyeng karena kebanyakan narasi😢
Overall ide setiap ceritanya seru😄
16 reviews
August 26, 2017
Buku yang menarik dan dikemas apik dalam beberapa cerpen pendek yang saling berhubungan. Sederhananya, karna kehidupan kita bukan milik kita sendiri. Suka atau tidak, akan selalu bersinggungan dengan orang lain.
Profile Image for Sonya Winanda.
1 review
August 25, 2013
Delapan Sisi: Pilihan Bukan Tentang Diri Sendiri

Apapun pilihan yang kita ambil, bukanlah tentang diri kita sendiri saja. Bisa jadi, pilihan tersebut akan mempengaruhi hidup seseorang dikemudian hari.
Seperti dalam omnibook delapan sisi ini, si tokoh utama, dokter Urip atau yang bernama lengkap Sugeng Wicaksono, dengan berani melakukan praktek aborsi ilegal. Padahal ia adalah lulusan terbaik angkatannya. Setelah lulus pun ia menjadi salah satu dokter yang cukup dikenal dan memiliki pasien yang berjibun. Lalu untuk apa lagi ia membuka praktek terlarang tersebut?
Dalam buku yang memuat delapan cerita berbeda ini, setiap kisahnya serupa potongan-potongan puzzle yang pada akhirnya memberikan gambaran utuh kehidupan Sugeng. Contohnya dalam cerita Surti, dijelaskan dengan baik asal-usul kelahiran Sugeng. Ia berasal dari rahim seorang perempuan bernama Surti yang pada awalnya sedang melarikan diri karena masalah politik bersama suami dan kedua anaknya. Mereka dan beberapa pelarian politik lainnya bersembunyi di gua Mblutuk, Blitar. Kehidupan di sana tidaklah mudah. Kedua anak Surti tidak bersekolah dan mereka melahap apa saja yang bisa dimakan yang penting tidak kelaparan. Lebih dari semua itu, mereka semua hidup dalam rasa was-was dan takut.
Suatu ketika, Rahmi, sang anak, tewas. Surti menganggap kepergian Rahmi adalah kesalahan suaminya. Ia pun bertekad kembali ke Yogyakarta meninggalkan suaminya namun membawa serta Rahma, anak keduanya. Di Yogyakarta ia terpaksa menjadi pelacur dan hamil. Ia berhenti menjadi pelacur lalu berjualan kue. Secara tak terduga Surti akhirnya melahirkan di toilet umum. Bayi tersebut berjenis kelamin laki-laki. Surti dihadapkan pada pilihan sulit antara membesarkan bayi tersebut atau melanjutkan kehidupan barunya bersama Rahma. Akhirnya bayi yang masih berlumuran darah itu ditinggalkan Surti di dalam tong sampah. Sebelum benar-benar pergi, ia memastikan ada seseorang yang mengambil bayi tersebut.
Setelah cerita Surti berakhir, bab selanjutnya menceritakan Lastri. Ia adalah pengasuh di sebuah panti asuhan. Ia pulalah yang menyelamatkan bayi Surti yang dibuang ke tong sampah. Bayi itu kemudian diberi nama Sugeng Wicaksono. Bab lainnya menceritakan kehidupan dokter Urip di masa kini. Ia akhirnya tertangkap dan mendekam di balik jeruji besi. Namun hingga akhir, tak diceritakan dokter Urip yang merasa bersalah telah melakukan tindakan melanggar hukum. Ia malah merasa tindakannya sah saja. Ia hanya ingin membantu para wanita yang tidak menginginkan bayi dalam kandungannya. “Setiap manusia berhak menentukan apa yang ingin ia lakukan dalam hidupnya” begitu pikirnya.
