Jump to ratings and reviews
Rate this book

The Psychology of Emotion

Rate this book
Apa yang membuat beberapa orang bisa menjalani naik-turun, kelokan dan tikungan, hambatan dan rintangan kehidupan dengan tenang dan terkendali, sementara yang lain tersulut hanya oleh hinaan yang sangat remeh, hancur berantakan saat menghadapi frustrasi kecil, dan meledak karena kekecewaan ringan? Ini jawabannya: sudut pandang.

Sudut pandang terletak pada bagian respons kita yang paling genting dan menjelaskan mengapa kita sering merasa kesal pada momen yang panas. Setelah beberapa menit, marah kita mereda. Beberapa jam kemudian, marah itu terus berkurang, dan dalam beberapa hari, kita bertanya-tanya, bisa-bisanya kita sekesal itu.

Ketika mengetahui cara mengubah sudut pandang, kita bisa melihat peristiwa-peristiwa hari ini melalui lensa hari esok yang lebih bijaksana dan lebih adil. Setelah bisa mengenali—beberapa saat kemudian—yang benar-benar penting, kita tidak lagi harus memaksa diri untuk tetap tenang. Pikiran, perasaan, dan respons kita terhadap situasi apa pun akan berubah sendiri. Emosi-emosi negatif seperti perasaan tidak sabar, tidak aman, dan marah menghilang—bukan karena kita berjuang mengendalikan emosi-emosi itu, melainkan karena kita memandang situasi apa adanya.

Waktu memberikan sudut pandang, membuat kita bisa memandang situasi dengan jernih. Begitu pun saat tumbuh dan dewasa, kita menoleh ke masa lalu dan menyadari bahwa perkemahan musim panas yang kita kira harus diikuti, orang yang kita pikir harus menjadi teman kita, atau pekerjaan kantoran yang kita pikir harus ditawarkan pada kita bukan lagi suatu keharusan. Tanpa sudut pandang, kita akan selamanya menjadi seperti seorang anak dengan mainan rusak.

The Psychology of Emotion menunjukkan cara mengubah arah sudut pandangmu secara permanen. Ini otomatis akan membuat masalah-masalah kecil dalam hidup menghilang dari radarmu, dan masalah-masalah besar tidak akan pernah lagi mewujud saat ada ledakan panas kekesalan atau kemarahan yang tak terkendali. Kemudian, masalah-masalah besar itu akan langsung dilihat melalui lensa penerimaan yang autentik. Temukan cara mudah untuk hidup bebas-marah dan tidak pernah baperan lagi—kecuali jika kamu ingin.

300 pages, Paperback

52 people are currently reading
270 people want to read

About the author

David J. Lieberman

41 books302 followers
David J. Lieberman, PhD, is a renowned psychotherapist and the author of eleven books, including the New York Times bestsellers Get Anyone to Do Anything and Never Be Lied to Again. He has trained personnel in the U.S. military, the FBI, the CIA, and the NSA, and his instructional video is mandatory for psychological operations graduates.

He teaches government negotiators, mental health professionals, and Fortune 100 executives, and has appeared as a guest on more than 300 television and radio programs, including the Today show, NPR, and The View.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
45 (43%)
4 stars
43 (41%)
3 stars
14 (13%)
2 stars
0 (0%)
1 star
1 (<1%)
Displaying 1 - 20 of 20 reviews
Profile Image for Azfa.
294 reviews2 followers
August 27, 2024
Kok ada ya manusia yang ketika dikasih berbagai ujian hidup, direndahkan, dicaci maki, bisa tetap santui meskipun dia merasa marah. Kok bisa??? Beda banget sama diri yang nggak ditegur sama teman aja ngambek, apalagi dihina rasanya tuh nggak puas kalau nggak dibalas.

Pernah mencoba tetap kalem menahan untuk tidak marah, eh ternyata malah jadi C bom waktu yang door banget, ekstrim banget pas dibuat emosi, ujung-ujungnya malah bikin diri merasa tambah bersalah
Nah di buku ini dijelaskan, kalau reaksi kita yang kalem atau yang meledak-ledak itu tergantung oleh sudut pandang/perspektif, semakin luas sudut pandang, maka semakin mudah mengelola emosi marah tadi.

