Jump to ratings and reviews
Rate this book

Based on a True Story: Pure Saturday

Rate this book
Pure Saturday formed in 1994. They are one of Bandung's indie scene pioneers.

230 pages

First published January 1, 2013

5 people are currently reading
31 people want to read

About the author

Idhar Resmadi

7 books1 follower

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
19 (36%)
4 stars
27 (51%)
3 stars
6 (11%)
2 stars
0 (0%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 13 of 13 reviews
Profile Image for Visil.
21 reviews
July 12, 2019
Buku tentang musisi dan musik Tanah Air masih terbilang minim. Jadi merupakan kabar baik ketika mendengar Idhar Resmadi memutuskan untuk mencetak ulang bukunya "Based on True Story: Pure Saturday" di bawah label Penerbit KPG. Enam tahun yang lalu, biografi grup musik indie asal Bandung itu diterbitkan perdana oleh Unkl347. Sayang, jumlahnya amat terbatas dan hanya bisa dibeli di satu toko itu di Bandung. Kini, cetakan keduanya bisa dinikmati khalayak lebih luas. Bahkan, versi yang KPG kabarnya lebih lengkap karena ada tambahan cerita pascahijra Udhi dan Adhi. Pas aku baca sih ga ada kisah yang spesifik tentang keputusan Si Kembar ini mundur dari band dan memilih mendalami agama, tapi lebih ke bagaimana Pure Saturday bertahan setelah ditinggalkan dua penggawanya. Meski Adhi dan Udhi bukan wajah utama Pure Saturday, tapi keduanya diketahui sangat berperan penting membesarkan nama grupnya. Salah satunya karena mereka adalah kunci pembuka gerbang ke komunitas musik se-Bandung, bahkan se-Indonesia. Mereka juga yang paling mencolok kemampuan eksplorasi musiknya.

Bicara awalnya, Pure Saturday itu grup musik biasa banget. Bikin band cuma buat tampil di Pensi SMA. Disuruh ikut lomba saja ogah, tapi sekali ikut malah juara. Bikin album jarang, padahal rajin ciptain lagu sendiri. Mereka juga bukan media darling. Dapat kesempatan rekaman sama label mayor yang menangani Dewa 19, Sheila on 7, Suar CS malah menolak tur promo. Aneh banget, tapi sukses.

Mengapa bisa gitu, padahal personil awal PS ini terkenal mageran? Nah, di sinilah kepiawain Idhar menceritakan ekosistem musik yang melahirkan Pure Saturday, jadi modal utama yang menarik dibaca. Orang yang enggak tahu Pure Saturday sebelumnya, atau enggak suka, bisa jadi suka deh setelah baca tulisan Idhar. Kerennya lagi, Idhar bisa menyusun alur cerita dengan tensi makin ke belakang, makin tinggi. Konflik dari yang susah ngatur waktu ngeband dan kuliah, naik jadi terganjal antara kerja dan manggung. Sampai akhirnya Pure Saturday ditinggalkan personilnya satu per satu. Mati suri dan harus cari vokalis baru.

Cuma satu yang agak gue sayangkan dari buku ini. Di bab-bab awal, logika bercerita Idhar kayak kagok. Banyak patahannya. Tapi makin ke belakang makin ngalir. Tiba-tiba sudah kelar saja dibacanya ini buku.

Oh iya, bukunya juga dilengkapi foto-foto resmi dokumentasi pribadi Pure Saturday, dicetak hitam putih. Dan jaket bukunya bisa dipajang jadi poster. Asyik laa, pokoknya. Buku yang wajib dipunya sama penggemar musik indie.
Profile Image for Panji Irfan.
13 reviews4 followers
October 3, 2017
Tak banyak buku biografi mengenai band musik di Indonesia apalagi yang ditulis oleh teman sekelas saya di SMA. Barangkali, buku ini satu-satunya. Mengenang Pure Saturday bagi saya adalah sama terlambatnya dengan mengenang Idhar Resmadi. Keduanya sempat hilir mudik di telinga, bergaung, namun kita kenali dengan lebih lengkap dari jauh.

Buku ini terdiri dari dari 8 Bab atau 8 Buka (mengambil judul lagu band PS). Band ini bersama Pas Band boleh dibilang sebagai perintis band yang kita beri label "indie" pada masa kini. Idhar sebagai penulis berposisi sebagai juru bicara dari 6 orang anggota band baik itu yang telah mengundurkan diri semisal Suar (pada buku ini Udhi dan Adhi masih di band) maupun yang masih aktif. Tentu saja dengan posisi yang dipilihnya itu, Ia harus bolak-balik menggali kenangan para personel, buka tutup literatur musik Indonesia, dan tulis potret tempat-tempat yang diacu.