Kemudian pada bab Tris, pembaca akan masuk dalam pemikiran Tris, seorang dosen yang cukup dekat dengan Sugeng. Ia amat bangga pada anak didiknya ini. Tris merasa punya banyak kesamaan dengan Sugeng, sama-sama tidak memiliki orang tua sejak kecil. Akan tetapi ia tidak tahu betapa sendirinya Sugeng. Betapa orang-orang di masa lalu telah mengubah nasib dan cara pandangnya terhadap kehidupan. Dalam hati kecilnya, Tris sadar, ia telah gagal sebagai seorang pendidik. Selama ini ia hanya mengajar dan ia kadang tak menyadari bahwa mengajar dan mendidik adalah dua hal yang berbeda.
Menariknya, setiap bab dalam Delapan Sisi tak perlu dibaca secara berurutan. Pembaca tetap dapat menangkap maksud cerita karena setiap bab mengandung kisah yang utuh. Maka, berurutan atau tidak, ketika menamatkan seluruh isi buku, pembaca akan mengerti bahwa kedelapan cerita tersebut memiliki satu benang merah yang merupakan jantung cerita yaitu kehidupan dokter Urip.
Selain itu, Delapan Sisi tidak hanya menghadirkan berbagai pesan moral yang menohok hati kecil namun juga menyuguhkan berbagai informasi tentang dunia kedokteran yang tentu memperluas pengetahuan pembaca. Sayangnya informasi tersebut dirasa terlalu panjang dan ditulis dengan bahasa kedokteran yang tidak begitu dipahami masyarakat awam. Mungkin bagi sebagian pembaca, bagian tersebut akan langsung dilewati.
Menurut penulis, asal-usul judul ‘Delapan Sisi’ yang mengandung angka delapan mungkin bukan hanya karena ada delapan cerita namun juga ada delapan penulis yang terlibat. Yaitu Adityarakhman, Astri Avista, MB Winata, Norman Erikson Pasaribu, Prily V, Ridha A Rizki, RF Respaty dan Riesna Kurnia. Setiap penulis berasal dari latar belakang berbeda, baik dari segi daerah asal, latar belakang pendidikan maupun pekerjaan. Keberagaman tersebut makin membuat setiap cerita berwarna dan tidak membosankan.
Kedelapan penulis tersebut adalah angkatan pertama akademi bercerita yang diadakan penerbit Plot Poin. Awalnya ada banyak kandidat yang mengirimkan naskah terbaik mereka. Naskah tersebut diseleksi secara ketat dan terpilihlah depalan penulis muda berbakat tersebut. Setelah lolos seleksi, mereka mengikuti pelatihan kurang lebih selama satu bulan. Mereka dijejali ilmu-ilmu berharga tentang dunia tulis-menulis, penerbitan, dan lain-lain.
Semoga ilmu yang didapat selama pelatihan dimanfaatkan semaksimal mungkin terbukti dengan karya-karya bernas selanjutnya. Ganbatte!
Profile Image for Afrianti Pratiwi.
100 reviews28 followers
September 15, 2016
Delapan Sisi bercerita soal apa sih? Awalnya saya kira ini cerita kumpulan cerpen yang terpisah seperti Kukila ataupun Rumah Kopi-nya Om Yusi. Ternyata buku Delapan Sisi ini benar-benar kumpulan cerpen yang apik untuk dibaca. Tema utamanya adalah soal aborsi. Iya, aborsi. Proses pengguguran janin dari rahim seorang perempuan. Sungguh!

