Jump to ratings and reviews
Rate this book

Journey to Hell: Memoar Duka Mantan Penghuni Guantanamo

Rate this book
Ia merupakan memoar duka dan sedih seorang pemuda keturunan Aljazair yang tinggal di Perancis. Beliau telah ditangkap dan dituduh sebagai teroris dan terlibat dengan pertubuhan Al-Qaeda gara-gara beliau bercuti di Afghanistan.

Kisah yang sangat menegangkan dan mencengangkan, juga sangat menarik dan menyentuh hati.”–A Modern Day Midnight Express

“Ketika membaca kisah ini, masyarakat bisa memutuskan penilaian mereka atas penjara Guantanamo—bagaimana sistemnya bekerja, realitas proteksi yang diberikan kepada Amerika, dan cara-cara mengorek kebenaran dari para tawanan....”—Mourad Benchellali
*****
Terkadang, satu kesalahan… dapat membawamu ke neraka.
Dan kemudian, kamu harus mencari jalan untuk kembali pulang.

Ketika peristiwa 11/9 meletus, Mourad berada beberapa mil dari perbatasan Afghanistan. Bersamaan dengan bom-bom yang digelontorkan tentara Amerika serta pergerakan tentara Aliansi Utara (Northern Alliance) menyerang Taliban, ia turut melarikan diri menuju kawasan pegunungan Hindu Kush. “Aku tak pernah melakukan kejahatan,” ujarnya meyakinkan diri. “Aku tak pernah membawa senjata dan tak memerangi siapa pun.”

Setelah berhasil keluar dari Afghanistan, di sebuah masjid di Pakistan, Mourad ditangkap angkatan bersenjata Pakistan, kemudian diserahkan kepada tentara Amerika. Mulanya ditawan di Kandahar, lalu dijebloskan ke penjara Guantanamo tanpa proses pengadilan. Tak pelak, ia pun dihadapkan pada interogasi tiada henti, juga siksaan fisik dan tekanan batin yang tak terperi: diikat dengan rantai besi, ditelanjangi, dilecehkan, dihina, diludahi, dibentak, atau dipukuli para tentara semaunya.

Di penjara Guantanamo, para interogator seperti hidup dalam atmosfer frustrasi: telah tertanam di benak mereka bahwa semua informasi yang keluar dari mulut tawanan derajat kebenarannya berada di titik nol persen. Bisa dibayangkan betapa mengerikan jika mereka berusaha melampiaskan rasa frustrasi itu kepada tawanan. Mereka memang tak punya banyak cara untuk menenangkan diri. Dan, tawananlah satu-satunya hiburan paling menyenangkan.


****************************************

Mourad Benchellali tinggal di Venissieux, kawasan tepi kota Lyon, Prancis. Pemuda keturunan Aljazair ini bukanlah seorang Islamis fanatik. Saat terjadi peristiwa 11/9—bersamaan dengan kunjungan liburannya ke Afghanistan—ia ditangkap dan dituduh terlibat terorisme Al-Qaeda. Penjara Guantanamo pun jadi tempat mukimnya selama 46 bulan. Uniknya, di Guantanamo-lah Mourad pertama kali serius mengaji al-Quran. Sebelum itu, juga saat ini, tak pernah terpikir di benaknya sikap anti-Amerika

312 pages, Paperback

First published November 6, 2014

16 people want to read

About the author

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
6 (21%)
4 stars
6 (21%)
3 stars
14 (50%)
2 stars
2 (7%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 3 of 3 reviews
Profile Image for Novi Maizir.
125 reviews
September 4, 2007
salah satu dari sekian banyak buku mantan penghuni guantanamo, sangat menyentuh, membuat bulu kuduk merinding, seakan2x gak percaya apa yang pernah mereka alami,..tetapi memang nyata adanya..
Profile Image for Azizah Zahra.
96 reviews17 followers
April 22, 2011
Membeberkan kebiadaban Amerika Serikat. Sangat membangkitkan emosi.
Displaying 1 - 3 of 3 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.