Saat membahas hal-hal inilah, kelihaian penulis terasa sangat baik. Dokumen-dokumen musik pada awal tahun 1990-an terpapar lengkap dan dikait-kaitkan dengan konteks dan referensi lain pada masanya. Banyak sekali artikel musik dari majalah/koran yang disertakan dan juga korelasinya dengan musikus lainnya di kancah Bandung, kala itu. Sesuatu yang pasti sulit dilakukan oleh penulis yang tak benar-benar mengetahui dan mencintai musik. Selain akurasi dan detail yang sangat apik, aneka foto-foto yang dicetak pada buku ini benar-benar membuat kagum. Hitam putih membangkitkan nostalgia.

Buku ini saya sangat rekomendasikan untuk siapa saja yang berminat pada musik, dan berniat menaikkan derajat keseriusannya dengan menjadikannya pilihan hidup. Di dalamnya diketengahkan segala rupa tantangan yang muncul. Baik dari hubungan musikus dengan perusahaan rekaman ataupun antarsesama pemain yang perlu banyak menyiasati ranah hidup personal dalam ranah kelompok bernama band.
Profile Image for Rizki Ramadan.
30 reviews2 followers
December 10, 2017
Buku cerita perjalanan band indie Pure Saturday.
1.
Setelah baca buku ini, andaikan punya truk, maka bagian belakang baknya akan saya cat tulisan "Cintamu tak semurni Pure Satuday"
.
2.
Saya bukan Pure People, lagu-lagu PS yang sa denger juga yang itu-itu doang. Tapi duh euy, cerita perjalanan band ini bikin sayang~. Salut selalu sama orang-orang yang bersetia pada kekaryaannya
.
3.
Sempat memikirkan, yang bikin buku ini berkesan banget apakah cerita perjalanan Pure Saturday, atau cara penulis menggali dan menyajikan ceritanya. Tapi ah keduanya saya rasain di sepanjang buku

Saya pernah ngeliat Idhar mampir ke redaksi Hai, 'ngobrak-abrik' arsip Hai, ternyata untuk melengkapi data di buku ini.

Semoga Idhar berencana bikin buku beginian lagi untuk, senggaknya, band-band indie Bandung lainnya. Atau bikin jilid duanya. Pengen tau banget gimana pergulatan band saat ditinggal si kembar
.
4
.Bagian yang paling haru adalah cerita pergulatan batin Iyo, sang vokalis, menghadapi anggapan bahwa dia nggak sebanding dengan Suar, vokalis terdahulu. Gue nggak nyangka penulis bisa ngebawa gue ke cerita yang sepersonal itu
.
5.
Jadi bertanya-tanya, uda ada berapa yah penggemar PS yang menamai anaknya Elora. .
.
.
Mari mendengarkan Desire berulang-ulang.
Dheeem tenengnengneeeeng, teneneneeeng, teneeeng neng neng neneneng... Yesterday i found my self alone~ .
11 reviews6 followers
Read
September 14, 2019
Ingatan saya kembali ke tahun 2012, di jembatan layang transjakarta depan Pasar Baru, saya melangkah di teriknya matahari ke Gedung kesenian Jakarta. Membeli tiket konser dari band yang saya elu-elukan sejak SMA, Pure Saturday. Setelah membeli tiket, saya ingat saya berjalan kaki kembali, kedepan Gedung, belok kanan, ke depan masjid istiqlal dan gereja katedral, lalu kembali ke kamar kos. Malam konsernya, saya pergi, sendirian menggunakan motor, kawan-kawan tak ada yang berangkat, saya menukar tiket dan mendapat tempat duduk atas paling ujung, tak apa, yang penting Pure Saturday, pikir saya. Dan benar saja, selama hampir 2 jam saya duduk, tak bergerak, hanya mampu mendengarkan bebunyian indah yang mengalun dari panggung. Album barunya memiliki warna yang berbeda, sedikit progresif dan atmosferik, namun mereka tetap membawakan nomor-nomor klasik seperti Kosong dan Coklat dan beberapa tembang lainnya yang membuat hati saya hangat. Saya ingat, saya pulang dengan membawa serta sehelai kaos merch dan tersenyum, senang sekali. Terimakasih telah menulis mesin waktu yang menyenangkan.
Profile Image for Rudi K.
26 reviews
May 19, 2018
Sebagai penggemar PS, mungkin saya yang paling terlambat membeli dan membaca buku ini. Alasannya sederhana, kesal karena band sebagus ini hanya punya 5 album? Sungguh! Kau mungkin tertawa karenanya, teman.

Kemudian di dalam buku ini ada alasan mereka kenapa pelit rilis album, yah bisa di mengerti bagaimana mereka ternyata adalah band yang idealis dan musikalitas bagus harus lahir dari musisi yang menikmati proses menelurkan karyanya. Tapi buat aku, jujur ini alasan yang klise aka naif banget.

