Buku ini merupakan kumpulan catatan perjalanan para petualang Prancis yang mampir ke Indonesia sejak abad ke-16 sampai ke-20. Catatan perjalanan mereka menyingkap kondisi Indonesia yang berbeda dengan pandangan kolonial Belanda yang mendominasi penulisan sejarah Indonesia. Kisah yang dipaparkan dalam buku ini misalnya cerita desersi sastrawan terkemuka dunia Arthur Rimbaud dari tangsi Belanda di Salatiga; kisah dari pulau Timor tentang perburuan buaya yang berbobot sekurangnya satu ton oleh zoolog Fran§ois PÃÂron dan Lesueur, kelak Direktur Museum Le Havre; kisah sukses dua pangeran Makassar menjadi perwira angkatan laut Raja Louis ke XIV; dan duka cerita seorang pangeran Timor yang diperdaya seorang padri Dominikan sampai terlunta-lunta dan mati mengenaskan di Prancis. Sebagian bahan penulisan buku ini diambil dari telaah ilmiah sumber-sumber primer yang terdapat dalam arsip pemerintah dan pernah terbit di majalah Archipel, catatan perjalanan wartawan, laporan ekspedisi ilmiah, ataupun tuturan pandangan mata pelancong yang menyambangi Nusantara. Tak heran bila kisah-kisah itu terasa segar bahkan tidak jarang kocak. Semua kisah dalam buku ini diperkaya dengan hampir 300 ilustrasi, sehingga suasana dan peristiwanya makin terasa hidup.
saya mengenal tulisan 'mazhab' prancis tentang indonesia dari jurnal ARCHIPEL yang rutin saya pinjam dari LIP, yogya. beberapa artikelnya saya fotokopi dan saya simpan, karena mereka melihat indonesia dengan perspektif 'beda', bila dibanding dengan pandangan dari pay-bas [belanda]. rasanya, sepeninggal dennys lombard, archipel tidak aktif lagi.
bila dari prancis jurnal ttg indonesia terwakili oleh ARCHIPEL, maka dari amerika adalah mazhab cornell dengan jurnal INDONESIA mereka. ini pun sekrang tidak aktif karena pemerintah US menghentikan bantuan keuangan untuk pusat studi ini. sedangka dari belanda adalah jurnal BKI dari KITLV yang hingga kini masih berjaya.
buat saya, ketiganya punya angle yang berbeda dan saling melengkapi. terima saja apa adanya he..he..
ada tambahan dari seorang rekan: "Sebenarnya ada jurnal "Southeast Asia Studies" yang dikeluarkan oleh NUS, yang juga banyak memuat masalah Asia Tenggara (termasuk Indonesia), yang tulisannya banyak memuat pendapat orang asia tenggara (termasuk Indon) tentang kita sendiri. Jadi ini baru klop. Artinya ada orang Perancis, orang Amerika, wong Londo, dan orang kita sendiri.
Historically packed. A hollistic approach of French voyagers that also documenting past life of the Indonesian. A great book to read if you want to know more the history of Indonesia from another perspective beside The Netherlands.
Ce livre est un collection des documentations originaux que partir en les experts français eux meme aux Indonesie. Etant un Javanais vivant en France, je suis fier.
Je ne regrette pas d'avoir passé des heures à lire ce livre. Ce livre est très dense avec des éléments historiques de locuteurs natifs français que l'on trouve rarement dans un livre d'histoire.
Really disappointed with the translation of this book. Would have been better if translated to English.
The majority of the essay are taken from French magazine the Archipel, which gives a fresh outlook of history writing, from the eyes of layman. "The food is disgusting, the people are ugly and stupid", sort of writing that is unfit for publication in academic environment.
"A Batavian Major (VOC, Dutch officer in Jakarta), when he was about to step out, called one of his native slave to get and fit his coat. That slave girl naively gave a smile to her master. The major's caucasian wife looking at that instantly thought there was affair between them. Without her husband present, she dragged the girl, tied her on top of a table and chopped her body. Angry, she wanted to make a dish from the body parts to serve her husband, but stopped by other slaves that threatened to tell the Major. The poor girl died." - Jean Baptiste Tavernier
Piracy in Hindia happened since long time ago, never been seen as bad thing because Malay aristrocrat and kings did it openly. (Numerous little kingdom around Indonesia were initially pirate groups, their leader become king). Malay's action towards pirates is nothing significant (maybe fired up by dislikeness towards European vessels) and the responsibility to catch the thieves fell to Europian living in that area; and the Dutch navy has biggest role in it.
In a way, Dutch and European was invader but the local kingdom ethics also didn't help. They had war against neighboring kingdom, had war with their own family, some are addicted to narcotics, accepting bribes/retirement money from the Dutch and cruel towards their objects. In which academic textbook simply describes as "the Dutch provokes the natives one to another" which is partly misleading. There is always two sides of a coin. And in this case Indonesian government has done their part in building a solid foundation, bridging a nation that was linked together only because they were colony of the Dutch - and whereas has very little thing in common otherwise- by screening the story, creating a propaganda of nationalism.
buku yang yang mengumpulkan kisah para petualang laut Perancis mencari rempah-rempah sejak abad ke 16, ditengah dominasi Portugis dan Belanda. banyak suka dan duka bahkan nyawa dialami para petualang ini. Buku yang mengambil sudut pandang berbeda sebagai "turis" Eropa yang bertualang ke Nusantara, dimana tedensi terhadap kepentingan dikesampingkan. Buku ini memuat banyak informasi baru dimana kosakata "mangue" dan "ramboutan" dalam bahasa perancis merupakan kosakata lokal yang diserap, bahkan orang Perancis tahu dengan ganja dari Nusantara. Puku yang berbobot menurut saya
baca beberapa bab sbg rujukan. betapapun ingin segera masuk ke bab yg dicari, pengantar 44 halaman mestinya tidak bisa diabaikan, khususnya sejarah perancis utk memahami latar belakang para penulis. semisal mengapa perancis terlihat terlambat dlm penjelajahan antar benua, alasannya krn perancis memiliki tanah yg luas utk diolah.
oh ya. dapat edisi 3, april 2016. sampul sudah berbeda.
Menoleh ke buku ini di sebuah pameran karena ingat; seorang sahabat Minke dalam tetralogi Pramoedya adalah pelarian Perancis yang menjadi tentara Hindia Belanda.
Cerita beda tentang Indonesia dari negeri yang "terlambat" berpacu dalam arus kolonialisme.
Buku ini merupakan kumpulan catatan perjalanan para petualang prancis yang mampir ke Indonesia sejak abad ke 16. Catatan perjalanan mereka menyingkap kondisi Indonesia yang berbeda dengan pandangan kolonial Belanda yang mendominasi penulisan sejarah Indonesia.
Different from any history books in general, the whole descriptions of this book is written from french's point of view, so it's free from colonial point of view.