Karenanya sudut pandang perlu dibentuk agar tdk hilang meski dihadapkan oleh badai masalah yg bertubi-tubi, di buku ini penulis membagikan caranya yaitu dgn bertindak dan bertanggung jawab memenuhi 𝒐𝒓𝒊𝒆𝒏𝒕𝒂𝒔𝒊 𝒋𝒊𝒘𝒂, bukan ego. Agar bisa berorientasi pada jiwa, harga diri perlu ditingkatkan sebab harga diri yg rendah akan memicu hasrat bawah sadar yg kuat untuk merebut kekuasaan, melanggar batas, dan memperlakukan orang² di sekitar dgn tdk baik.

Harga diri akan merendah ktka kita berfokus hanya pada pengakuan/validasi orang lain. Kesimpulannya penulis mengajak kita fokus sama apa yg bisa kita kendalikan. Meski memang kenyataannya, dalam proses pengendaliannya, jiwa, ego, dan tubuh akan selalu bertentangan. Oleh karena itu, di buku ini penulis membagikan contoh dan langkah sehingga pembaca bisa berlatih memberi makan jiwa bukan ego, (penjelasan detailnya silakan baca di buku ya).

Intinya utk bisa mengelola emosi, kita perlu belajar menerima, memaknai peristiwa, baru bereaksi, sehingga kenyataan sakit tetap kita rasa, emosi marah masih terasa ada, namun reaksi kita bisa tetap bijak. Apa yg dipaparkan penulis, mudah dipahami, terjemahannya memang mulus sih, jadi ketika dibaca g' berat utk diterima. Analogi²nya juga aku suka, terlebih bagian penjelasan orang yg dikendalikan marah itu diibaratkan seperti anak kecil.

Anak kecil itu egosentris, yg bereaksi terhadap lingkungan dgn amukan, keceriaan tanpa berpikir, perubahan suasana hati yg liar, dan pandangan hitam-putih yg mutlak terhadap berbagai peristiwa shg cepat salah paham akan sikap/perilaku orang lain ujung²nya selalu merasa diri korban. Nah loh apa g' tecubit ini ginjal. Berarti suka meledak-ledak marahnya = anak kecil 🫣🤧

Lantas setelah membaca buku ini apakah aku benar- benar terbebas dari amarah?
Tentu saja tidak, tapi ku akui sebagaimana penulis katakan, hal ini bukan karena pemaparan yang disampaikan, melainkan egoku yg inginnya masih tinggi masih banyak ke'aku'an, namanya juga manusia ya. hehe duh cari pembelaan lagi 🤭

Tapi setidaknya aku bisa belajar memahami, mengapa rasa marah, kecewa, meledak-ledak itu muncul. Setidaknya lagi, aku jadi lebih banyak mempertanyakan lulu, ketika ingin bereaksi. Tidak langsung membalas ketika merasa tersakiti.
Akhir kata, aku ingin menekankan bahwa penulis bukan mengajak kita menghilangkan emosi marah ya, karena kalau dihilangkan justru jadi berbahaya. Tapi kita diajak belajar cara meregulasi emosi, terlebih ketika diri dihadapkan sama orang? yg menguras energi

Recommended 🌻✨️
This entire review has been hidden because of spoilers.
2 reviews
December 11, 2024
A good read for a person who tried to make a make sense of human emotions. I enjoyed how the author explained several aspect of human emotions with examples that makes an avid reader like me able to visualize how emotions works in our mind
Profile Image for priscila.
2 reviews
June 7, 2025
Keren banget buku ini! Semenjak baca buku ini, aku jadi bisa lebih mengenali diri sendiri kenapa aku bisa merasakan emosi sedih, anxiety dan banyak lagi. Karena aku kenal sama diri sendiri, aku jadi bisa handle setiap emosi aku di setiap kondisi juga, terimakasih banyak sudah membuat aku bertumbuh lebih baik tanpa mengubah jati diriku!

Love, Priscila ^^
Profile Image for Satvika.
581 reviews43 followers
September 27, 2025
Awal mula kenapa suka emosi ? Menurut buku ini karena ego dan denial dengan realitas yang ada, tidak mencintai diri sendiri lalu marah kepada diri sendiri dan melampiaskannnya ke dunia di sekeliling kita.
Empati vs Simpati
Simpati : merasa iba terhadap orang lain tapi tidak terdorong untuk membantu meredakan masalah
Empati : kemampuan ikut merasakan emosi dan kebutuhan orang lain dan ingin meringankan penderitaan orang tsb
Indikator sejati kesehatan emosional adalah kalau seseorang bisa menanggapi kebutuhan orang lain dengan sepenuhnya peduli dan sabar.
Kalau dikasarin orang pakailah empati, kenapa dia bisa semenyebalkan itu, akhirnya kita gak jadi marah sama dia dan yang ada jadinya malah kasian, ubah perspektif sehingga hidup jadi lebih tenang.
Marah adalah hasil dari emosi negatif yang berasal dari rasa takut dan akhirnya rasa takut itu membutuhkan suatu kendali dengan cara mengeluarkan amarah.