Buku ini menarik karena penulisan yang menarik dengan 8 bab atau istilah nya Buka. Time frame terjaga rapi, kita jadi bisa merasakan apa yang seluruh personil dan manajemen serta teman dekat mereka rasakan. Sejarah indie Bandung nya rasanya juga pas karena memang ada pustaka pendukung dan juga didukung dengan keterangan dari semua pihak yang terlibat.

Yang jelas membaca buku ini sambil mendengarkan album self titled mereka sangat mengasyikkan... Seru!
Selamat Bernostalgia, kawan...
Profile Image for Albertus Gilang.
5 reviews
January 31, 2020
Membaca buku terbaru Kang Idhar berjudul 'Pure Saturday', melibatkan emosi naik turun. Karena seperti berdinamika ada di dalam ceritanya. Mulai dari skena musik yang berkembang saat itu, masalah pelik urusan ngeband atau kuliah, masuk label besar, urusan kerja dan lainnya.

Dari sini Saya jadi tahu keterlibatan Arian13 yang kerap mempromosikan Pure Saturday. Yang katanya terinspirasi dari album Napalm Death, Utopia banished, 1992. Juga peran Gudang Coklat sebagai ruang bersama tuk ngeband, nongkrong, menulis lirik, dll. Dan relasi komunitas dan pola kreativitas yang seharusnya bisa diduplikat di kota-kota lain.

Semoga budaya mendokumentasikan band Indonesia yang keren-keren 😀🤘 semakin banyak dan masif. Saya sungguh tertarik berniat belajar menulis dan mendokumentasikan sebuah band.
Profile Image for uruqulnadhif.
15 reviews19 followers
June 1, 2018
This book told about how Pure Saturday can survive in high competition of musics industry. This group initially came from a group of young men who interested in musics especially rock. They then created lyrics and played them in some events. Accidentally they joined an competition and won. Pure Saturday had more fans who like indie musics.

further visit https://sangpemikir.wordpress.com/201...
Profile Image for Dimas Indrajaya.
2 reviews
January 12, 2023
"Pure Saturday itu band bagus, berkwaliteit, tapi kenapa tidak sebesar band lain and punya fanbase yang sedikit?" hal itu yang menjadi pertanyaan saya sebelum membaca buku ini. Syukurlah, buku ini menjawab 'misteri' itu. Bung Idhar sukses menceritakan kisah Pure Saturday secara runut. Lewat buku ini pula saya jadi tahu dinamika musik Indonesia era 90-an dan setelahnya.
Profile Image for Lisna Atmadiardjo.
146 reviews24 followers
September 2, 2019
Sebuah apresiasi untuk skena musik independen Indonesia. Berasa gimana cintanya - nggak cuma personil tapi juga penulisnya - sama Pure Saturday.
Profile Image for Nonna.
137 reviews2 followers
October 10, 2019
Buku yang ringan dan menyenangkan. Buku yang kembali mengingatkan bahwa semangat musik underground selalu melahirkan gairah muda.
Profile Image for Ismi Persson.
59 reviews4 followers
July 30, 2013
Pure Saturday adalah dedengkot band alternatif di Indonesia, buku ini mengisahkan perjalanan mereka dari awal berdiri dengan nama Tambal Band, nongkrong di Gudang Coklat, sampe jadi band yang cukup terkenal di pertengahan tahun 90-an, masa vakum, The Jonis sampai reborn. Dalam buku ini anda akan melihat asal muasal gairah scene indie dan anak-anak indies di Bandung, dimana sebagai musisi mereka saling bersahabat dan menimbulkan pengaruh atas musik masing-masing walaupun mereka berbeda genre. Sayang sekali buku sebagus ini tidak bercerita lebih banyak dan kurang memandang dari sisi subjek, but overall, jika anda pecinta musik Indonesia, tak peduli jika anda Pure People, Metal Head, Punk, atau orang biasa seperti saya, buku ini wajib dibaca!
Profile Image for Chandra Agusta.
Author 5 books5 followers
February 3, 2016
Belum banyak buku buku tentang musik tanah air, apalagi biografi sebuah band. Beberapa yang kutau selain ini adalah buku tentang Burgerkill, J-Rock, Ucok A.K.A., juga No Mans Land.

Dan buku ini bener bener buku biografi band yang keren. Idhar menulis dengan gaya bahasa yang enak dibaca dan tulisannya ini mampu membangun kedekatan antara pembaca buku (yang mungkin adalah fans PS) dengan sang band idola: Pure Saturday.

Untuk saat ini, menurut saya inilah biografi band terbaik yang pernah ditulis di Indonesia.
Displaying 1 - 13 of 13 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.