Mendengar kata aborsi mungkin kita akan berpikiran bahwa buku ini membawa pengaruh buruk karena pasti isinya ada kaitannya dengan hamil di luar nikah. Namun, percayalah kalau buku ini sebenarnya memberikan efek penyadaran serta pengetahuan yang juga tidak sedikit. Kata-kata aborsi dalam buku ini sungguh membuat saya ngilu, terlebih ketika ada penggambaran bagaimana proses aborsi itu terjadi. Rasanya perut saya ikut ngilu dan perih ketika membacanya.

Tentunya karena buku ini adalah kumpulan cerpen, maka ada delapan cerita pendek yang ditulis oleh masing-masing penulis dengan sebuah judul berupa nama orang yang menjadi tokoh utama. Asiknya, mulai dari cerita satu hingga cerita berikutnya masih terdapat benang merah. Sehingga saat saya membaca buku ini saya sering menduga-duga, "Oh jangan-jangan ini anaknya si itu," dan sebagainya.

Aborsi ternyata memang banyak faktornya, salah satunya untuk alasan kesehatan sang ibu.

"Nama prosedurnya suction curretage," kata sang dokter lagi. Ibu takkan mau tahu lebih lanjut bagaimana prosesnya. Untuk usia sepuluh minggu, itu yang terbaik yang kami miliki. Prosesnya sehari kelar, beres, anak ibu sudah bisa beraktivitas kembali seperti biasa besoknya." (hlm. 13)

Dalam cerita di atas jelas saya mendapatkan pengetahuan baru soal suction curretage, meskipun hanya sedikit. Sebelumnya saya tahu sebatas kuret itu adalah proses yang dilakukan untuk membersihkan rahim apabila seorang ibu keguguran. Dan inilah penggambaran proses suction currettage-nya...

... Ia (asisten dokter) menyiapkan speculum, tenaculum, dan sebuah mesin penyedot bertenaga besar. Ujungnya tajam serupa pisau baja yang digunakan untuk memotong-motong tubuh bayi hingga berantakan, lalu menarik plasenta atau ari-ari dari dinding rahim. Pada bagian belakang mesin terdapat sebuah tabung seperti botol, cannula. Tubuh janin, plasenta, serta darah dan cairan ketuban akan berkumpul di dalam tabung itu. (hlm. 18)
Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya bahwa delapan cerita ini mempunyai benang merah yang akhirnya menjadi ide cerita selanjutnya. Saya pikir proses penulisannya sudah dipikirkan secara matang oleh kedelapan penulis ini, karena mau tidak mau mereka harus menemukan celah yang menjadikannya sebab-akibat dalam cerita yang mereka buat.

Isu yang diangkat dalam buku ini juga bukan hanya soal aborsi, tetapi ada juga soal penjualan anak. Saya hampir-hampir tak percaya ketika membaca cerita soal Lastri yang merupakan seorang ibu di panti asuhan. Satu anak kesayangannya yang tidak ia perbolehkan untuk diadopsi orang lain, ternyata malah ia jual demi menghidupi kehidupan panti asuhan tersebut. Sungguh ironis, bukan?

Isu LGBT juga tidak lepas dari buku ini. Pernikahan sejenis yang menginginkan seorang anak, hingga menciptakan cibiran dari lingkungan sekitar. Juga kisah seorang dokter lulusan terbaik yang akhirnya memilih menjadi dokter aborsi ilegal.

Pilihanmu bukan milikmu saja.

Tagline yang cukup simpel untuk menunjukkan bahwa setiap pilihan yang kita ambil akan ada dampaknya bagi orang lain meskipun terlihat seperti kebetulan dan ketidaksengajaan.

Delapan kisah dalam buku ini sangat menakjubkan bagi saya.Tentunya dengan ide cerita yang cukup unik dan jarang dibahas dalam sebuah buku, saya menemukan celah menariknya. Sehingga membuat saya ingin terus membacanya sampai habis dan berusaha mencari tahu soal aborsi. Sampai saya ngilu sendiri ketika membuka video soal currettage di youtube. Ampun deh! Tapi tetep suka sama isi ceritanya :D
Profile Image for Stacia Argani.
6 reviews6 followers
August 2, 2013
awalnya gue nggak ngerti dengan cerita2 yang ada di buku ini..
pertama karena semua judul cerpennya itu nama orang, nggak seperti kumcer yang lain, yang judulnya aja udh gimanaa gitu..
kedua, ceritanya menggantung, dan aneh, menurut gue, dan seolah nggak bisa berdiri sendiri, kecuali tentang Surti, Tris, dan Jeremy.
Setelah setengah buku, baru gue ngeh, kalo kumcer ini, berhubungan satu sama lain..
endinya baru ber- oh oh ria. hehehehe..