Insight menarik : Proses Neuroplastisitas, bagaimana otak bisa berubah, mengatur ulang diri sendiri untuk menciptakan jalur jalur saraf baru, jika kita kesal terhadap seseorang yang memperlakukan kita secara tidak sopan, kita pasti akan bereaksi lebih kuat ketika mengalami lagi situasi yg sama, karena koneksi saraf yg mengasosiasikan antara orang kasar dan amarah kita telah menguat. Disarankan untuk melatih reaksi saat ada pemicu amarah, semakin kita melatih diri untuk bereaksi tenang dan terkontrol, maka semakin kuat asosiasi saraf kita untuk bereaksi tenang saat terjadi pemicu amarah berikutnya.

Tips yang helpful untuk menghadapi kenangan yang menyakitkan : saat mengingat memori menyakitkan, posisikan diri sebagai pihak ketiga (sebagai penonton), riset menunjukan bahwa saat semakin banyak 'aku' yang dibawa ke suatu peristiwa yang tidak menyenangkan, semakin besar rasa sakit yang kita rasakan, sehingga jika kita memposisikan diri sebagai pihak ketiga saat mengingat kenangan menyakitan dapat memicu kekuatan visualisasi untuk membuat efeknya tidak terasa sebagai masalah pribadi, menciptakan perubahan permanen dalam perasaan kita terhadap situasi apapun.

Dan tentu saja, jagalah ekspektasi-mu di titik yang paling realistis dan jangan lupa bersyukur.

Overall buku-nya cukup helpful dan memberi beberapa insight yang berguna, hanya terjemahan-nya saja yang kurang luwes dalam pemilihan kata kata sehingga cukup banyak kalimat2 yang semakin dibaca malah jadi semakin membingungkan.
15 reviews
September 20, 2025
Buku psikologi + self help yang bersumber dari penelitian dan riset para ahli, dengan menggunakan gaya penulisan yang persuasif sekaligus reflektif.
Berisi tentang cara kerja emosi serta bagaimana mengelolanya secara sehat.

Saya suka buku ini karena tidak memberikan kesan Toxic Positivity atau dengan kata lain menuntut untuk selalu menjadi pribadi positif dan menyangkal emosi negatif, justru Lieberman mengakui bahwa emosi negatif itu wajar dan alami terjadi pada manusia.
Buku ini hadir sebagai panduan agar respons kita ketika emosi negatif itu muncul, dapat dengan mudahnya dikendalikan.
Penulis menyuguhkan strategi dalam meredakan marah secara efektif, salah satunya adalah teknik NLP (Neuro-Linguistic Programming) yang sangat menarik untuk dipelajari.

Part favorit saya di buku ini adalah ketika membahas bahwa kita cenderung mencari kenyamanan untuk mencapai kebahagiaan dan menghindari rasa sakit, padahal faktanya itu sama saja dengan menghindari kehidupan.
Rasa sakit tidak menghambat pertumbuhan kita, justru itu berfungsi sebagai katalis pertumbuhan yang penting dan tanpa pertumbuhan kita tidak akan pernah bergerak.
Profile Image for vanksy.
3 reviews
December 27, 2025
Sangat cocok untuk orang-orang yang sering merasa dipermainkan amarahnya baik yang output amarahnya hanya sebatas dipendam atau langsung diutarakan. Di sini aku hadir sebagai seorang pembaca yang suka memendam amarah. Dengan bacaan ini aku kembali diingatkan untuk menghadapi segalanya dengan tenang tetapi tanpa menormalisasi sifat orang lain yang semena-mena terhadap kita, karena aku pengagum stoicism jadi aku senang jika diajarkan ilmu-ilmu yang mendalami ketenangan. Untuk halaman awal hingga pertengahan agak bikin pusing karena penuh dengan teori-teori penjelasan, baru semangat baca pas mulai halaman tengah sampai akhir karena banyak yang relate dan terasa seperti ditampar realita berkali-kali. Berkat buku ini aku jadi mulai tertarik dengan cara kerja sistem otak sehingga semakin mempermudah aku dalam memahami berbagai perspektif emosi manusia terutama diriku sendiri.
2 reviews
February 1, 2024
honestly, this book helped me,

this book shows that everything in this particular emotion(s), happen for a reason and we need to overcome those situations to keep it low, steady and relax as good as possible.

