Jump to ratings and reviews
Rate this book

Pecinan Semarang

Rate this book
Terik, hiruk-pikuk kendaraan, keramaian, dan aroma hio adalah beberapa hal yang langsung tertangkap begitu memasuki kawasan Pecinan Semarang pada siang hari. Kawasan yang menyimpan sejarah panjang serta peninggalan budaya berharga ini seolah-olah terselimuti oleh aktivitas bisnis yang sekarang menguasai sepanjang jalannya, namun Pecinan Semarang tetap tidak kehilangan pesonanya.

Menyusuri jalan-jalan kecil di Pecinan Semarang membawa kita menemukan jejak-jejak tradisi khas peranakan Tionghoa yang bercampur dengan kebudayaan setempat. Hingga kini, tradisi itu masih lestari. Di tengah kepadatan dan kesibukannya, Pecinan Semarang masih bisa memberikan sajian yang menarik bagi pengunjungnya.

Dilengkapi dengan peta Pecinan Semarang dan foto-foto catatan perjalanan, buku ini mengajak pembaca untuk singgah sejenak ke Pecinan Semarang, membaca kisah di setiap sudutnya, dan memanjakan mata dengan keindahannya.

248 pages, Paperback

First published January 1, 2013

2 people are currently reading
22 people want to read

About the author

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
1 (5%)
4 stars
13 (68%)
3 stars
4 (21%)
2 stars
1 (5%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 6 of 6 reviews
Profile Image for Dewi.
1,033 reviews
January 31, 2020
Buku ini kental dengan nuansa nostalgia. Kawasan gang baru membangkitkan kenangan saat menemani orang tua berbelanja di hari Minggu. Saya baru mulai menyusuri kawasan Pecinan setelah suka motret, apalagi saat itu sedang ramai peringatan 600 tahun pendaratan Cheng Ho di Semarang.
Kawasan Pecinan yang sudah ratusan tahun ini masih menyisakan kebudayaan dan cerita yang tak lekang dimakan waktu. Salut buat Ananda Astrid Adrianne dan Anastasia Dwirahmi yang sudah menyusun buku ini dengan cantik dan mengena.

Peringatan : Tidak baik dibaca menjelang tengah malam. Apalagi sambil membaca deskripsi lunpia, moci, cakue, bolang-baling, siomay, lontong cap go meh, aneka mie... .


Profile Image for Soraya Nur Aina.
156 reviews1 follower
April 17, 2021
Kawasan Pecinan Semarang adalah kawasan yang tersohor dengan empat wisata. Wisata Religi, wisata sejarah, wisata kuliner dan wisata seni budaya. Siapa yang tak kenal Waroeng Semawis yang sangat populer itu. Baca ini jadi tau sedikit banyak tradisi Tionghoa. Sesederhana bahwa tiap Klenteng memiliki keistimewaan masing-masing.

Selalu suka dengan kawasan pecinan dimanapun kotanya. Ada suasana nostalgia yang ga bisa dijelaskan dengan kata. Buatku kawasan ini lebih dari kawasan bisnis semata. Ada tradisi yang dipegang teguh tiap penghuni. Foto-foto di buku ini dipotret manis sekali, suka🖤🖤

Buku ini enak dibaca dua kali. Pertama, untuk ditandai mana-mana yang jadi prioritas ditelusuri. Kedua, main langsung ke Pecinan Semarang. Pagi berburu sayur-mayur di Pasar Gang Baru. Siangnya jalan ke klenteng Tak Kay Sie sambil nenteng Pia Cap Bayi, Kue Bulan dan Lunpia Gang Lombok. Sorenya nonton latihan barongsai. Malemnya nongkrong di wedang Cap Kaw King. Gimana, jadiin ga?
Profile Image for Khairunisa Putri.
220 reviews21 followers
October 28, 2016
cover yang sederhana namun menarik. kaya akan foto-foto dan ilustrasi peta wilayah pecinan semarang. apalagi yaaa... bingung kalo disuruh nulis review begini.
Profile Image for ana.
244 reviews41 followers
April 3, 2017
Sebagai sebuah masyarakat yang sudah begitu lama terpisah dari tanah leluhur, tak dapat dipungkiri bahwa kelompok etnis ini sangat gigih dan apik dalam mempertahankan warisan budayanya. Mulai dari tempat ibadah, seni, bahasa, hingga tradisi dan kuliner, terus bertahan dengan gigih, meski mendapat tekanan dari berbagai sisi, dari masa ke masa.

Akan tetapi memang tak ada gading yang tak retak, pada akhirnya budaya ini pun menghadapi tantangan yang sama dengan budaya etnis lain di Indonesia, minimnya generasi penerus. Aksara China yang tak lagi diajarkan, filsafat leluhur yang tak lagi dikenal, dan seni yang minim peminat menjadi tantangan berat keberlangsungan hidup identitas ke-Tionghoa-an masyarakat ini.

Seperti budaya lain yang telah lebih dulu kalah, mungkinkah yang tersisa nanti hanya bangunan klenteng yang bisu dan arsip sejarah di perpustakaan-perpustakaan (sepi) kita?
Displaying 1 - 6 of 6 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.