buku ini mengisahkan tentang 8 orang yang mempunyai pilihan masing-masing, yang memiliki keterkaitan dengan orang lain juga. jadi setiap kita mengambil keputusan dari pilihan yang ada di depan kita, itu juga pasti berdampak buat kehidupan orang lain.
pilihanmu, bukan hanya untukmu saja. begitu kata buku ini..

mengambil tema tentang aborsi ( well, seenggaknya kata itu ada di setiap cerpen di buku ini ), dengan tokoh utama dokter Sugeng Wicaksono aka Urip.
setiap penulis, membuat cerita tentang orang-orang yang memiliki hubungan dalam kehidupan si dokter ini.
mulai dari Lastri, mak-nya Sugeng selama di panti asuhan,
Tris, dosen di fakultas kedokteran,
Fendira, istrinya
Rini, pasiennya
bahkan Mujis, orang yang mengantar pasien2 baru ke tempat dokter Urip.
dan Jeremy serta Surti, yang agak di luar kasus ini..

yang bikin geregetan adalah, beberapa cerita menggantung, dan meninggalkan pertanyaan dalam benak gue, kenapa begini, kenapa begitu, membuat gue berpikir mencerna cerita itu, dan membuat kesimpulan sendiri.

setiap cerita sudah dikemas cukup baik, mengingat ini adalah kelas cerpen plotpoint angkatan pertama.
penuturan alur cerita juga cukup baik, kecuali di beberapa cerita, dimana sebuah masalah bisa timbul tiba2 *yang membuat gue bertanya-tanya itu tadi*
dan yang paling ringan menurut gue adalah cerita tentang Tris. Simple tapi maknanya mudah dipahami.

mungkin bagi pecinta kumpulan cerpen yang tidak terlalu biasa, buku ini bisa dibaca mengisi waktu luang..
3 bintang dari gue. :)


Profile Image for Anastasia Cynthia.
286 reviews
June 22, 2014
Kedelapan kisah singkat ini diawali oleh sebuah nama, tentang seorang gadis muda bernama Rini yang mulanya berwujud anak kecil cerdas yang bertanya mengenai status sosial keluarganya. Sedari kecil Rini sudah ditempa oleh sang ibu agar terus berjuang agar kelak meraih mimpinya menjadi seorang ahli hukum. Rini kecil bertumbuh besar, namun kedekatannya dengan Rendy serta-merta membuat perutnya buncit. Rini tak ingin janin itu menjadi aral bagi mimpinya, ia memutuskan untuk aborsi.

Duduk berdua di atas becak milik Mujis. Rini dan Yani, ibunya, diantar ke dalam sebuah gang milik Dr. Urip, seorang spesialis yang sudah mumpuni menangani kasus serupa. Dan di sanalah kisah-kisah lainnya bergulir, memutar balik sebuah ekistensi nama samaran Urip.

Lahir tanpa diingini oleh sang ibu. Surti dengan terpaksa membuang bayi laki-laki yang dihasilkannya akibat bekerja dalam bidang prostitusi demi menghidupi anak perempuan satu-satunya yang tersisa setelah menjadi pelarian politik.

Pagi itu ia duduk di sebuah kamar mandi umum dan membuang bayi yang dilahirkannya seorang diri di samping bilik terakhir. Lastri menemukan bayi merah itu dan menamainya Sugeng Wicaksono; kelak menjadi seorang yang bijaksana. Lastri membesarkan Sugeng seperti anaknya sendiri namun keadaan berkata lain, semua orang menyukai Sugeng, bocah yang kenes, pintar dan gemar memainkan headset bekas sebagai stetoskop miliknya. Hati Lastri renyuk tiap kali calon orangtua asuh ingin memiliki hak asuh atas Sugeng. Tapi, di antara puluhan anak asuh di pantinya, Lastri harus rela untuk menyerahkan satu demi menghidupi yang lainnya.



Baca selengkapnya di: http://janebookienary.wordpress.com/2...
Profile Image for Bagus Budi Santoso.
20 reviews4 followers
February 3, 2016
PILIHANMU BUKAN MILIKMU SAJA.