this book also tell us that to overcome those situations, we need to do this and that for some kind of better zen and relief in our life.

not helping anyone, i know, but at least this book helped me.

in the end of the book, it tells that you can't apply the situation and occasion in this book to every ppl, some of them (i.e having mental health and can't do the emotion control well) tend to burst 'it' into different output.

good luck having your life with less anger with this book. (sorry for bad grammar)
Profile Image for Afrian Syarief.
3 reviews
December 12, 2025
This book made me realize that emotions are not just a reactions, but it was also a signal yang bisa kita arahkan. Bahasanya cukup ringan (Meskipun ada beberapa kata yang harus gue cari di KBBI), tipsnya juga praktis, dan bisa bikin kita lebih santai lagi dalam menghadapi rasa marah ataupun frustrasi. Bukunya cukup ringkas, ga panjang dan ga pendek juga. Sederhana, tapi tetep ngena. Overall oke lah. Buku ini cocok bagi yang tidak bisa mengontrol amarah, terutama bagi yang memiliki Anger Issue.
Profile Image for Erlangga Adhiguna.
3 reviews
November 18, 2025
"Salah satu tanda kedewasaan emosional adalah kemampuan untuk menahan keinginan untuk keuntungan yang lebih besar di masa mendatang"

I found my self in a very emotional state and can't have a clear mind to make decision, this book helps me to find another point of view when seeing a problem.

Haven't finish it yet but i found it pretty entertaining, let's see after i finish it.
2 reviews
September 7, 2024
One of the books that changed my perspective towards the world. The author explores internal and external factors causing anger to be rooted in one's life. The most interesting part is the explanation and elaboration on the idea of what ego is. Love this book so much.
17 reviews
December 19, 2024
What a great book! bacaan penutup akhir taun yang merubah banyak hal di hidupku, meski ga bikin kita jadi seseorang yang penuh sabar, tapi dengan baca buku ini kita jadi tau berbagai hal yang berkaitan dengan emosi, mulai dari memvalidasi sampai cara mengatasinya dengan sebaik-baiknya!
Profile Image for Fadel.
75 reviews
January 24, 2025
This book discusses the ins and outs of emotions and how to manage them. It also explains the emotions we experience in situations that trigger anger, from interpersonal conflicts to everyday stress. The techniques in this book are perfect for me in managing my emotions.
Profile Image for mereadthisbook.
89 reviews4 followers
August 28, 2025
yeah, such a good read. there was a moment where i almost lost my temper in the crowd, then i chose to sit down and open this book. folks, it calmed me down. this book was like "seriously dude? get mad? now?"
Profile Image for Ladesi Henita.
16 reviews
July 30, 2024
The most practical mental health book that i’ve ever read. Thank you so much for making this book, learned so much things only from one book.
1 review
August 11, 2025
great book indeed krn pandangan lo jd terbuka dan juga tertampar
Profile Image for Rose Diana.
Author 3 books1 follower
June 8, 2024
Buku ini menarik untuk dibaca bagi yang emosinya setipis tisu macam saya. Buku ini ditulis langsung oleh seorang psikolog, David J. Lieberman. Saya mendapatkan pandangan baru bahwa percaya diri juga berkaitan dengan emosi dan ego seseorang. Ada kalanya ego diberi makan, dan ada kalanya juga ego tidak dimanja. Saya yang overthingking benar-benar relate dengan isi buku ini. Sangat lelah jika kita dikontrol oleh emosi dan ego. Bagi kalian yang kesabarannya setipis tisu dan mudah meledak, saya rekomendasikan buku ini untuk dibaca. Terjemahan Indonesianya masih aman dan mudah dimengerti, hanya beberapa bagian saja agak rancu. Ada beberapa frasa yang harus dibaca berulang kali agar saya memahami maksud konteksnya. 

Selengkapnya sila baca di http://www.rosedianaa.com/2024/06/men...
Displaying 1 - 20 of 20 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.