Kalimat yang cukup menarik menjadi tagline di cover buku ini, yang katanya merupakan omnibook. Kenapa disebut omnibook? Katanya sih tiap-tiap cerita di dalamnya terhubung silver lining yang berkaitan satu sama lain. Iya, benar sekali.

Dengan tema besar yaitu aborsi, omnibook ini menampilkan tema tadi dari sudut pandang yang berbeda, yaitu melalui tokoh yang berbeda tiap ceritanya. Tapi, meskipun dengan judul tokoh yang berbeda, tokoh yang sama bisa juga diceritakan di cerita yang lain, namun bukan sebagai tokoh sentral. Mungkin inilah yang membuat menarik. Kita bisa mengetahui tindakan seorang tokoh yang sama, namun dalam sudut pandang yang berbeda: bisa saja dia yang menjadi tokoh utama, namun di lain sisi dia hanya melihat dari luar pagar namun cukup mempengaruhi cerita. Dari sini saya pada bagian cerita-cerita tertentu malah kurang puas karena apa yang saya cari ternyata saya temukan di cerita yang lain. Kadang juga cerita di awal belum tentu peristiwa yang terjadi dahulu. Setiap cerita di acak tidak sesuai dengan urutan waktunya sehingga sebaiknya kita tidak membaca tiap ceritanya pada waktu yang berbeda layaknya kumpulan cerpen.

Omnibook ini merupakan sebuah ide yang menarik menurut saya. Perlu dikembangkan lebih jauh lagi di Indonesia.
Profile Image for Ayu Fitri.
Author 8 books12 followers
December 11, 2014
Aku kasih 4 bintang.
Ya ampun, omnibook ini bagus banget.
Korelasi karakter-karakter dan ceritanya bagus.
Jempol deh :D

Secara keseluruhan aku suka tiap cerita.
Aku ikut hanyut di tiap cerita.
Kalo ditanya paling suka cerita yang mana, hmm.. Mujis dan Fendira kali ya.
Tapi kalo ditanya cerita mana yang paling bagus, aku bakal pilih Jeremy.
Dan cerita mana yang kurang bagus, aku bakal pilih Rini.
Ini semua murni menurutku lho.
Subjektif berdasarkan seleraku, hehe.

Overall, omnibook ini bagus banget.
Temanya bagus, gaya bercerita tiap penulis juga bagus, hampir bagus semua.
Yang agak janggal mungkin cerita Jeremy.
Aku masih bingung korelasinya sama cerita-cerita yang lain.
Mungkin aku melewatkan sesuatu?

Soal typo, ada dikit, tapi nggak ganggu.
Udah pokoknya kumcer ini wajib kamu baca deh ;)

http://thecloudsinautumn.tumblr.com/p...
Profile Image for Aprijanti.
139 reviews22 followers
May 8, 2014
tema cerita yang jarang dia angkat, pada buku ini, memberikan banyak informasi kepada pembacanya mengenai dunia aborsi dari berbagai sudut pandang. Bisa jadi dokter, pelaku aborsi, atau keluarga terdekat. pelaku utama pada delapan cerita pendek di dalam buku ini saling terkait satu sama lain, hanya pada cerita dengan judul "Jeremy" saya tidak menemukan ada kaitanannya dengan cerita lain (atau bisa jadi saya yang kurang awas). tema yang gelap berhasil diangkat oleh kedelapan pencerita pada novel ini. Sayangnya, buat saya, masih ada beberapa cerita yang kurang mengalir pada bagian-bagian tertentu, jadi membuat bingung. Mungkin karena keterbatasan halaman jadi ada cerita yang rasa-rasanya dipaksa padat. overall novel Delapan Sisi sangat bagus dikoleksi oleh penggemar bacaan bergaya cerita kelam.
Profile Image for Evi Rezeki.
Author 7 books34 followers
September 24, 2013
Istilah omnibook disinyalir pertama kali dipopulerkan oleh Plot Poin. Walaupun konsep seperti Delapan Sisi sudah banyak dipakai sebelumnya. Kumpulan cerpen yang memiliki benang merah dan berfokus pada satu tema: ABORSI. Tema ini dikembangkan dengan cukup menarik oleh penulis-penulisnya. Walaupun ada beberapa cerpen yang perpotongan ceritanya begitu tipis.

Delapan cerpen yang memiliki kualitas sama baiknya. Delapan cerpen yang terjaga ritmenya. Memang masih ada beberapa istilah kedokteran yang membingungkan karena tidak disertai glosarium ataupun catatan kaki.

Yang paling menarik dari buku ini adalah cara pandang berbeda terhadap aborsi. Sebagai pembaca, kita diberi pilihan berada di sisi yang mana.
Profile Image for Carolina Ratri.
Author 26 books40 followers
March 15, 2015
Konsep yang menarik.
Satu buku, delapan cerita, satu benang merah, satu keterkaitan satu dengan yang lain, delapan penulis.
Cuma kadang ada cerita yang konfliknya agak terlalu lebar ke mana-mana, sedangkan cerita yang lain konflik bisa begitu ketat dan padat. Ada cerita yang kayaknya hanya dipanjang-panjangkan untuk memenuhi kuota halaman, tapi ada cerita yang rasanya masih bisa dijabarkan lagi saking padatnya.

Pengin juga suatu kali nanti coba bikin yang berkonsep begini. Satu permasalahan pokok, tapi dikupas dari berbagai sudut pandang.
Profile Image for Nadya Anggun Mowlina.
31 reviews10 followers
November 1, 2013
Awalnya membeli buku ini karena tertarik dengan covernya. Setelah membaca, buku ini memiliki keunikan tersendiri. Terdiri dari delapan cerpen yang masing-masing saling berhubungan. Banyak bercerita tentang aborsi atau memang sepertinya buku ini mengambil topik tentang aborsi. Melalui Delapan Sisi pembaca diajak melihat masalah aborsi dari berbagai sisi, baik maupun buruk.

Untuk mengisi waktu luang sekaligus menambah kosa kata medis, buku ini bisa menjadi pilihan anda.
Profile Image for Andar Hermawan.
20 reviews
August 21, 2013
Kumpulan cerita pendek karya para penulis plot point. Uniknya seluruh cerpen berporos pada satu tokoh, dr. Urip alias Sugeng Wicaksono yang melakukan praktek aborsi ilegal. Beberapa cerita bagus dan lainnya ada yang biasa saja. Rekomendasi saya bagi anda yang memiliki waktu luang yang lebih, karena menurut penilaian saya buku ini tergolong biasa saja atau tidak terlalu istimewa.
Profile Image for Siti Rahayu.
26 reviews2 followers
May 27, 2015
Setiap orang bebas menentukan pilihannya, yang membuat kita tidak bebas adalah konsekuensi yang melekat pada pilihan itu. Dan ingatlah pilihanmu tidak hanya menyangkut dirimu saja, mungkin saja ada orang lain yang terkait dengan pilihanmu. "Karena manusia bukan sebuah pulau yang hadir sendiri, pilihanmu bukan milikmu saja."
Profile Image for Olphi Arinda.
5 reviews1 follower
August 18, 2014
Keep the plot stays in your mind, because you will get in to many characters in it.
32 reviews
February 19, 2016
Menarik! Konflik yang disajikan memang jarang diangkat. Sayangnya kaver buku ini tidak semenarik isinya meski saya pribadi suka dengan kesederhanaannya.
Profile Image for MAILA.
481 reviews121 followers
May 3, 2017
Agak kecewa.
Diluar dugaan.

Sudah sering baca buku kumpulan cerita yg saling nyambung gitu tapi menurut saya ini agak aneh. Beberapa cerita yang ada memiliki jalan cerita yang agak rumit dan twist yang bikin ???? gitu.

Mau ambil tema jaman orba-nya kurang dapet.

Kurang suka. Dan cukup kecewa karena diluar dugaan,heu :'(
Profile Image for Arinta Iga.
45 reviews4 followers
May 9, 2018
Saling berhubungan dengan jalan cerita masing-masing.
Displaying 1 - 25 of 25 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.